Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

‘Identifikasi Alterasi dan Mineralisasi di Daerah Cijiwa,


Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat’

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikroskopis bijih,


Eksplorasi Sumberdaya Mineral, dan Petrologi Mineral Ubahan.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
JATINANGOR
2018
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu wilayah dengan karakteristik geologi yang
beragam. Pertemuan tiga lempeng berupa Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik yang
menghasilkan tatanan tektonik yang kompleks serta aktivitas vulkanik yang aktif. Proses
di dalam bumi yang dihasilkan pada tatanan tektonik seperti Indonesia adalah sistem
hidrotermal. Sistem hidrotermal yang aktif di Indonesia menghasilkan suatu sumberdaya,
baik yang dimanfaatkan bila sistem masih aktif (Geotermal) atau sistem hidrotermal yang
telah mati, menjadi sumberdaya mineral yang bernilai ekonomis tinggi.

Sistem deposit epitermal merupakan salah satu bentuk yang berkembang pada
sistem hidrotermal yang sudah tidak lagi aktif (Hedenquist, 1995). Memiliki dua jenis
karakteristik, epitermal sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi (Corbett and Leach, 1998).
Pembedaan dua jenis karakteristik ini berdasarkan kedalaman, alterasi dan mineralisasi
bijih serta jenis fluida yang berkembang (Hedenquist, 2000).

Daerah Cigaru di desa Kertajaya Kecamatan Ciemas adalah salah satu derah
mineralisasi di Kabupaten Sukabumi. Pada tahun 1920 an daerah ini merupakan daerah
pertambangan yang aktif. Sampai saat inipun penambangan emas masih dilakukan
dengan skala pertambangan rakyat (skala kecil). Selain emas, mineral bijih yang
ditambang yaitu emas, seng (spalerit), timbal (galena) dan tembaga (kalkopirit) dalam
kadar yang cukup ekonomis.

Gambar 1: Peta Daerah Cigaru dan Sekitarnya


KERANGKA GEOLOGI REGIONAL

Fisiografi daerah penelitian masuk ke dalam zona pegunungan selatan atau


pegunungan andesit tua (Bemmelen, 1941). Memiliki bentuk lanskap berupa perbukitan
dan plato dataran tinggi, menjadikan daerah ini Daerah penelitian menurut kajian geologi
berupa litologi dan stratigrafi didominasi oleh Formasi Jampang (Sukamto, 1975).
Formasi Jampang tersusun atas batuan vulkanik yang diendapkan pada lingkungan
transisi darat-laut. Batuannya berupa breksi vulkanik, tuf, tuf gampingan dan retas
andesit. Umur formasi ini yaitu Miosen Tengah. Pada daerah timur Cigaru terdapat
xenolith gabro, piroksenit, hornblendit, banyak mengandung dike dan urat yang
mengalterasi batuan sekitarnya.

Fisiografi Jawa Barat MenurutVan Bemmelen (1949)

POLA STRUKTUR

Mineralisasi mineral bijih di Cigaru terdapat pada daerah dengan intensitas


struktur dominan berarah NNW-SSE (Soebowo, 1988). Hal ini disebabkan oleh
keterbentukan struktur tersebut pada kala Miosen Awal-Tengah. Data struktur geologi
pada Formasi Jampang memiliki arah tegasan berarah N 200° E dilihat dari sumbu
perlipatan batuan berarah N 290° E. Daerah Cigaru memiliki pola struktur jenis ekstensi
dengan jurus berkisar antara N 320° E hingga N 355° E dengan kemiringan 75-90°
(Soebowo, 1988). Setelah Miosen Tengah munculnya magma sebagai sumber pembawa
fluida hidrotermal ke dalam struktur (Sukamto, 1975).
STRATIGRAFI REGIONAL

Stratigrafi kawasan Ciletuh dapat dikelompokan dalam dua kategori umur, yaitu
kelompok batuan yang berumur Pra-Tersier dan Tersier (Sukamto, 1975). Kelompok Pra-
Tersier terdiri atas batuan melange yang merupakan campuran batuan metamorfik, basa,
ultrabasa dan Formasi Citireum. Kelompok batuan Tersier terdiri atas Formasi Ciletuh,
Formasi Bayah dan Formasi Jampang. Daerah penelitian menurut kajian geologi berupa
litologi dan stratigrafi didominasi oleh Formasi Jampang (Sukamto, 1975).
Menurut Martodjodjo (1984) diatas kompleks melange tersebut diendapkan
Formasi Ciletuh yang berupa endapan laut dalam. Formasi Ciletuh kemudian ditutupi
secara selaras oleh Formasi Bayah, dengan yang merupakan hasil pengendapan
lingkungan darat sampai laut dangkal berumur Eosen Tengah. Kemudian pada umur
Miosen Tengah diendapkan Formasi Jampang.
Formasi Jampang tersusun atas batuan vulkanik yang diendapkan pada
lingkungan transisi darat-laut. Dengan litologi berupa breksi vulkanik, tuf, tuf
gampingan.. Formasi Jampang secara umum adalah interkalasi dari breksi volkanik dan
tuff yang tebalnya mencapai 1000 meter diendapkan mengikuti mekanisme aliran
stratigrafi laut (Martidjodjo, 1984). Formasi ini kemudian diterobos oleh batuan andesit.

Penampang Stratigrafi Utara-Selatan Jawa Barat, Martodjodjo 1984

ALTERASI DAN MINERALISASI

Sistem epitermal di daerah Cijiwa dan sekitarnya dikontrol oleh intrusi diorit dan
andesit kemudian dipotong oleh urat kuarsa yang mengandung emas dibagian yang lebih
dalamnya, sedangkan untuk bagian atasnya diselubungi oleh selubung silikat. Alterasi
pada batuan-batuan sekitarnya. Beberapa diantaranya berubah menjadi kaolin atau
monmorilonit, kuarsa, pirit, kalkopirit dan khlorit. Mineral-mineral ekonomis ini
umumnya terbentuk di dalam rekahan-rekahan yang terisi oleh kuarsa Kemudian
berlangsung pelapukan secara kimiawi yang disebabkan oleh larutan-larutan asam sulfat,
karbonat dan bahan-bahan organik, hingga menyebabkan terbentuknya mineral sulfida
hasil ubahan supergen seperti bornit dan kovelit (Syamsudin, 1980).

Di daerah Cigaru dan Ciawitali lebih banyak dijumpai pirit dan sfalerit.
Sedangkan di daerah Cijiwa, urat-urat kuarsa tersebut mempunyai kandungan mineral
yang cukup ekonomis. yaitu 10,5 gram/ton Au dan 40 gram/ton Ag, dengan Lebar
keseluruhan zona mineralisasi diperkirakan sekitar 400 meter dan memanjang sejauh
kuranglebih 4 kilometer.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, yang disusun bedasarkan karakteristik


mineralisasi daerah Cijiwa, kehadiran mineral bijih base metal cukup melimpah. Zona
yang memiliki potensi dalam eksploitasi unsur Au berada pada zona mineralisasi pirit
arsenik dan unsur Ag ada pada zona mineralisasi pirit kalkopirit. Untuk unsur base metal
seperti Cu dan Pb memiliki kadar paling tinggi pada zona mineralisasi pirit kalkopirit dan
unsur Zn pada zona mineralisasi pirit galena sfalerit kalkopirit. Hal ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam kegiatan eksploitasi emas daerah Cijiwa untuk terfokus pada
zona mineralisasi pirit-arsenik.

ZONA MINERALISASI

Dari hasil penelitian sebelumnya, daerah Cijiwa ini dapat dibagi berdasarkan
himpunan mineral berat. Zona tersebut memiliki karakteristik dan kandungan mineral
berharga seperti Au dan Ag yang berbeda. Dibagi menjadi 4 zona yaitu:

a. Zona Pirit
Zona mineralisasi ini hadir dengan mineral dominan berupa pirit yang hadir
secara menyebar pada batuan. Hasil geokimia menunjukan zona mineralisasi
ini memiliki nilai kadar Au 2,72 ppm dan Ag 30 ppm
b. Zona Pirit – Arsenik
Zona mineralisasi ini hadir di posisi sentral pada urat kuarsa, dengan mineral
dominan berupa pirit bertekstur masif berwarna hitam. Ditemukan juga
kalkopirit di beberapa tempat. Hasil geokimia menunjukan zona mineralisasi
ini memiliki kandungan As yang tinggi (0,37%) dan memiliki kadar Au 10,2
ppm dan Ag 8,2 ppm

c. Zona Pirit – Kalkopirit


Zona ini berada pada posisi lebih dalam dari zona sebelumnya. Mineralisasi
berupa urat kuarsa dengan mineral dominan yang hadir yaitu pirit dan
kalkopirit yang telah terubah menjadi mineral supergen seperti kalkosit dan
kovelit. Hasil geokimia menunjukan zona mineralisasi ini memiliki
kandungan Au 6,67 ppm, Ag 42,8 ppm dan Cu 4,1%
d. Zona Pirit – Galena – Sfalerit – Kalkopirit
Zona ini merupakan zona yang paling dalam dari sistem urat dengan
komposisi mineral dominan berupa pirit, kalkopirit, galena dan sfalerit. Hasil
geokimia menunjukan zona mineralisasi ini memiliki kandungan Au 1,85
ppm, Ag 6,9 ppm dan Zn 4,6%
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, SA, Rosana, MF, Haryanto, AD., 2018. Hubungan Zona Mineralisasi Bijih
Dengan Kadar Tinggi Au-Ag Sistem Epitermal Urat Cijiwa, Kecamatan
Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Padjadjaran Geoscience
Journal. Vol.02, No. 02, Aprll 2018: 139-144
Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, Disertasi Doktor, ITB,
Bandung. (tidak diterbitkan)
Bemmelen, R. W. van., The Geology of Indonesia The Hague : Govt. Printing Office, 1949.
Rosana, MF., dkk,. 2006. Geologi Kawasan Ciletuh, Sukabumi : Karakteristik, Keunikan
Dan Implikasinya. Lokakarya Penelitian Unggulan dan Pengembangan Program
Pascasarjana FMIPA UNPAD 3 April 2006

Anda mungkin juga menyukai