Anda di halaman 1dari 20

GUNUNG API PADA INTERAKSI 2 LEMPENG YANG SALING

BERTUMBUKAN (KONVERGEN)

BATAS LEMPENG KONVERGEN


Lempeng-lempeng litosfer bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman
500 km di dalam selubung dan bersifat hampir melebur atau hampir berbentuk
cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas
lempeng yang dapat berbentuk : batas divergen (batas saling menjauh), konvergen
(batas saling mendekat), dan transform (batas saling berpapasan). Pada halaman
ini akan dijelaskan mengenai batas yang konvergen.
Batas konvergen ialah batas lempeng-lempeng yang saling mendekat dan
menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan mengalami
penunjaman (menyusup) ke bawah lempeng yang lain masuk ke selubung. Daerah
penunjaman lempeng membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya
merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dalam pergerakan lempeng ini, lempeng
bergerak hanya beberapa sentimeter setiap tahun, sehingga benturan yang terjadi
sangatlah lambat dan berlangsung selama berjuta-juta tahun.

Gambar : Batas Lempeng Konvergen

Berdasarkan jenis kerak bumi yang saling mendekat, batas ntar lempeng
dapat dibedakn menjadi tiga, yaitu :

a. Batas menunjam (subduction)


Subduksi adalah batas antar lempeng, dimana kerak samodera menunjam
di bawah kerak benua ataupun kerak samodera. Jika kerak samodera
menunjam di bawah kerak samodera, maka akan menghasilkan suatu sistem
busur kepulauan (island arc system) atau disebut juga busur magmatik dan
juga terbentuk melange serta busur cekungan. Busur kepulauan adalah
rangkaian aktifitas gunung api yang berkaitan dengan penunjaman lempeng.
Melange adalah salah satu karakteristik batas konvergen, yang merupakan
campuran pecahan berbagai batuan teranjakkan. Busur cekungan, palung, dan
busur magmatik merupakan bentuk topografi utama pada batas konvergen.
Pada umumnya diantaranya terdapat punggungan dan cekungan yang disebut
busur punggungan depan dan busur cekungan depan. Busur punggungan
depan terbentuk oleh penebalan kerak akibat sesar-sesar anjakan pada ujung
lempeng yang ditabrak. Busur cekungan depan merupakan dataran rendah
yang terletak diantara palung samodera dan busur magmatik.
Pada sistem busur kepulauan terdapat aktivitas gempa bumi yang sangat
padat. Di bawah busur kepulauan, pusat-pusat gempa bumi yang dijumpai
membentuk suatu bidang yang mempunyai kemiringan sebesar 45 o dan bisa
mencapai kedalaman sampai dengan 680 km. Bidang itu disebut bidang
Wadati-Benioff.
Pada lempeng yang menunjam dijumpai variasi temperatur yang dikontrol
oleh beberapa hal, yaitu:

Kecepatan subduksi : semakin cepat menunjam, semakin kecil temperatur


mantel di sekitarnya yang mampu diserap secara konduksi.

Ketebalan lempeng itu sendiri : semakin tebal semakin membutuhkan


waktu lebih banyak untuk mencapai kesetimbangan temperatur dengan
astenosfer yang melingkupinya.

Panas akibet gesekan antara lempeng dengan astenosfer.

Konduksi panas astenosfer terhadap lempeng

Panas dari peluruhan unsur radioaktif (kandungan mineral radioaktif kerak


samudra sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali).

Panas akibat perubahan fase mineral dikarenakan pertambahan kedalaman


2

Kenampakan morfologi yang umum dijumpai di daerah subduksi adalah


kehadiran palung (trench) yang mempunyai kedalaman sampai dengan 11000
m (Palung Mariana di pilipina). Secara umum lebar palung berkisar antara 50
100 km dan bentuk sayatan sebagai huruf V tak simetri dengan sudut curam
sebesar 8 20o berada di bagian yang naik (hanging wall) yang sering
dijumpai sesar-sesar naik (prisma akresi).
Aktivitas gunungapi di daerah subduksi dapat terjadi jika kerak samodera
yang menunjam mencapai kedalaman lebih dari 80 km, dan aktivitas
gunungapi ataupun magma dapat terbentuk pada daerah sejauh 150 200 km
dari sumbu palung. Sebagian besar busur kepulauan dijumpai di sisi barat
utara Samodera Pasifik dan di sisi barat Samodera Atlantik.
Busur kepulauan yang muda memiliki struktur yang sederhana dengan
ketebalan kerak kurang dari 20 km (contoh: busur kepulauan Tonga
Kermadek, New Hebrides, Aleutians dan Kepulauan Antile kecil). Semakin
tua umurnya, struktur busur kepulauan tersebut semakin kompleks dan kerak
buminya semakin tebal, berkisar antara 20 35 km (contoh: Jepang dan
Indonesia).
b. Batas anjakan (obduction)
Obduksi adalah batas antar lempeng yang saling mendekat dengan
kenampakan kerak benua menunjam di bawah kerak samodera. Ada beberapa
hipotesis tentang mula terjadi obduksi, yang paling memungkinkan adalah
bahwa diawali oleh penunjaman kerak samodera dengan kerak benua di
belakangnya, di bawah kerak samodera. Penunjaman bisa terjadi karena
perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen. Kelanjutan
penunjaman membawa kerak benua berbenturan dengan kerak samodera dan
pada awalnya, kerak samodera naik ke atas kerak benua, sebelum akhirnya
penunjaman di tempat itu berhenti dan berpindah ke tempat lain yang dapat
mengakomodasi con vergensi antar lempeng.

c. Batas tumbukan (collision)


Pada penunjaman kerak samodera yang membawa kerak benua di
belakangnya ke bawah kerak benua, jika hal ini berlanjut, maka akan terjadi
tumbukan antar kerak benua. Tumbukan tersebut dapat mengakibatkan
terbentuknya suatu relief yang tinggi seperti Himalaya. Pada batas kolisi
(suture) sering tersisa pecahan kerak samodera (ofiolit). Kenampakan hasil
tumbukan termuda yang dijumpai di dunia adalah Pegunungan Himalaya,
sedangkan yang relatif lebih tua adalah Pegunungan Appalachia, Kaledonid,
Alpen dan Ural. Penebalan kerak benua dapat terjadi karena pensesaran naik
yang berjenjang dan saling menumpang (imbrikasi).
Tumbukan pada zona konvergen dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat
dan pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan
tersebut berupa :
1. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan
menyusup di bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik.
Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke
atas permukan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api
baru yang terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua
lempeng samudra bertemu.
2. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan
sudut 45 atau lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
Pada zona ini disebut zona subduksi.
3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua
sehingga menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan ,
terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi

pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua
Asia yang menghasilkan pegunungan Himalaya.
ZONA SUBDUKSI INDONESIA
Dalam geologi, subduksi adalah proses yang terjadi pada batas konvergen
di mana satu lempeng tektonik bergerak di bawah lempeng tektonik lain,
tenggelam ke mantel Bumi, sebagai berkumpulya piring. Sebuah zona subduksi
adalah area di bumi di mana dua lempeng tektonik bergerak ke arah satu sama lain
dan subduksi terjadi. Zona subduksi terjadi ketika lempeng samudra bertabrakan
dengan lempeng benua, dan menelusup ke bawah lempeng benua tersebut ke
dalam astenosfer. Lempeng litosfer samudra mengalami subduksi karena memiliki
densitas yang lebih tinggi. Lempeng ini kemudian mencair dan menjadi magma.
Tingkat subduksi biasanya diukur dalam sentimeter per tahun, dengan rata-rata
konvergensi yang kira-kira 2 sampai 8 cm per tahun (sekitar tingkat kuku
tumbuh).
Penjelasan mengenai kerak benua dan kerak samudra :
a) Kerak benua mempunyai lapisan lebih tebal dibandingkan kerak samudra.
Lapisan atas pada kerak ini adalah berupa batuan granit, sedangkan lapisan
dibawahnya berupa batuan basalt yang lebih rapat. Lapisan-lapisan ini
menurut peristiwa geologi terbentuk pada berbagai zaman melalui
berbagai macam proses. Batuan yang paling tua ditemukan pada perisai
prokambium. Batuan yang lebih muda terbentuk selama zaman-zaman
pembentukan gunung.
b) Kerak samudra merupakan sedimen yang mempunyai ketebalan 800 meter.
Kerak samudra yang dibentuk letusan gunung api sepanjang celah-celah
bawah laut disebut pematang tengah samudra. Umurnya kurang dari 200
juta tahun. Secara geologis lebih muda dibandingkan dengan kerak benua
yang berumur 3,8 miliar tahun.
Zona subduksi melibatkan lempeng samudera geser di bawah baik pelat
kontinental atau lain lempeng samudera (yaitu, lempeng subduksi selalu samudera
sedangkan Lempeng subduksi mungkin atau mungkin tidak kelautan). zona

subduksi sering dicatat untuk suku mereka yang tinggi vulkanisme , gempa bumi ,
dan bangunan gunung . Hal ini karena proses subduksi mengakibatkan meleleh
dari mantel yang menghasilkan busur vulkanik sebagai batuan yang relatif ringan
secara paksa terendam.

Gambar : Earth Crust

Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa arus konveksi dari bagian
mantel telah mendorong lempeng samudra secara vertikal sehingga lempeng
samudra melengkung ke atas dan bagian puncaknya patah. Pada lokasi itu,
kemudian terbentuk pegunungan bawah laut atau punggung bawah laut (mid
oceanic ridge). Bagian puncak yang patah disusupi magma dari bawah sehingga
membentuk jalur gunung api bawah laut. Beberapa jalur gunung api bawah laut
itu makin lama makin bertambah tinggi dan puncaknya menyembul diatas
permukaan laut sehingga membentuk pulau-pulau gunung api.
Lempeng samudra yang patah, mengikuti arus konveksi, yaitu sebagian
bergeser ke kiri dan sebagian bergeser ke kanan. Lempeng samudra yang bergeser
tersebut akhirnya menumbuk lempeng benua dan menunjam ke bawah yang
membentuk zona subduksi. Karena menunjam ke bawah, lempeng samudera yang
semula padat dan keras menjadi luluh atau lebur, sebab semakin masuk ke dalam
bumi suhunya semakin tinggi. Lempeng samudra yang luluh tersebut berubah
menjadi dua bentuk, yaitu massa cair dan gas yang menjadi sumber tenaga.
Di daerah subduksi, makin lama jumlah luluhan lempeng samudra makin
bertambah banyak sehingga terkumpullah massa cair dalam jumlah yang besar
dan juga tertumpuk energi yang makin lama makin besar dan kuat. Tumpukan
energi yang besar itu akhirnya akan mampu melepaskan diri dengan menjebol
6

lapisan kulit bumi diatasnya. Akibat desakan arus konveksi ke atas mengakibatkan
kulit bumi retak dan membelah (divergensi). Kemudian, masing-masing belahan
bergeser ke kiri dan ke kanan secara horizontal tersebut bertumbukan dengan
pecahan kerak bumi lainnya.

Gambar : Zona Konvergensi

Pada zona konvergensi ini, lempeng samudra (yang lebih berat) akan
menyulap ke dalam (subduksi) akan terangkat ke atas (overridge), melengkung,
dan terpatah-patah (dislokasi), gerakan yang timbul pada saat itu disebut gempa
dislokasi atau gempa tektonik.
Zona subduksi menandai situs konvektif downwelling dari bumi litosfer
(yang kerak rapuh ditambah bagian atas mantel atas). zona subduksi ada di batas
lempeng konvergen di mana satu piring dari litosfer samudera menyatu dengan
plat lain. Turun-akan slab - tepi terkemuka dari subduksi lempeng-dikalahkan oleh
mutakhir dari pelat lain. Slab tenggelam pada sudut sekitar 25 sampai 45 derajat
ke permukaan bumi. Pada kedalaman sekitar 80-120 km, basal pelat samudra
dikonversi menjadi batu metamorf disebut eclogite . Pada titik ini, kepadatan
meningkat litosfer samudra dan dilakukan ke dalam mantel oleh arus konvektif
downwelling. Hal ini pada zona subduksi bahwa bumi lithosfer, kerak samudera ,
sedimen lapisan, dan beberapa terjebak air didaur ulang ke dalam mantel. Bumi
adalah satu-satunya planet di mana subduksi diketahui terjadi. Tanpa subduksi,
lempeng tektonik tidak bisa eksis.
Subsidi sendimen biasanya kaya hydrous mineral dan tanah liat. Selama
transisi dari basal ke eclogite, bahan-bahan hydrous rusak, memproduksi jumlah
berlebihan dari air, yang padakanan yang begitu besar dan suhu ada sebagai fluida
superkritis. Air superkritis, yang panas dan lebih ringan dibandingkan dengan
7

batuan sekitarnya, naik ke atasnya mantel mana menurunkan tekanan dalam (dan
dengan demikian suhu leleh) batuan mantel ke titik lebur yang sebenarnya,
menghasilkan magma. Magma ini, pada gilirannya, meningkat, karena mereka
kurang padat dari batuan mantel. Mantel magma ini yang diturunkan (yang
basaltik dalam komposisi) dapat terus meningkat, akhirnya ke permukaan bumi,
mengakibatkan letusan gunung berapi. Dari lava meletus tergantung pada sejauh
mana yang diturunkan basalt mantel (a) berinteraksi dengan (mencair) kerak bumi
dan / atau (b) mengalami kristalisasi fraksional.
Diatas zona subduksi, gunung berapi yang ada di rantai panjang disebut
busur vulkanik. Gunung api yang ada di sepanjang busur cenderung menghasilkan
letusan berbahaya karena mereka kaya dalam air (dari pelat dan sedimen) dan
cenderung menjadi sangat eksplosif. Krakatau, Nevado del Ruiz, dan Gunung
Vesuvius merupakan contoh gunung berapi busur. Busur juga diketahui terkait
dengan logam mulia seperti emas, perak dan tembaga - lagi diyakini dibawa oleh
air dan terkonsentrasi di sekitar gunung berapi tuan rumah mereka di batu disebut
"bijih".
Panas dari inti bumi yang disampaikan kepada mantel menyebabkan
mantel untuk convect banyak cara yang mendidih convects air dalam panci di atas
kompor. Mantel di batas inti-naik sementara tenggelam mantel mantel dingin,
menyebabkan sel konveksi terbentuk. Pada titik di mana dua ke bawah bergerak
convecting sel bertemu (dingin mantel sinking), konveksi dapat terjadi, memaksa
kerak samudera di bawah ini baik benua atau kerak samudera lainnya. kerak
Continental cenderung untuk mengesampingkan kerak samudera karena terdiri
dari granit padat kurang dibandingkan dengan basalt dari kerak samudera.
Zona subduksi adalah penting karena beberapa alasan:
1. Zona subduksi Fisika: Penenggelaman litosfer mantel adalah kekuatan
terkuat (tetapi bukan satu-satunya) yang diperlukan untuk mendorong
gerakan piring dan modus dominan konveksi mantel.
2. Zona subduksi Kimia: The subduksi pelat dingin tenggelam di zona
subduksi rilis air ke dalam mantel atasnya, menyebabkan mantel leleh dan
fraksionasi

unsur

antara

permukaan

dan

waduk

mantel

dalam,

menghasilkan busur pulau dan kerak benua.

3. Subduksi zona subduksi campuran sedimen, kerak samudera, dan mantel


litosfer dengan mantel dari pelat utama untuk menghasilkan cairan, calcalkaline series mencair, deposito bijih, dan kerak benua.
Zona subduksi juga telah dianggap sebagai mungkin lokasi pembuangan
untuk limbah nuklir, di mana tindakan itu akan membawa bahan ke dalam planet
mantel , aman jauh dari kemungkinan pengaruh terhadap kemanusiaan atau
lingkungan permukaan, tetapi metode pembuangan saat ini dilarang oleh
kesepakatan internasional.

Gambar : Peta Persebaran Gunungapi di Indonesia

Di Indonesia terlihat di sepanjang pesisir barat Sumatra, selatan Jawa


sampe ke Laut Banda. Lempeng samudra dan benua yang dimaksud adalah
Lempeng Australia yg menunjam ke bawah Lempeng Eurasia (Eropa dan Asia, di
mana Indonesia bagian barat termasuk di dalam-nya). Pada gambar diatas,
subduction zone ditandai dengan simbol segitiga. Segitiga yang "menghadap" ke
arah Indonesia maksudnya adalah menggambarkan Lempeng Australia yang
masuk menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Bisa di-liat bahwa pesisir barat
Sumatra, selatan Jawa sampe ke Laut Banda adalah jalur subduction. Artinya
sepanjang daerah itu adalah daerah rawan gempa.
Keterkaitan subduction zona dengan gempa yaitu jalur gempa di dunia
(atau istilah-nya adalah benioff zone) akan mengikuti jalur subduction karena
memang gempa adalah salah satu produk dari jalur tersebut selain jalur gunung
9

api dan juga semua hasil tambang bumi jadi kesimpulan umum dari subduction
zone tadi adalah bukan hanya menghasilkan gempa tetapi juga bisa memberikan
fenomena alam yang menakjubkan dan kekayaan hasil bumi yg menguntungkan
secara ekonomi.
Lempeng samudra yang menunjam tadi akan bergesekan dengan lempeng
benua. Selama dia menunjam, dua lempeng ini mempunyai daya elastic. Pada saat
daya elastis-nya sudah melewati batas, maka dia akan melepaskan energi berupa
gempa. Jika dianalogikan dengan penggaris adalah ketika si penggaris tadi sudah
tidak bisa mempertahankan kelengkungannya dan patah.

Gambar : penampang dari subduction zone


Trench adalah palung, titik pertemuan lempeng samudra dan lempeng
benua, magma generation terbentuk karena suhu dan tekanan tinggi akibat
gesekan dua lempeng ini yang akhirnya membuat batuan di kedalaman itu meleleh
dan karena suhu tekanan tinggi pula magma ini berusaha naik ke atas permukaan
bumi melalui gunung api.

10

Apa Hubungan Gunungapi dan Lempeng Bumi?

Gambar : Peta Ancaman Bencana Gunungapi di Indonesia


Sumber : BNBP

Indonesia memiliki banyak gunungapi, beberapa masih aktif dan memiliki


siklusnya tersendiri. Titik - titik merah tersebut adalah lokas gungungapi yang
tersebar di seluruh Indonesia. Hampir di setiap pulau di Indonesia terdapat
gunungapi, kecuali pulau kalimanatan. Garis merah tersebut adalah daerah
pertemuan lempeng. Di sisi selatan adalah pertemuan antara lempeng samudera
dan lempeng benua. Untuk lebih jelasnya mari kita penampang vertikal pertemuan
lempeng tersebut pada gambar di bawah ini:

11

Gambar : Ideal Tectonic Component of Sunda Arc


Sumber : esdm

Pertemuan lempeng samudera dan benua di sisi selatan kepulauan


Indonesia merupakan zona Subduksi. Zona Subduksi adalah pertemuan antara
lempeng yang saling menunjam. Lempeng samudera menunjam lempeng benua
karena lempeng samudera mempunyai berat jenis lebih besar dari lempeng benua.
Hasil penunjaman tersebut menyebabkan lempeng benua mengalami keretakan,
retakan tersebut menjadi outline lapisan magma keluar ke permukaan bumi.
Lapisan magma yang keluar permukaan bumi ini yang membentuk morfologi
gunungapi yang bisa kita lihat di sepanjang zona pertemuan lempeng. Jadi
konsekuensi logis dari zona subduksi adalah adanya gunungapi. Tetapi tidak
hanya itu juga, daerah di sekitar zona subduksi adalah daerah rawan gempa.
Mengapa Ada Gunungapi?
Pembentukan gunung api erat kaitannya dengan aktifitas tektonik lempeng
dan naiknya magma ke permukaan bumi. Setiap aktifitas tektonik yang berbeda
menghasilkan karakteristik gunung api yang berbeda pula. Pada artikel ini hanya
akan dibahas mengenai gunung api pada zona subduksi.

12

Gambar 1. Proses pembentukan gunung api pada zona subduksi, hotspot dan zona divergen.

Gunungapi Pada Zona Subduksi


Zona Subduksi adalah tempat dimana bertemunya lempeng benua dengan
lempeng samudera dimana lempeng samudera menyusup ke bawah lempeng
benua. Bagian ujung lempeng samudera yang menghujam ke dalam lapisan
mantel bumi akan mengalami pelelehan dan menambah volume magma di dalam
astenosfer. Tekanan yang diberikan akibat pelelehan ini juga menyebabkan
naiknya magma menuju permukaan kerak bumi melaui celah-celah atau retakanretakan pada kerak bumi sehinga membentuk kantong-kantong magma. Kantongkantong magma di dalam kerak bumi inilah yang nantinya menjadi dapur-dapur
magma pemasok material gunung api. Peningkatan aktifitas tektonik pada zona
subduksi dapat meningkatkan aktifitas gunung api.
Komposisi magma di dalam mantel bumi awalnya bersifat basa (basaltic),
namun ketika bercampur dengan lelehan batuan kerak benua yang bersifat asam,
maka pada umumnya gunung api yang dihasilkan di sepanjang sabuk zona
subduksi akan bersifat intermediet menghasilkan batuan gunung api andesitik,
dengan karakteristik erupsi berupa lelehan lava kental, letusan kuat dan hembusan
awan abu. Muntahan material berupa perselingan lelehan lava dan piroklastik dari
letusan dan hembusan yang memuntahkan batuan, kerikil, pasir dan abu akan
menghasilkan gunung api berlapis atau strato volcano.

13

Gunungapi Hotspot
Gunung api hotspot dibentuk pada titik-titik panas yang muncul di tengahtengah kerak samudera. Magma yang bersifat basaltik muncul kepermukaan
membentuk tameng-tameng lava yang berlapis hingga muncul di atas permukaan
laut membentuk daratan vulkanik dan gunung api di tengah samudera. Sifat lava
yang encer dan cepat membekumembentuk gunung api api tameng (Shield
Volcano). Kepulauan vulkanik Hawai dan Galapagos adalah hasil dari proses
hotspot.

Gambar : Kepulauan Hawai dan prorses pembentukannya.

Gambar 3. Pembentukan Kepulauan Galapagos

Magmatisme Pada Zona Subduksi


14

Konsep tektonik lempeng menjelaskan bahwa kulit bumi terdiri dari


beberapa bagian lempeng yang kaku (rigid), yang bergerak satu sama lain diatas
massa astenosfer yang plastis dengan kecepatan rata-rata 10cm/tahun atau 100
km/10 juta tahun (Morgan, 1968; Hamilton, 1970 dalam Alzwar dkk., 1988).
Berdasarkan konsep tersebut, maka pergerakan lempeng bumi dapat dibagi
menjadi tiga yaitu konvergen (saling bertumbukan), divergen (saling menjauh)
dan transform (saling berpapasan) (Lockwood & Hazlett, 2010), dimana kegiatan
magmatisme akan terjadi pada batas-batas lempeng ini.

Gambar 1.1. Lokasi-lokasi terbentuknya magma dalam konteks tektonik lempeng. Pada ilustrasi
diatas terlihat jelas bahwa punggungan tengah samudera (MOR) menempati urutan pertama
sebagai penghasil magma terbesar, diikuti oleh zona subduksi, oceanic intraplate dan continental
intraplate (Schmincke, 2003)

Batas lempeng konvergen salah satunya berupa zona subduksi. Zona


subduksi adalah bagian dari permukaan bumi yang dibentuk oleh penenggelaman
(subduksi) dari lempeng litosfer yang dingin dan tebal sampai ke mantel bumi
(Tatsumi & Eggins, 1995). Zona subduksi dicirikan oleh pembentukan palungpalung laut dalam, rantai gunung api (Perfit & Davidson, 2000) serta konsentrasi
hiposenter gempa bumi yang tinggi (kebanyakan pada kedalaman 100 km sampai
> 600 km) pada zona Wadati-Benioff (Schmincke, 2003). Subduksi ini akan
membawa batuan dengan komposisi kimia beragam ke dalam mantel seperti
kerak samudera basaltik, peridotit dan sedimen laut dalam (Tatsumi & Eggins,
15

1995). Proses subduksi biasanya akan termanifestasi dalam bentuk magmatisme


dan vulkanisme seperti pada Ring of Fire di Samudera Pasifik (Tatsumi & Eggins,
1995). Proses magmatisme ini terutama dipengaruhi oleh volatil (H2O) yang
terbawa oleh kerak samudera yang menunjam dimana akan mendorong terjadinya
pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan sebagian ini disebabkan oleh
dehidrasi mineral-mineral pembawa air pada kerak samudera yang menunjam
seperti amfibol (d=110 km) dan plogophit (d=200 km) (Tatsumi & Eggins, 1995).

Gambar 1.2. Vulkanisme diatas zone subduksi. Penunjaman dari kerak samudera yang dingin
menyebabkan upwelling dari mantel panas dibawah busur vulkanik. Senyawa volatil seperti H2O
dilepaskan dari kerak samudera ke mantel diatasnya sehingga menyebabkan pelelehan
(Sigurdsson, 2000)

Jalur aktivitas volkanik paling menonjol terdapat di batas lempeng


konvergen, terutama di sepanjang zona subduksi. Jalur gunungapi spektakuler
dikenal sebagai jalur Cincin Api, atau Circum Pacific, yang mengelilingi
cekungan Samudra Pasifik. Distribusi gunungapi ini dikontrol oleh zona-zona
subduksi tiga lempeng utama yang menyusun cekungan Samudera Pasifik dan
lempeng-lempeng lain yang lebih kecil seperti Lempeng Filipina dan Lempeng
Karibia. Jalur aktivitas volkanik lainnya adalah Circum Mediterania yang
mengikuti batas konvergen Lempeng Afrika. Magma pada zona subduksi umunya
bersifat andesitik hasil partial melting batuan basaltis dan sedimen pada kerak
samudera ketika menyusup kebersama lempeng ke bagian astenosfer. Sesuai

16

dengan invers deret Bowen, material pertama yang melebur adalah lapisan
sedimen kaya silika, diikuti oleh Na-plagioklas,ampibol dan akhirnya piroksen.
Aktivitas volkanism lain terdapat di tengah-tengah lempeng tektonik, dan
kebanyakan terdapat di tengah-tengah Samudra Pasifik. Erupsi di tengah-tengah
lempeng ini merupakan ekspresi permukaan dari variasi termal lokal, atau hot spot
di dalam mantel. Kepulauan Hawai merupakan contoh terbaik. Aktivitas
magmatik di paparan kontinen relatif jarang. Umunya berupa ekstrusi-ektrusi
terpencar yang diperkirakan merupakan hasil mantle plume, yakni naiknya masa
material mantel yang panas, yang boleh jadi berupakan bagian dari arus konveksi
mantel besar.
Secara lebih rinci aktivitas volkanik moderen dapat diklasifikasikan
menurut tatanan tektoniknya sebagai Mid ocean spreading volcanism, Marginal
sea spreading volcanism, Intra-plate oceanic volcanism, Intra-plate continental
volcanism,Continental rift volcanism, Young island volcanism, Micro-continental
arc volcanism, dan Continental margin arc volcanism
KIMIA MAGMA
Senyawa-senyawa non volatil terutama terdiri dari fraksi gas seperti CH4,
CO2, HCl, H2S, SO2, NH3, H2O. komponen ini akan mempengaruhi magma
salam banyak hal. Kandungan volatil, khususnya H2O akan menyebabkan
pecahnya ikatan Si-O-Si. Apabila nilai viskositas rendah, maka difusi akan
bertambah dan pertumbuhan kristal terjadi dengan baik. Kandungan H2O juga
mempengaruhi suhu kristalisasi dalam magma. Volatil dalammagma menentukan
besarnya tekanan selama proseskenaikan magma tersebut ke permukaan. Unsur
tersbut juga mempengaruhi pembentukan piroklastika, awan panas dan
sebagainya, selain pengaruh lazim pada betuk kristal dan lubang gas.
Senyawa-senyawa non volatil merupakan unsur-unsur oksida dalam
magma, yang terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O,
K2O, TiO2, P2O5. Jumlahnya yang mencapai 99% ini disebut sebagai major
element. Komposisi kimia, terutama SiO2 sangat berpengaruh terhadap viskositas
magma. Bila SiO2 bertambah, maka viskositas bertambah. Magma asal yang
mempunyai Al akan relatif lebih kental dan mempunyai suhu rendah. Sedangkan

17

magma kaya Mg, Fe dan Ca akan bersifat mudah mengalir dan [anas. Jika magma
toleitik dan fonolitik maka magma andesit dan riolitik lebih kental lagi.
Menurut Green (1980), berdasarkan unsur utama, unsur jarang dan unsur
tanah langka produk magmatisme daerah subduksi mempunyai ciri-ciri: Kadar
TiO2 rendah, yaitu < 1,2% pada batuan mafik dan < 3% pada batuan silicic. Kadar
Al2O3 yang tinggi sekitar 16%-19% pada batuan mafik-intermedier. Pada palung
menuju busur vulkanik terdapat peningkatan yang teratur kadae K2O, pada SiO2
yang sama, dan berhubungan dengan kedalaman zona Benioff. Rasio (K2O)
+Na2O)/CaO mempunyai harga tinggi pada batuan yang terbentuk paling jauh
dari palung dan paling muda umurnya. Pada seri toleit busur kepulauan dijumpai
kecenderungan pengayaan Fe dengan dominasi terjadi pada Andesit. Pada seri
alkali busur kepulauan terdapat sedikit sampai tidak ada pengayaaan Fe, dan
didominasi andesit. Pada seri silisik terdapat sedikit sampai tidak dijumpai
pengayaan Fe. Kelimpahan unsur-unsur inkompatibel mendekati seri kalak-alkali.
Unsur jarang (trace element) di daerah penunjaman mempunyai hubungan
positif dan negatif dengan SiO2 . Secara umum unsur LIL (large-ion lithopile)
yang bersifat incompatible seperti Rb, Ba, Sr dan Pb memperlihatkan variasi yang
besar dari arah palung menuju busur vulkanik, serta dari batuanumur tua ke muda.
Variasi ini sesuai dengan kadar K2O dari batuan toleit hingga shosonitik. Unsur
HFS (high fields strengt elements) seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta sebagaimana
unsur-unsur LIL umumnya memperlihatkan adanyavariasi kelimpahan dalam
batuan yang teratur dari arah palung menuju busur vulkanik.
Unsur HFS (high field strenght elements) seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta
sebagaimana unsur LIL umumnya memperlihatkan adanya variasi kelimpahan
dalam batuan yang teratur dari palung benuju busur vulkanik. Berbeda dengan
unsur LIL, dibandingkan dengan batuan basalt pada MOR maka kelimpahan
unsur HFS di jalur tunjaman tidak menunjukkan adanya pengayaan, namun
menunjukkan adanya penurunan. Ini terutama terjadi pada unsur Nb (Wilson,
1989).
Pada unsur-unsur compatible seperti Ni, V dan Cr dari batuan volkanik
daerah penunjaman menunjukkan adanya penurunan dari toleit ke sosonit. Dalam
satu seri batuan unsur-unsur tersebut memperlihatkan penurunan akibat proses

18

deferensiasi, atau dengan kata lain ada hubungan korelasi negatif antara unsurunsur tersebut terhadap SiO2. Kelimpahan unsur tersebut lebih rendah dibanding
basal MOR, sehingga mengindikasikan bahwa pembentuk batuan vulkanik
tersebut bukan merupakan magma primitif.
Kandungan total unsur tanah langka (rare earth element, REE) pada batuan
produk penunjaman umumnya rendah, di bawah 100 ppm. Batuan toleit
mempunyai pola REE yang lebih primitif, yang berbeda dengan pola REE basal
MOR. Pola REE pda batuan alkali kapur dan sosonitik memperlihatkan adanya
pengayaan unsur tanah langka ringan (LREE), terutama pada seri sosonit.
Pembentukan Magma pada Zona Subduksi
Proses pembentukan magma diperoleh modelnya menggunakan titik leleh
batuan peridotit. Peridotit dipilih karena merupakan penyusun mantel sebagai
sumber asal magma. Pada batuan ini, pelelehan dapat terjadi karena perubahan 3
parameter dasar :tekanan (P), temperatur (T) dan komposisi kimia (X), yaitu
(Schmincke, 2003):

Gambar : Tiga model pembentukan magma basa oleh pelelehan sebagian (partial
melting) peridotit dimana a= penambahan temperatur, b=pengurangan tekanan c=penambahan H2O
dan CO2 (Schmincke, 2003)

Kenaikan temperatur (T) pada kondisi P dan X yang konstan


19

Penurunan tekanan P pada T dan X yang konstan

Perubahan X pada P dan T yang konstan (terutama penambahan fluida


khususnya H2O dan CO2)

Kombinasi antara satu faktor dengan faktor yang lain (Lockwood &
Hazlett, 2010)

20

Anda mungkin juga menyukai