Anda di halaman 1dari 5

SIFAT KIMIA MINERAL LEMPUNG KAOLINIT DAN ILLIT SERTA PENGARUHNYA

TERHADAP GERAKAN TANAH


1
Donovan Asriel
21100114140093
1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

ABSTRAK

Mineral lempung memiliki karakterisitik sifat kimia yang berbeda-beda dan berdampak terhadap aplikasi geologi teknik dalam
pembangunan pondasi jalan tol maupun jembatan. Pembentukan tanah lunak melalui proses pelapukan dari perubahan fisik
yang terjadi pada batuan baik secara struktur maupun tekstur, seperti perubahan ukuran butiran yang menyebabkan penuruan
sifat fisik sehingga batuan menjadi lunak, selain perubahan fisik, proses secara kimiawi yang terjadi pada mineral dalam batuan
menyebabkan pelapukan pada batuan dan menjadi tanah residual. Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia
mineral lempung dalam batuan dan menemukan hubungan mineral lempung dari sifat plastisitas dan batas cair yang
berpengaruh terhadap aplikasi geologi teknik. Metode yang dilakukan dalam penulisan paper ini adalah menggunakan data
sekunder dari penelian sebelumnya dan menganalisis beberapa mineral lempung untuk dibahas dalam paper. Hasil analisis sifat
kimia jenis mineral yang terdapat dalam mineral lempung yang selalu ada dalam tanah residual vulkanik, tanah residual
batugamping-lempung, dan tanah residual batupasir silisiklastik berupa Kaolinit, Illit, dan Vermikulit, namun yang dibahas
dalam penulisan paper ini adalah Kaolinit dan Illit. Mineral Illit dan kaolinit dapat menyebabkan tanah mempunyai plastisitas
tinggi, dan juga kandungan mineral kaolinit dan klorit yang terdapat pada tanah residual akan mengakibatkan gerakan tanah
dan akan terjadi dampak longsor.
Katakunci : Mineral lempung, Proses Fisik dan Kimia, mineral Kaolinit dan Illit, dan Gerakan Tanah

Pendahuluan Sampel batuan penyusun wilayah Sulawesi


Mineral lempung memiliki karakterisitk sifat Selatan terdiri dari sedimen laut dan endapan darat,
kimia yang berbeda-beda dan berdampakan terhadap yang di dominasi oleh batugamping dan vulkanik serta
aplikasi geologi teknik dalam pembangunan pondasi batupasir deltaik (silisiklastik), juga beberapa batuan
jalan tol maupun jembatan. Ketidak-homogenan dari beku seperti basal, diorit, granodiorit dan trakit serta
sifat tanah/batuan bawah permukaan dan karakter andesit sebagai batuan terobosan/retas yang terjadi di
lingkungan keteknikan lahan dipengaruhi oleh daerah ini, semuanya berkaitan erat dengan kegiatan
beberapa faktor geologi, seperti kondisi keairan, gunungapi (Sukamto, 1982). Pembentukan tanah
komposisis mineral dalam tanah dan batuan, dan melalui proses pelapukan akan menyebabkan
proses sedimentasi yang terjadi pada butiran halus perubahan fisik pada batuan seperti perubahan ukuran
seperti pasir dan lempung. Keberadaan lempung yang butir/penghalusan, penurunan sifat fisik tanah/melunak
ekspansif umumnya dapat diamati di lapangan dari dan perubahan kimiawi tanah (perubahan mineral
sifat fisik batuan yang khas berupa rekahan-rekahan tanah) seiring dengan perubahan waktu, tanah akan
pada saat kering (mengerut), sifat licin dan plastis saat semakin menebal, tanah yang terbentuk dan masih
basah (mengambang). Sifat ekspansif pada lempung, berada di atas bahan induk (in-situ) disebut tanah
selain disebabkan ukuran butiran penyusunnya, yang residual.
berpengaruh adalah mineral penyusun lempung
Beberapa faktor utama penyebab kerentanan
tersebut (Yulianti. Dkk, 2012).
meliputi kondisi geologi, kemiringan lereng dan tata
Indonesia merupakan daerah beriklim tropis guna lahan. Lereng yang tersusun oleh tanah lempung
yang terletak pada lokasi geografis khatulistiwa, ekspansif rentan terhadap gerakan tanah saat musim
menyebabkan sebagian daerah wilayah Indonesia hujan. Penurunan kekuatan lapisan batulempung pada
ditutupi oleh sisa-sisa tanah dari pelapukan batuan lereng dapat menyebabkan pergerakan lereng tersebut.
yang intensif (Sunarya, 2011). Tanah residual sebagai Penanggulan yang baik adalah penanggulan yang dapat
hasil pelapukan batuan di daerah perbukitan dapat mengatasi masalah secara tuntas dengan biaya yang
menimbulkan permasalahan geologi teknik, salah relatif murah mudah pelaksanaannya. Penanggulan
satunya yang sering terjadi adalah gerakan tanah yang sangat tergantung pada tipe dan sifat keruntuhan
dapat menyebabkan bencana geologi diantaranya pada lereng, kondisi lapangan serta kondisi geologi.
pelapukan batuan.

1
METODOLOGI PENULISAN pada tanah residual dari batuan dasar breksi
vulkanik dan setiap mineral dapat terdeksi dari
Dalam penulisan paper ini, penulis mengambil fase kristalnya.
data penelitian sebelumnya yang membahas mengenai
geokimia mineral lempung dan pengaruhnya terhadap
stabilitas lereng. Penelitian sebelumnya melakukan
penelitian pada daerah Sulawesi Selatan, dan
mengambil tiga jenis sampel batuan yang berbeda
mulai dari batuan vulkanik seperti breksi vulkanik,
batuan sedimen laut seperti batugamping, dan batuan
silisiklastik seperti batupasir. Selain mengambil
sampel batuan dari lapangan, peneliti sebelumnya
melakukan penelitian dalam laboratotium untuk
menganilisi komposisi kimia mineral lempung
mengidentifikasi jenis mineral lempung serta
pengaruhnya terhadap air.
Gambar 1. Difraktogram tanah residual dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
batuan dasar breksi vulkanik
a. Mineralogi dalam Tanah Residual
Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa
Pembahasan mengenai tanah residual yang mineral Haloisit merupakan mineral penciri dan
terdapat di lokasi penelitian, didasarkan atas akan selalu dijumpai bersama-sama dengan
stratigrafi batuan yang berhubungan dengan proses Kaolinit pada tanah residual tropis yang berasal
yang mempengaruhi pembentukan mineral dari batuan vulkanik. Mineral Haloisit sendiri
lempung, yang menyusun tanah residual dari merupakan kumpulan mineral Kaolinit yang
pelapukan batuan dasar Breksi Volkanik, ikatannya lebih acak, proses pembentukannya
Batugamping dan Batupasir Silisiklastik. juga dapat bersamaan dengan kelompok mineral
Pengambilan sampel tanah residual berdasarkan Albit (kelompok mineral Plagioklas). Setiap
persebara atau pelamparan batuan dasar serta ciri puncak dari grafik tergambar dan
fisik dari masing-masing batuan yang dijumpai memperlihatkan bahwa semua besaran nilai dan
berdasarkan pada aspek dilapangan yaitu ukuran luas permukaan serta ketebalan dari masing-
butir, warna dan komposisi. Identifikasi fasa masing mineral lempung, karakteristik tersebut
kristalin mineral lempung dengan cara pengamatan dapat diketahui jenis dan jumlah rasio mineral
parameter struktur kisi kristal dan ukuran partikel. lempung.
Analisis komposisi fasa atau senyawa mineralnya
serta karakteristik kemiripan morfologi mineral a.2 Kandungan Mineral Lempung Tanah Residual
dapat dikuatkan dengan data EDX dan XRF yang dengan batuan dasar berupa Batugamping
mengidentifikasi kandungan unsur-unsur utama
pada obyek untuk lebih memastikan jenis mineral Hasil uji XRD terlihat pada difraktogram
tersebut. Rekaman pada diffractometer chart tanah residual bataun dasar batugamping
sebagai difraktogram, tergantung harga jarak kisi menunjukkan bahwa rasio kandungan jenis
yang berbeda dari masing-masing mineral lempung mineral lempung yang terdapat pada strata 1
dan jenisnya yang terkandung pada sampel tanah sampai strata 3 terdapat perbedaan komposisi
residual yang dideterminasi. Secara deskriptif hasil mineral Kaolinit dan Illit. Keberadaan mineral
analisis XRD yang diolah secara semi kuantitatif, Kaolinit pada strata 1 memiliki komposisi 50%
untuk mengetahui rasio mineral lempung, maka namun pada strata 2 dan strata 3 semakin
diperoleh jenis yang hampir selalu dijumpai pada menurun dari 40% hingga 20%, sementara
setiap sampel yakni Illit((KAl2(Al,Si3)O10(OH)2), mineral Illit memiliki kondisi yang berlawanan
dan Kaolinit (Al2Si2O5(OH)4). dan Kaolinit yang mana pada strata 1 sangat
a.1 Kandungan Mineral Lempung Tanah Residual sedikit dan pada strata 3 sangat berlimpah.
Breksi Vulkanik
Analisis yang dilakukan terhadap jenis
breksi vulkanik termasuk analisis difraktogram.
Hasil menggambarkan nilai basal spasing
menunjukkan macam mineral yang terkandung
2
b. Susuan Mineral Kaolinit dan Ilit

b.1 Mineral Kaolinit

Gambar 2. Kenampakan strata 1 mineral


Kaolinit ditunjukkan pada tanda panah merah
sementara mineral Illit pada tanda panah biru

a.3 Kandungan Mineral Lempung Tanah


Residual dengan batuan dasar berupa
Batupasir Silisiklastik
Gambar 4. Susuan kristal penyusun mineral
Analisis Difratogram yang dilakukan Kaolinit
terhadap batupasir silisiklastik hasilnya
Mineral Kaolint merupakan mineral silikat
menggambarkan nilai basal spacing
berlapis (Gambar 4), struktur mineral satu banding
menunjukkan bahwa rasio mineral Illit jauh
satu (1:1) merupakan lembaran alumina oktahedran
lebih banyak dibandingkan dengan Kaolinit
(gibbsite) membentuk satu unit dengan tebal 7.15Å
bahkan mineral Kaolinit hampir tidak ada.
(1Å=10- 10nm), berwujud seperti lempengan tipis.
Terdapat tiga strata yang digunakan dalam
Mineral kaolinit berwujud seperti lempengan-
menganalisis mineral lempung yang
lempengan tipis, masing-masing dengan diameter
terkandung dalam batupasir silisiklastik.
1000Å sampai 20000Å dan ketebalan dari 100Å
sampai 1000Å dengan luasan spesifik perunit massa
±15 m2/gr. Kaolinit memiliki kapasitas shrink-
mengembang rendah, sehingga tidak dapat
mengabsorpsi air dan kapasitas tukar kation rendah
(1-15 meq/100g). Biasanya disebut oleh masyarakat
tanah lempung putih atau tanah liat putih
merupakan endapan residual. Secara ikatan kimia,
susunan mineral Kaolinit adalah (Al2Si2O5(OH)4).

b.2 Mineral Illit

Gambar 3. Kenampakan strata 1 mineral Ilit


pada batupasir silisiklastik ditunjukkan dengan
panah berwarna merah

Gambar 5. Susunan kristal penyusun mineral


Illit

3
Mineral Illit terdiri atas satu lapisan alumina mineral ini memiliki kapasitas tukar kation tinggi
antara dua lapisan silika, tebal satu satuan unit sehingga mineral ini sangat rentan berubah sesuai
adalah 10Å, tidak berubah jika diberi larutan kondisi lingkungan sekitarnya. Kemampuan
glycol, pengembangan dan penyusutan ini sangat
Struktur satuan kristal mineral Illit adalah 2:1. berpengaruh pada perubahan fisik mineral sehinnga
Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng apabila air berlebih bereaksi terhadap mineral ini
Al2O3 diantara dua lempeng SiO2. Karena sangat akan mudah terjadi pengembangan, tetapi
struktur inilah montmorillonit dapat mengembang apabila tidak terdapat air atau dalam kondisi yang
menyusut menurut sumbu c, dan mempunyai sifat sangat kering maka mineral ini akan mengalami
penting lainnya yakni mempunyai muatan penyusutan.
negative (negative charge), yang menyebabkan
mineral ini sangat reaktif terhadap lingkungan. d. Uji Sifat Tanah Mineral Kaolinit dan Illit
Mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi,
dan kemampuannya yang dapat mengembang bila
basah ataupun menyusut bila kering.
Pembentukan mineral smektit memerlukan
kondisi sebagai berikut (1) curah hujan harus
cukup untuk menyebabkan terjadinya pelapukan,
tapi tidak menyebabkan pencucian basa-basa dan
silica; (2) adanya masa-masa kering yang
diperlukan untuk kristalisasi smektit; (3)drainage
yang terhambat sehingga terhindar dari proses
pencucian dan hilangnya bahan-bahan hasil
pelapukan; serta (4) suhu tinggi untuk menunjang
proses pelapukan (Driessen and Dudal, 1989
dalam Bambang dkk, 2006).

c. Sifat dan Pengaruh air terhadap Mineral


Kaolinit dan Illit
Air memiliki pengaruh terhapa mineral Gambar 6. Hasil Analisis Uji Lab Batas Atterberg
Kaolinit dan Illit. Air akan bereaksi dengan terhadap tiga jenis sampel batuan yang diteliti
kandungan unsur yang terdapat dalam mineral
lempung baik Kaolinit maupun Illit sehingga bisa
memberikan dampak perubahan secara fisik
terhadap mineral tersebut.
Apabila air dicampurkan dengan mineral
Kaolinit yang terjadi ialah air tidak dapat
mengembang dalam mineral tersebut. Hal itu
dikarenakan dalam mineral Kaolinit sendiri
memiliki sifat shrink atau mengembang rendah
sehingga kecil kemungkinan air akan dapat diserap
oleh mineral tersebut. Selain daripada sifat shrink,
pada mineral Kaolinit memiliki kapasitas tukar
kation rendah (1-15 meq / 100 gram). Kenampakan
minereal Kaolinit pada tanah residual dalam Gambar 7. Sifat Plastisitas dan batas cair tanah
residual (merah) breksi Volkanik, (biru) batugamping
lapangan sering disebut dalam masyarakat adalah serta (Kuning) batupasir silisiklastik
tanah liat putih.
Mineral Illit memiliki susunan kristal Hubungan antara nilai konsistensi tanah dan
penyusun mineral 2:1 yang mana satu tersebut mineral lempung, menunjukkan bahwa nilai
merupakan senyawa SiO2 dan dua merupakan plastisitas dan sifat-sifat mineral lempung yang
susunan senyawa Al2O3. Susuan kristal yang seperti terkandung dapat menentukan karakteristik
ini yang dapat menyebabkan terjadinya kemampuan dan sebagai indikator yang berguna
pengembangan dan penyusutan yang terjadi pada pada potensi pengembangan tanah residual.
sumbu C dan sifat penting lainnya adalah Pada tanah residual dari batuan dasar volkanik
mempunyai mautan negatif yang menyebabkan mempunyai karakteristik kandungan mineral
4
Illit-haloisit dengan nilai Shrinkage Limit rendah
dan Liquid Limit sedang-tinggi sedangkan
Liquid Limit/Plasticity lndex pada ploting
Kaolinit – Klorit.

PENUTUP

Dalam kasus penilitian, terdapat 3 jenis


batuan yang dianalisis sebagai batuan dasar dari
pembentukan tanah residual, yaitu breksi
vulkanik, batugamping, dan batupasir
silisiklastik. Berdasarkan analisis laboratorium
yakni XRD, terdapat mineral lempung penyusun
utama dari tanah residual yaitu Kaolinit dan Illit.
Mineral Kaolinit memiliki susuna kristal
1:1 dengan komposisi senyawa
(Al2Si2O5(OH)4). Mineral ini memiliki sifat
tidak reaktif terhadap lingkungan sekitar seperti
air, sehingga tidak dapat mengalami
pengembanan dan penyusutan fisik mineral.
Mineral Illit memiliki susunan kristal 2:1 dengan
komposisi senyawa ((KAl2(Al,Si3)O10(OH)2).
Mineral Illit sangat reakitf terhadap lingkungan
sekitar sehingga ketika dicampurkan dengan air
sangat mudah mengalami pengembangan dan
penyusutan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanah residual dari batuan dasar volkanik,
batugamping dan batupasir silisiklastik, secara
umum sesuai dengan kehadiran Kaolinit dan Illit
menunjukkan berada pada batas-batas plastisitas
sedang sampai sangat tinggi.

Referensi
Geokimia Mineral Lempung dan Pengaruhnya
terhadap Gerakan Tanah : Ratna Husain, Program
Pascasarjana 2015

Anda mungkin juga menyukai