Anda di halaman 1dari 17

BAB III

DASAR TEORI

III.1 Genesa Endapan Pirofilit


Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Turen dimungkinkan
berkembangnya proses alterasi dan mineralisasi dilihat dari batuan intrusi yang
menerobos batuan di samping – sampingnya, sehingga dimungkinkan
diendapkan mineral – mineral sekunder yang berharga. Berdasarkan hasil
penelitian daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 zona alterasi:
alterasipropilitik Timur Laut daerah penelitian dengan kehadiran mineral
utama klorit dan epidot, alterasi argilik Barat Daya daerah penelitian dengan
kehadiran mineral utama smektit dan kaolin dan alterasi argilik lanjut Tenggara
– Barat Laut kehadiran mineral utama pirofilit. Mineralisasi daerah penelitian
dicirikan dengan kehadiran mineral pirit, kalkopirit dan pirofilit. Ditinjau dari
struktur geologi yang berkembang di daerah ini banyak terdapat zona – zona
lemah ditunjukandengan adanya sesar dan kekar, di lapangan dicirikan adanya
air terjun, tebing – tebing gawir dan lembah perbukitan yang terjal.Keberadaan
zona-zona lemah tersebut dapat dilalui larutan hidrothermal, akibat intrusi
batuan. Batuan intrusi tersebut menyebabkan batuan-batuan yang ada
disamping-sampingnya akan terubah (teralterasi) dan beberapa sebagian dikuti
dengan pengendapan mineral-mineral berharga (mineral bijih).
Menurut H. Samodra, dkk (1992) pada Oligosen Akhir hingga Miosen Awal
terjadi kegiatan magmatisme yang menghasilkan terobosan andesit, dasit,
diorite dan basal, batuan terobosan tersebut keluar ke permukaan melalui
rekahan pada tubuh batuan disekitarnya. Akibatdari kegiatan magmatisme
tersebut menghasilkan aktifitas hidrothermal sehingga terjadi pirit dan
kalkopirit dalam urat kuarsa berwarna kecoklatan atau putih kotor yang

14
15

tebalnya bervariasi dari 1 cm hingga puluhan centimeter dan pada tubuh batuan
samping yang dilewati oleh terobosan tersebut umumnya terkersikkan dan
sebagian besar mineral pada tubuh batuan samping dekat intrusi terubah
menjadi silika (tersilika), lempung, serisit, kaolin, dan semakin menjauh dari
terobosan tersebut umumnya mineral pada tubuh batuan terubah menjadi klorit.
Selain mineral pada tubuh batuan terubah, pada tubuh batuan juga banyak
mengandung bintal pirit dan belerang.Kisaran Temperatur Mineral-mineral
Ubahan (alterasi) hydrothermal
Kisaran Temperatur Mineral-mineral Ubahan (alterasi) hydrothermal

Tabel III.1
Kisaran temperatur mineral-mineral Ubahan (alterasi) hydrothermal

Sumber: www.genesamineral.com
16

Tabel III.2
Tipe - tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral

Daerah penelitian berdasarkan kandungan mineralnya dapat dibagi menjadi


tiga tipe; alterasi yaitu alterasi propilitik, argrilik dan argrilik lanjut.

Gambar III.1
Kenampakan breksi vulkanik teralterasi pirofilite
17

Gambar III.2
Kenampakan tuff yang teralterasi argilik dan terdapat mineralisasi pirit

Gambar III.3
Kenampakan tuff yang teralterasi argilik lanjut yang dikuti dengan
kehadiran mineral pirit.
18

Gambar III.4
Kenampakan Tuff yang teralterasi argilik lanjut

III.2 Pengertian Eksplorasi


Pengertian Eksplorasi Secara umum pengertian eksplorasi adalah mengetahui,
mencari dan menilai suatu endapan mineral. Menurut Dhadar (1980),
eksplorasi bahan galian didefinisikan sebagai penyelidikan yang dilakukan
untuk mendapatkan suatu keterangan mengenai letak, sifat-sifat, bentuk,
cadangan, mutu serta nilai ekonomis dari endapan bahan galian.

Koesoemadinata (1995) berpendapat bahwa eksplorasi adalah suatu aktivitas


untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang ataupun realm yang
sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, sedangkan istilah eksplorasi
geologi adalah mencari tahu tentang keadaan suatu objek geologi yang
umumnya berupa cebakan mineral. Koesoemadinata (1995) mengibaratkan
eksplorasi dengan sebuah perburuan. Seorang ahli geologi atau seorang ahli
eksplorasi dipersamakan dengan pemburu. Pemburu tersebut harus dapat
memperhatikan model binatang yang diburu, habitat di mana buruan itu hidup,
petunjuk-petunjuk atau jejak-jejak yang ditinggalkannya, kelemahan dan
kekuatan dari binatang tersebut, senjata yang ampuh untuk merobohkannya,
serta strategi untuk dapat sampai mendekati sasaran dalam jarak tembak.
19

Tujuan dari eksplorasi adalah untuk menemukan serta mendapatkan sejumlah


maksimum dari cebakan mineral ekonomis baru dengan biaya dan waktu
seminimal mungkin (to find and acquire a maximum number of new economic
mineral deposits within a minimum cost and in a minimum time (Baily, 1968
dalam Koesoemadinata 1995).

III.2.1 Metode Eksplorasi


1. Eksplorasi Geokimia
Eksplorasi geokimia merupakan eksplorasi tidak langsung yang
bertujuan untuk mendapatkan anomalia geokimia yang meliputi jejak
unsure dalam batuan,tanah,sedimen sungai aktif, dan vegetasi.
Eksplorasi ini dilakukan dengan maksud kita dapat menganalisis
didaerah,batuan,lapisan mana yang memiliki kandungan kandungan
kimia.Contohnya:unsur-unsur bijih besi, minyakbumi, gas alam dan
lain lain.Dimana keberadaan unsur unsur tersebut berada dalam kondisi
yang  tidak tetap, melainkan selalu bermigrasi yang merupakan akbat
dari aktivitas lempeng bumi yang berada diatas magma.Kondisi yang
tidak stabil ini menyebabkan pergerakan pergerakan lempeng bumi
yang nantinya akan mempengaruhi kondisi unusr unsur yang berada
didalam lempeng bumi.Sehingga eksplorasi geokimia perlu dilakukan
untuk menghindari kesalahan lokasi eksplorasi.

2. Prinsip Dasar Eksplorasi Geokimia

Segala hal yang pastinya memiliki prinsip prinsip yang memberikan


karakteristik.Sama akan halnya pada Eksplorasi Geokimia juga
memiliki beberapa prinsip prinsip dasar yang perlu diperhatikan.Prinsip
dasar eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari 2 metode:
1) Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada
mineral yang relatif stabil pada kondisi permukaan bumi
20

(seperti: emas, platina, kasiterit, kromit, mineral tanah jarang).


Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi
pelapukan kimiawi.
2) Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi.
Pola ini dapat diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi
ataupun yang tidak tererosi, baik yang lapuk ataupun yang tidak
lapuk.

3. Dispersi
Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau
fraksinasi unsur-unsur. Dispersi dapat terjadi secara mekanis
(contohnya pergerakan pasir di sungai) dan kimiawi (contohnya
disolusi, difusi dan pengendapan dalam larutan).

Tipe dispersi ini mempengaruhi pemilihan metode pengambilan conto,


pemilihan lokasi conto, pemilihan fraksi ukuran dsb. Contohnya dalam
survey drainage pertanyaan muncul apakah conto diambil dari air atau
sedimen ; jika sedimen yang dipilih, haris diketahui apakah
pengendapan unsur yang dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya
adsorpsi Cu oleh lempung) atau kecepatan aliran sungai (contohnya
dispersi Sn sebagai butiran detrital dari kasiterit). Jika adsorp\si dari
ion-ion yang ikut diendapkan dicari dalam tanah atau sedimen, maka
fraksi yang halus yang diutamakan; jika unsur yang dicari hadir dalam
mineral yang resisten, maka fraksi yang kasar kemungkinan
mengandung unsur yang dicari.

4. Lingkungan Geokimia
Lingkungan geokimia primer adalah lingkungan di bawah zona
pelapukan yang dicirikan oleh tekanan dan temperatur yang besar,
sirkulasi fluida yang terbatas, dan oksigen bebas yang rendah.
21

Sebaliknya, lingkungan geokimia sekunder adalah lingkungan


pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yang dicirikan oleh temperatur
rendah, tekanan rendah, sirkulasi fluida bebas, dan melimpahnya O 2,
H2O dan CO2. Pola geokimia primer menjadi dasar dari survey batuan
sedangkan pola geokimia sekunder merupakan target bagi survey tanah
dan sedimen.

5. Mobilitas Unsur
Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan
geokimia tertentu. Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat
terpindahkan jauh dari asalnya, ini disebut mudah bergerak atau
mobilitasnya besar, contohnya: unsur gas mulia seperti radon. Rn
dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi endapan Uranium.

Mobilias unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda,


contohnya: F bersifat sangat mobil dalam proses pembekuan magma
(pembentukan batuan beku), cebakan pneumatolitik dan hidrotermal,
namun akan sangat tidak mobil (stabil sekali) dalam proses
metamorfose dan pembentukan tanah. Bila F masuk ke air akan menjadi
sangat mobil kembali. Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu
endapan bisa memiliki mobilitas yang sangat berbeda, sehingga
mungkin tidak memberikan anomali yang sama.

secara spasial. Misalnya: Pb dan Zn sangat sering terdapat bersama-


sama berasosiasi) di dalam endapan bijih (di dalam lingkungan siliko-
alumina), sedangkan dalam lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih
mobil daripada Pb akan mudah mengalami pelindian, sehingga Pb yang
tertinggal akan memberikan anomali pada zona mineralisasinya. Contoh
lainnya:
22

a. Emas yang tahan terhadap larutan akan tertinggal dalam


gossan
b. Galena terurai perlahan dan menghasilkan serusit dan anglesit
yang relatif tidak larut. oleh karena itu Pb cenderung tahan
dalam gossan
c. Mineral sulfida Cu, Zn dab Ag mudah terurai dan bermigrasi
ke level yang lebih rendah membentuk bijih oksida yang kaya
atau bijih supergen

III.2.2 Pola-pola Eksplorasi


Untuk pekerjaan eksplorasi di lapangan dibutuhkan suatu design yang
tepat. Di dalam hal ini kita mulai dengan pola-pola dasar tertentu yang
disesuaikan dengan kondisi genesa endapan dan keadaan morfologi
daerah setempat.
1. Pola bujur sangkar
Pola ini dipakai untuk kondisi seperti berikut :
1) Keadaan permukaan (topografi) datar
2) Kondisi mineralisasi homogen (teratur)
2. Pola empat persegi panjang
Pola ini digunakan bila keadaan topografi datar dan kondisi
mineralisasi homogen ke salah satu arah tertentu tetapi dalam arah
yang tegak lurus dengan arah yang pertama memiliki variabilitas
yang tinggi.
3. Pola dasar segitiga
Pola segitiga digunakan untuk topografi yang bergelombang dan
keadaan mineralisasi yang tidak homogen.
4. Pola dasar rhomboid
23

Pola ini digunakan bila keadaan topografi dan mineralisasi berada di


antara pola bujur sangkar dan empat persegi panjang.

III.3 Pemodelan Endapan Pirofilit


Secara umum, permodelan dan perhitungan cadangan phyrofilit
memerlukan data-data dasar sebagai berikut (Haris, 2005 : 31-32) :

1. Peta Topografi
2. Data penyebaran singkapan phyrofilit
3. Data dan sebaran titik bor
4. Peta geologi local (meliputi litologi, stratigrafi, dan struktur geologi)
5. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan alamiah
seperti aliran sungai, jalan, perkampungan, dan lain-lain.

Data penyebaran singkapan phyrofilit berguna untuk mengetahui cropline


phyrofilit, yang merupakan posisi dimana penambangan dimulai. Dari
pemboran diperoleh hasil berupa data elevasi roof dan floor phyrofilit.
Peta situasi dan data- data yang memuat batasan-batasan alamiah(aliran
sungai, jalan, perkampungan, dan sebagainya) berguna untuk
menentukan batas/boundary perhitungan.

Dari data-data dasar tersebut akan dihasilkan data olahan, yaitu data
dasar yang diolah untuk mendapatkan model endapan phyrofilit secara
tiga dimensi untuk selanjutnya akan dilakukan penghitungan cadangan
endapan phyrofilit.

Minescape:
Minescape merupakan piranti lunak (software) yang diperuntukkan untuk
pengolahan data geologi, pertambangan, serta perencanaan tambang.
Minesscape menyediakan berbagai fitur yang sangat berguna dalam
proses pengolahan dan analisa data – data tambang. Minescape
24

dikembangkan untuk memenuhi berbagai tuntutan dalam industri


pertambangan dan digunakan oleh lebih dari 100 perusahaan
pertambangan di Indonesia. Minescape juga merupakan rangkaian solusi
terintegrasi yang dirancang untuk operasi pertambangan menggunakan
sistem open cut dan underground dan merupakan software mining system
terpadu yang dirancang khusus untuk pertambangan.

Minescape mampu meningkatkan semua aspek informasi teknis suatu


lokasi tambang mulai dari data eksplorasi, perancangan tambang jangka
pendek, penjadwalan jangka panjang dan sampai ke penjadwalan
produksi tambang dan juga memiliki fungsi pemodelan geologi dan
desain tambang yang luas, misalnya pembuatan final wall, perencanaan
jalan, analisa progres tambang, perencanaan kegiatan eksploitasi bahan
tambang, perhitungan cadangan sumberdaya batubara, pemodelan
batubara dan masih banyak lagi. Sehingga menjadikannya solusi
pertambangan terkemuka di Indonesia. Software Minescape terdiri dari
beberapa fitur yang memiliki fungsi pemodelan geologi dan desain
tambang. Fitur-fitur yang dimiliki seperti:
1. Stratmodel; Minescape Stratmodel menyediakan lingkungan kerja
yang canggih dimana deposit stratigrafi dimodelkan untuk mewakili
geologi setempat.
2. Block Model; Digunakan untuk sebuah pengenalan unsur-unsur
geologi melalui pemuatan bentuk-bentuk yang ditafsirkan secara
fisik atau interpolasi menggunakan kumpulan-kumpulan material
dan/atau zona, diikuti oleh serangkaian algoritma.
3. Plot and viewer memiliki kemampuan penanganan patahan yang
baik dan mampu membuat model patahan pada deposit secara
vertikal, normal, dan bolak- balik, serta menyediakan pemodelan
kualitas deposit stratigrafi.
25

4. Drill & Blast; memungkinkan ahli rancang ledakan memperoleh


lingkungan CAD 3D yang interaktif dimana ledakan optimal dapat
dengan cepat direncanakan, dan lubang-lubangnya diproyeksikan ke
permukaan.
5. Open Cut; merupakan tool untuk membuat dan mengeksplorasi
pilihan desain untuk perencanaan tambang open pit.
Fasilitas pembentukan permukaan digital. Pada perangkat lunak
minecsape pembentukan permuakaan digital menggunakan metode
triangular irregular network (TIN) yang membentik model 3D yang solid.
Tool yang digunakan dalam pembentukan model digital ada pada menu
Triangles:

1. Data memiliki fungsi untuk membuat triangle dari data ASCII


2. Design memiliki fungsi untuk membuat triangle dari data design.
3. Table memiliki fungsi untuk membuat data dari table.

III.4 Klasifikasi dan Metode Estimasi Sumber daya


Eksplorasi dan proyek evaluasi tambang umumnya membutuhkan biaya
yang besar, saat ini hanya sebagian kecil penambangan yang
dikembangkan, sedangkan sebagian yang lain tidak dilakukan sebelum
dilakukan evaluasi lebih lanjut karena berbagai faktor.

Derajat keyakinan geologi dan kelayakan bahan galian merupakan dasar


dalam mengklasifikasi sumberdaya/cadangan bahan galian
tersebut.Istilah resources (sumberdaya) diartikan sebagai komoditi
mineral potensial yang dapat dieksploitasi. Reserves (cadangan)
didefinisikan sebagai jumlah kuantitas terhitung dari bijih yang ekonomis
untuk ditambang berdasarkan segi teknologi dan kondisi ekonomi dan
aspek lingkungan saat ini. Jika kita menggunakan istilah cadangan berarti
endapan mineral tersebut harus sudah ’mineable’ (baik tambang terbuka
26

atau tambang bawah tanah) dan ’bankable’ (berdasarkan potensi


kekayaan yang dimiliki untuk mencari modal dari bank). Sumberdaya
(resources) dapat menjadi cadangan (reserves) dengan melakukan studi
kelayakan tambang yang meliputi studi ekonomi (cth. harga komoditi
dalam 10 – 15 tahun terakhir), penambangan (ongkos dan metoda
penambangan, biaya infrastruktur), metalurgi (ongkos pengolahan),
pemasaran (kondisi pasar), peraturan/hukum (kontrak harga, kerjasama,
kebijakan pemerintah, lingkungan dan sosial.

III.4.1 Klasifikasi Sumberdaya/Cadangan


Kepastian geologi, teknik penambangan dan aspek perekonomian
merupakan kriteria utama dalam pengklasifikasian cadangan maupun
sumberdaya. Klasifikasi sumberdaya dan cadangan merupakan alat untuk
menggolongkan besarnya sumberdaya dan cadangan endapan mineral.
Klasifikasi cadangan mineral yang standar sangat diperlukan pada
industri pertambangan mineral dan melibatkan banyak pihak terkait
seperti perusahaan pertambangan, perusahaan di bidang lain, pemerintah,
pemegang saham, bank, ahli ekonomi, ahli hukum, ahli lingkungan, dan
masyarakat luas.

Klasifikasi sumberdaya dan cadangan endapan mineral telah menjadi


kebutuhan industri pertambangan, sejak adanya modernisasi industri ini,
setelah Perang Dunia II. Sejumlah negara maju membuat klasifikasi
cadangan yang kemudian diikuti dengan negara-negara lain yang juga
membuat klasifikasi cadangan, baik berupa system baru, modifikasi, atau
kombinasi dari sistem yang telah ada.

Rancangan klasifikasi dirintis oleh US Geological Survey pada tahun


1970-an, yang kemudian di akhir tahun tersebut muncul banyak sistem
klasifikasi cadangan mineral. Karena masing-masing klasifikasi
27

mempunyai kriteria dan istilah yang berbeda, hal ini merepotkan


komunikasi antara pihak-pihak yang terkait dalam industri
pertambangan. Oleh karena itu timbul usaha standarisasi klasifikasi,
termasuk oleh PBB pada tahun 1979.Pada tahun 1995, PBB yang
diwakili oleh Komisi Ekonomi Eropa, memprakarsai penyusunan standar
sistem klasifikasi. Indonesia (ditujukan pada Direktorat Jendral Geologi
dan Sumberdaya Mineral (DJGSM)) merupakan salah satu negara yang
diminta data masukan oleh PBB. Usaha PBB kemudian berhasil dengan
tersusunnya rancangan klasifikasi cadangan mineral pada tahun 1996
yang lebih berorientasi pada ekonomi pasar dan juga dibuat mudah
dimengerti tidak saja oleh ahli geologi atau pertambangan tetapi oleh
pihak-pihak terkait. Menindaklanjuti komunikasi dengan PBB, DJGSM
menyusun rancangan standar nasional klasifikasi cadangan mineral.

Keuntungan dengan adanya klasifikasi yang standar, maka :


1. Apabila suatu pihak mengumumkan angka sumberdaya atau
cadangan mineral, maka otomatis pihak lain mengerti data apa yang
dimaksud, apakah angka sumberdaya hasil eksplorasi pada tahapan
tertentu, atau sudah angka cadangan terbukti hasil studi kelayakan.
2. Masyarakat yang terlibat dalam usaha pertambangan, apakah pelaku
bisnis langsung atau pemegang saham, mempunyai posisi lebih aman
untuk mengambil keputusan secara tepat.

III.4.2 Estimasi Sumberdaya/Cadangan dengan Metoda


Konvensional
1. Metode Triangular Irregular Network ( TIN )
Menurut Djurjani (1994), TIN merupakan salah satu bentuk struktur data
acak. Satuan dari struktur data ini adalah segitiga – segitiga yang tak
beraturan. TIN ini dikembangkan mengingat data acak mempunyai
keunggulan dalam hal menyesuaikan dengan bentuk permukaan tanah.
28

TIN memodelkan permukaan relief sebagai pembatasan berbentuk


segitiga. Dalam konteks pemodelan permukaan digital, TIN didefinisikan
sebagai struktur data untuk menyajikan suatu permukaan seperti halnya
permukaan bumi.

Menurut Musdadi (2001), upaya pembentukan TIN bertujuan untuk


membangun suatu bentukan yang merepresentasikan unit – unit ilmiah
untuk analisis bentukan lahan seperti kelerengan (slope), puncak (peak),
punggung bukit (ridge) dan lain- lain. Garis kontur dapat dijadikan
sebagai sumber data bagi pembangunan TIN. Dari model yang dihasilkan
dapat dilakukan analisis dan klasifikasi sehingga hasil yang diperoleh
adalah struktur data geometris berbentuk segitiga tak beraturan.

Metode Perhitungan Volume Phyrofilit:


1) Metode cut and fill; Prinsip perhitungan volume endapan phyrofilit
menggunakan metode cut and fill adalah menghitung luasan dua
penampang serta jarak antara penampang atas dan penampang bawah
tersebut. Dengan mengetahui data penampang atas dan penampang
bawah, maka dapat dihitung luas masing – masing penampang.
Perhitungan volume DTM dilakukan dengan terlebih dahulu mencari
luasan pada DTM tersebut dalam bidang horizontal. DTM didefinisikan
sebagai hasil penjumlahan volume dari prisma yang dibentuk masing-
masing TIN (Usman 2004).
29

Gambar III.5
Metode cut and fill

Gambar 3.5 menunjukan TIN yang dibentuk pada permukaan atas dan
permukaan bawah dihubungkan sehingga membentuk sejumlah prisma
segitiga yang kemudian volume setiap prisma di jumlahkan untuk
mengetahui volume cut and fill. Volume total dari suatu area dihitung
dari penjumlahan volume semua prisma. Volume prisma dihitung dengan
mengalikan permukaan proyeksi (Ai) dengan jarak antara pusat massa
dari dua segitiga yaitu design surface dan base surface (di). Rumus
penghitungan volume dengan prism method dapat dilihat pada rumus I.5.
(Ale, 2008)

Vi= Ai.di
Keterangan :
Vi = Volume prisma
Ai = Luas bidang permukaan proyeksi
Di = Jarak antara pusat massa dua segitiga surface desain dan

base desain.

2) Metode triangular Grouping; Pada cara ini setiap blok dibentuk oleh
(tiga) titik bor terdekat sedemikian hingga secara tiga dimensi blok
tersebut berbentuk prisma terpancung dengan sisi prisma adalah
kedalaman ketiga titik bor tersebut. Titik 1, 2,3 akan merupakan penentu
besarnya cadangan, jika pembobotan pada titik-titik tersebut sama setiap
perhitungan blok. Jika harga titik-titik 1, 2 dan 3 tersebut besar, maka
hasil perhitungan akan membesar (over estimate), demikian pula
sebaliknya (under estimate) Volume blok dihitung dengan mengalikan
luas penampang prisma terpancung dengan tebal rata-rata endapan. Pada
30

perhitungan volume phyrofilit merupakan salah satu tahap dalam


menghitungan nilai stripping ratio, dimana nilai rata-rata phyrofilit yang
harus diketaui dari setiap titik bor, kemudian di bagi dengan jumlah titik
bor dan di kali dengan luas area titik bor, seperti pada rumus sebagai
berikut:

Te ( k 1+k 2+ k 3 )
a. Rumus Rata – rata =
¿ 3

b. Rumus Ve/Vo = Rata – rata Te x Luasan Area

Keterangan:
Te/To = Tebal Endapan/Overburden
Ve/Vo = Volume Endapan/Overburden
k1, k2, k3 = Tebal rata – rata endapan/ob pada titik bor
3 = Jumlah titik bor

Anda mungkin juga menyukai