HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERMOHONAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1 Fisiografi 5
2.2 Lereng 13
i
3.1 Metode Penelitian 21
BAB V PENUTUP 26
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
memerlukan desain lereng dengan berbagai cara. Kajian desain lereng yang stabil
geologi wilayah setempat, bentuk keseluruhan lereng di lokasi tersebut, kondisi air
tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat dari peledakan ataupun alat
mekanis yang beroperasi dan juga berasal dari teknik yang digunakan pada
struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terdapat pada
suatu lereng.
Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai kestabilan lereng yang aman
1
1.2 Maksud dan Tujuan
pengalaman kerja pada PT. Rajawali Nusantara Pratama yang berhubungan dengan
2. Mencari solusi yang tepat untuk mengatasi bahaya kelongsoran yang akan
Batasan masalah yang diteliti pada penelitian kali ini lebih difokuskan pada
Waktu kegiatan magang pada bulan Maret 2023 – Mei 2023 atau diserahkan
2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
(propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan
mendala. Kepulauan Banggai dan Kepulauan Sula merupakan satu mendala geologi
mendala Sulawesi Timur sedangkan mendala Sulawesi Barat yang meliputi daerah
yang telah berkembang menjadi suatu jalur tengah gunung api di dalam zaman yang
lebih muda.
metamorfis, bagian barat mendala ini terutama terdiri dari sekis. Endapan-endapan
laut dalam yang luas dengan sisipan rijang terdapat di mendala ini.
diendapkan selama Jura dan Kapur. Urutan ini menindih batuan sedimen yang
diendapkan tak selaras di atas batuan gunungapi dan kompleks alas batuan
3
Gambar 2.1 Peta Sulawesi dan mendala geologinya (Sukamto, 1975)
Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Lembar Luwuk (Rusmana, dkk, 1993)
4
2.1.1 FISIOGRAFI
Morfologi daerah Luwuk dapat dibagi menjadi tiga satuan yaitu pegunungan
oleh tonjolan yang kasar dan berlereng terjal. Kras berupa dolina, gua dan sungai
bawah tanah, dengan batuan yang membentuk morfologi pegunungan ini adalah
batuan ultramafik, batuan mafik, dan batu gamping pada daerah kras. Lembah
sungai yang mengalir di daerah ini berbentuk V, dan banyak dijumpai air terjun.
b. Perbukitan
ketinggiannya berkisar antara 50 sampai 700 m di atas muka laut. Satuan morfologi
5
ini berlereng landai sampai agak curam dengan batuan yang membentuk morfologi
ini ialah batu gamping, batuan ultramafik dan mafik, batuan gunungapi dan sedimen
klastika. Pola aliran sungai di daerah ini dapat digolongkan sejajar atau hampir
sejajar.
c. Dataran Rendah
terdapat di pantai utara. Sungai yang mengalir di daerah ini umumnya berkelok dan
berlembah lebar dan satuan morfologi ini dibentuk oleh endapan sungai dan pantai.
a. Tataan Stratigrafi
6
Gambar 2.4 Kolom Stratigrafi daerah penelitian (Rusmana, 1993)
Seperti terlihat pada Gambar 2.4 ruang lingkup penelitian terdapat pada
• Mesozoikum
oleh batuan metamorf, dengan ketebalan formasi mencapai 750 meter. Formasi ini
7
Formasi Nambo (Jnm) Merupakan formasi berumur Jura tengah hingga Jura
akhir yang tersusun dari batuan napal dan serpih. Ketebalan formasi ini mencapai
300 meter.
Formasi Nanaka (Jn) Merupakan formasi yang berumur Jura akhir, tersusun
dari batu pasir kuarsa dengan perselingan batu pasir lempungan. Ketebalan formasi
mencapai 800 meter. Formasi ini tertindih tak selaras oleh formasi Salodik (Tems).
• Tersier
Formasi Salodik (Tems) Merupakan batu gamping yang kaya akan fosil,
dengan umur diperkirakan Eosen hingga Miosen Akhir. Ketebalan formasi ini bisa
Formasi Kintom (Tmpk) Formasi ini tersusun dari konglomerat, batu pasir
dan napal di bagian bawahnya. Formasi yang berumur Miosen akhir hingga Pliosen
ini mempunyai ketebalan hingga 1200 meter. Formasi ini tertindih tak selaras oleh
• Kuarter
Terumbu Koral Kuarter (Ql) Merupakan formasi yang tersusun oleh batu
gamping, dan diduga masih terbentuk sampai sekarang. Ketebalan formasi ini
Aluvium (Qa) Tersusun dari hasil endapan sungai dan pantai. Terdiri dari
8
Gambar 2.5 Peta geologi daerah penelitian (Rusmana, 1993)
Banggai basin adalah basin yang mencakup area onshore dan offshore daerah
1996) (Gambar 2.6). Secara lebih spesifik Formasi Salodik (Tems) dibagi
lagimenjadi menjadi tiga platform atau bagian yaitu Minahaki (Upper Plaform
Limestone Unit), Matindok (Middle Platform Limestone Unit) dan Tomori (Lower
9
Gambar 2.7 Pembagian Formasi Salodik (Pane, 1996)
Tomori (Lower Platform Limestone Unit) terdiri dari batu gamping bioklastik
Limestone Unit) didominasi oleh batu lempung dengan sedikit batu pasir.
Sedangkan Minahaki (Upper Platform Limestone Unit) tersusun atas batu gamping
Basin yang menghasilkan 7 sumur pemboran yang dites menghasilkan oil atau
10
hidrokarbon ke permukaan. Sumur-sumur yang menunjukkan oil shows adalah :
batuan sedimen karbonat dan pasir kuarsa berumur Miosen (Pane, 1996).
Unit).
• Seal, Seal atau batuan tudung pada Banggai Basin ditunjukkan oleh Formasi
Tengah, terdapat di daerah subduksi, dan berasosiasi dengan batuan mafik dan
ultramafik. Struktur geologi di daerah ini dicerminkan oleh sesar, lipatan dan
kekar.
b. Sesar, Sesar yang dijumpai berupa sesar naik, sesar bongkah dan sesar geser
jurus. Sesar naik diwakili oleh Sesar Poh, Sesar Batui dan Sesar Lobu.
tengah serta sesar geser jurus mengiri di bagian timurnya. Sesar bongkah yang
11
utama adalah Sesar Salodik, berarah barattimur, melibatkan batuan sedimen
Tersier.
maksimum 30o dan lipatan kuat tertutup dengan kemiringan lapisan lebih dari
30o . Struktur lipatan di daerah ini membentuk antiklin dan sinklin dengan
ini didasarkan oleh kesamaan fasies, struktur dan anomali gaya berat.
Sula bergeser ke arah barat sepanjang jalur sesar sorong yang disebabkan
(Gambar 2.9).
12
Gambar 2.9 Perkembangan tektonik (Audley-Charles, 1972)
2.2 Lereng
permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah.
Lereng dapat terbentuk secara alami dan dapat juga dibuat oleh manusia.
misalnya lereng suatu bukit. Lereng alam adalah lereng yang terbentuk oleh
fenomena alam yang timbul dari proses geologi. Dalam perencanaan rekayasa
jalan, lereng alami sering dijumpai pada daerah pegunungan, posisi badan
jalan berada pada elevasi dibandingkan dengan tanah asli (existing ground)
13
pada lereng bukit., atau elevasi badan jalan berada pada lereng bukit yang
sebagian digali/dipotong untuk posisi badan jalan. lereng alam adalah apabila
tidak ada perlakuan dan atau penanganan terhadap lereng tersebut, baik
2. Lereng Buatan (man made slope), yaitu lereng yang terjadi akibat
pembentuk lereng tersebut untuk pembuatan jalan atau saluran air untuk
keperluan irigasi.
terjadi akibat gaya dorong (driving force) melampaui gaya berlawanan yang berasal
dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor (Das,1985). Secara teknik
dapat dikatakan bahwa longsor terjadi apabila faktor keamaan tidak memenuhi
(Fk<1,5).
ketinggiannya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah
14
Disamping gaya yang mendorong ke bawah terdapat pula gaya-gaya dalam
stabil. Gaya-gaya pendorong berupa gaya berat, gaya tiris/muatan dan gaya-gaya
pendorong lebih besar dari gaya-gaya penahan, maka tanah akan mulai runtuh dan
akhirnya terjadi keruntuhan tanah sepanjang bidang yang menerus dan massa tanah
diatas bidang yang menerus ini akan longsor. Peristiwa ini disebut sebagai
keruntuhan lereng dan bidang yang menerus ini disebut bidang gelincir.
hidrologi, topografi, iklim perubahan cuaca. Namun selain itu, kelongsoran juga
bangunan baru, tambahan beban pada lereng oleh air yang masuk kedalam
3. Perubahan posisi muka air secara cepat (rapid drawdown) pada bendungan,
5. Jenis tanah
15
2.4 Konsep Kestabilan Lereng
Gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah
dan atau bantuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau
bantuan penyusun lereng tersebut. Definisi diatas menunjukkan bahwa massa yang
bergerak dapat berupa massa tanah, massa batuan atau pencampuran antara massa
tanah dan batuan penyusun lereng. Apabila massa yang bergerak ini didominasi
oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa
bidang miring ataupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut sebagai
longsoran tanah. Analisis stabilitas tanah pada permukaan tanah ini disebut dengan
pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah. Keruntuhan geser pada tanah dapat
terjadi akibat gerak relatif antar butirnya. Karena itu kekuatannya tergantung pada
gaya yang bekerja antar butirnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan
1. Bagian yang bersifat kohesif, tergantung pada macam tanah dan ikatan
butirnya.
2. Bagian yang bersifat gesekan, yang sebanding dengan tegangan efektif yang
16
2. Massa tanah yang longsor dianggap berupa benda yang pasif.
3. Tahanan geser dari massa tanah yang setiap titik sepanjang bidang longsor
tidak tergantung dari orientasi permukaan longsoran, atau dengan kata lain
sepanjang bidang longsor yang potensial dan kuat geser tanah rata–rata
keamanan dari suatu bentuk lereng tertentu. Dengan diketahuinya faktor keamanan
apakah lereng yang telah dibentuk mempunyai risiko longsor atau cukup stabil.
1. Untuk memahami perkembangan dan bentuk dari lereng alam dan proses yang
17
5. Untuk dapat mendisain ulang lereng yang gagal serta perencanaan dan disain
6. Untuk mempelajari efek atau pengaruh dari beban gempa pada lereng dan
tanggul.
perubahan antara lain topografi, seismik, aliran air tanah, kehilangan kekuatan,
Akibat adanya gaya-gaya luar yang bekerja pada material pembentuk lereng
material sendiri. Meskipun suatu lereng telah stabil dalam jangka waktu yang lama,
lereng tersebut dapat menjadi tidak stabil karena beberapa faktor seperti :
3. Penambahan kadar air pada tanah (misalnya terdapat rembesan air atau
infiltrasi hujan)
tegangan geser pada seluruh massa tanah, dan suatu gerakan akan terjadi kecuali
tahanan geser pada setiap permukaan runtuh yang mungkin terjadi lebih besar dari
18
2.6 Slope Mass Rating
lereng dan metode penggalian lereng. Parameter yang dibutuhkan untuk klasifikasi
3. Sudut kemiringan (dip) diskontinuitas (βj) dan sudut kemiringan (dip) lereng
(βs).
Pada klasifikasi massa batuan lereng (SMR) ini ada penambahan satu faktor
penyesuaian keseluruhan menjadi empat (F1, F2, F3, dan F4). Slope Mass Rating
Usulan Slope Mass Rating didapat dari RMR dengan mengurangkan faktor
berikut:
19
Tabel 2.1 Nilai Pembobotan Untuk Kekar
20
METODE PENELITIAN
sangat tergantung dari kesiapan metode dan tahapan yang digunakan. Metode
penelitian pada penelitian kali ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
Tahap ini terdiri dari studi literatur dan persiapan. Tahapan ini terdiri dari
beberapa bagian, yaitu: Studi pustaka mengenai literatur dan metode yang
digunakan dalam melakukan pengolahan dan analisis data. Data Literatur, Jurnal,
Makalah dan Laporan penelitian terdahulu yang akan dijadikan referensi dalam
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengambilan data
strike dan dip dari setiap bidang diskontinu sepanjang garis scanline. Juga
mengukur jarak atau spasi kekar, panjang kekar, juga kondisi kekar seperti
21
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
data coring.
mendapatkan data kuat tekan sifat fisik batuan yang mewakili dari
2. Data Sekunder, merupakan data pendukung dari data primer ataupun data
yang telah tersedia yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menguatkan
data primer yang didapatkan, dalam hal ini seperti Peta Lembar Geologi dan
(UCS)
22
b. Menentukan nilai klasifisikasi massa batuan atau Rock Quality
Designation(RQD)
c. Menentukan nilai spasi kekar, kondisi kekar dan kondisi air tanah.
d. Menentukan nilai RMR atau Rock Mass Rating dari hasil penjumlahan nilai
Setelah didapatkan nilai SMR maka dapat dilihat kelas, deskripsi, kestabilan,
longsoran, dan stabilitas daerah penelitian. Sehingga hasil dari nilai-nilai tersebut
dapat memungkinkan kita untuk menemukan solusi resiko longsoran yang akan
Laporan dibuat berdasarkan dari hasil analisis yang didapatkan. Hasil analisis
memberikan kesimpulan berupa kondisi lereng tambang apakah stabil atau tidak
stabil, jika lereng tambang tidak stabil maka diperlukan suatu upaya untuk
airtanah yang masih terperangkap dalam pori batuan tempat lereng tersebut berada.
23
Studi Literatur dan 1. Persiapan administrasi
Persiapan 2. Studi literatur
3. Persiapan perlengkapan
1. Data Primer
Pengambilan Data
2. Data Sekunder
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Laporan
24
BAB IV
PERENCANAAN WAKTU MAGANG
Tahapan dan waktu kegiatan penelitian akan diuraikan pada tabel 4.1 berikut
ini:
25
BAB V
PENUTUP
kegiatan penelitian pada perusahaan PT. Rajawali Nusantara Pratama. Proposal ini
kontribusi yang positif bagi daerah penelitian, khususnya untuk mengetahui kondisi
26
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph E., Hainim Johan K., 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah
(Mekanika Tanah), Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta,
Rai, M. A., Kramadibrata, S., dan Watimena, R, K., 2013, Mekanika Batuan, ITB
Press : Bandung.
Rusmana, E., Koswara, A., dan Simandjuntak, T.O.,1993. Peta Geologi Lembar
Luwuk, Sulawesi, Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
Simandjuntak, T.O., Rusmana, E., Supandjono, J.B. dan Koswara, A., 1993. Peta
Geologi Lembar Bungku, Sulawesi, Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
27