Anda di halaman 1dari 14

PENENTUAN KONDISI STABILITAS LERENG BERDASARKAN KECEPATAN

PERGERAKAN MASSA BATUAN DENGAN INCLINOMETER PADA LOWWALL DI


PT.ADARO INDONESIA , DAHAI, TANJUNG, KALIMANTAN SELATAN

TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

oleh :

OCTIVANI PRIMA WIRMNDA

112 050 080 / TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2009
PENENTUAN KONDISI STABILITAS LERENG BERDASARKAN KECEPATAN
PERGERAKAN MASSA BATUAN DENGAN INCLINOMETER PADA LOWWALL DI
PT.ADARO INDONESIA , DAHAI, TANJUNG,

KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan ke
PT. ADARO INDONESIA

Dahai, Tanjung, Kalimantan Selatan

Nama : Octivan Prima Wirminda

No. Mahasiswa : 112 050 080

Email / HP : emailnyamima@yahoo.co.id / 08179456359

Alamat Jurusan : Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Jalan SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur, Yogyakarta, 55283 Indonesia

Telp. (0274) 566733, (0274) 566802

Alamat Rumah : DN III / 159 Tegal Lempuyangan Yogyakarta 55211


A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

“ PENENTUAN KONDISI STABILITAS LERENG BERDASARKAN KECEPATAN PERGERAKAN


MASSA BATUAN DENGAN INCLINOMETER PADA LOWWALL DI PT.ADARO INDONESIA,
DAHAI, TANJUNG, KALIMANTAN SELATAN “

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

PT. Adaro Indonesia Kalimantan Selatan dalam melakukan aktifitas


penambangannya menggunakan sistem Surface Mining (Open Pit) yang mempunyai pola
penambangan berjenjang. Pola yang demikian ini dapat mengakibatkan suatu masalah
yaitu keruntuhan pada jenjang itu sendiri.
Pembuatan jenjang dapat menimbulkan masalah terutama pada batuan yang tidak
kompak. Perubahan tegangan batuan yang besar dapat mengakibatkan longsoran. Hal ini
akan berbahaya bagi pekerja yang berada dilokasi penambangan dan juga mengakibatkan
kerusakan pada alat-alat yang sedang beroperasi. Prinsip dasar yang perlu dipahami adalah
bahwa longsor tidak akan terjadi tanpa adanya peringatan, tidak akan terjadi seketika dan
peristiwa longsor merupakan upaya massa batuan/tanah untuk mencapai kesetimbangan baru.

Dasar pemilihan judul ini adalah untuk melakukan pemantauan (monitoring) terhadap
adanya perpindahan massa batuan dimana data yang diperoleh dari pemantauan ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui kondisi lereng lowwall dengan mendeteksi segala
gejala pergerakan sehingga dapat mengetahui kondisi kestabilan lereng untuk mengambil
tindakan yang diperlukan termasuk perancangan ulang lereng penggalian.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi stabilitas lereng lowwall dengan metode inverse-kecepatan batuan


pembentuk lereng, dimana menurut hasil analisis membuktikan bahwa pemicu potensi
kelongsoran pada PT. Adaro Indonesia adalah bidang perlapisan batu lumpur-pasiran yang
terdapat pada lantai lapisan batubara yang pada awalnya tidak diperkirakan akan terjadi
kelongsoran besar.
2. Mentukan kondisi stabilitas massa batuan pembentuk lereng berdasarkan hasil pemantauan
menggunakan inclinometer.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan tindakan perancangan lereng yang stabil.

D. RUMUSAN PERMASALAHAN

Adanya suatu kondisi lereng yang tidak aman disebabkan karena tidak adanya
ketidakstabilan karena adanya pergerakan masa batuan penyusunnya, dimana pergerakan itu
dipicu oleh banyak faktor, diantaranya aktivitas penambangan yang ada diatasnya maupun faktor
alam yaitu intensitas hujan yang membuat menjadi bidang berlumpur-pasiran. Untuk mengetahui
kecepatan pergerakan itu maka dilakukannya sebuah monitoring ( pemantauan ), sehingga akan
didapat data-data untuk menyimpulkan kondisi suatu kestabilan. Yang selanjutnya dapat
digunakan untuk acuan perancangan lereng.

E. PENYELESAIAN MASALAH
1. Dasar Teori
Dengan adanya pembuatan jenjang akan mempengaruhi kemantapan lereng dan
tegangan dipermukaan. Pada batuan yang tidak kompak dengan adanya perubahan
tegangan kesetimbangannya akan terganggu dan akan mencari kesetimbangan yang baru dengan
cara melepaskan beban dalam bentuk longsoran
Jenjang yang dibuat dalam rancangannya agar stabil yang bertujuan supaya
rancangan geometri lereng dapat direalisasikan dan dapat bertahan dalam waktu yang
lama.

Faktor –faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kemantapan suatu


lereng adalah:

a. Geometri Lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah :

 Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng


 Tinggi dan kemiringan (tiap-tiap jenjang).
 Lebar jenjang (Berm).
Tinggi lereng penambangan keseluruhan akan semakin tinggi seiring dengan
kenaikan produksi batubara, sedangkan lereng yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
kondisi yang tidak mantap dan cenderung lebih mudah longsor, demikian juga untuk
sudut lereng yang mempunyai kemiringan yang besar.

b. Penyebaran Batuan
Macam penyebaran dan hubungan antar batuan yang terdapat didaerah
penyelidikan harus diketahui. Hal ini perlu dilakukan karena sifat fisis dan mekanis
batuan berbeda sehingga kekuatan batuan dalam menahan bebannya sendiri juga
berbeda.

c. Relief Permukaan Bumi


Faktor ini mempengaruhi laju erosi, pengendapan, menentukan arah aliran air
permukaan lebih besar dan mengakibatkan pengikisan yang lebih banyak. Akibatnya
adalah banyak dijumpai singkapan-singkapan yang mempercepat proses pelapukan.
Batuan akan mudah lapuk dan mempengaruhi kekuatan batuan. Pada akhirnya
kekuatan batuan menjadi kecil sehingga kemantapan lereng berkurang.

d. Struktur Geologi,
Struktur geologi yang perlu diketahui adalah bidang diskontinuitas atau
bidang lemah seperti sesar, kekar, perlapisan, bidang ketidakselarasan dan
sebagainya. Struktur geologi ini merupakan bidang lemah dalam massa batuan dan
dapat menurunkan kemantapan lereng.
e. Iklim dan curah hujan
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi
perubahan temperatur. Sedangkan curah hujan berpengaruh pada kepadatan material
penyusunnya, makin tinggi curah hujan maka pergerakan massa batuan akan semakin
cepat.

f. Sifat Fisis dan Mekanis Batuan


Sifat fisis dan mekanis batuan yang diperlukan sebagai data menganalisis
kemantapan lereng adalah :

 Bobot isi
 Porositas
 Kandungan air
 Kuat geser batuan dan bidang lemah
 Kuat tekan uniaksial, kuat tarik, modulus deformasi, poison’ ratio
Analisis kemantapan lereng untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik biasanya menggunakan metode numerik.

Suatu istilah umum yang digunakan untuk menyatakan suatu kemantapan


lereng adalah faktor keamanan atau faktor kemantapan. Faktor ini merupakan
perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap mantapdengan gaya
penggerak yang menyebabkan lereng longsor.

Secara matematis rumus faktor keamanan lereng dapat dinyatakan sebagai berikut

R
F= F
p

Dimana, F = Faktor keamanan lereng


R = Gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat

lereng tetap mantap.

Fp = Gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebab-


Kan lereng longsor.

Pada keadaan, F > 1 = Lereng dalam keadaan mantap/stabil


F = 1 = Lereng dalam keadaan seimbang
F < 1 = Lereng dalam keadaan tidak mantap

Dalam keadaan proses longsoran pada batuan dibedakan menjadi 4, yaitu :


Longsoran Bidang (Plane Failure)
 Longsoran Baji (Wedge Failure)
 Longsoran Busur (Circulair Failure)
 Longsoran Guling (Toppling Failure)
Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang sesar,
rekahan maupun bidang perlapisan. Syarat-syarat terjadinya longsoran adalah :

1. Terdapatnya bidang luncur bebas, berarti kemiringan bidang luncur harus lebih kecil
dari kemiringan lereng.
2. Arah bidang luncur searah atau mendekati sejajar dengan arah lereng.
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalam batuan.
4. Terdapatnya bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.
Longsoran Baji (Wedge Failure)

Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang
lemah yang bebas saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut
harus lebih besar dari sudut geser dalam batuan. Bidang lemah ini dapat berupa bidang
sesar, rekahan maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui salah satu
beberapa bidang lemahnya, atau melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
Longsoran Busur (Circulair Failure)

Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur disebut dengan busur.
Longsoran busur akan terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah, yang
diantara partikel tanah tidak saling terikat satu sama lain. Dengan demikian longsoran
busur juga dapat terjadi pada batuan yang sudah lapuk dan banyak terdapat bidang-
bidang lemah maupun tumpukan batuan hancur.

Longsoran guling (Toppling Failure)

Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya
berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Keadaan tersebut dapat
digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah bidang miring sebagai
berikut :

Jika > dan X/Yn < tan, maka balok akan meluncur kemudian mengguling.

Jika < dan X/Yn < tan, maka balok akan langsung mengguling.
Berdasarkan bentuk dan poros menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
 Longsoran guling setelah mengalami lenturan (Flexural Toppling)
 Longsoran guling yang beruupa balok (Block Toppling)
 Longsoran gabungan dari kedua longsoran diatas (Block Flexural Toppling)

2. Pengamatan Lapangan
Sebelum melakukan pengamamatan dan pengukuran tentang analisis kemantapan,
maka perlu diketahui beberapa hal terlebih dahulu, yaitu :

a. Relief permukaan bumi


b. Penyebaran batuan
c. Iklim dan curah hujan
d. Gaya-gaya luar yang mempengaruhi
Kemudian kita melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap kemantapan lereng, yaitu:

1. Pengukuran struktur geologi


 Orientasi jurus dan kemiringan kekar
 Orientasi jurus dan kemiringan bidang perlapisan
 Orientasi jurus dan kemiringan bidang sesar
Hal ini dilakukan untuk arah dan jenis longsoran yang akan terjadi bila jenis longsoran
sudah diketahui maka akan lebih mudah untuk menetukan kemantapan lereng dan metode
analis kemantapan lereng.

2. Pemboran
Pemboran dilakukan untuk memenuhi muka air tanah dan data litologi batuan serta contoh
batuan.

3. Pengukuran geometri lereng


Pengukuran geometri lereng dilakukan untuk mengetahui jurus dan kemiringan
lereng, ketinggian lereng, dan lebat jenjang.
4. Pengamatan sifat fisik dan mekanik batuan
Pengamatan sifat fisik dan mekanik ini dilakukan di laboratorium, meliputi bobot isi
batuan, porositas, kandungan air atau bobot isi air, kohesi batuan, sudut geser dalam,
tegangan normal, tegangan geser dan lain-lain.

Kemudian data hasil pengamatan dan pengukuran serta analisis dilapangan


dibandingkan dengan perhitungan secara teoritis.

3.Data Yang Diambil

Data-data yang diperlukan adalah :

a. Data utama yaitu data penting yang digunakan untuk membahas masalah-masalah
yang dihadapi. Data utama yang perlu diambil adalah data yang mempengaruhi
kelongsoran, diantaanya adalah kecepatan pergerakan masa batuan.
b. Data pendukung yaitu data yang dapat mendukung data-data dari lapangan guna
menganalisis permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.
Data pendukung dapat diambil dari laporan penelitian terdahulu dari perusahaan,
brosur perusahaan, dari data instansi yang terkait dan juga dari literatur-literatur.

4. Analisis Penyelesaian Masalah

Dalam menganalisa penyelesaian masalah sebelumnya beberapa hal yang perlu


diperhatikan adalah :

a. Pengukuran struktur geologi


Alat yang dipakai adalah kompas geologi.

b. Pengukuran kondisi air tanah


Alat yang dipakai adalah alat bor.

c. Pengukuran geometri lereng


Alat yang dipakai dalah kompas geologi dan alat ukur.
d. Pengamatan sifat fisik dan mekanik batuan
Alat yang dipakai adalah sarana laboratorium seperti neraca listrik, eskilator, pompa
vacum, oven, alat bor inti, alat pemotong batu, gerenda, jangka sorong, dial gauge, dan
mesin kuat tekan uniaksial.

e. Pergerakan massa batuan

Alat yang dipakai adalah Inclinometer, dimana alat ini untuk mengetahui kecepatan
pergerakan horizontal dari masa batuan per satuan millimeter.

Kemudian setelah hasilnya dicapai dan permasalahan dapat diketahui dengan


ditentukannya jenis longsoran kemudian permasalahan yang timbul kita analisa.
Metode yang sesuai untuk menganalisis.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang akan dilakukan oleh penul;is yaitu penggabungan antara
data primer dan data sekunder yang dapat digunakan untuk menyimpulkan kondisi suatu lereng,
adalah sebagai berikut :

a. Studi Litelatur
Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder antara lain : data base dari
monitoring Robotic Theodolite seperti posisi Robotic Theodolite, posisi prisma survey,
jarak pengukuran, dll
b. Metode Penyelidikan Awal
Pengamatan dan pengukuran di lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer antara lain
: mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesetabilan lereng, seperti curah hujan, tinggi
muka air tanah, dan getaran dari peledakan.

c. Metode pengolahan
Data sekunder dan data primer tersebut dapat diolah untuk mendapatkan tingkat kondisi
stabilitas lereng yang diteliti dengan menggunakan progam Excel.

Data sekunder dan data primer tersebut dapat diolah untuk mendapatkan tingkat kondisi stabilitas
lereng yang diteliti dengan menggunakan progam Excel.
F. JADWAL KEGIATAN

Time On Site (2009)

Departure February March April


No Name
Wk Wk Wk Wk Wk Wk Wk Wk
3 4 1 2 3 4 1 2

1 Singgih Saptono ITB - Ph.D Yogyakarta


Program
student

2 Rafika Wahyu S. UPN – student Yogyakarta

3 Octivani Prima W. UPN – student Yogyakarta

Ket. : Wk = Week
RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Bowless, “Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga,

Jakarta, 1989.

2. Hoek E. Brown E.T, “Underground Excavation in Rock”, The Institution of

Mining and Metallurgy, London, 1980.

3. Hok, Ever and Bray, J.W, “Rock Slope Engineering”, Revised Third Edition,

Institution of Mining and Metallurgy, London, 1980.

4. Lambe. William T, and Whitman, Robert V, “Soil Mechanics”, John Willey

And Sons inc, New york,1969.

5. Made Astawa Rai, Dr. Ir, “Mekanika Batuan”, Laboratorium Geoteknik, Pusat
Antar Universitas Ilmu Rekayasa ITB Bandung, 1988.

6. Soejoedi Soerachmad dan Mohammad Alam Hakim, “Informasi Teknologi”,


Majalah Persatuan Insinyur Indonesia (PII) no. 5/xxxiii/1985.

7. Soedarto Notosiswojo dan Partanto Prodjosumarto, “Pengantar Analisis


Kemantapan Lereng”, Jurusan Teknik Pertambangan, Bandung,1985.
RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN UMUM


A. Geografi
B. Geologi
C. Iklim
D. Genesa
E. Penambangan
F. Keadaan air tanah
G. Curah Hujan
H. Keadaan lereng

III. TEORI KEMANTAPAN LERENG

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng.


B. Mekanika Dasar Longsoran Lereng Batuan.
C. Macam-Macam Kelongsoran Batuan.
D. Pemantauan Pergerakan Masa batuan.
E. Pembacaan dan Pengolahan hasil pemantauan
F. Penentuan Kondisi Stabilitas.

IV. PENGAMATAN DAN LABORATORIUM


A. Pemboran Inti Dan Penampungan Lubang Bor
B. Pengambilan Contoh Batuan
C. Pengukuran Struktur Geologi
D. Pengukuran Geometri Lereng
E. Pengamatan Laboratorium

V. ANALISIS KEMANTAPAN LERENG

A. Kondisi Lapangan
B. Analisis Kemantapan Lereng
1. Metode Bishop
2. Metode Hoek dan Bray
C. Langkah Untuk Pencegahan Kelongsoran

VI. PEMBAHASAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai