Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknik Kebumian

GEOLOGI DAN STUDI BATUAN ASAL BATUPASIR FORMASI


PAPANBETUPANG DI DESA KASIRO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN
BATANG ASAI, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI

Alpi Sahrin, Hari Wiki Utama,


Geological Engineering Department, Jambi University, Jambi, Indonesia, 36361
Email: h.wikiutama@unja.ac.id, Alvinsahrin48@gmail.com

SARI

Daerah penelitian terletak di Desa Kasiro, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun,
Provinsi Jambi. Formasi Papanbetupang merupakan endapan batuan sedimen yang diendapkan
pada Oligosen – Miosen Awal di Sub Cekungan Jambi. Proses pengendapan pada Formasi
Papanbetupang berkaitan dengan peristiwa Oligosen – Neogen yang mana pada kala itu pulau
Sumatra mengalami rotasi yang mengalihkan dari pure sher menjadi simple sher. Kegiatan ini
juga menyebabkan terbentuknya berbagai macam struktur berupa sesar naik, sesar turun, dan
sesar mendatar. Tidak tersediannya data yang berhubungan dengan batuan asal batupasir
pada Formasi Papanbetupang menjadi latar belakang penelitian ini. Pemetaan geologi
permukaan dan analisis petrografi pada beberapa sampel batupasir, diplotkan kediagram QFL
dan QmFLt berdasarkan karakteristik variasi kuarsa. Hasil penelitian berupa kondisi geologi
yang terdiri dari geomorfologi penelitian terdiri dari bentuklahan perbukitan struktural,
perbukitan intrusi, dataran denudasional, tubuh sungai dan dataran alluvial. Untuk pola
pengaliran terdiri dari pola pengaliran denritik, pola pengaliran rektangular, pola pengaliran
radial. Statigrafi tersusun oleh Slate Asai berumur Jura, Granit Arai berumur Kapur, Batupasir
Papanbetupang berumur Oligosen – Miosen Awal. Serpih Kasiro berumur Miosen Awal – Miosen
Tengah dan endapan Aluvial berumur Kuarter. Struktur Geologi berupa kekar dan sesar yang
merupakan sesar mendatar. Batuan asal dari batupasir Formasi Papanbetupang berasal dari
batuan beku Granit Bukit barisan yang telah mengalami pengangkatan. Hal ini berdasarkan
dari hasil analisis jumlah kandungan mineral kuarsa monokristalin yang kehadiranya lebih
banyak dari pada mineral kuarsa polikristalin. Berdasarkan dari hasil plot diagram segitiga Q-
F-L menunjukkan bahwa Formasi Papanbetupang termasuk ke dalam tatanan tektonik recycled
orogeny. Berdasarkan perbandingan komposisi kuarsa, feldsfar dan litik diketahui bahwa iklim
pada Saat pengendapan pada Formasi Papanbetupang menunjukkan bahwa iklimnya yaitu
basa (humaid) dan agak basa (sub humaid).

Keywords: Provenance, Sandstone, Papanbetupang Formation, monocrystalline quartz, poly-


crystalline quartz, Recycled Orogen.

PENDAHULUAN
Geologi pulau sumatera telah banyak termasuk kedalam fisiografi Zona sesar
dipelajari dan bahkan hampir keseluruhan Sumatra. Zona ini memanjang dimulai dari
wilayah telah dipetakan secara sistematik. (Sumatera Selatan-Lampung) hingga ke
Namun pemetaan geologi secara lebih detail bagian Barat laut di Kota Radja Aceh yang
belum banyak dilakukan. Banyak aspek merupakan suatu lembah dan batas akhir
yang masih perlu dikaji tentang dari zona ini. Menurut Suwarna (1992),
perkembangan pulau Sumatera. Menurut Formasi Papanbetupang diendapkan pada
Van Bemmelen (1949), daerah penelitian lingkungan pengendapan darat – laut pera-
Jurnal Teknik Kebumian

lihan. Terjadinya proses sedimentasi ini Batupasir Formasi Papanbetupang Daerah


disebabkan akibat terjadinya penunjaman Kasiro, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten
pada Eosen Tengah sehingga cekungan Sarolangun, Provinsi Jambi.
Sumatera terbuka akibat dari perluasan
busur belakang dan disertai penyesaran METODE PENELITIAN
yang menghasilkan serangkaian cekungan Metode pengambilan sampel yang
sedimen memanjang yang dipisahkan oleh digunakan dalam penelitian ini adalah
ketinggian batuan dasar yang dibatasi oleh purposive sampling, yaitu teknik penentuan
sesar. sampel dengan pertimbangan tertentu yang
Salah satu litologi penyusun Formasi dianggap mewakili populasi yang ada.
Papanbetupang (Tomp) adalah batupasir. Prosedur pengumpulan data dilakukan
Batupasir inilah yang digunakan untuk melalui beberapa cara yaitu studi literatur
melakukan studi provenance karena untuk data sekunder dan survey lapangan
memiliki karakteristik, tekstur, dan serta analisis laboratorium untuk data
komposisi mineral yang mudah dibedakan primer.
dengan pengamatan petrografi. Menurut Untuk mencapai tujuan penelitian
Pettijohn (1987), istilah kata provenance yang diharapkan, pendekatan yang
berasal dari bahasa Prancis, yaitu dilakukan adalah dengan cara pengamatan
proveniryang berarti “berasal dari” (to langsung di lapangan dan analisis
originate or to come from) atau secara laboratorium, serta tahap pekerjaan studio.
spesifik dapat diartikan sebagai studi untuk Pengamatan langsung di lapangan
mengetahui sumber dari batuan sedimen. dilakukan dengan cara pemetaan geologi
Tapi komposisi material sedimen tidak dan deskripsi megaskopis litologi di daerah
semuanya berasal dari batuan sumbernya, penelitian, sedangkan analisis laboratorium
hal yang juga berpengaruh adalah iklim dan meliputi analisis petrografi. Dari
relief dari daerah sumbernya. pengamatan langsung di lapangan dan
Dalam studi provenance, analisis analisis petrografi dapat diketahui
laboratorium pada sampel batuan mineralogi, variasi mineralogi dan komposisi
menggunakan diagram QFL (klasifikasi serta jenis litologinya.
Dickinson dan Suczek, 1979). untuk Analisis Petrografi digunakan untuk
mengetahui tipe provenance daerah mempelajari tekstur serta mineralogi batuan
penelitian. Hasil dari analisis tersebut secara detail, yang meliputi indeks mineral,
kemudian menunjukkan keterkaitan antara perubahan tekstur dan pemerian
karakteristik material sedimen dari suatu perubahan kumpulan mineral primer dan
batuan sumber dengan asal material sekunder, dengan demikian batuan dapat
sedimen pada suatu daerah. Berdasarkan ditentukan jenisnya berdasarkan klasifikasi
hal inilah maka penulis melakukan yang dipilih, dan proses-proses sekunder
penelitian dengan judul “Studi Provenance lainnya (seperti proses ubahan) yang
Jurnal Teknik Kebumian

terdapat dalam batuan. Untuk perhitungan persentase kandungan.

fragmen dan mineral dalam sayatan batuan Gambar 1. Morfologi Perbukitan Struktural
dilakukan dengan cara visual. Jenis mineral
Bentuklahan Perbukitan Intrusi (V1),
kuarsa monokristalin dan kuarsa
satuan ini menempati pada bagian Barat
polikristalin hasil analisis petrografi
dari luasan daerah penelitian, luasannya
digunakan untuk analisis tipe batuan asal
yaitu sekitar 30%. Bentuk lahan ini
berdasarkan diagram klasifikasi asal usul
memiliki karakteristik dengan relief
kuarsa oleh Basu,dkk. (1975) dan
bergelombang kuat hingga sedang dan
Tortosa,dkk. (1991).
untuk elevasinya berkisar antara 200- 600
HASIL DAN PEMBAHASAN mdpl. Satuan ini dikontrol oleh morfogenesa
Berdasarkan gabungan dari aspek yang dipengaruhi oleh proses tektonik
morfometri dan morfogenesa tersebut, maka (Gambar 2).
satuan geomorfik daerah penelitian dibagi
menjadi 4 satuan bentuk asal, yaitu bentuk
V1
V1
asal Struktural, Vulkanik, Denudasional,
serta Fluvial. Morfologi daerah peneletian
Fluvial
Fluvial

tersebut dipengaruhi oleh aktivitas tektonik


dan proses pelapukan. Adapun bentukkan
asal daerah penelitian sebagai berikut:
Perbukitan struktural (S1), morfoogi
Gambar 2. Bentukanlahan bukit intrusi.
perbukitan struktural terletak pada bagian
Timur – Utara daerah penelitian. yang
Satuan Bentuklahan Dataran Denuda-
dicirikan dengan kontur rapat membentuk
sional (D2), satuan ini berada pada bagian
pola memanjang, kemiringan lereng ± 40 %,
tengah daerah penelitian dengan
ketinggian berkisar dari 225 mdpl hingga
penyebaran sekitar 15%. Satuan
400 mdpl termasuk kelas relief curam.
bentuklahan ini morfologinya berupa
Satuan dikontrol oleh morfogenesa struktur
dataran yang relatif rendah dengan
aktif yaitu pengaruh litologi batuan yang
topografi landai sampai bergelombang,
resistensinya tinggi (Gambar 1).
terbentuk akibat pengikisan pada daerah
tinggian terus menerus. Karakteristik dari
V1
V1 bentuk- lahan ini memiliki elevasi antara
S1
S1
170 - 200m, dengan bentuk lembah U-V
(Gambar 3).

´
D2
D2
¯
Jurnal Teknik Kebumian

Gambar 3. Dataran Ddenudasional Gambar 5. Statigrafi Daerah Penelitian


Satuan Geomorfologi bentuk asal Struktur Geologi Daerah Penelitian
fluvial pada daerah penelitian terbagi Sesar yang dijumpai pada daerah
menjadi 2 bentuklahan yaitu: Dataran penelitian merupakan sesar-sesar lokal
Fluvial (F1) dan Tubuh Sungai (F2) dengan dengan arah umum relatif Baratlaut-
pelamparan sekitar 13% yang mencakup Tenggara. dari hasil analisis studio
sebagian kecil daerah penelitian (Gambar 4). (Gambar 6) untuk data sesar didapat yaitu
berupa sesar mendatar menganan, untuk
penentuan nama sesar tersebut dengan
menggunakan klasifikasi Rickard, 1972.

F1
F1

´
F2
F2

Gambar 4. Bentukanlahan Dataran Flufial.

Statigrafi Daerah Penelitian


Pembagian satuan batuan di daerah
penelitian didasarkan atas litofasies, yaitu
berdasarkan atas ciri – ciri fisik yang dapat
diamati mencakup tekstur, struktur dan
komposisi batuan, didukung oleh analisis
petrografi, Adapun stratigrafi daerah
penelitian dapat dibagi menjadi 5 satuan
litologi dari tua ke muda yaitu Slate Asai,
Gambar 6. Analisis dan Foto Sesar
Intrusi Granit Arai, satuan Batupasir
Papanbetupang, satuan Serpih Kasiro, dan Analisis Petrografi Batuan Asal
Endapan Aluvium (Gambar 5). Berdasarkan analisis petrografi
terhadap 5 sampel batupasir pada daerah
telitian menunjukkan sampel tersebut
domininan mengandung mineral kuarsa
pada presentase tertinggi dibandingkan
dengan mineral penyusun lainnya. Adapun
jenis batupasir menurut klasifikasi
Jurnal Teknik Kebumian

(Pettijohn, 1975) yakni Quartz Wacke. kuarsa sebesar (71%), feldsfar (2%), opak
Secara kenampakan mikroskopis batupasir (1%), klinopiroksen (1%), matrik (21%) dan
Quartz Wacke tersusun atas matrik semen (4%). Memiliki
supported fabric yang didominasi mineral

warna abu – abu sampai hitam berukuran Qmnu, Qp2-3) dapat diketahui bahwa
0,5 – 1 mm bertekstur klastik (Gambar 7) batupasir pada formasi Papanbetupang
berasal dari batuan beku plutonik berupa
batu granit, yang mengalami metamorfosa
derajat menengah dimana hal ini ditandai
dari kelimpahan mineral kuarsa yang dalam
bentuk tunggal, lebih spesifiknya kuarsa
monokristalin dengan sudut pemadaman
bersifat lurus dan sedikit bergelombang
(Krynine, 1963 dalam Folk, 1974).
Adapun sumber mineral kuarsa
pada batupasir Formasi Papanbetupang
berdasarkan dari letak keterdekatan
Gambar 7. Sayatan Petrografi sumber batuan asal dengan tempat
sedimentasinya, yang mana jenis dari
Batuan Asal
Provenance Formasi Papanbetupang mineral
Berdasarkan dari kenampakan analisis
kuarsanya berasal dari batuan beku Intrusi
sayatan petrografi dan pengaplotan variasi
Granit Arai yang terletak pada Zona
mineral kuarsa monokristalin bergelombang
Bukitbarisan. Yang mana memungkinkan
yang kehadirannya 16-39%, kemudian
pengaruh dengan basement yang terendap
kuarsa monokristalin tidak bergelombang
terlebih dahulu, melihat hasil tatanan
kehadirannya 58-80%, kuarsa polikristalin
tektonik masuk kedalam tipe Recycled
2-3 kristal, kehadirannya 2-4%, (Qmu,
Orogen (Gambar 2).

Tektonik Batuan Asal Q-F-L menurut Dickinson dan Suczeck


Penentuan tatanan tektonik batuan (1983) dan didapatkan hasil berupa tipe
dilakukan berdasarkan dari komposisi tektoniknya. Berdasarkan dari hasil analisa
kandungan mineral yang terdapat pada komposisi mineral pada batupasir Formasi
sayatan tipis batupasir. Komposisi material Papanbetupang dapat ditafsirkan bahwa
yang dimaksudkan adalah kuarsa, feldspar tatanan tektoniknya termasuk dalam jenis
dan fragmen batuan. Presentase komposisi tektonik Recycle Orogen. Yang mana jenis
tersebut kemudian di plot kedalam diagram tektonik ini terletak pada zona lempeng
Jurnal Teknik Kebumian

konvergen dimana hasil dari tumbukkan mineral kuarsa dan feldsfar yang tinggi.
lempeng utama menyebabkan Ketika masa benua bertabrakan dengan
pengangkatan sepanjang sabuk tumbukan. kompleks busur magmatik, batuan
Pada saat dua masa lempeng bertabrakan sumbernya terangkat yang terdiri dari
menyebabkan batuan sumber pada zona batuan beku dalam yang terdeformasi
tabrakan terangkat, adapun detritus yang (Gambar 3&4).
terlepas dari batuan sumber terdiri dari

Iklim Purba Samudra. Kemudian hal ini juga sangat


Pada penentuan iklim purba saat berkaitan dengan letak posisi Indonesia,
pebentukan sedimentasi batuan asal yang terletak pada Garis Khatulistiwa
Formasi Papanbetupang mengacu pada sehingga menyebabkan Indonesia memiliki
klasifikasi Suttner dan Dutta (1981) dalam iklim tropis yang basah (humaid) dan sub
Zuffa (1986). Yang mana untuk penentuan basah (Sub Humaid). Hal ini selaras
iklimnya menggunakan komposisi dari terhadap daerah penelitian, yang mana
kandungan jumlah mineral kuarsa, lokasi pada daerah penelitian terletak dekat
feldspar, dan litik QFL. Berdasarkan pada dengan garis khatulistiwa sehinga memiliki
hasil plot dari 5 sampel data sayatan iklim basa sampai agak basa pada jutaan
petrografi yang mana untuk iklim purba tahun yang lalu. Berdasarkan hal ini maka
(paleoclimate) yang berlasung pada saat iklim pada zaman purba juga memiliki
pengendapan Formasi Papanbetupang yaitu peran dalam proses terjadinya pelapukan
bmemiliki iklim basah (humaid) sampai pada batuan asalnya (Gambar 5).
dengan iklim sub basah (sub humaid).
Kesimpulan
Berdasarkan parameter yang dibuat oleh
1. Berdasarkan dari hasil analisis kandungan
zufa (1986) yang mana dari parameter
mineral kuarsa, feldsfar dan litik fragmen,
tersebut dikatakannya bahwa batuan beku
dapat diketahui bahwa batuan asal pada
pluonik pada iklim basah mengandung
daerah penelitian berasal dari tatanan
sekitar 64% kuarsa, 6% feldsfar dan 30%
tektonik Recycled Orogen pada bagian
litik dan untuk iklim kering mengandung
Quartzose Recycled. Tatanan tektonik
sekitar 27% kuarsa, 39% feldsfar dan 34%
recycled orogen ini ditafsirkan berasosiasi
fragmen batuan.
dengan zona lempeng konvergen pada
Berdasarkan dari acuan klasifikasi
Jura Awal – Kapur Akhir, yang mana
iklim purba pada Formasi Papanbetupang
penunjaman tersebut mengakibatkan
tersebut, dimana ini berkaitan dengan letak
penerobosan dari Granit arai yang
posisi geografis Indonesia. Dimana iklim
berkaitan dengan penunjaman block
sangat dipengaruhi oleh letak posisi
Woyla dan block Sumatra Barat. Dari
geografis dari lintang bumi dan seberapa
peristiwa tektonik tersebut menyebabkan
jauh jaraknya terhadap posisi dari
terjadinya pengangkatan batuan beku
Jurnal Teknik Kebumian

Granit Arai kemudian mengalami proses posisi lintang bumi dan juga seberapa
sedimentasi pada kala Oligosen – Miosen jauh jaraknya terhadap Samudra.
Awal yang mengendapkan Formasi Berdasarkan posisi Indonesia yang terletak
Papanbetupang. di garis khatulistiwa menyebabkan iklim
2. Secara Geografis Iklim saat terbentuknya purba pada lokasi penelitian memiliki
Formasi Papanbetupang yaitu beriklim iklim tropis yang lembab (humaid) sampai
basa (humaid) sampai sub basa (sub agak lembab (Sub Humaid).
humaid). Hal ini sangat di pengaruhi oleh

DAFTAR PUTAKA

Barber, A.J, Crow, M.J, Milsom, J.S. (2005). Sumatra,Geology: Resources and Tectonic
Evolution. Geological Society Memoir No.31. The Geological Society. London.

Bemmelen RW. Van, 1949; The Geology of Indonesian vol IA, General Geology of Indonesia and
Adjacent Archipelagoes, The Hague, Gov. Printing Office, Martius Nijhoft, The Haque.
766 Hal.

Basu, A., 1985. Influence of climate relief on compositions of sandstone released at source
areas. In: Zufa, G.G.(ed.), 1990. Provenance of Arenites, NATO ASI Series, Series C:
Mathematical and physical Sciences Vol 148,1-18.

Dickinson, W. R. and Suczek, C.A. (1979). Plate Tectonics and Sandstone Composition .The
American Association of Petroleum Geologist Bulletin V.63, no 12 p.2164-2182.

Krynine, P. 1988. Microskopic Morphplogy of Quartz Types, Annuel Congress Panamas Ing
Minas
Geology. Vol.3. Hal. 35-49.

Pettijohn, FJ, PE Potter, dan R Siever. 1972. Sand and Sandstone. New York; Springer. 618
Hal.

Suwarna, N. Suharsono, Gafoer, S. Amin, T. C. Kusnama dan Hermanto, B 1992. Peta Geologi
Lembar Sarolangun skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung.

Suttner & Duta., 1986. Alluvial Sandstone Composition and Paleoclimate I. Framework
Mineralogy. Indiana: Departement of Geology Indiana University

Zuffa, G.G 1986. Provenance of Arenite. Departement of Earth Scince. University Of Calabria
Of Calabria. Cosenza. Italy. 404 Hal.
Jurnal Teknik Kebumian

Tabel 1. Komposisi Kuarsa untuk Penentuan Proveance

Gambar 2. Hasil Plot Komposisi Batuan Asal Kuarsa

Tabel 2. Komposisi Q-F-L Untuk Penentuan Tatanan Tektonik Batuan Asal


Jurnal Teknik Kebumian

Tabel 5. Komposisi Qm-F-Lt Untuk Penentuan Tatanan Tektonik Batuan Asal

Gambar 3. Hasil Plot Dari Kandungan Mineral Kuarsa, Mineral Feldspar dan Litik
pada Segitiga QFL dan QmFLt (Modifikasi Dickinson dan Suzcek, 1979).

Gambar 4. Asal batuan Formasi Papanbetupang, (pada plotting zonasi Dickinson &
Suczek (1979).
Jurnal Teknik Kebumian

Gambar 5. Diagram Paleoclimate Suttner dan Dutta 1986.

Lampiran. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian Luasan 4 x 6 km


Jurnal Teknik Kebumian

Lampiran. Peta Geologi Daerah Penelitian Luasan 4 x 6 km

Anda mungkin juga menyukai