Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional


Geologi regional sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang
distribusi sekelompok batuan (formasi) baik jenis, strukturnya (stratigrafi) maupun
urutan pembentukannya (litologi) yang membentuk suatu pola dalam luasan area
tertentu. Secara geologi regional rencana daerah penelitian termasuk dalam peta
geologi .

Gambar 2.1
Peta Geologi Rencana Penelitian
2.1.1. Stratigrafi
Cekungan Barito merupakan salah satu cekungan yang memiliki potensi
sumber daya energi yang sangat besar di Provinsi Kalimantan Selatan, diantaranya
potensi sumbrdaya batubara. Formasi Warukin sebagai formasi pembawa batubara
memiliki sebaran yang sangat luas di cekungan ini, dan tersingkap baik di daerah
Kandangan. Formasi Warukin merupakan batuan sedimen berumur Miosen yang
diendapkan secara selaras di atas Formasi Berai dan ditindih tidak selaras oleh
Formasi Dahor. Dengan latar belakang tersebut, karakteristik batuan dan lingkungan
pengndapan dari unit batuan pembawa batubara pada Formasi Warukin di daerah
Kandangan sangat menarik untuk diteliti.
Pada formasi warukin (Tmw) terdiri dari perselingan batupasir kuarsa dan
batu lempung, bersisipan serpih batubara dan batugamping. Batupasir dan batu
lempung karbonat setempat mengandung konkresi besi. Satuan ini terendapkan
pada lingkungan litoral hingga paralis dan tebalnya 250-750 m. Formasi Warukin
mengandung fosil yang berumur Miosen tengah hingga Miosen akhir yang menindih
selaras di atas formasi Berai
Di bawah formasi Warukin terendapkan formasi dahor (Tqd) ; terdiri atas
batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisipan lempung, lignit, limonit,
kerakal kuarsa dan basal. Formasi Dahor terendapkan di lingkungan paralis dan
ketebalan satuannya sekitar 750 meter. Di lembar samarinda satuan berumur
Pliosen – Plistosen dengan ciri – ciri litologi serupa disebut Formasi Kampung Baru
dan menindih tidak selaras Formasi Warukin. Pada bagian bawah terendapkan
formasi Alluvium (Qa) yang materialnya terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau,
lempung dan lumpur. (Heryanto, R., 1999 : 2)
2.1.2. Potensi Sumberdaya
Sumberdaya energi yang berpotensi adalah batubara dan minyak bumi.
Batubara terdapat pada formasi Tanjung di daerah Setagen. Minyak bumi telah
dieksplorasi di daerah batulicin dan Pagatan. Selain itu juga terdapat mineral logam
antara lain bijih besi, nikel dan emas. Bijih besi terdapat di gunung Kukusan,
Sarakaman, Gunung Batuberani, Tanjung Nusantara dan Gunung Damar. Nikel
terdapat di Pulau Sebuku. Emas placer di daerah Sungai Kusan. Batugamping, pasir
kuarsa dan baulempung terdapat di daerah Batulicin, Simpang dan Sungai Cantung.

II-2
2.1.3. Penentuan Kondisi Geologi Endapan Batubara
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya
tertunjuk, begitu pula sumberdaya tertunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur
dan tertunjuk secara berturut-turut dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan
terbukti telah memenuhi kriteria layak.
Tabel 2.1.
Aspek Tektonik dan Sedimentasi Sebagai Parameter Dalam
Pengelompokkan Kondisi Geologi
Kondisi Geologi Sederhana Moderat Kompleks
Parameter
I. Aspek Sedimentasi
1. Variasi Ketebalan Sedikit Bervariasi Bervariasi Sangat Bervariasi
2. Kesinambungan Ribuan meter Ratusan meter Puluhan meter
3. Percabangan Hampir tidak ada Beberapa Banyak
II. Aspek Tektonik
1. Sesar Hampir tidak ada Jarang Rapat
2. Lipatan Hampir tidak Terlipat sedang Terlipat sedang
3. Intrusi terlipat Berpengaruh Sangat berpengaruh
4. Kemiringan Tidak berpengaruh Sedang Terjal
Landai
III. Variasi Kualitas Tidak bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi
*Sumber : Anonim, 2011
Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu:

1. Kelompok Geologi Sederhana


Endapan batubara dalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi secara
signifikan oleh lipatan, sesar, dan intrusi. Lapisan batubara pada umumnya landai,
menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai
percabangan. Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya tidak
memperlihatkan variasi yang signifikan.
2. Kelompok Geologi Moderat
Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang
lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami pengaruh tektonik dan

II-3
pasca proses pengendapan, ditandai oleh adanya perlipatan dan sesar. Kelompok ini
dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta
berkembangnya percabangan lapisan batubara, namun sebarannya masih dapat
diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan
tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung
maupun pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku
mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya.
3. Kelompok Geologi Kompleks
Batubara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam kondisi
sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang ekstensif
yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batubara dengan ketebalan yang
beragam. Kualitas batubaranya banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
yang terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung atau pada pasca
pengendapan seperti pembelahan atau kerusakan lapisan (wash out). Perlipatan,
pembalikan (overturned) dan pergeseran yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik,
umum dijumpai dan sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batubara sulit
direkonstruksi dan dikorelasikan. Bentuk perlipatan yang kuat juga mengakibatkan
kemiringan lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batubaranya terbatas
dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter.
(Anonim, 2011)
2.2. Eksplorasi Batubara
Eksplorasi sangat diperlukan dalam tahapan pertambangan, salah satunya
adalah untuk menginventarisir dan melokalisir data endapan batubara
yang ada di daerah penelitian guna mencari lokasi-lokasi singkapan batubara dan
melaporkan daerah prospeksi hasil temuan dilapangan. Apabila data- data yang
didapat sangat mendukung, maka diharapkan daerah studi tersebut dapat
dikembangkan ketingkat selanjutnya dengan membuat program studi kelayakan.
Ada 2 metode dalam eksplorasi, yaitu:

II-4
1. Metode langsung, menghasilkan gejala geologi tersebut dapat diamati dengan
mata geologis. Contohnya adalah penyelidikan singkapan dan tracing float.
2. Metode tidak langsung, menghasilkan suatu anomali yang dapat ditafsirkan
sebagai gejala geologi yang dilacak. Contohnya adalah metode geofisika dan
geokimia
(Nurhakim, 2006 : 5)

2.2.1. Pemetaan Topografi


Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-
unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut
diusahakan diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya. Mengenai pengukuran
melalui titik kontrol yang telah menguraikan cara-cara penempatan titik kontrol
yang dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol yang dibutuhkan untuk
pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat berdasarkan
koordinat yang telah ditentukan pada pengukuran titik kontrol.
Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan
posisi keadaan planimetris diatas permukaan bumi dan bentuk diukur dan hasilnya
digambarkan diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang
hasilnya berupa peta topografi.
Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan
potensi batubaranya masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal),
maka tambang terbuka adalah pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di
Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam (morfologi) sangat
ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20,menerapkan
tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara
yangberada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun
danau) tidak boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak
gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas
tambang yang memang harus berada di permukaan.

II-5
2.2.2. Pemboran
Kegiatan Pengeboran atau pengeboran adalah salah satu kegiatan penting
dalam sebuah industri pertambangan. Kegiatan pengeboran ini mempunyai tujuan
yang bermacam-macam dan tidak hanya dilakukan dalam industri pertambangan
saja namun juga untuk bidang-bidang yang lain (Haris agus, 2005). Pengeboran
sendiri memiliki definisi pembuatan lubang tegak atau miring dengan berbagai garis
tengah ke dalam bumi untuk berbagai tujuan, dalam pertambangan umumnya untuk
mengambil contoh material di bawah bumi.
Pengeboran eksplorasi bertujuan untuk untuk eksplorasi tubuh bijih,
informasi staratigrafi, survei seismik, verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia,
kontrol kadar bijih, perhitungan cadangan bijih, dan deskripsi tubuh bijih
(penyebaran, bentuk, butir penyusun, dll.). Informasi dari lubang bor dapat diperoleh
dari beberapa sumber yaitu batuan, inti bor atau sludge, geofisika bawah permukaan
dan informasi dari hasil pengeboran. Beberapa contoh metode pengeboran
diantaranya sebagai berikut:
a. Pengeboran Inti (Coring)
Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting, biasanya dinyatakan
dalam persen volume. Jika CR kurang dari 85-90% maka inti bor tersebut masih
diragukan nilainya, hal ini berarti terjadi loss selama pemboran dan inti bor tersebut
tidak menunjukkan conto yang sebenarnya.
Dalam pengeboran inti hal terpenting yang akan diperoleh dari operasi
pengeboran adalah inti bor sebagai sampel yang diambil untuk dianalisis kondisi
geologi maupun kualitas yang diharapkan. Dari inti bor bisa didapat berbagai macam
informasi penting seperti informasi geoteknik (data rekahan, joint, dan struktur
lainnya), informasi litologi, kualitas terhadap mineral tertentu, dll. Jenis pengeboran
ini lebih banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi maupun investigasi geoteknik.
Setelah didapatkan inti bor maka lubang bor dapat dibiarkan sehingga akan tertutup
oleh proses alami, atau apabila lubang yang ada akan dipergunakan lagi untuk
sumur maka bisa dilanjutkan dengan proses konstruksi (Haris agus, 2005).
b. Pengeboran Non-Coring
Dalam pemboran non coring dapat diperoleh pada selang 1-2 m dalam
keadaan kering dan dikumpulkan pada sisi lokasi bor, setelah dicuci conto tersebut
lebih mudah untuk dianalisis secara mikroskopis. Conto tersebut dapat juga didulang

II-6
untuk memperoleh mineral berat dan kemudian diberi perekat dan disusun sesuai
interval untuk memberikan gambaran lubang bor tersebut.
Hal penting dalam pengeboran non inti adalah bidang gerus (berai) mata bor
yang lebih luas. Pada pengeboran putar maka stang bor yang dipakai harus
mempunyai ketebalan yang lebih besar untuk mengimbangi momen punter yang
lebih besar (Haris agus, 2005).
2.2.3. Kualitas Batubara
Batubara merupakan salah satu bahan bakar disamping minyak dan gas
bumi dan panas bumi. Batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang sudah mati
dengan komposisi utama terdiri dari cellulosa yang telah mengalami proses
pembatubaraan (coalification). Faktor fisika dan kimia yang ada di alam akan
mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit.
Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 tingkatan (dari tingkatan
paling tinggi sampai tingkatan paling rendah) yaitu anthracite, bituminous coal, sub
bituminous coal, lgnite dan peat. Namun ada juga yang mengklasifikasikan batubara
berdasarkan nilai kalornya menjadi 3 klasifikasi yaitu:
1. High rank, meliputi meta anthracite, anthracite, semi anthracite
2. Moderate rank, meliputi low volatile, bituminous coal, high volatil coal
3. Low rank, meliputi sub bituminous coal, lignite.
(Sukandarrumidi, 2004 : 1)
2.2.4. Tebal dan Kedalaman Lapisan Batubara
Perhitungan tebal dan kedalaman merupakan suatu faktor yang sangat
penting dalam mempelajari struktur geologi. Sebab dengan mengetahui ketebalan,
maka dapat diketahui struktur geologi seperti kemiringan lapisan pada kedudukan
batuan serta berbagai kedudukan lainnya dari suatu struktur. Tebal merupakan
suatu jarak tegak lurus antara dua bidang yang sejajar yang merupakan batas dari
pada lapisan batuan. Masalah penentuan ketebalan dapat dibedakan atau dibagi
berdasarkan cara perhitungannya menjadi:

a. Perhitungan secara langsung, cara ini dapat dilakukan dilapangan, dimana


dengan syarat kemiringan yang tegak lurus. Cara mengukur ketebalan secara
langsung ditampilkan pada Gambar 2.1.

II-7
*Sumber : Anonim, 2011

Gambar 2.2
Pengukuran Ketebalan Secara Langsung

b. Perhitungan secara tidak langsung, cara perhitungan secara tidak langsung ini
bisa dilakukan dengan menggunakan keadaan topografi dan kedudukan dari
suatu lapisan batuan. Pengukuran ketebalan secara tidak langsung ditampilkan
pada Gambar 2.2.

*Sumber : Anonim, 2011


Gambar 2.3
Pengukuran Ketebalan Secara Tidak Langsung

Bila pengukuran tegak lurus strike


t = w sin δ

II-8
Bila pengukuran tidak tegak lurus strike

t = l sin β sin δ

Selain tebal, kedalaman faktor yang penting dalam mempelajari serta


memahami ilmu geologi struktur, karena dengan kedalaman dapat diketahui arah
suatu bidang dan jurus dari suatu perlapisan batuan. Pengukuran kedalam secara
tidak langsung ditampilkan pada Gambar 2.3.

*Sumber : Anonim, 2011

Gambar 2.4
Perhitungan Kedalaman
Secara garis besar masalah-masalah penentuan kedalaman dapat
dibedakan menjadi:
a. Perhitungan berdasarkan pengukuran tegak lurus jurus lapisan.
b. Perhitungan berdasarkan pengukuran tidak tegak lurus jurus lapisan.
Perhitungan ketebalan
d = m tan δ

Keterangan:
d = kedalaman
m = panjang lintasan
δ = dip

II-9
2.3. Klasifikasi Dan Manfaat Sumberdaya Cadangan Mineral
Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
2.3.1. Klasifikasi Sumberdaya Cadangan
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung
dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumber daya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumber daya
tertunjuk, begitu pula sumber daya tertunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber daya tereka. Sumber daya terukur
dan tertunjuk dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila telah
memenuhi kriteria layak. Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif
dicerminkan oleh jarak titik informasi (singkapan, lubang bor).
Ketebalan minimal lapisan batu bara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal lapisan pengotor atau “dirt parting” yang tidak dapat dipisahkan pada saat
ditambang, yang menyebabkan kualitas batu baranya menurun karena kandungan
abunya meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi
dan perlu diperhatikan dalam menggolongkan sumber daya batu bara.
(Anonim, 2016).
Beberapa Pengertian sumberdaya mineral menurut SNI tahun 2011,
sebagai berikut:
1. Sumberdaya hipotetik adalah jumlah bahan galian di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap survei tinjau.
2. Sumberdaya tereka adalah jumlah bahan galian di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.

II-10
3. Sumberdaya terunjuk adalah jumlah bahan galian di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
4. Sumberdaya terukur adalah jumlah bahan galian di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk
dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek beralasan yang memungkinkan
untuk ditambang secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas karakteristik geologi
dan kemenerusan dari lapisan batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau
diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu. Sumberdaya batubara dibagi sesuai
dengan tingkat kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka, tertunjuk, dan
terukur. Sedangkan cadangan batubara adalah bagian dari sumberdaya batubara
tertunjuk dan terukur yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan
batubara harus memasukkan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada
saat batubara ditambang. Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan
yang mungkin termasuk studi kelayakan.
Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua faktor-faktor
yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial dan peraturan pemerintah. Penentuan ini harus dapat
memperlihatkan bahwa pada saat laporan dibuat, penambangan ekonomis dapat
ditentukan secara memungkinkan. Cadangan batubara dibagi sesuai dengan tingkat
kepercayaannya ke dalam cadangan batubara terkira dan cadangan batubara
terbukti. Hubungan antara jenis kegiatan eksplorasi dan klasifikasi sumberdaya
berdasarkan standar nasional dapat dilihat pada tabel 2.2

(Anonim, 2011).

II-11
Tabel 2.2
Hubungan Jenis Kegiatan Eksplorasi Dan Klasifikasi Sumberdaya

Tahap Eksplorasi Eksplorasi


Survei Tinjau Prospeksi Pendahuluan Eksplorasi Rinci
(Preliminary (Detailed
Status Hasil Kajian (Reconnaissance) (Prospecting) Exploration) Exploration)
Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya
Hipotik Tereka Tertunjuk Terukur
Belum Layak (Hypothetical (Inferred (Indicated (Measured
Recource) Recource) Recource) Recource)
Cadangan Terkira
(Probable Reserves)
Layak Cadangan
Terbukti
(Proved
Reserves)
*Sumber : Anonim, 2011

2.3.2. Manfaat Sumberdaya


Karena semua keputusan teknis di atas sangat tergantung pada besaran
sumberdaya, perhitungan sumberdaya merupakan salah satu tugas terpenting dan
berat tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu kegiatan pertambangan.Perlu
diingat bahwa perhitungan sumberdaya menghasilkan suatu taksiran. Model
sumberdaya yang disusun adalah pendekatan dari realitas, berdasarkan
data/informasi yang dimiliki, dan masih mengandung ketidakpastian. Perhitungan
sumberdaya bermanfaat untuk hal-hal berikut ini:
1. Memberikan besaran kuantitas (tonase) dan kualitas terhadap suatu endapan
bahan galian.
2. Memberikan perkiraan bentuk 3-dimensi dari endapan bahan galian serta
distribusi ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan
penambangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan
dan NPV (net present value).

3. Jumlah sumberdaya menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam

II-12
perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.
4. Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan besaran
sumberdaya.

2.4. Metode Perhitungan Sumberdaya Cadangan Batubara


Dalam melakukan perhitungan sumberdaya harus memperhatikan
persyaratan tertentu, antara lain :
1. Suatu taksiran sumberdaya harus mencerminkan secara tepat kondisi geologi
dan karakter/sifat dari endapan bahan galian.
2. Selain itu harus sesuai dengan tujuan evaluasi. Suatu model sumberdaya yang
akan digunakan untuk perancangan tambang harus konsisten dengan metode
penambangan dan teknik perencanaan tambang yang akan diterapkan.
3. Taksiran yang baik harus didasarkan pada data aktual yang diolah secara
objektif. Keputusan dipakai-tidaknya suatu data dalam penaksiran harus diambil
dengan pedoman yang jelas dan konsisten. Tidak boleh ada pembobotan data
yang berbeda dan harus dilakukan dengan dasar yang kuat.
4. Metode perhitungan yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji
ulang atau diverifikasi. Tahap pertama setelah perhitungan sumberdaya selesai,
adalah memeriksa atau mengecek taksiran kualitas blok.
Telah banyak dikemukakan mengenai berbagai metode perhitungan
cadangan dan kalaupun ada perbedaan hanya sedikit modifikasi dari sesuatu yang
sangat umum. Pada prinsipnya metode perhitungan cadangan harus dapat
menghitung dengan cepat, dipercaya dan dapat dengan mudah dilakukan cek
ulang. Perbedaan dari berbagai metode perhitungan cadangan biasanya dibedakan
menurut penentuan perhitungannya yang dipisahkan menjadi bagian-bagian atau
blok. Hal ini didasarkan oleh faktor struktur geologi, ketebalan, kadar, nilai ekonomi,
kedalaman, dan lapisan penutup. Oleh karena itu, pemilihan metode tergantung
pada kondisi geologi endapan mineral, sistem eksplorasi, penambangan, dan nilai
ekonomi. Beberapa metode perhitungan cadangan yang umum digunakan, yaitu
sebagai berikut:
(Anonim, 2011).

II-13
2.4.1. Metode penampang (cross section)
Sumberdaya cadangan dapat dihitung dengan menggunakan metode
cross section sehingga dapat diketahui luas penampang yang menjadi dasar
perhitungan untuk volume sumberdaya. Pembuatan sayatan melintang dilakukan di
software Minescape. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Pembuatan garis sayatan harus berdasarkan peta topografi yang telah diperoleh
pada langkah sebelumnya
2. Garis sayatan mengikuti pola titik pengambilan data ketebalan overburden.
3. Garis sayatan dibuat memotong tegak lurus garis kontur.
Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari perhitungan.
Hasil perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk
mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih menggunakan komputer. Hasil
perhitungan secara manual ini tidak dapat digunakan secara langsung dalam
perencanaan tambang menggunakan komputer. Perhitungan volume pada motede
penampang dapat diformulasikan:

(S 1+ S 2)
V=L
2

S1 = Luas Penampang Blok Pertama (m2)


S2 = Luas Penampang Blok Kedua (m2)
L = Jarak antar Penampang
V = Volume Cadangan

II-14
*Sumber : Anonim, 2016
Gambar 2.5.
Sketsa Perhitungan Volume Endapan Dengan Metode Penampang
Keuntungan metode cross section adalah dapat menggambarkan keadaan
geologi endapan mineral, prosedurnya cepat, dan sederhana, tetapi menuntut
analisa bentuk dan ukuran penampang guna menentukan rumus yang tepat.
Metode ini merupakan pilihan yang tepat untuk endapan mineral yang seragam,
sering pula pada endpan yang berbentuk perlapisan atau endapan placer.
(Anonim, 2016).

II-15

Anda mungkin juga menyukai