Anda di halaman 1dari 11

Evolusi Geologi Cekungan Tarakan

Abstrak

Struktur utama di Cekungan Tarakan adalah lipatan dan sesar yang umumnya berarah barat laut–
tenggara dan timur laut–barat daya. Terdapat pola deformasi struktur yang meningkat terutama
sebelum Miosen Tengah bergerak ke bagian utara cekungan dan ada tiga sinistral wrench fault yang
saling sejajar dan berarah barat laut–tenggara, yaitu: Sesar Samporna, Sesar Maratua, dan Sesar
Mangkalihat Peninsula. Selain struktur sesar, di Cekungan Tarakan berkembang 5 buah arch (busur)
atau antiklin besar terutama di bagian barat. Dari utara ke selatan busur-busur tersebut dinamakan
Busur Sebatik, Ahus, Bunyu, Tarakan dan Latih. Tektonik Cekungan Tarakan secara umum dibagi
menjadi tiga fase selama Tersier–Kuarter, yaitu Eosen Tengah–Miosen Tengah, Miosen Tengah–
Pliosen, dan Pliosen–Resen. Ditinjau dari lingkungan pengendapan, batas-batas, serta isian cekungan,
Cekungan Tarakan dibagi menjadi empat subcekungan (Pertamina/Beicip, 1985), yaitu: Subcekungan
Tidung, Subcekungan Berau, Subcekungan Tarakan, dan Subcekungan Muara. Tatanan stratigrafi dari
tua–muda dibagi menjadi 5 siklus sedimentasi (Achmad dan Samuel, 1984), yaitu siklus 1 (Eosen
Akhir–Oligosen Akhir), siklus 2 (Miosen Awal–Miosen Tengah), siklus 3 (Miosen Tengah–Miosen
Akhir), siklus 4 (Pliosen), dan siklus 5 (Kuarter).

Kata kunci: Tektonik Cekungan Tarakan, Subcekungan Tidung, Subcekungan Berau, Subcekungan
Tarakan, Subcekungan Muara

berdasarkan analisis tektonik dan


stratigrafinya.
Pendahuluan
Metodologi
Cekungan Tarakan merupakan
cekungan berumur tersier yang terletak di Metode yang digunakan pada
bagian timur pulau Kalimantan. Cekungan ini penelitian ini adalah studi literatur. Studi
dibatasi oleh Tinggian Samporna di bagian literatur dilakukan dengan mengumpulkan
Utara, Tinggian Kuching di bagian barat, data-data dan analisis dari penelitian-penelitian
Tinggian Mangkalihat di selatan, dan sebelumnya.
membuka ke arah timur sampai Laut Sulawesi.
Cekungan ini merupakan salah satu cekungan Fisiografi Regional
yang menjadi target untuk cadangan minyak Cekungan Tarakan berumur Tersier,
dan gas masa depan (Satyana, 2015), sehingga terletak di bagian timur pulau Kalimantan.
selalu menarik untuk dibahas. Memiliki ciri-ciri terdapat batuan sedimen
Pada penelitian kali ini akan dibahas klastik yang dominan, berukuran halus sampai
tentang evolusi Cekungan Tarakan kasar dengan beberapa endapan karbonat. Pada
utara dibatasi oleh Tinggian Samporna,
terletak sedikit pada utara perbatasan lepas pantai dan terisi dengan Formasi
Indonesia dan Malaysia, selatan oleh Tarakan-Bunyu yang berumur Miosen
Punggungan Mangkalihat yang memisahkan Akhir,
Cekungan Tarakan dengan Cekungan Kutai, d. Subcekungan Muara
pada barat meliputi kawasan daratan sejauh Merupakan deposenter paling selatan
60–100 km dari tepi pantai hingga Tinggian dan perkembangan sedimennya ke
Kuching, dan ke arah timur adalah batas arah lepas pantai di utara Tinggian
Mangkalihat, dipisahkan oleh
cekungan yang diketahui melewati kawasan
Subcekungan Berau di bagian utara
paparan benua ke Laut Sulawesi (Heriyanto,
oleh Punggungan Suikerbrood berarah
1991).
Barat–Timur.
Ditinjau dari lingkungan pengendapan, Subcekungan Berau dibatasi pada
batas-batas, serta isian cekungan, Cekungan bagian utara dan selatan oleh singkapan Pra
Tarakan dibagi menjadi empat subcekungan Tersier. Batas selatan adalah Punggungan
(Pertamina/Beicip, 1985), yaitu (Gambar 1): Suikerbrood. Batas antara Subcekungan
Tarakan dan Subcekungan Berau berdasarkan
a. Subcekungan Tidung
penipisan Formasi Tarakan yang berumur
Terletak di utara cekungan dan
sebagian besar berkembang di daratan, Oligosen. Subcekungan Tidung terpisah dari
terisi sedimen berumur Oligosen Subcekungan Tarakan oleh platform karbonat
sampai Miosen Akhir yang dipisahkan yang ditandai oleh penipisan Formasi Tarakan.
dengan Subcekungan Berau di bagian Subcekungan Tidung terdiri dari berbagai
selatan oleh Punggungan Sekatak, lipatan antiklin berarah barat laut.
b. Subcekungan Berau
Terletak pada bagian selatan dan Lingkungan pengendapan pada
sebagian besar berkembang di daratan, Cekungan Tarakan yang dibagi menjadi empat
terisi oleh sedimen berumur Eosen subcekungan dibuatkan urutan stratigrafi dari
Akhir sampai Miosen Akhir, tua ke muda berdasarkan data bor.
c. Subcekungan Tarakan
Terletak pada bagian tengah dan
merupakan subcekungan paling muda
yang berkembang ke arah utara hingga

Gambar 4. Pembagian Cekungan Tarakan (Achmad dan Samuel, 1984)


Struktur Geologi Cekungan Tarakan Miosen Akhir dan batugamping turbidit yang
ketat (Wight et. al., 1993).
Struktur utama di Cekungan Tarakan
adalah lipatan dan sesar yang umumnya
berarah barat laut–tenggara dan timur laut– Sejarah Tektonik
barat daya. Terdapat pola deformasi struktur
yang meningkat terutama sebelum Miosen Tektonik Cekungan Tarakan secara
Tengah bergerak ke bagian utara cekungan. Di umum dibagi menjadi tiga fase selama
Cekungan Tarakan terdapat tiga sinistral Tersier–Kuarter, yaitu Eosen Tengah–Miosen
wrench fault yang saling sejajar dan berarah Tengah, Miosen Tengah–Pliosen, dan Pliosen–
barat laut–tenggara, yaitu: Resen.

1. Sesar Samporna, yaitu sesar mendatar Eosen Tengah-Miosen Tengah


yang berada di bagian paling utara,
Pada akhir Eosen tengah Cekungan
memisahkan kompleks vulkanik
Tarakan mulai terbentuk. Terbentuknya
Semenanjung Samporna dengan
Cekungan Tarakan dimulai dengan adanya
sedimen, Neogen di Pulau Sebatik,
proses rifting. Proses rifting ini berhubungan
2. Sesar Maratua, sebagai zona kompleks
dengan pemekaran lempeng benua sebagai
transpresional membentuk batas
basement Selat Makassar. Fase ini membuka
Subcekungan Tarakan dan Muara,
cekungan ke arah timur. Hal ini ditandai
3. Sesar Mangkalihat Peninsula, yang
dengan adanya kemiripan bentuk garis pantai
merupakan batas sebelah selatan
pada Kalimantan Timur dengan Sulawesi
Subcekungan Muara bertepatan
bagian barat (Gambar 2 dan 3). Sulawesi Barat
dengan garis pantai utara
diduga menyatu dengan Kalimantan ketika
Semenanjung Mangkalihat dan
masih merekat pada Paparan Sunda pada masa
merupakan penerusan dari Sesar Palu–
Mesozoikum (Satyana, 2003), kemudian
Koro di Sulawesi.
mengalami pemisahan yang dikontrol oleh
Selain struktur sesar, di Cekungan sesar mendatar. Adanya horst dan graben pada
Tarakan berkembang 5 buah arch (busur) atau Selat Makassar juga mengindikasikan adanya
antiklin besar terutama di bagian barat. Dari rifting.
utara ke selatan busur-busur tersebut
Miosen Tengah–Pliosen
dinamakan Busur Sebatik, Ahus, Bunyu,
Tarakan dan Latih. Umur dari kompresi makin Cekungan Tarakan pada umur ini
muda ke arah utara. Intensitas lipatan juga secara tektonik lebih stabil dengan sedimentasi
meningkat ke arah utara dimana busur yang deltaik dari barat menuju timur (Lentini dan
makin besar di lepas pantai menghasilkan Darman, 1996). Selama fase ini, kombinasi
lipatan yang tajam dan sempit di daratan, yaitu antara penurunan cekungan dan sesar tumbuh
di daerah Simenggaris. Busur Latih dan menciptakan ruang akomodasi untuk
antiklin-antiklin kecil yang berkembang di pertambahan volume dari endapan deltaik
bagian selatan dari Cekungan Tarakan (Lentini dan Darman, 1996). Namun,
(Subcekungan Muara) juga mempunyai progradasi endapan deltaik dari barat ke timur
orientasi barat laut–tenggara. Antiklin-antiklin (Achmad dan Samuel, 1984) menunjukkan
minor di selatan ini merupakan struktur adanya peningkatan suplai sedimen dari
inversi, dimana di bagian intinya ditempati Tinggian Kuching. Pengangkatan yang
oleh lempung laut dalam Eosen sampai menyebabkan terjadinya peningkatan suplai
sedimen disebabkan akibat kompresi.
Pliosen–Resen Makassar yang mengalami gerak kompresi
(Gambar 4). Fase kompresi tersebut
Fase tektonik terakhir menghasilkan berlangsung hingga sekarang pada bagian
lipatan berarah relatif barat laut–tenggara. barat dan bagian timur Selat Makassar, yang
Lima lipatan utama, dari utara ke selatan melibatkan sedimen termuda.
urutannya adalah Lipatan Sebatik, Ahus,
Bunyu, Tarakan, dan Latih. Struktur ini
terbentuk akibat adanya reaktifasi Selat

Gambar 2. Pertemuan tiga lempeng tektonik pada Indonesia, Lempeng Eurasia


(kuning), Lempeng Pasifik (hijau), dan Lempeng Indo-Australia (merah)
Gambar 3. Rekonstruksi pemisahan Sulawesi Barat dari Paparan Sunda pada Eosen
Tengah

Gambar 4. Peta struktur geologi regional Cekungan Tarakan, Kalimantan


bagian timur laut

Stratigrafi Cekungan Tarakan

Tatanan stratigrafi dari tua–muda Formasi Sujau


dibagi menjadi 5 siklus sedimentasi (Achmad
dan Samuel, 1984), yaitu siklus 1 (Eosen Sedimen-sedimen diendapkan secara
Akhir–Oligosen Akhir), siklus 2 (Miosen tidak selaras terhadap Formasi Sembakung
Awal–Miosen Tengah), siklus 3 (Miosen pada memiliki lingkungan pengendapan laut
Tengah–Miosen Akhir), siklus 4 (Pliosen), dan littoral sampai dangkal. Formasi Sujau terdiri
siklus 5 (Kuarter). Kelima siklus bisa dari sedimen klastik (konglomerat dan
dikaitkan dengan data-data bor gabungan di batupasir), serpih, dan vulkanik. Sedimen
atas. Formasi-formasi penyusun sub-sub klastik Formasi Sujau merepresentasikan tahap
cekungan adalah sebagai berikut. pertama pengisian cekungan yang mungkin
terbentuk sebagai akibat dari pemakaran Selat
Formasi Sembakung Makassar pada Eosen Awal.
Produk erosional dari Paparan Sunda
Formasi ini dianggap sebagai dasar di sebelah barat terakumulasi bersamaan
dari cekungan sebelum siklus sedimentasi dengan endapan gunungapi dan pirokasltik
bermula, yang terdiri dari sedimen vulkanik pada bagian bawah siklus ini. Keberadaan
dan klastik yang berumur Eosen Awal–Eosen lapisan-lapisan batubara dan interkalasi napal
Tengah. Di atas Formasi Sembakung pada bagian bawah mengindikasikan fasies
diendapkan batulempung berfosil, karbonatan, pengendapan danau yang bergradasi ke atas
dan mikaan yang dikenal dengan Batulempung menjadi lingkungan laut (Biantoro et. al.,
Malio yang berumur Eosen Tengah (Biantoro 1996).
et. al., 1996).
Formasi Seilor
Proses pemekaran Laut Sulawesi pada oleh batugamping berumur Oligosen Akhir–
akhir Eosen Tengah berjalan bersamaan Miosen Awal, merepresentasikan paparan
dengan pengangkatan bagian barat karbonat dengan perkembangan lokal terumbu
Subcekungan Tarakan dan mengontrol siklus (Achmad dan Samuel, 1984). Batugamping
sedimentasi pada daerah ini. Pengangkatan mengandung Lepidocyclina sp. dan
diikuti proses erosi dan memulai pengendapan Nummulites sp. (Achmad dan Samuel, 1984).
Seilor. Kemudian, terendapkan secara tidak Ke arah barat, batugamping Tabalar berangsur
selaras di atas formasi yang lebih tua (Biantoro berubah menjadi perselingan napal,
et. al., 1996; Hidayati et. al., 2007). batugamping, dan serpih yang dinamakan
Formasi Seilor didominasi oleh Formasi Mesalai atau merupakan bagian
batugamping dan membentuk paparan bawah dari Formasi Naintupo (Marks, 1957
karbonat. Secara lokal, batugamping op. cit. Achmad dan Samuel, 1984).
mengandung dolomit terutama jika kontak
dengan batuan di atasnya adalah erosional. Formasi Naintupo
Kehadiran Nummulites sp., Eulepidina sp., dan Formasi Naintupo diendapkan secara
Lepidocyclina sp. mengindikasikan umur tidak selaras di atas Formasi Tabalar, terdiri
formasi ini adalah Oligosen Awal (Achmad dari serpih, napal, dan lapisan batugamping
dan Samuel, 1984).
kaya foram plankton (Leopold, 1928 op. cit.
Formasi Mangkabua Achmad dan Samuel, 1984). Umur Formasi ini
berumur Miosen Awal–Tengah berdasarkan
Formasi Mangkabua diendapkan kehadiran foraminifera plankton (Achmad dan
secara selaras di atas Formasi Seilor, yang Samuel, 1984). Pengendapan Formasi
dicirikan oleh napal masif dan tebal. Pada Naintupo diakhiri oleh pengangkatan dan
formasi ini hadir Nummulites fichteli yang berakhirnya fase ekstensi.
mengindikasikan umur Oligosen (Marks, 1957
op. cit. Achmad dan Samuel, 1984). Formasi Birang
Kebanyakan formasi ini mengalami erosi yang Tersusun atas perselingan napal,
terjadi pada pengangkatan Oligosen Akhir batugamping, dan tufa pada bagian atas dan
(Achmad dan Samuel, 1984). perselingan napal, rijang, konglomerat,
Formasi Tempilan batupasir kuarsa, dan batugamping pada
bagian bawah. Mengandung fosil
Formasi ini diendapkan secara tidak Lepidocyclina ephicides, Spiroclypeus sp.,
selaras di atas Formasi Mangkabua, tersusun Miogypsina sp., Marginipora
atas perselingan batupasir, tuf, serpih, dan vertebralis, Operculina sp., Globigerina
lapisan batubara. Foraminifera besar yang tripartite, Globoquadrina altispira,
hadir adalah Lepidocyclina sp. dan Globorotalia mayeri, Globorotalia
Heterostegina sp., yang mengindikasikan peripheronda, Globigerinoides immaturus,
umur Oligosen Akhir (Van der Vlerk, 1925 op. Globigerinoides sacculifer, Pra Orbulina
cit. Achmad dan Samuel, 1984). Distribusi transitoria, Uvigerina sp., Cassidulina sp.
dari formasi ini belum diketahui secara jelas, yang menunjukkan umur Oligosen–Miosen
kemungkinan terakumulasi pada depresi atau dengan lingkungan pengendapan pada laut
graben secara lokal (Achmad dan Samuel, dangkal. Ketebalan formasi ini lebih dari 110
1984). meter.

Formasi Tabalar Formasi Meliat

Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Meliat diendapkan secara


Formasi Tempilan. Formasi ini didominasi tidak selaras di atas Formasi Naintupo
(Achmad dan Samuel, 1984). Formasi ini 1–2 m. Batupasir berukuran butir sangat
terdiri dari batupasir halus–kasar, serpih, dan halus–sedang, pemilahan sedang–baik, mineral
batubara dan merupakan awal dari sedimentasi kuarsa, fragmen batubara, terkadang fragmen
deltaik (Achmad dan Samuel, 1984). batuan vulkanik, pirit jarang, secara lokal
terdapat nodul batugamping dengan matriks
Formasi Latih lempung dan ketebalan batupasir 2–25 m
(Pertamina–Medco Simenggaris, 2002).
Terdiri atas batupasir kuarsa,
Batulempung sendiri cenderung lengket,
batulempung, batulanau, dan batubara
sedangkan laminasi batubara seringkali hadir
dibagian atas dan pada bagian bawah
diantaranya. Batubara memiliki warna hitam
bersisipan serpih pasiran dan batugamping.
kecoklatan. Batuan vulkaniklastik yang
Batubara berwarna hitam–coklat dengan tebal
dinamakan Tuf Sijin hadir secara lokal di
0,2–5,5 meter. Kandungan fosilnya adalah Pra
Formasi Santul, dan berdasarkan penentuan
Orbulina glomerosa dan Pra Orbulina
umur absolut berumur Miosen Akhir (Achmad
transitoria yang menunjukkan umur Miosen
and Samuel, 1984). Ke arah cekungan,
Awal–Miosen Tengah. Formasi ini
Formasi Tabul dan Santul secara lateral
terendapakan pada lingkungan delta, estuari,
berubah menjadi serpih, napal, dan
dan laut dangkal dengan ketebalan kurang
batugamping.
lebih 800 meter.
Formasi Sijin
Formasi Manumbar
Tersusun atas perselingan tufa, breksi
bagian bawah terdiri atas batulumpur
tufa, aglomerat, dan lava andesit piroksin.
dan batugamping yang kaya akan foraminifera
Tufa mengandung bongkah agate dan
kecil, moluska dan koral. Bagian atas terdiri
obsidian, berstruktur paralel laminasi dan flow
atas batupasir glaukonitan. Kandungan fosil
banding. Lava andesit porfiritik dan
terdiri atas; Globorotalia mayeri,Globorotalia
berstruktur aliran. Formasi Sijin diperkirakan
peripheronda, Globorotalia cultura
berumur Pliosen dengan ketebalan mencapai
menardiii D’Orbigny yang menunjukkan umur
500 meter.
Miosen Tengah dengan lingkungan
pengendapan pada laut dangkal. Tebal formasi Formasi Tarakan
ini berkisar 1000 meter.
Formasi Tarakan diendapkan secara
Formasi Tabul dan Santul tidak selaras di atas Formasi Santul, disusun
oleh batupasir, serpih, dan sisipan batubara
Formasi Tabul diendapkan secara
berumur Pliosen (Achmad dan Samuel, 1984).
selaras di atas Formasi Meliat dan secara lokal
Ke arah timur, formasi ini berubah secara
tidak selaras di atas Formasi Naintupo. Terdiri
berangsur menjadi serpih dan batugamping.
dari batupasir, batulanau, dan sisipan serpih,
berumur Miosen Tengah–Akhir (Baggelaar, Formasi Domaring
1951 op. cit. Achmad dan Samuel, 1984).
Formasi Tabul bagian atas setara dan dapat Terdiri atas batugamping terumbu,
dibedakan sebagai Formasi Santul pada batugamping kapuran, napal, dan sisipan
Subcekungan Tarakan (Baggelaar, 1951 op. batubara muda. Umur formasi ini Miosen
cit. Achmad dan Samuel, 1984, Lentini dan Akhir–Pliosen dengan lingkungan
Darman, 1996). pengendapan pada lingkungan rawa littoral.
Tebalnya lebih dari 500 meter.
Formasi Santul terdiri dari perselingan
batupasir, batulanau, dan batulempung disertai Formasi Sajau
kehadiran lapisan batubara tipis dengan tebal
Terdiri atas batupasir kuarsa, batupasir, serpih, dan sisipan lignit (Achmad
batulempung, batulanau, batubara, lignit, dan dan Samuel, 1984).

konglomerat. Struktur sedimen berupa Formasi Waru


perlapisan silang silur, bioturbasi, dan paralel
laminasi, mengandung moluska, kuarsit, dan Ke arah selatan Formasi Bunyu
mika, serta lapisan batubara setebal 20–100 berkembanglah Formasi Waru. Formasi ini
cm. Formasi ini berumur Plio-Plistosen terdiri dari napal laut dangkal dan
berdasarkan kandungan fosil moluska dan batugamping yang secara lokal berlapis
diendapkan pada lingkungan fluvial sampai dengan batupasir. Formasi ini berkembang
deltaik. Ketebalan formasi ini ~775 meter. dalam fase transgresi dengan lingkungan
nondeltaik. Formasi Waru teramati dengan
Formasi Bunyu baik di Subcekungan Berau atau Muara,
sementara pada Subcekungan Tarakan
Formasi Bunyu terendapkan secara berkembang formasi Bunyu.
tidak selaras di atas Formasi Tarakan selama
transgresi pada umur Pleistosen, terdiri dari

Gambar 5. Stratigrafi dan Tektonik Setting Cekungan Tarakan (dari sumber yang berbeda, e.g. Haq et. al.,
1988; Haddad dan Vail, 1992; Nandang dan Wahyudin, 1994; Heriyanto et. al., 1992; Hidayat et. al., 1992;
Situmorang dan Burhan, 1992; Achmad dan Samuel, 1984)

Subcekungan pada Cekungan Tarakan

Subcekungan Tidung Sabah, yaitu Malibau dan Maliau (Tjia, H. D.,


2000).
Tenggara Cekungan Sabah dan
lingkaran cekungan pada interior Sabah, terdiri Collenette (1965) mengemukakan
atas Cekungan Tidung yang lebih dalam di bahwa ketiga cekungan tersebut, Tidung,
barat dan sebuah platform di bagian timur. Malibau dan Maliau, mulai tersegmentasi dari
Deposenter itu memanjang dari utara-timur satu cekungan oleh gaya kompresi pada
dengan ukuran 20 km x 50 km. Sesar naik Pliosen Akhir yang juga menghasilkan sesar
yang mengarah ke utara-timur diperkirakan naik pada sebagian pinggiran cekungan di
terjadi di kedua sisi deposenter. Menuju utara- timur laut. Tjia et. al. (1990) meyakini bahwa
barat, depresi Tidung berbatasan dengan dua Subcekungan Tidung berasosiasi dengan
cekungan melingkar besar Neogen dari interior pemberhentian rifting dari Sabah Timur.
Banyak kekar UB–ST yang berada di sekitar 4. Kearah timur, Cekungan Tarakan menyebar
Sabah, yang mungkin disebabkan oleh melintasi Laut Sulawesi menuju palung laut
pergerakan sesar mendatar. Makasar. Batas paling timur dari Cekungan
Tarakan tidak dapat ditentukan secara jelas.
Stratigrafi Subcekungan Tidung
Elemen tektonik Cekungan Tarakan,
mencakup beberapa formasi yang
berhubungan pula dengan stratigrafi Kalimantan Timur (Samuel, 1984) Blok
Subcekungan Tarakan. Subcekungan Tidung Simengga
meliputi batas akhir atau tepi dari beberapa
Subcekungan Berau
formasi dilihat dari penipisan hasil bor,
diantaranya adalah Formasi Seilor, Formasi Dimulai dengan mengendapnya
Mangkabua, Formasi Tempilan, Formasi batuan sedimen tertua (Paleogen–Eosen Akhir)
Tabalar, kemungkinan sedikit jejak Formasi yang terpapar di Subcekungan Berau dan
Naintupo, Formasi Maliat, kemudian sedikit diakhiri dengan vulkanisme, uplift, dan
jejak Formasi Tabul, Santul, dan Sijin yang ketidakselarasan. Salah satu penemuan
mungkin sebagai akhir sedimentasi pada terkahir yang dapat menyokong mekanisme
cekungan. yang ada (secara original dikemukakan oleh
T.P Harding E., BP/Sceptre pada penelitian
tanpa publikasi), merupakan sesar naik yang
Subcekungan Tarakan dalam dan berasal dari barat.

Secara tektonik, sejarah Sub- Sejauh ini, hanya dua sesar naik yang
Cekungan Tarakan saat ini merupakan telah diidentifikasi di batuan Tersier darat, satu
di daerah sungai Sekatak, dekat Pulau Tarakan
gambaran hasil aktifitas tektonik Plio -
dan satu lagi ke arah selatan, merupakan sesar
Pleistosen. Elemen-elemen tektonik utama
bagian sektor Latih, di Berau. Meskipun belum
sebagai penyusun cekungan adalah:
ada yang diidentifikasi pada lepas pantai,
1. Melange Kapur/Eosen Awal, jalur dengan kemungkinan karena kedalamannya
Kalimantan Tengah di bagian barat. Daerah ini yang lebih besar di bagian lepas pantai yang
lebih tebal, lipatan isoklinal besar lepas pantai
tersusun oleh batuan metamorf yang
utara–barat Sabah ditafsirkan sebagai bentukan
tertektonisasi kuat. Achmad dan Samuel
dari sesar naik yang jejaknya dalam (Hinz et
(1984), memperkirakan jalur ini berumur
al., 1989 Gambar 6-9 A, B).
Permo-Karbon atau Jura-Kapur.
Stratigrafi Subcekungan Berau
2. Semenanjung Semporna yang membentuk mencakup beberapa formasi yang
tinggian terletak di sebelah utara perbatasan berhubungan pula dengan stratigrafi
Indonesia dan Malaysia. Menurut Hamilton Subcekungan Muara. Subcekungan Berau
(1979), komplek Semporna termasuk Busur meliputi batas akhir atau tepi dari beberapa
Sulu dan secara genetic berhubungan dengan formasi dilihat dari penipisan hasil bor,
proses tumbukan lempeng Filipina dan NE diantaranya adalah Formasi Sujau, Formasi
Kalimantan. Seilor, Formasi Mangkabua, Formasi
Tempilan, Formasi Tabalar, Formasi Birang,
3. Semenanjung Mangkalihat di bagian selatan Formasi Latih, Formasi Menumbar dengan
merupakan tinggian dengan lapisan sedimen sisipan formasi gampingan yang perlahan
tersier tipis, memisahkan Cekungan Tarakan mungkin sebagai akhir sedimentasi pada
di utara dan Kutai di bagian selatan. cekungan.

Subcekungan Muara
Merupakan Subcekungan paling muda dibagi menjadi 5 siklus sedimentasi
selatan dari Cekungan Tarakan dengan (Achmad dan Samuel, 1984), yaitu siklus 1
orientasi barat laut–tenggara. Bagian barat (Eosen Akhir–Oligosen Akhir), siklus 2 (Miosen
daya dibatasi oleh zona sesar mendatar Awal–Miosen Tengah), siklus 3 (Miosen
sepanjang Mangkalihat Peninsula. Bagian Tengah–Miosen Akhir), siklus 4 (Pliosen), dan
timur laut dibatasi oleh zona sesar mendatar siklus 5 (Kuarter). Dengan Formasi Sembakung
lain yang menyebabkan pengangkatan
sebagai formasi tertua dan Formasi Bunyu dan
basement, dimana Pulau Terumbu Maratua
Waru sebagai formasi termuda.
terbentuk. Data seismik mengindikasikan
adanya carbonat rift dan sedimen pasif margin
setebal 5000 m berumur Oligosen–Resen yang
terletak diatas lapisan vulkanik tua. Reservoir
di Subcekungan Muara di dominasi oleh
sedimen karbonat.

Stratigrafi Subcekungan Muara


mencakup beberapa formasi yang
berhubungan dengan stratigrafi Subcekungan
Berau. Subcekungan Muara meliputi formasi-
formasi, diantaranya adalah Formasi Sujau,
Formasi Seilor, Formasi Mangkabua, Formasi
Tabalar, Formasi Birang, Formasi Latih,
Formasi Menumbar dengan sisipan formasi
gampingan, Formasi Domaring, Formasi Sajau
yang kemungkinan adalah batas tepi formasi,
dan Formasi Waru yang perlahan mengakhiri
sedimentasi pada cekungan.

Kesimpulan

Cekungan Tarakan merupakan salah


satu dari tia cekungan tersier yang berada di
Kalimantan. Cekungan Tarakan dibagi menjadi
4 subcekungan yaitu Subcekungan Tarakan,
Tidung, Berau dan Muara. Tektonik cekungan
tarakan secara umum dibagi menjadi tiga fase
yaitu selama tersier-kuarter, yaitu Eocene
Tengah – Miosen Tengah, Miosen Tengah-
Pliosen, dan Pliosen-Resen.

Awal mula terbentuknya Cekungan


Tarakan dimulai dengan adanya proses rifting,
sebagai proses pemekaran Paparan Sunda
walaupun hal ini masih menjadi perdebatan.
Referensi
Kemudian pada Pliosen Cekungan mengalami
reaktifasi secara konvergen sehingga
menghasilkan lipatan berarah relatif barat
laut–tenggara. Tatanan stratigrafi dari tua–
Bachri, S., 2012. Fase kompresi di Selat margin of Sabah, Northwest Borneo.
Makassar berdasarkan data geologi Geologische Rundschau 78/3,705-730.
daratan, seismic laut dan citra satelit.
Jurnal Sumber Daya Geologi, vol.22, Pertamina/Beicip, 1985. Hydrocarbon
No. 3, 137-144. Potential of Western Indonesia.

Tjia, H.D. dan Zakaria, T.H., 1974. Palu-Koro Tjia, H. D., 2000. Tectonic and Structural
strike-slip fault zone, Central Sulawesi. Development of Cenozoic Basins of
Sains Malaysia, 3, h.67-88. Malaysia. Geological Society of
Malaysia Annual Geological
Rahardiawan, R. 2011. Struktur dan Stratigrafi
Conference 2000.
Cekungan Spermonde, Sulawesi
Selatan:Studi Pendahuluan Seismik 2D. Tjia, H. D., Komoo, I., Lim, P. S., and Surat,
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No.
T.,1990. The Maliau Basin, Sabah:
2 Agustus 2011: 83-91
Geology and tectonic setting. Geol. Soc.
Bachri, S., 2013.. Peran Sistem Tunjaman, Malaysia Bull., 27, 261-292.
Sesar Mendatar Transform Dan
PemekaranTerhadap Sebaran Cekungan Wight, A. W. R., Hare, L. H., and Reynolds, J.
Sedimen Di Indonesia J.G.S.M. Vol. 14 R., 1993. Tarakan Basin, Kalimantan,
No. 1 November 2013 Indonesia: a century of exploration and
future potential. Geological Society of
Achmad, Z. and Samuel, L., 1984. Malaysia, November 27-December 2,
Stratigraphy and depositional cycles in 1992.
the NE Kalimantan Basin. Procs. Indon.
Pet. Assoc., May 1984, 109-120. Zahirovic S., Seton, M. and Müller, R. D.,
2014. The Cretaceous and Cenozoic
Biantoro, E., M.I. Kusuma & L.F. Rotinsulu tectonic evolution of Southeast Asia.
(1996)- Tarakan Sub-basin growth Solid Earth, 5, 227–273, 2014.
faults, northeast Kalimantan: their
roles in hydrocarbon entrapment. Proc.
25th Ann. Conv. Indon. Petroleum
Assoc. 1, p. 175-189.

Collenette, P., 1965. The geology and mineral


resources of the Pensiangan and Upper
Kinabatangan area, North Borneo. Br.
Borneo Geol. Surv. Mem. 12.

Heriyanto, N., Satoto, W. and Sardjono, S.,


1992. An overview of hydrocarbon
maturity and its migration aspects in
Bunyu Island. Tarakan Basin. Procs.
Indon. Pet. Assoc. 21st Ann. Conv., 1-
22.

Hinz, K. Frisch, J., Kempter, E. H. K., Manaf


Mohammad, A., Meyer, J., Mohamed,
D., Vosberg, H., and Weber, J., 1989.
Thrust tectonics along the continental

Anda mungkin juga menyukai