BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Actinograf adalah alat otomatis yang mengukur setiap saat pada siang hari
radiasi surya yang jatuh ke alat. Actinography bimetal berfungsi untuk mengatur
radiasi sinar matahari (Gifary, 2013). Actinography bimetal berperekam atau
otomatis mengukur setiap saat pada siang hari radiasi surya yang jatuh ke alat.
Sensor atau yang peka bila kena sinar surya terdiri atas bimetal (dwilogam)
berwarna hitam mudah menyerap radiasi surya. Panas karena radiasi yang diserap
ini membuat bimetal melengkung. Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang
diterima sensor. Lengkungan ini disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di
atas pias yang berputar menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik.
Luas grafik/integral dari grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang
ditangkap oleh sensor selama sehari Actinograph Bimetal memiliki bagian-bagian
yang terdiri dari sensor, glass, lempengan pengatur bimetal, tangkai dan pena
pencatat. Komponen-komponen utama dari actinograph bimetal adalah sensor
yang terdiri dari 2 strip bimetal yang bercat hitam dan putih, glass dome, plat
pengatur bimetal, pengatur bimetal, tangkai dan pena pencatat, pengatur atau
perata rata air, bagian dasar serta penutup atau cove (Wheler, 2001).
waktu hanya pemakaian pias dapat diganti-ganti setiap hari. Ada 3 tipe pias yang
digunakan pada alat yang sama: Pias waktu matahari di ekuator, pias waktu
matahari di utara dan pias waktu matahari di selatan (Wilby, 2000).
2.1.4. Termohigrograph
2.1.7. Barometer
2.1.9. Barograph
2.1.10. Anemometer
arah angin. Anemometer dipasang bersama panah angin di atas tiang dengan
ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir. Umumnya
anemometer dipasang pada tiang penyangga yang terbuat dari besi atau sejenisnya
yang terpasang kokoh pada tempatnya, posisi tiang penyangga terpasang benar
benar tegak lurus (vertikal) dengan ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan
terhadap sambaran petir (Lakitan, 2002).
2.1.12. Ombrometer
Ombrometer adalah alat pengukur curah hujan. Alat ini mengukur curah
hujan secara manual. Pemasangan ombrometer ada pada tempat terbuka, apabila
terjadi hujan air akan masuk melalui corong pada bagian atas ombrometer yang
akan ditampung dalam tabung (Hendayana, 2013). Banyaknya air hujan yang
tertampung pada gelas ukur menunjukkan besarnya hujan dalam satuan mm. Tiap
100 cc air hujan sama dengan 10 mm curah hujan. Penakar hujan OBS atau
penakar cuarah hujan biasa adalah manual, jumlah air hujan yang tertampung
diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas
8
ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm
sehingga dihasilkan satuan mm (Umar, 2010).
Tipe Helman adalah alat klimatologi yang berfungsi untuk mencatat curah
hujan otomatis. Satuan milimeter (mm). Cara kerjanya yaitu setiap terjadi hujan
air akan masuk ke corong kemudian disalurkan ke pelampung sehingga
membuat pena naik dan membuat grafik pada kertas pias. Jika curah hujan
mencapai 10 mm/lebih maka pena menunjukkan angka 10 mm sebagai angka
maksimal, kemudian air akan tumpah dari pelampung melalui pipa hevel dan pena
akan turun lagi ke angka nol (Lakitan, 2002). Tipe Hellman termasuk penakar
hujan yang dapat mencatat sendiri. Hujan turun, air hujan masuk melalui corong,
kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan
pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Tangkai pelampung terdapat
tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan
pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam. Tipe Hellman
terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan
dapat diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya, jika
gerakan pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan
turun melalui pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastic (Gunarsih, 2004). Air
dalam tabung terkuras habis sehingga tangkai pena turut turun sampai pena
menunjuk skala nol, jika hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian
seterusnya.
yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah
(Hendyana, 2013). Pada saat terjadi hujan, air hujan yang jatuh akan masuak
kedalam mulut corong kermudian diteruskan dalam saluran pelampung. Lalu data
akan tercatat pada monitor , lalu data akan dikirim pada computer. Automatic
Rain Gauge berfungsi untuk menghitung berapa besar dan lamanya curah hujan.
Automatic Rain Gauge terdapat memori didalam alat tersebut yang mencatat
berapa lama dan besarnya curah hujan dan dapat dibaca melalui computer
(Handoyo, 2008).
AWS adalah alat klimatologi yang berfungsi untuk mengukur cuaca secara
otomatis. AWS merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di disain
untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan
menjadi lebih mudah (Ratri, 2005). Prinsip kerja AWS merupakan desain yang
sengaja dibuat untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar
pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor,
RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian
lainnya (Badai, 2009). Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur,
arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer,
net radiometer. Hal ini juga didukung oleh Rayana (2009) yang menyatakan
bahwa RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power,
yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan
11
BAB III
3.1. Materi
3.2. Metode
13
BAB IV
Actinograf adalah alat otomatis yang mengukur setiap saat pada siang hari
radiasi surya yang jatuh ke alat. Hal ini sesuai dengan pendapat Gifary (2013)
yang menyatakan bahwa aktinigraf bimetal berfungsi untuk mengatur radiasi sinar
matahari. Actinography bimetal berperekam atau otomatis mengukur setiap saat
pada siang hari radiasi surya yang jatuh ke alat. Sensor atau yang peka bila kena
sinar surya terdiri atas bimetal (dwilogam) berwarna hitam mudah menyerap
radiasi surya. Panas karena radiasi yang diserap ini membuat bimetal melengkung.
Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor. Lengkungan ini
disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang berputar menurut
waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas grafik/integral dari grafik
sebanding dengan jumlah radiasi surya yang ditangkap oleh sensor selama sehari
Actinograph Bimetal memiliki bagian-bagian yang terdiri dari sensor, glass,
lempengan pengatur bimetal, tangkai dan pena pencatat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wheler (2001) yang menyatakan bahwa komponen-komponen utama
dari actinograph bimetal adalah sensor yang terdiri dari 2 strip bimetal yang bercat
hitam dan putih, glass dome, plat pengatur bimetal, pengatur bimetal, tangkai dan
pena pencatat, pengatur atau perata rata air, bagian dasar serta penutup atau cover.
16
matahari di selatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wilby (2000) yang
menyatakan bahwa campbell stokes bekerja dengan pembakaran pias, panjang
pias yang terbakar dinyatakan dalam jam dan hanya pada keadaan matahari terang
saja pias bisa terbakar.
4.4. Termohigrograph
Ilustrasi 4. Termohigrograph
faktor tanah, struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan organik, dan warna
tanah.
apakan, sedangkan termometer yang satunya dibalut dengan kain tipis yang selalu
basah. Psikrometer ini diletakkan di dalam sangkar meterologi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bayong (2004) yang menyatakan bahwa Psikometer ini terdiri
dari termometer bola kering dan bola basah dan alat ini ditempatkan dalam
sangkar meteorologi dalam kedudukan berdiri.
4.7. Barometer
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai alat-alat di taman alat Stasiun
Klimatologi Kelas 1 BMKG Semarang diperoleh hasil sebagai berikut:
masuk kedalam tabung, permukaan air raksa dalam tabung naik dan didalam
bejana turun, maka perbedaan tinggi kedua permukaan menjadi lebih besar.
4.9. Barograph
4.10. Anemometer
23
4.12. Ombrometer
25
Hellman adalah cara yang pertama setiap terjadi hujan air akan masuk ke corong
kemudian disalurkan ke pelampung sehingga membuat pena naik dan membuat
grafik pada kertas pias dan cara yang kedua jika curah hujan mencapai 10
mm/lebih maka pena menunjukkan angka 10 mm sebagai angka
maksimal, kemudian air akan tumpah dari pelampung melalui pipa hevel dan pena
akan turun lagi ke angka nol. Tipe Hellman termasuk penakar hujan yang dapat
mencatat sendiri. Hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian
terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung
serta tangkainya terangkat (naik keatas). Tangkai pelampung terdapat tongkat
pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena
dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam. Hal ini sesuai dengan
pendapat Gunarsih (2004) bahwa pada Tipe Hellman terdapat sebuah silinder jam
sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan dapat diketahui curah hujan
maksimum dan minimum serta waktu terjadinya, jika gerakan pena mencapai
skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan turun melalui pipa siphon
dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung terkuras habis sehingga
tangkai pena turut turun sampai pena menunjuk skala nol, jika hujan masih turun
pena akan naik lagi, demikian seterusnya.
BAB V
5.1. Simpulan
bahwa alat yang berfungsi untuk mengukur intensitas sinar matahri terdiri dari
Actinograph Bimetal dan Gun Bellani. alat yang berfungsi untuk mengukur lama
sinar matahari yaitu Campbell Stokes. Alat yang berfungsi untuk mengukur suhu
udara dan suhu tanah terdiri dari Psychrometre Standar dan termometer tanah
gundul dan tanah berumput. Alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara
terdiri dari barometer dan barograph. Alat yang berfungsi untuk mengukur arah
kecepatan angin terdiri dari cup counter anemometer dan anemometer. Alat yang
yang berfungsi untuk mengukur penguapan air adalah open pan evaporimeter.
Alat yang berfungsi untuk mengukur curah hujan dan kualitas air hujan terdiri
dari penakar hujan manual, penakar hujan otomatis, dan automatic rain sampler.
Serta alat yang berfungsi untuk mengukur kualitas udara adalah high volume
sampler.
5.2. Saran
serta mencatat dan menanyakan hal- hal yang belum dipahami selama praktikum
kepada narasumber.
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, D. 2013. Mengenal Nama dan Fungsi Alat-Alat Pemantau Cuaca dan
Iklim. IPB, Bogor.
Ratri. 2005. Pengaruh radiasi matahari terhadap kesuburan tanah. J.Pertanian 5 (1)
: 45 -47
Tarannum, N., Rhaman, M.K, Khan, Sabbir Ahmed dan Shakil, Shifar Rahman.
2015. A Brief Overview and Systematic Approach for Using Agriculturual
robot in Developing Countries. Journal of Modern Sciences and
Technology. 3 (1), 88-101.
Wilby, R. L. and Tomlinson, O. J. (2000) The Sunday Effect and weekly cycles of
winter weather in the UK. Weather, 55, pp. 214-222.
BAB I
PENDAHULUAN
36
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu tempat. Sehingga sering terjadi
suatu tempat udara, berawan atau hujan turun lebat, tetapi di tempat yang lain
cuaca terang benderang. Dari hasil pengamatan cuaca yang dilakukan secara terus
menerus oleh badan meteorologi dan Geofisika (BMG) yang berpusat di jakarta.
Cuaca merupakan keadaan fisis atmosfer pada suatu tempat dan waktu
tertentu.Perubahan suhu, angin, curah hujan, dan pancaran sinar matahari dari hari
ke hari, diseluruh tempat di bumi (Laela, 2015). Cuaca selalu berubah, karena itu
disadari bahwa memperkirakan cuaca tidak mudahkarena di samping harus
memahami sifat atmosfer atau dinamika atmosfer, diperlukan juga pengalaman
dan keberanian dalam membuat keputusan suatu prakiraan. Namun demikian
pendekatan-pendekatan dalam membuat prakiraan cuaca sudah banyak
dikembangkan oleh negara maju meskipun pendekatan-pendekatan tersebut tidak
sepenuhnya sesuai dengan keadan cuaca pada lintang tropis seperti Indonesia
cuuaca yang tidak stabil sering terjadi di daerah garis lintang sedang (separuh
jalan antara khatulistiwa dan daerah kutub), tempat massa udara tropis yang panas
bertemu dengan massa udara kutub yang dingin. Gembungan udara panas
mendorong masuk ke udara dingin, dan udara tersebut mulai berputar disekeliling
suatu pusat bertekanan rendah atau depresi (Zakir, 2007).
2.2. Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.Batas suhu
yang layak bagi kehidupan makhluk hidup berkisar antara 350C dan 750C akan
tetapi kisaran suhu yang dikehendaki tanaman antara 150C-400C pada suhu
dibawah atau diatas kisaran tersebut, pertumbuhan tanaman sangat dihambat.
Secara langsung, suhu mempengaruhi fotosintesis, respirasi permeabilitas dinding
sel, kegiatan enzim, penyerapan air dan unsur hara, transpirasi dan koagulasi
38
2.3. Kelembaban
Kelembaban adalah ukuran jumlah uap air di udara. Jumlah uap air
mempengaruhi proses-proses fisika, kimia dan biologi di alam, oleh karena itu
akan mempengaruhi kenyamanan manusia begitupun terhadap lingkungan. Jika
besarnya kandungan uap air melebihi atau kurang dari kebutuhan yang
diperlukan, maka akan menimbulkan gangguan dan kerusakan. Sebagai contoh,
bahan makanan dan obat-obatan yang disimpan dalam gudang penyimpanan
memerlukan kondisi kelembaban tertentu agar tidak cepat rusak. Saat ini banyak
alat ukur kelembaban yang telahdikembangkan. Peralatan elektronik juga menjadi
mudah berkarat jika udara disekitarnya memiliki kelembaban yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, informasi mengenai kelembaban udara pada suatu area tertentu
menjadi sesuatu hal yang penting untuk diketahui karena menyangkut efek-efek
yang ditimbulkannya.Informasi mengenai nilai kelembaban udara diperoleh dari
proses pengukuran (Lakitan, 2000). Kelembaban udara merupakan banyaknya
kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering
39
dan uap air. Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara
adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer.
Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban
nisbi berangsur-angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi
bertambah besar (BMKG, 2009).
2.3. Awan
Awan adalah massa terlihat dari tetesan air atau beku kristal tergantung
diatmosfer di atas permukaan bumi atau lain planet tubuh. Awan juga terlihat
massa tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan
antar bintang dan nebula (Muin, 2008). Awan adalah gabungan dari droplet-
droplet kecil dengan jumlah order 100 per cm 3 yang mempunyai jari-jari 10 m.
Presipitasi (hujan) terjadi jika populasi awan menjadi labil dan beberapa droplet
tumbuh membesar. Awal terbentuknya awan adalah akibat adanya pengangkatan
secara adiaatik udara tak jenuh yang mengandung uap air dari aras yang rendah di
permukaan ke aras yang lebih tinggi (Pramudia, 2005).
Awan terbentuk ketika uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi.
Proses pembentukan awan merupakan suaru rangkaian proses yang rumit dan
melibatkan proses dinamik dan proses mikrofisik. Proses dinamik berhubungan
dengan pergerakan parsel udara yang membentuk suaru kondisi terterntu sehingga
terbentuknya awan. Proses mikrofisik adalah proses pembentukan awan melalui
proses kondensasi uap air dan interaksi antar partikel butir air (Lubis, 2008).
Pertumbuhan awan melewati beberapa tahapan. Tahap pertumbuhan, uap air yang
terkandung dalam parsel massa udara yang naik ke level yang lebih tinggi akan
berkondensasi pada inti kondensasi yang lebih tersedia apabila suhu lingkungan di
level tersebut . Tahap pematangan, butir-butir air dalam awan akan terus
membesar melalui proses tumbukan dan penggabungan sampai mencapai butir
maksimum dalam kondisi lingkungan yang dimilikinya. Tahap disipasi, dalam
40
tahap ini gerakan vertikal didominasi oleh gerakan ke bawa. Butir-butir air yang
ukurannya cukup besar akan turun sebagai hujan, sementara butir-butir air yang
masih keci akan menguap kembali (Syaifullah, 2011)
Awan tipe Cirrus tidak termasuk awan yang menurunkan hujan (air atau
salju). Awan ini terletak pada altitude di atas 7 km dan berbentuk seperti rambut
41
atau filamen tipis (Kusumawati, 2009). Awan Cirus merupakan awan yang berdiri
sendiri, halus dan berserat biasanya disertai dengan kristal es (Handoyo, 2011).
Awan tipe Cirrostratus berada pada altitude di atas 6 km. Awan ini
terlihat seperti tabir tipis yang menyelimuti seluruh langit sehingga dapat terjadi
halo phenomena (Kusumawati, 2009). Awan cirrostratus tidak dapat
menghamburkan cahaya matahari atau bulan yang berada dibaliknya tetapi
42
menghasilkan gejala halo yaitu gejala optis yang tampak seperti lingkaran yang
mengelilingi matahari atau bulan yang disebabkan oleh refleksi cahaya oleh
kristal es yang berada dalam atmosfer (Prawirowardoyo, 2000).
Awan Altocumulus berwarna putih atau kelabu yang terdiri atas unsur
berbentuk bulatan putih dan dapat menimbulkan virga dan presipitasi (Yani,
2007). Awan altocumulus berada pada ketinggian 2,4-6,1 km. Awan ini
mempunyai karakteristik berbentuk globular-globular pada layernya, setiap
globularnya lebih luas dan gelap ( Andika, 2008).
Awan Altostratus terdiri dari tetes air dan kristal-kristal es serta tetes hujan
dan dapat menimbulkan gejala virga yang berupa garis sejajar yang keluar dari
dasar awan dan presipitasi yaitu hujan ringan yang berlangsung secara terus
menerus (Prawirowardoyo , 2000). Altostratus berada pada ketinggian 2-5 km serta
berwarna abu-abu, lebih terang dari nimbostratus dan lebih gelap dari cirrostratus
(Andika, 2008).
Awan Stratocumulus adalah mempunyai area yang luas dan gelap, tiap
elemen lebih luas daripada Altocumululs dan terdiri dari gumpalan-gumpalan
awan yang biasanya berada dalam grup, garid, atau gelombang. Secara umum,
stratocumulus hanya membawa hujan gerimis namun sering kali merupakan awal
dari cuaca yang lebih buruk (Andika, 2008). Awan stratocumulus yaitu awan yang
bentuknya tidak merata. Awan stratocumulus biasanya menandakan cuaca yang
kering (Kodoatie, 2010).
BAB III
3.1. Materi
3.2. Metode
BAB IV
Senin Siang
Pukul : 13.00
Suhu : 29
Rh : 55 %
Jenis awan : Cumulus
Senin Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 28
Rh : 60%
Jenis awan : Nimbostratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa pada hari senin 19 Oktober
2015 di kost banjarsari tembalang pagi hari terlihat awan menyebar berwarna
putih dan bentuknya acakan sehingga termasuk ke dalam jenis awan stratus. Hal
ini sesuai dengan pendapat Andika (2008) yang menyatakan bahwa karakteristik
dari awan stratus adalah berupa lapisan berwarna putih kelabu, membawa gerimis
46
kecil. Pada siang hari awan yang terlihat menggumpal seperti bunga kol yang
berwarna putih kelabu. Sehingga termasuk ke dalam jenis awan Cumulus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yani dan Ruhimat (2007) yang menyatakan bahwa
Cumulus awan yang kelihatan gumpal, mampat dan menjulang bagian atasnya
seperti tonjolan menyerupai bunga kol bergaris tajam dan tegas berdasar rata dann
berwarna kelabu. Awan Cumulus sering terbentuk pada hari yang cerah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nicholson (2005) yang menyatakan bahwa awan
Cumulus yang lembut sering terbentuk pada hari yang sangat cerah saat udara
naik di atas daratan atau sisi bukit yang terkena panas matahari. Dan pada sore
hari yang terlihat awan yang menggumpal sangat banyak dan besar dengan warna
keabu-abuan sehingga awan yang terbentuk termasuk ke dalam jenis awan
Nimbostratus. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati (2009) yang
menyatakan bahwa awan Nimbostratus adalah awan yang biasanya berwarna
abu-abu dan menidentifikasikan datangnya hujan.
Selasa Siang
Pukul : 13.00
Suhu : 23
Rh : 57 %
Jenis awan : Cumulus
47
Selasa Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 30
Rh : 46 %
Jenis awan : Cumulus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari selasa 20
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang pada pagi hari terlihat awan yang
menjulang tinggi dan bergumpal sehingga termasuk ke dalam jenis awan
cumulonimbus. Hal ini sesuai dengna pendapat Yani (2007) yang menyatakan
bahwa awan Cumulonimbus merupakanawan yang terlihat hampa, tampak berat
dan menjulang tinggi sekali menyerupai gumpalan yang besar dapat menimbulkan
hujan besar dan berhenti secara mendadak dan biasanya disertai kilat dan guntur
serta terkadang disertai es. pada siang dan sore hari yang terlihat awan seperti
kapas yang halus dan terapat pada cuaca yang cerah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nicholson (2005) yang menyatakan bahwa awan Cumulus memliki arti
gundukan atau tumpukan. Awan Cumulus yang lembut sering terbentuk pada hari
yang sangat cerah saat udara naik diatas daratan atau sisi bukit yang terkena panas
matahari.
Rabu Siang
Pukul : 13.30
48
Suhu : 30
Rh : 57 %
Jenis awan : stratus
Rabu Sore
Pukul : 16.30
Suhu : 28
Rh : 60 %
Jenis awan : cumulonimbus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari Rabu 21
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang pada pagi dan siang hari terlihat awan
yang tipis dan tersebar luas sehinga menutupi langit secara merata atau disebut
awan yang berbentuk stratus. Hal ini sesuai dengan pendapat Richard dan
Spilsbury (2011) yang menyatakan bahwa awan stratus terbentuk sebagai lapisan
pada awan kelabu dan bentuknya tidak jelas serta berada pada ketinggian 1,6 km
diatas tanah. Pada sore hari terlihat awan yang terlihat awan yang mendung
sehingga dapat menimbulkan hujan besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Karin
(2005) yang menyatakan bahwa awan cumulonimbus menimbulkan hujan lebat,
petir, kilat, kadang-kadang terkait dengan badai dan cuaca buruk.Turbulensi
sangat besar.
Tabel 4. Pengamatan cuaca pada hari Kamis
Kamis Pagi
Pukul :06.00
Suhu : 21C
Rh : 50 %
Jenis awan: Altostratus
Kamis Siang
Pukul : 13.00
49
Suhu : 27C
Rh : 45 %
Jenis awan : Altostratus
Kamis Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 31C
Rh : 51 %
Jenis awan : Altostratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari Kamis 22
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang pada pagi, siang, dan sore hari terlihat
bentuk awan yang sama dengan waktu yang berbeda. Awan tersebut terlihat awan
yang berwarna kelabu kebiru-biruan, lebih terang dan merupakan cuaca yang
bagus sehingga awan termasuk kedalam jenis awan Altostatus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Prawirowardoyo (2000) yang menyatakan bahwa Altostratus
terdiri dari tetes air dan kristal-kristal es serta tetes hujan dan dapat menimbulkan
gejala virga yang berupa garis sejajar yang keluar dari dasar awan dan presipitasi
yaitu hujan ringan yang berlangsung secara terus menerus. Dan didukung oleh
Richard dan Spilsbury (2011) yang menyatakan bahwa Altostratus berada pada
ketinggian 2-5 km serta berwarna abu-abu, lebih terang dari nimbostratus dan
lebih gelap dari cirrostratus. Awan altostratus merupakan awan yang memiliki ciri-
ciri yaitu lapisan awan yang berwarna kelabu kebiru-biruan yang menandakan jenis
cuaca yang bagus.
Jumat Siang
Pukul : 13.26
Suhu : 30C
Rh : 45 %
Jenis awan : Cumulus
Jumat Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 29C
Rh : 55 %
Jenis awan: Cumulus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari Jumat 23
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang awan pada pagi, siang, dan sore hari
terlihat awan yang berwarna kelabu dengan garis bentuk yang jelas dan terlihat
bersinar jika terkena sinar matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati
(2009) yang menyatakan bahwa awan cumulus atau awan bergumpal adalah awan
yang mempunyai bentuk bagian atasnya mirip kubis bunga, bergaris tajam, tegas
dan berwarna kelabu. Awan Cumulus disebut awan yang labil. Hal ini sesuai
dengan pendapat Lakitan (2000) yang menyatalan bahwa awan cumulus dapat di
sebut juga dengan awan yang labil, dikarenakan terjadi saat suhu udara yang juga
labil, memiliki potensi untuk terjadinya hujan di cuaca yang panasterik.
Suhu : 28C
Rh : 45 %
Jenis awan : stratocumulus
Sabtu Siang
Pukul : 14.00
Suhu : 31C
Rh : 40 %
Jenis awan : stratocumulus
Sabtu Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 29C
Rh
Jenis awan : stratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari Sabtu 24
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang awan pada pagi dan siang hari terlihat
awan yang bentuknya seperti gelombang tipis yang menutup angkasa dan masih
terlihat langit biru sehingga awan tersebut termasuk ke dalam jenis
Stratocumulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Andika (2008) yang menyatakan
bahwa Awan stratocumulus adalah mempunyai area yang luas dan gelap, tiap
elemen lebih luas daripada altocumululs dan terdiri dari gumpalan-gumpalan
awan yang biasanya berada dalam grup, garid, atau gelombang. Stratocumulus
hanya membawa hujan gerimis namun sering kali merupakan awal dari cuaca
yang lebih buruk. Sedangkan pada sore hari awan terlihat seperti kabut, yang
tipis dan tersebar luas dan menutup langit secara merata. awan ini termasuk
kedalam jenis awan Stratocumulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Richard dan
L. Spilsbury (2011) yang menyatakan bahwa awan Stratocumulus berwarna putih
52
kelabu karena awan ini mengandung banyak uap air sehingga sinar matahari sulit
menembusnya. Awan ini dapat terbentuk apabila awan kumulus berdekatan satu
sama lain dan selalu terbentuk didaerah yang tinggi seperti pada daerah
pegunungan dan biasanya membawa udara lembab dan hujan gerimis.
Minggu Siang
Pukul : 13.26
Suhu : 31C
Rh : 45 %
Jenis awan : Altostratus
Minggu Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 29C
Rh : 40%
Jenis awan : Altostratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari Minggu 25
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang awan pada pagi, siang, dan sore hari
terlihat bentuk awan seperti mendung dengan lapisan awan yang berwarna kebiru-
biruan. Awan ini dinamakan jenis awan Altostratus. Hal ini sesuai dengan
53
Senin Siang
Pukul : 13.30
Suhu : 29
Rh
Jenis awan : stratocumulu
Senin Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 27
Rh
Jenis awan : altocumulus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari Senin 26
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang awan pada pagi hari terlihat awan
seperti kelabu, berbentuk tidak berurutan. Awan tersebut termasuk dalam jenis
awan cumulus. Pada siang hari terlihat awan lebih cerah dan memiliki bentuk
54
lebih jelas. Awan tersebut termasuk ke dalam jenis awan stratocumulus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Andika (2008) yang menyatakan bahwa karakteristik dari
awan stratocumulus adalah mempunyai area yang luas dan gelap, tiap elemen
lebih luas daripada altocumulus dan terdiri dari gumpalan-gumpalan awan yang
biasanya berada dalam grup, garis, atau gelombang. Pada Sore hari awan yang
terbentuk lebih gelap, berwarna putih dan kelabu. Awan tersebut termasuk awan
altocumulus yang mempunyai bentuk yang luas teridiri dari sekumpulan awan
dan berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yani (2007) yang menyatakan bahwa awan Altocumulus berwarna putih atau
kelabu yang terdiri atas unsur berbentuk bulatan putih dan dapat menimbulkan
virga dan presipitasi.
Selasa Siang
Pukul : 13.30
Suhu : 29
Rh : 55%
Jenis awan : cumulus
55
Selasa Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 26
Rh : 50%
Jenis awan : cumulus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada hari Selasa 27
Oktober 2015 di kost banjarsari tembalang awan pada pagi, siang dan sore hari
terlihat awan seperti kelabu, berbentuk tidak berurutan. Awan tersebut termasuk
dalam jenis awan cumulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Andika (2008) yang
menyatakan bahwa awan cumulus adalah awan putih bergerombol yang berlapis-
lapis. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kusumawati (2009) yang menyatakan
bahwa awan cumulus atau awan bergumpal adalah awan yang mempunyai bentuk
bagian atasnya mirip kubis bunga (cauliflower).
Rabu Siang
Pukul : 13.30
Suhu : 30
Rh : 55%
Jenis awan : cumulus
Rabu Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 26
Rh : 45%
Jenis awan : nimbostratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan yang terbentuk pada
pukul pagi dan siang hari berbentuk gumpalan putih yang intensitasnya lebih
banyak. Awan tersebut merupakan jenis awan cumulus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kusumawati (2009) yang menyatakan bahwa awan cumulus merupakan
awan yang bergumpal putih berbentuk seperti kubis bunga. Pada sore hari awan
yang terlihat lebih gelap, dan gumpalannya lebih sedikit sehingga terjadi hujan
pada malam hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Andika (2008) yang menyatakan
bahwa awan nimbostratus berada pada ketinggian di bawah 2,4 km, berwarna
abu-abu gelap. Awan pembawa hujan ini mempunyai hamparan yang luas dan
mempunyai ketebalan 2-3 km sehingga menghalau sejumlah besar sinar matahari
untuk jatuh ke permukaan bumi.
57
Siang
Pukul : 13.30
Suhu : 35
Rh : 55%
Jenis awan : Cumulus
Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 29
Rh : 45%
Jenis awan : Altostratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan yang terbentuk pada
pukul 08.30 dan pukul 13.30 adalah awan yang berbentuk tebal dan bergumpal.
Awan ini termasuk kedalam jenis awan Cumulus. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prawirowardoyo (1996) yang menyatakan bahwa awan Cumulus adalah awan
yang umumnya kelihatan mampat dan berbentuk gumpalan yang menjulan. Dan
pada pukul 16.00 terlihat awan yang lebih gelap dari pada awan Cirrostratus.
Awan ini termasuk ke dalam jenis awan Altostratus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Andika (2008) yang menyatakan bahwa awan altostratus berada pada
ketinggian 2-5 km serta berwarna abu-abu, lebih terang dari Nimbostratus dan
lebih gelap dari Cirrostratus.
58
Siang
Pukul : 13.30
Suhu : 31oC
Rh : 45%
Jenis awan : Cumulus
Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 29oC
Rh : 60%
Jenis awan : Cumulus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada pagi sampai sore
terlihat awan berbentuk seperti gumpalan mirip kubis dapat disimpulkan awan
termasuk jenis awan Cumulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Nicholson (2005)
yang menyatakan bahwa awan Cumulus yang lembut sering terbentuk pada hari
yang sangat cerah saat udara naik di atas daratan atau sisi bukit yang terkena
panas matahari. Dan didukung oleh pendapat Andika (2008) yang menyatakan
bahwa awan Cumulus adalah awan putih bergerombolan yang berlapis-lapis.
59
Siang
Pukul : 13.30
Suhu : 32oC
Rh : 55%
Jenis awan : Status
Senin Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 28oC
Rh : 50%
Jenis awan : Altostratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada pukul 08.30
terlihat awan yang menyerupai gulungan ombak dan berbaris menyamping
berwarna putih menyebar. Awan ini termasuk ke dalam jenis awan Cirrocumulus.
Hal ini sesuai dengan pendapat Petterssen (1958) yang menyatakan bahwa awan
Cirrocumulus dapat pula berbentuk lonjong atau lensa. Unsurnya dapat tersusun
dalam beberapa baris sejajar menyerupai gulungan ombak di pantai dan termasuk
klasifikasi awan tinggi. Pada pukul 13.30 terlihat awan yang berwarna abu-abu
mendekati putih yang cerah. Awan ini termasuk ke dalam awan Stratus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wisnubroto et al., (1981) yang menyatakan bahwa awan
stratus adalah awan yang melebar seperti kabut akan tetapi tidak sampai pada
60
permukaan tanah. Dan pada pukul 16.00 terlihat awan berwarna kelabu-labuan
menutupi sebagian atau seluruh langit. Awan ini termasuk jenis awan Altostratus
Hal ini sesuai degan pendapat Prawirowardoyo (1996) yang mmenyatakan bahwa
awan Altostratus adalah lapisan awan yang tampak berserat atau seragam, tetapi
berwarna kekelabu-kelabuan atau kebiru-biruan, menutupi sebagian atau seluruh
langit. Dan didukung oleh Andika (2008) yang menyatakan bahwa Altostratus
berada pada ketinggian 2-5 km serta berwarna abu-abu, lebih terang dari
Nimbostratus dan lebih gelap dari Cirrostratus.
Siang
Pukul : 13.30
Suhu : 32oC
Rh : 56%
Jenis awan : Cirrocumulus
Minggu Sore
Pukul : 16.00
Suhu : 29oC
Rh : 45%
Jenis awan : Stratus
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa awan pada pukul 08.30 dan
pada pukul 13.30 terlihat awan yang berwarna biru cerah dan berbentuk
61
tidak terjadi hujan. Berdasarkan bentukan yang ada di tiga jam yang sama, suhu
yang ada tidak sama. Hal ini menunjukkan bahwa suhu tidak terlalu dipengaruhi
oleh adanya awan-awan tersebut. Suhu di siang hari paling tinggi jika
dibandingkan dengan suhu di pagi dan sore hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tauhid (2008) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya suhu, di antaranya vegetasi, ketinggian tempat,
radiasi matahari dan kecepatan angin. Pada saat melakukan pengamatan
banyaknya sinar matahari yang datang sehingga mengalami perubahan yang
diikuti oleh penurunan suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Guslim (2007) yang
menyatakan bahwa suhu berbanding terbalik dengan kelembaban. Jika suhu tinggi
maka kelembaban akan rendah begitu sebaliknya jika kelembaban tinggi makan
suhu akan rendah.
4.4. Kelembaban
63
1 55 55 60 56,66
2 64 57 45 55,33
3 64 57 60 60,33
4 50 45 51 48,66
5 50 45 55 50
6 45 40 41 42
7 55 45 40 46,66
8 55 35 45 45
9 60 55 50 55
10 45 55 45 48,3
11 65 35 45 48,3
12 55 45 60 53,3
13 60 55 50 52
14 55 56 45 52
Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2015
kelembaban udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim
kemarau. Besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu musim, erat
hubungannya dengan perkembangan organisme. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelembaban udara sangat erat dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Housenbuiller (2000) yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara sangat
erat dengan faktor suhu dalam berbagai hubungan yaitu pengaruh tanah dan air,
semakin banyak jumlah uap air baik diudara maupun didalam tanah, maka
kelembaban akan semakin tinggi. Dan pengaruh ketinggian tempat, semakin
tingginya suatu tempat maka suhu ditempat tersebut akan semakin rendah dan
kelembaban udara semakin tinggi serta ada atau tidaknya vegetasi, semakin
rapatnya jarak antara vegetasi maka kelembaban makin tinggi, namun suhu akan
sangat rendah.
65
BAB V
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
66
Nicholson, Sue. 2005. Seri Intisari Ilmu Cuaca. Penerbit Erlangga, Jakarta.