Diagram Kesetimbangan
Renanda Sevirajati
270110120115
Pendahuluan
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya
tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan
bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur
didalamnya.
Magma dapat diartikan sebagai leburan silikat yang mengandung berbagai macam
unsur kimia, baik unsur logam, semi logam bukan logam ataupun unsur-unsur pembentuk
gas (volatil). Magma terdapat pada lingkungan suhu dan tekanan tinggi, dan diperkirakan
Magma bersifat mobile dan salah satu nya mobilitasnya adalh berupa instrusi yang
menuju kepermukan bumi dan masuk kedalam retakan batuan yang ada di kulit bumi.
Dalam perjalannyanya, instrusi magma yang mengalami penuruan suhu maupun tekanan
disebut sebagai endapan bahan galian singenetik dan endapan yang terbentuk sesudah
a. Dissiminasi (penghamburan)
Sebagai penghamburan mineral dalam batuan beku ysng mengkristal pada temapat
dalam dan bila yang terhambur tadi bermuai, maka sebagai satu kesatuan, batuan
b. Sugresi (pemisahan)
Istilah yang dipakai pada endapan mineral bahan galian yang mengkristal terlebih
dahulu. Pada saat magma mulai mengkristal kemudian terpisah dari magma
tersebut karena sifat fisik yang berbeda, misalnya karena berat jenis yang berbeda.
c. Injeksi
pengumpulan bahan galian berpindah ketempat lain, bahkan pada tempat terbentuk
semula.
a. immisibilitas cairan
terjadi selagi proses pembekuan berjalan, atau terjadi pemisahan itu sebagai akibat
secara langsung dua atau lebih cairan yang tidak dapat bersatu, seperti minyak dan
air.
2. Sublimasi
Pengendapan langsung dari uap atau gas. Pembentukan bahan galian ini
merupakan proses yang kecil bila dibandingkan dengan proses lainnya. Letak prinsip
proses tersebut adalah pada penuruanan suhu dan tekanan. Terjadinya endapan
3. Metasomatisme kontak
Intrusi magma yng telah menjadi padat mempunyai sisa magma berupa cairan
atau gas yang mempunyai suhu tinggi. Bila bersentuhan dengan dinding atau celah
metasomatisme sentuh terdapat penambahan tekanan pada sisa cairan yang mengadakan
4. Proses hidrothermal
Hasil akhir dari proses pembekuan magma yang mengadakan instrusi adalah
cairan sisa magma yang juga masih mengandung konsentrasi logam yang terdapat dalam
magma dan tidak ikut dalam proses pembekuan sebelumnya. Cairan ini dinamakan cairan
b. Perk (1964) mengembangkan pengertian cairan tersebut tidak harus berasal dari
- hypothermal (300-500 C)
Dimana cairan hidrotermal akan mulai mengendapkan mineral bila telah mencapai
tempat yang menguntungkan, dalam hal ini adalah berupa celah, rongga atau retakan
bahan galain yang paling utama dn dominan dalam pengendapan bahan galian
pengembangan massif.
- pengembangan terhambur:
5. Proses sedimentasi
mekanisme, dimana pada proses sedimentasi, pengendapan mineral terjadi akibat proses
Sedangkan pada evaporasi endapan terjadi karena mineral terlarut dalam air.
Kemudian akan tinggal sebagai bahan padat setelah terjadinya evaporasi. Endapan yang
terjadi akibat sedimentasi yang penting adalah endapan besi, mangan, tembaga, uranium,
Batuan beku umumnya sumber bahan galian setelah melalui proses pelapukan
kimia atau fisik, dimana proses pelarutan oleh air merupakan salah satu hasil pelapukan
kimia yang sangat berperanan di dalam pengendapan mineral besi, mangan, tembaga dan
posfat.
Air hujan pada umumnya banyak mengandung asam karbonat (H2SO3) sangat
Proses yang menyebabkan terjadinya pengenapan ini adalah proses alami yaitu
berupa pemisahan antara mineral ringan oleh air yang mengalir atau angin. Endapan
bahan yang dihasilkan adalah hasil atau pengaruh dari pelapukan dimana pada daerah
beriklim kering proses desenterasi lebih dominan, sebaliknya di daerah tropic proses
Batuan dan mineral yang tidak dapat bertahan dalam lingkungan pelapukan akan
mengalami dekomposisi. Bahagian yang tidak lapuk akan tertinggal dan bahagian yang
larut akan terbawa bersama air. Larutan akan mengalami pengendapan bila keadaan
memungkinkan dan terbentuk mineral baru yang dapat mempunyai arti sebagai mineral
Bila suatu endapan bahan galian tersingkap oleh kegiatan erosi setelah terkena
pelapukan, terutama endapan yang mengandung mineral sulfide. Mineral tersebut akan
mengalami oksidasi dan pelarutan oleh air hujan. Larutan yang berasal dari mineral
banyak mengandung asam sulfat (H2SO4) dan kemudiabn bertindak sebagai pelarut aktif
terhadap mineral lainnya. Dengan kata lain mineral bijih akan teroksidisir dan banyak
diantaranya yang terdiri bersama air yang merembes ke lapisan bawah hingga mencapai
air tanah sampai pada batas kedalaman yang dapat dijangkau oleh pengaruh oksidasi.
Bagian yang teroksidir (tercuci) disebut dengan zone oksidasi. Larutan yang merembes
ke bawah bila telah mencapai air tanah akan mengendapkan kandungan logam sbg
mineral sulfide sekunder. Daerah ini dinamakan daerah pengkayaan sulfide supergen.
Bagian deposit bijih di sebelah bawah yang tidak terkena pengaruh oksidasi dan masih
8. Mineral organik
Mineral organik berasal dari organism. Mineral organik biasanya adalah minyak
TERMODINAMIKA
Termodinamika adalah teori yang menjelaskan hubungan antara panas dan energy, dan
konversi keduanya dimana dapat menjelaskan mineral serta kumpulan mineral yang stabil pada
kondisi tertentu.
Termodinamika tidak hanya memberikan gambaran prediksi mineral apa yang akan
terbentuk pada kondisi tertentu, tetapi juga memberikan gambaran bagaimana cara mengetahui
kondisi pembentukkan batuan melalui analisis kumpulan mineral dan komposisi mineral yang
ada.
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang
terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai
berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs (Gf). Jumlah Gf menggambarkan jumlah
energy yang dilepas atau dibutuhkan ketika suatu fasa terbentuk dari fasa lain. Kita dapat
menghitung energy bebas Gibbs untuk seluruh reaksi (Grxn) dengan menjumlahkan energy
pada sebelah kanan (produk) dari reaksi dan mensubstraksi energy pada bagian kiri (reaktan).
Apabila hasil kalkulasi menunjukkan Grxn < 0, maka reaksi berlangsung di kanan, dan
Nilai Gf dari mineral bervariasi tergantung pada perubahan tekanan (P), temperature
(T) dan komposisi mineral (X). Akibatnya Grxn pada setiap reaksi akan berubah-ubah dengan
P, T, dan X, dimana akan bernilai positif pada P-T-X tertentu dan negative disisi lain. Kita
Persamaan Gibbs
Energi Gibbs-Duhem.
Energi bebas (G) merupakan energi dalam suatu sistem yang tersedia untuk melakukan
pekerjaan (potensial kimia). Sebelumnya kita ketahui bahwa energi bebas Gibbs merupakan
G = U + PV TS
spesies i dan menulis persamaan mendasar untuk energi internal dari suatu sistem PV
hubungan antara perubahan dalam potensial kimia untuk komponen dalam sebuah system
termodinamika.
Dimana I adalah angka dari jenis perbedaan. Persamaan ini benar-benar mendefinisikan potensi
kimia i dari jenisnya. Dan dimana 1 adalah mol komponen , peningkatan kenaikan potensial
kimia untuk komponen ini, yang entropi, pada temperatur absolut, volume dan dalam
mudah. Pada diferensial total dari energi bebas Gibbs dalam hal variabel alami adalah
Dengan substitusi dua dari hubungan Maxwell dan definisi potensial kimia, ini berubah
menjadi:
Seperti ditunjukkan dalam artikel energi bebas Gibbs, potensial kimia hanyalah nama
lain untuk molar parsial (atau hanya sebagian, tergantung pada satuan N) Gibbs energi bebas,
sehingga
Mengurangkan dua ekspresi bagi diferensial total dari energi bebas Gibbs Gibbs-
Definisi dari potensi termodinamika dapat dibedakan dan bersama dengan hukum
pertama dan kedua termodinamika, satu set persamaan diferensial yang dikenal sebagai
perubahan energi internal U dari sebuah sistem dapat ditulis sebagai jumlah panas yang
mengalir ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem pada lingkungan, bersama
dimana Q adalah sangat kecil aliran panas ke dalam sistem, dan W adalah kerja
yang sangat kecil yang dilakukan oleh sistem, i adalah potensial kimia dari jenis partikel i
dan N i adalah jumlah i jenis partikel. (Perhatikan bahwa baik Q maupun W diferensial.
Kecil perubahan dalam variabel-variabel ini karenanya diwakili dengan daripada d.) Oleh
hukum kedua termodinamika, kita dapat menyatakan perubahan energi internal dalam hal
di mana,
T adalah temperatur, S adalah entropi, p adalah tekanan, dan V adalah volume dan kesetaraan
Ini menyebabkan diferensial standar bentuk energi internal dalam kasus perubahan reversibel:
Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan sederhana antara jumlah fasa
setimbang, jumlah komponen, dan jumlah besaran intensif bebas yang dapat melukiskan
c p
c = jumlah komponen
p = jumlah fasa
Pemodelan termodinamika dari suatu reaksi yang diaplikasikan dalam suatu diagram
fasa didasari oleh geotermometer dan geobarometer. Metode geotermobarometer ini umumnya
metamorfik dari kesetimbangan yang bergantung pada tekanan dan temperature pada keadaan
konstan. Geotermometer pada reaksi menunjukkan sensitivitas temperature yang tinggi (S,
H besar) dan sensitivitas tekanan yang rendah (V kecil). Geobarometer pada reaksi
menunjukkan sensitivitas tekanan yang signifikan (V besar) dan sensitivitas temperature yang
kecil (S, H kecil). Biasanya, geotermobarometer digunakan hanya untuk menjelaskan reaksi
Metode dasar dari geotermobarometer adalah lurus. Jumlah dari H, S, Cp, dan V
diketahui dari kalibrasi ekspresimen atau tabel termodinamika. Nilai dari kesetimbangan
konstan diukur untuk sampel dengan mendeterminasi komposisi dari mineral menggunakan
instrument analisis seperti microprobe elektron dengan resolusi spasial 1m. dengan data ini
garis kesetimbangan konstan dapat digambarkan pada diagram P-T dan dapat disimpulkan
bahwa sampel sudah pasti setimbang disalah satu titik disepanjang garis. Jika dua
kesetimbangan dapat dievaluasi maka dua garis dari kesetimbangan konstan dapat digambar
pada diagram P-T dan perpotongan antara kedua garis ini mendefinisikan keadaan tekanan dan
berlangsung pada fasa padat, yang terlihat pada kondisi fisika dan kimia yang berbeda dengan
batuan sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses pelapukan dan diagenesa
tidak termamsuk dalam metamorfisme. Daerah metamorfisme berada pada akhir proses
keadaan padat, sebab jika terjadi leburan (melting) maka akan membentuk magma.
Metamorfisme menyebabkan perubahan stabilitas kimia dan fisika dari batuan asal membentuk
kestabilan yang baru, sehingga batuan yang dihasilkan (batuan metamorf) membentuk struktur
Metamofisme merupakan kelanjutan dari proses diagenesis jika terjadi pada batuan
metamorf. Sebagai contoh, alterasi peat menjadi antrasit dan selanjutnya menjadi grafit,
seluruhnya merupakan rekristalisasi membentuk mineral zeolit, dimana lapisan lava flow
sangat sedikit mengalami alterasi. Sehingga temperatur dan tekanan metamorfisme tidak dapat
ditentukan dengan pasti, karena sangat tergantung pada komposisi mineral dan fabric dari
batuan asal. Batuan yang mempunyai komposisi kimia yang sama, seperti granit dan rhyolite
menghasilkan reaksi yang sangat berbeda karena pebedaan ukuran mineral, permeabilitas yang
tinggi dan luasnya permukaan yang dapat bereaksi dengan fluida.Metamorfisme dapat
dipahami berdasarkan prinsip dasar termodinamika dan kinetic tetapi variasinya sangat besar
Faktor panas, tekanan dan aktivitas fluida kimia merupakan tiga factor utama dalam
kedalaman dan pengaruh dari magma. Tekanan dihasilkan dari dua, yaitu : hidrosratis atau
tekanan yang seragam, merubah volume. Kedua adalah tekanan yang searah atau shear, yang
menyebabkan perubahan bentuk dan distortion. Perbedaan dalam batuan atau tekanan fluida
menyebabkan perbedaan metamorfsme dalam sistem geokimia yang sama. Batuan permeable
dan allow fluida dapat membuat fluida bermigrasi pada tekanan yang rendah.
proses metamorfisme atau tidak terjadi penambahan unsure-unsur kimia dan berjalan tanpa
2. Tekanan, berasal dari letak kedalaman di dalam bumi dan pergerakan kerak atau
3. Fluida kimia aktif, yang tidak menyebabkan penambahan atau pengurangan material.
Termodinamika Metamorfisme
lingkungan kimiawi. Suatu mineral dalam batuan terbentuk pada lingkungan kimiawi yang
sama dengan mineral lain pada tingkat kestabilan yang sama, untuk pembentukan batuan
metamorf. Tingkat kestabilan pembentukan mineral dikontrol oleh faktor termodinamika dan
Stabil, jika energi bebas sangat rendah dan tidak dapat berubah
Metastabil, satu atau lebih energi bebas minimum dalam system, perubahannya sangat
lambat
mineral A + B + C + ... menjadi asosiasi mineral yang lain L + M + N + ..., berdasarkan pada
A+B+C+ = L+M+N+
Jika perubahan mineral membentuk jaringan energi bebas L+M+N+ ...maka A+B+C+
... akan lebih kecil atau berkurang karena energi bebas akan manjadi negatif. Kondisi tersebut
Meskipun pada umumnya perubahan energi bebas tidak berlangsung dengan segera, hal
G = H - T S
S = perubahan entropy
temperature pada batuan atau hidrasi pada batuan oleh penambahan panas.
4. reaksi oksidasi-reduksi, yaitu pelepasan oksigen oleh produksi volatile CO tau CO2 dari
pengurangan karbon.
Reaksi padat-padat
Pada reaksi ini, hanya fasa padat yang berperan baik reaktan maupun produk, dengan
tidak adanya perubahan menjadi fasa fluid yang ditunjukkan pada reaksi kimia. Biasanya rekasi
ini digambarkan sebagai garis lurus dalam diagram tekanan-temperatur. Hal ini dijelaskan
Secara umum, baik entropi maupun volume dari fasa akan bervariasi seiring dengan
kondisi temperature dan tekanan. Saat temperature naik, baik entropi maupun volume akan
bertambah. Baik entropi maupun volume akan menurun seiring dengan bertambahnya tekanan.
Sebagai tambahan, perubahan colume dan entropi pada temperature dan tekanan tertentu
sangan kecil. Meningkatnya temperature pada reaksi padat-padat ini merupakan bentuk
Aturan Fasa
Aturan ini merupakan ekspresi dari jumlah variable dan persamaan yang dapat
digunakan untuk menggambarkan sistem dalam keadaan setimbang. Jumlah variabel adalah
jumlah komponen kimia pada sistem dengan variabel tambahan berupa temperatur dan
tekanan. Angka pada fasa tersebut bergantung dari variasi atau tingkat kebebasan dari suatu
F= C+2P
Dengan
C = jumlah komponen
Contoh dari reaksi padat-padat ini salah satunya adalah reaksi kimia dan peranannya
dalam menjelaskan kondisi metamorfisme yaitu komponen sistem Al2SiO5. Polimorf Al2SiO5
yaitu kyanite, andalusite, dan silimanite yang memliki komposisi kimia yang sama namun
berbeda strukturnya, biasanya hadir pada sedimen pelitik yang termetamorfisme, dan karena
komposisi kimia yang relative simpel dari sistem mineral ini, polimorf Al2SiO5 ditetapkan
sebagai salah satu dari poin penting dalam menjelaskan petrogenesa kuantitatif untuk petrologi
batuan metamorf.
Lihat pada bagian stabilitas kyanite. Karena kyanite merupakan satu-satunya fasa yg
muncul, P=1, F = 2 pada titik ini, karena satu dapat merubah temperatur dan tekanan oleh
sejumlah kecil tanpa mempengaruhi jumlah fasa yang hadir. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa area kestabilas kyanite pada diagram fasa ini adalah divarian (variasi F=2)
Pada fasa batas antara kyanite dan silimanite, titik pada batas jumlah fasa P=2. Dengan
emnggunakan aturan fasa kita akan mendaptkan F=1, dengan demikian hanya ada satu variabel.
Jika kita merubah tekanan, temperatur juga akan berubah dalam upayanya untuk membuat
kedua fasa tetap stabil. Kumpulan fasa dapat dikatakan univariat, dan batas-batas garis fasa
Pada titik dimana ketiga garis unvariat berpotongan, ketiga fasa kyanite, andalusite, dan
sillimanite mengalami kesetimbangan. Maka P=3 dan F=0. Tidak ada derajat kebebasan
diartikan bahwa segala perubahan tekanan dan temperatur akan menghasilkan perubahan
jumlah fasa. Ketiga kumpulan fasa pada satu sistem komponen ini disebut sebagai invarian.
Pada reaksi padat-padat andalusite kyanite, nilai dP/dT adalah positif. Sebagaimana
kita ketahui bahwa produk dari kyanite, muncul pada keadaan temperatur rendah pada batas
reaksi dan memiliki entropi yang rendah membuah S negatif. Kenaikan tekanan
menyebabkan adanya penurunan volume, sehingga kyanite memiliki volume yang lebih rendah
daripada andalusit maka V negatif. Dengan keadaan S dan V negatif, kemiringan batas
Pada reaksi kyanite silimanite, produk silimanite hadir pada keadaan temperatur
tinggi pada batas reaksi, maka Skyanite < Ssilimanite, sehingga S positif. Karena kyanite
hadir pada keadaan tekanan tinggi pada batas kurva, dengan Vkyanite < Vsillimanite maka V
Perlu dicatat bahwa batas reaksi untuk andalusite sillimanite memiliki kemiringan
negatif pada diagram. Sillimaite sebagai produk dari reaksi memiliki volume yang lebih kecil
Daftar Pustaka
http://www.tulane.edu/~sanelson/eens211/mineral_stability.htm
http://serc.carleton.edu/research_education/equilibria/classicalthermobarometry.html
http://serc.carleton.edu/research_education/equilibria/activitymodels.html
http://www.tulane.edu/~sanelson/eens212/thermodynamics&metamorphism.htm
http://darkwing.uoregon.edu/~cashman/GEO311/311pages/L15_metamorphic%20rocks.htm
http://www.minsocam.org/ammin/AM69/AM69_298.pdf
https://www.esci.umn.edu/orgs/whitney/Al2SiO5_deform.htm
http://www.people.fas.harvard.edu/~langmuir/Papers/Langmuir,%20Thermo,%2081.pdf