Anda di halaman 1dari 21

MODUL 11 GEOTEKNIK

yang loose dan tersementasi lemah. Pada tabel 2.3 disajikan klasifikasi
batuan sedimen karbonat menurut Dearman 1981.

- Batuan sedimen kimiawi; terbentuk dari elemen-elemen hasil pelapukan


batuan secara kimiawi seperti: calcium, sodium, pottasium dan magnesium
yang yang kemudian terlarutkan dan terbawa aliran air. Bila aliran yang
mengandung elemen-elemen tersebut masuk ke kedaerah rendah dan
kemudian terjadi evaporasi yang tinggi, maka akan terbentuk batuan
sedimemen epavorit seperti anhydrite (CaSO4), gypsum, halite (NaCl).

2.3.3 Batuan Metamorfik


Ketika gerakan lempeng mendorong batuan beku atau batuan sedimen jauh
kedalam bumi, tekanan dan suhu tinggi memampatkan dan meremukkannya
menjadi batuan metamorf. Perubahan dapat terjadi karena suhu yang tinggi,
tekanan yang berat atau gabungan keduanya yang berlangsung berabad-
abad. Contoh granit berubah menjadi geneiss (karena tekanan yang tinggi dan
panas), batu lempung berubah menjadi batu hijau (karena tekanan tinggi),
batu lumpur menjadi hornfels (karena sentuhan suhu tinggi), batu kapur
menjadi batu marmer, batu serpih menjadi batu sabak, batu bara lunak
menjadi grafit, batu pasir menjadi kuarsa.

Secara garis besar batuan malihan dibedakan menjad dua macam yaitu:
foliasi (strukturnya berlapis) dan masif. Contoh untuk foliasi: gneiss, schist,
phyllit, slate/ batu sabak , sedang untuk kelompok masif: marmer, kuarsa,
amphibolite.
Tabel 2.2. Penggolongan Jenis-Jenis Batuan Utama

Sumber: Pedoman Investigasi Geoteknik untuk Bangunan Air Dept PU

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 17


MODUL 11 GEOTEKNIK

Tabel 2.3. Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat Menurut Dearman 1981

2.3.4 Klasifikasi Teknis Batuan


Langkah awal dalam kegiatan investigasi, jenis batuan utama digolongkan
sebagai batuan dasar seperti disajikan pada tabel 2-2. Kemudian bedasar
hasil uji lapangan dan laboratorium dilakukan pengklasifikasian lebih rinci
berdasar sifat-sifat tekniknya agar dapat dievaluasi mengenai cocok tidaknya
batuan sebagai pondasi dan sebagai bahan bangunan serta agar dapat
diperkirakan perilakunya setelah bangunan dikonstruksi.

Batuan dasar adalah merupakan campuran massa batuan dan/ atau pecahan-
pecahan batuan. Jaringan rekahan membagi massa batuan menjadi blok-
blok prismatik atau pecahan-pecahan yang mempengaruhi respon dan
kinerjanya. Pada umumnya sifat teknik batuan dapat diperkirakan pertama-
tama berdasar: diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-celah, retakan dan
bidang perlemahan. Blok batuan utuh diantara diskontinuitas biasanya
cukup kuat, kecuali untuk jenis batuan lunak dan porus serta yang mudah
lapuk.
18 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK

Secara garis besar sistem klasifikasi batuan menggolongkan batuan


menjadi dua macam, yaitu:
· batuan utuh yang padat, dan
· massa batuan.

Alternatif sistem klasifikasi lain, dibuat berdasarkan aspek-aspek: perilaku atau


komposisi dan tekstur. Banyak ahli yang telah mengusulkan metode klasifikasi
teknis untuk massa batuan, namun masih selalu dibutuhkan penyempurnaan-
penyempurnaan agar dapat diterapkan untuk semua kondisi lokasi bangunan.
Didalam praktek investigasi geoteknik, pemilihan metode klasifikasi yang
digunakan hendaknya mempertimbangkan desain serta konstruksinya (misal
bendungan, terowong).

Diantara beberapa metode klasifikasi yang ada, adalah metode klasifikasi yang
dikembangkan oleh: Tanaka; Barton, Lien and Lunde (1974); Bieniawski (1974,
1984), and Wickham, Tiedemann, and Skinner (1974). Metode Tanaka biasa
digunakan untuk klasifikasi batuan fondasi, sedang metode lainnya (yang
tersebut diatas) memiliki keunggulan dalam pengklasifikasi batuan untuk
terowong.
a) Klasifikasi batuan menurut Tanaka:
Metode Tanaka adalah merupakan metode klasifikasi batuan fondasi yang
tertua yang diterapkan di Jepang. Pada tabel 2.4 disajikan klasifikasi
menurut Tanaka yang disusun dengan mempertimbangkan faktor-faktor
sbb:
· kekerasan, dinilai berdasar rekasi bunyi sewaktu dipalu dengan palu
geologi
· tingkat pelapukan mineral/ batuan
· karakteristik kekar

b) Klasifikasi batuan menurut Rock Mass Rating =RMR (Bieniawski).


Nilai batuan dari yang terjelek = 0 sampai yang terbaik =100. System ini
disusun berdasar enam parameter umum batuan, yaitu:
· kekuatan batuan,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 19


MODUL 11 GEOTEKNIK

· kualitas inti pemboran (berdasar RQD),


· kondisi air tanah,
· jarak dikontinyuitas atau kekar dan rekah (joint and fracture),
· karakteristik diskonyuitas atau kekar, serta
· orientasi kekar (yaitu: very favorable, favorable, fair, unvaforable, veri
unvaforble) yang nilai ratingnya berbeda-beda untuk pekerjaan
terowong, fondasi dan tambang.

Uraian rinci mengenai metode klasifikasi RMR akan dibahas pada Modul
Investigasi Geoteknik tingkat selanjutnya atau dapat dilihat di Volume III
Pedoman Investigasi Geoteknik untuk Fondasi Bangunan Air.- Departemen
Pekerjaan Umum.

Pada pemetaan geologi permukaan dan pemboran batuan, sering perlu dicatat
nama dan umur satuan batuan untuk membantu pemilahan perlapisan stratigrafi
dan perkiraan profil geoteknik. Pada tabel 2.5 disajikan skala waktu geologi
umum dan perioda yang terkait. Pada umumnya batuan tua mempunyai
porositas lebih rendah dan kekuatan lebih tinggi dari pada batuan muda
(Goodman, 1989).

Beberapa jenis batuan dapat digunakan untuk menduga beberapa masalah


yang mungkin akan terjadi dalam konstruksi. Misal pada batu gamping sering
dijumpai masalah adanya rongga dan lubang benam; serpentin bersifat licin;
serpih bentonit bersifat mengembang, dan bermasalah dengan stabilitas lereng;
diabas berbentuk bongkah, dll.

20 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

Tabel 2.4. Klasifikasi Batuan Untuk Fondasi Menurut Tanaka

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 21


MODUL 11 GEOTEKNIK

Tabel 2.5. Skala Waktu Geologi

2.4 Latihan
Jawablah soal-soal berikut ini!
1. Tulis dengan singkat perbedaan tanah berbutir halus dan tanah berbutir
kasar, berkaitan dengan penggunaannya sebagai material timbunan
bendungan!
2. Apa yang dimaksud dengan tanah yang mempunyai simbol CH!
3. Apa yang dimaksud dengan tanah yang mempunyai simbol GW!

2.5 Rangkuman
Informasi mengenai sifat material fondasi dan material bangunan dapat
diperoleh dari hasil investigasi geoteknik terhadap fondasi dan material
bangunan yang mencakup material timbunan dan agregat beton.

Untuk merencanakan suatu bendungan urugan harus dipahami mengenai


klasifikasi tanah yang dilengkapi dengan pengujian laboratorium untuk
menentukan sifat fisik dan teknis tanah.

22 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

Tanah terbentuk sebagai akibat dari proses pelapukan batuan secara kimia,
fisik dan biologi. Pelapukan kimia umumnya terjadi di daerah yang memiliki
curah hujan tinggi, mengandung asam yang tinggi dan suhu yang tinggi.
Proses pelapukan terjadi karena reaksi batuan dengan asam, basa, oksigen
dan karbon dioksida, yang hasil akhirnya akan berupa partikel kristalin
berukuran colloid (<0,002 MM) yang dikenal sebagai mineral lempung yang
memiliki komposisi yang berbeda dengan batuan induknya. Pelapukan secara
fisik atau mekanik terjadi akibat erosi oleh angin, air, perubahan suhu atau
cuaca. Hasil pelapukan berupa partikel-partikel kecil yang masih memiliki
komposisi yang sama dengan batuan induk, dapat berupa lanau, pasir, kerikil
dan boulder.

Hasil pelapukan batuan induk yang masih berada ditempat asal, disebut
residual soil, yang ditandai dengan warna merah atau cokelat yang umumnya
dijumpai di daerah pegunungan atau perbukitan. Bila hasil pelapukan
terangkut oleh air, atau angin, kemudian diendapkan didaerah lain, disebut
tanah angkutan (transported soil). Tanah juga dapat berasal dari hasil
pelapukan material organik seperti tumbuhan yang membusuk. Yang disebut
tanah organik, biasanya berupa tanah angkutan hasil pelapukan yang
bercampur dengan tanaman yang membusuk.

Klasifikasi tanah dibuat berdasarkan Unified Soil Classification System


(USCS) untuk tanah dengan diameter butiran kurang dari 75 mm (3 inchi);
tanah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: berbutir kasar dan berbutir halus
berdasarkan penyaringan melalui ayakan no.200 (Ø > 0.074 mm). Presentasi
kandungan kerikil, pasir dan butiran halus dari tanah akan menentukan
apakah tanah termasuk kelompok tanah berbutir kasar atau berbutir halus.
Disebut tanah berbutir kasar, bila material yang tertinggal diatas ayakan
no.200 lebih dari 50 % terhadap berat kering dan disebut tanah berbutir halus
bila material yang lolos ayakan 200 lebih dari 50 %.

Menurut asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga kelompok batuan


utama, yaitu: batuan beku (igneous), batuan sedimen, danbatuan malihan
(metamorfik). Informasi distribusi jenis batuan di Indonesia dapat diperoleh
dari peta geologi yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi. Beberapa metode

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 23


MODUL 11 GEOTEKNIK

klasifikasi yang dikenal adalah : Tanaka; Barton, Lien and Lunde (1974);
Bieniawski (1974, 1984), and Wickham, Tiedemann, and Skinner (1974).
Metode Tanaka biasa digunakan untuk klasifikasi batuan fondasi, sedang
metode lainnya (yang tersebut diatas) digunakan untuk terowongan.

2.6 Evaluasi
1. Pilih pertanyaan di bawah yang benar (bisa lebih dari satu).....
a. Tanah terbentuk sebagai hasil pelapukan secara fisik.
b. Tanah yang melapuk di tempat disebut tanah residual.
c. Tanah residual dapat digunakan sebagai material tanah timbunan asal
memenuhi kriteria.
d. Tanah yang terangkut oleh angin atau air tidak dapat digunakan
sebagai material timbunan.
e. Tanah yang banyak mengandung material organik juga dapat
digunakan sebagai material timbunan.

2. Pilih pertanyaan di bawah yang paling benar.....


a. Tanah residual di Indonesia mempunyai sifat yang khusus.
b. Tanah secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni berbutir kasar dan
berbutir halus.
c. Material tanah fondasi yang banyak mengandung organik harus
dibuang seluruhnya.
d. Jenis batuan yang paling baik adalah batuan sedimen.
e. Jenis batuan fondasi yang diperlukan untuk bendungan beton adalah
batuan yang keras dan kompak (sound).

3. Pilih pertanyaan di bawah yang benar menurut anda (lebih dari satu)....
a. Klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan USCS.
b. Untuk batuan klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan metoda Tanaka
dan Bieniawski saja.
c. Tanah lempungan adalah tanah yang didominasi tanah berbutir halus
d. Pasir lempungan adalah tanah lempung yang mengandung pasir
e. Tanah pasir yang bergradasi yang baik adalah pasir yang banyak
mengandung pasir kasar.

24 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

BAB III
SIFAT MATERIAL TANAH DAN BATUAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan sifat-sifat
material tanah dan batuan.

3.1 Umum
Secara umum material (tanah dan batuan) dapat dibagi menjadi tiga macam:
a) Butiran (granular) : lanau, pasir, kerikil dan boulder yang tidak tersementasi.
b) Kohesif: lempung atau material yang mengandung banyak lempung
sehingga bersifat seperti lempung.
c) Litifikasi: batuan atau material yang membatu/ mengalami proses
pembatuan.

Hampir setiap material terbentuk dari berbagai macam jenis mineral. Sifat
material (kering) ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
· Mineralogi (jenis mineral yang terkandung)
· Ukuran dan bentuk butiran
· Tumpukan alami (grain packing)
· Ikatan butiran (grain bonding)

Namun sayangnya, walaupun kita mengenal faktor-faktor tersebut tapi


kenyataannya sulit (kecuali ukuran butiran) melakukan pengukuran dan
menarik kesimpulan parameter yang akan digunakan dalam perencanaan.
Umumnya pengujian lapangan dan laborat dilakukan untuk mendapatkan
parameter-parameter yang terkait dengan sifat-sifat teknis sbb:
a) Kepadatan (density)
b) Permeabilitas
c) Kekuatan (strength)
d) Perubahan bentuk (deformability)
e) Stabilitas kimiawi (chemical stability)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 25


MODUL 11 GEOTEKNIK

Sebagian besar material endapan bersifat anisotropik yang merupakan akibat


dari proses terbentuknya secara geologist, misal: sedimen umumnya berlapis-
lapis, batuan metamorf umumnya foliasi (strukturnya berlapis), dan batuan
mungkin merupakan suatu kumpulan batuan (banded). Oleh karenanya sifat
material berfariasi terkait dengan tekstur internal dan struktur materialnya.

Pengaruh anisotropik nampak nyata pada sifat permeabilitas, kekuatan dan


sifat deformasi. Dalam beberapa kasus sifat anisotropik tidak begitu nyata
(slight) sehingga untuk keperluan praktis, material dianggap homogin atau
isotropik. Sebagian besar background teori mekanika tanah dan mekanika
batuan dikembangkan dengan asumsi material bersifat isotropik.

Bermacam-macam uji dapat dilakukan langsung untuk mengetahui sifat-sifat


teknis material, disamping itu untuk keperluan penyiapan desain juga
dilakukan pengukuran-pengukuran atau pengujian parameter yang terkait,
seperti:
· Kadar air
· Plastisitas bagi tanah berbutir halus/ lempung,
· Analisis ayakan bagi tanah berbutir kasar/ pasir,
· Pengukuran kecepatan ultra sonic batuan.

Dari pengukuran kecepatan ultrasonik akan diperoleh cepat rambat gelombang


ultrasonik batuan, yang kemudian dapat digunakan untuk mengetahui harga
modulus elastisitas dinamis; dan dengan membandingkan dengan gelombang
seismik akan diketahui tingkat kerusakan batuan.

3.2 Sifat Tanah


Secara garis besar sifat tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
· sifat fisik (index properties), dan
· sifat teknis (engineering properties)

26 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

Pengujian sifat fisik tanah, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran


menyeluruh dan rinci, mengenai sifat fisik, antara lain:
· berat isi (γn)
· berat jenis (Gs)
· kadar air (Wn)
· susunan butiran (m%)
· batas-batas atterberg (batas cair (wL), batas plastis (wP), batas kerut
(shrinkage limit), dll.
· Pengujian sifat teknis tanah, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
menyeluruh dan rinci, mengenai sifat fisik, antara lain:
· kepadatan
· permeabilitas
· kuat geser
· konsolidasi
· dll

Secara sederhana, susunan material tanah dapat digambarkan seperti


gambar 3.1 di bawah, yang terdiri dari butiran tanah, air dan udara. Tanah
dapat dalam kondisi jenuh air dimana seluruh Pada kondisi sebagian jenuh
air, susunan terdiri dari butiran tanah, air dan udara, kering; sedang pada
kondisi kering kandungan airnya tidaka ada dan pada kondisi jenuh air, semua
pori terisi air tidak ada kandungan udaranya.

.
Berat tanah W = Ws + Ww + (Wa = 0)

Gambar 3.1. Model Susunan Tanah Pada Kondisi Jenuh Air Sebagian

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 27


MODUL 11 GEOTEKNIK

3.2.1 Sifat Fisik Tanah


a) Kadar air (w)
Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran
tanah. Kadar air tanah dalam keadaan asli merupakan salah satu data
yang sangat penting. Kadar air sangat berpengaruh pada sifat teknis tanah
(kuat geser, daya dukung, plastisitas, dll) seperti disajikan pada gambar
3.2.

Kadar air tanah dapat dihitung dengan rumus:


=

dimana :
w = kadar air
Ww = berat air
Ws = berat tanah kering

b) Berat volume dan berat isi spesifik


Berat volume dapat didefinisikan sebagai berat tanah per satuan volume
(dalam satuan kN/m3) dan dinyatakan dengan simbol γ. Namun, untuk
kepadatan massa tanah diukur sebagai massa per volume (dalam satuan
gr/cc atau kg/m3) dan dinyatakan dengan simbol ρ.
Berat isi:
g=
Berat isi kering:
g =

Berat isi basah: + +


g =
+
Berat isi jenuh air g =
+
g =

28 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

Berat spesifik butiran atau berat jenis padat:

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:


1) Secara umum penggunaan istilah berat volume dan kepadatan
sering mengalami hubungan timbal balik, seperti dinyatakan dengan
persamaan:
γ = ρg
dengan g adalah konstanta gravitasi = 9,8 m/det2. Nilai acuan untuk
air murni adalah ρw = 1 g/cc sesuai dengan γ w = 9,8 kN/m3.

2) Di laboratorium berat volume tanah diuji dari contoh tabung tanah


asli yang bergantung pada berat jenis padat (Gs), kadar air (wn) dan
angka pori (e0) maupun derajat kejenuhan (S). Parameter ini saling
berhubungan secara timbal balik dengan persamaan:
Gs wn = S e0
dengan S = 1 (100%) untuk tanah jenuh (umumnya diasumsi
untuk lapisan tanah di bawah muka air tanah) dan S = 0 (diasumsi
untuk tanah butiran di atas muka air tanah). Untuk lempung dan
lanau yang berada di atas muka air tanah, derajat kejenuhannya
antara 0 sampai 100%. Kejenuhan penuh dapat terjadi akibat
pengaruh kapilaritas dan bervariasi karena pengaruh kondisi cuaca/
atmosfir.
Persamaan hubungan berat volume total adalah sbb:
γT = Gs γw (1 + wn ) / (1 + e0 )

3) Pengujian kepadatan massa tanah timbunan di lapangan dapat


dilakukan dengan metode konus pasir, atau alat ukur nuklir.
Pengambilan contoh yang sangat dalam memerlukan waktu lama dan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 29
MODUL 11 GEOTEKNIK

kadang-kadang mengalami kesulitan. Sebagai alternatif, nilai-nilai γ


dan ρ dapat diperkirakan berdasarkan hubungan empiris. Sebagai
contoh, nilai Gs = 2,7 ± 0,1 untuk beberapa jenis tanah dan berat
volume jenuh dapat dihubungkan dengan kadar air dengan
menggabungkan persamaan-persamaan diatas, untuk S = 1, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 3.3. Nilai berat volume juga dipengaruhi
oleh sementasi, perubahan kimiawi tanah, sensitivitas, proses
pencampuran dengan garam (leaching) dan atau adanya oksida
logam atau mineral lainnya.

Gambar 3.2. Hubungan Antara Angka Kadar Air Dengan Berbagai Sifat
Tanah

30 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

Gambar 3.3. Hubungan Antara Berat Volume Jenuh dan Kadar Air
Material Tanah dan Batuan Setempat (FHWA NHI-01-031)

c) Gradasi butiran
Gradasi (distribusi) butiran menunjukkan susunan /tingkat pencampuran
butiran pada suatu lapisan tanah yang dinyatakan dalam prosentasi berat.
Gradasi butiran sangat berpengaruh pada sifat teknik tanah berbutir
kasar, seperti: kepadatan, kuat geser, permeabilitas, dll. Semakin besar
ukuran butiran dengan gradasi yang baik, biasanya kekuatannya juga akan
semakin besar dan kompresibilitasnya semakin menurun.

Gradasi butiran dapat diperoleh dari uji gradasi atau analisis ayakan. Hasil
analisis kemudian diplot pada kertas semi logaritma. Tanah bergradasi baik
(well graded) umumnya memiliki grafik distribusi berbentuk lengkung yang
”smooth”. Tanah bergradasi buruk, memiliki rentang ukuran butiran yang
sempit (uniform) yang ditunjukkan dengan grafik yang mendekati tegak atau
memiliki ”gap” butiran yang ditunjukkan dengan grafik yang lelatif tegak
dibagian tengah.

Kerikil termasuk bergradasi baik bila:


· koefisien keseragaman Cu = D60/D10 > 4 dan
· koefisien gradasi Cc = (D30)2 / (D10 x D60) diantara 1~3

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 31


MODUL 11 GEOTEKNIK

Pasir termasuk bergradasi baik bila: Cu > 6 dan Cc = 1~3.

Gambar 3.4. Kurva Gradasi Tanah

Gradasi digunakan untuk menentukan sifat teknik terbatas pada material


berbutir kasar. Pada material seragam yang bergradasi buruk,
permeabilitas meningkat secara kuadrat dari ukuran efektif butir
(D10).Untuk material tersebut, kompresibilitasnya biasanya kecil kecuali
pada pasir yang sangat halus. Kekuatan geser hampir seluruhnya
tergantung dari gesekan internal dibandingkan dengan ukuran butir.
Material seragam biasanya mempunyai sifat mudah digali dan dipadatkan.
Rentang ukuran tanah berbutir kasar yang besar akan menyebabkan:
· Permeabilitas berkurang,
· Kompresibilitas menurun, dan
· Kekuatan geser meningkat
Kandungan dan sifat plastisitas tanah berbutir halus akan mempengaruhi
sifat dari material berbutir kasar. Permeabilitas akan berkurang dengan
meningkatnya kandungan tanah berbutir halus. Pada tanah berbutir kasar
dengan sedikit kandungan tanah berbutir halus, kompresibilitas dan
kekuatan geser tanah tidak banyak terpengaruh, namun efeknya akan
meningkat dengan bertambahnya kandungan tanah berbutir halus.

32 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

d) Plastisitas
Plastisitas adalah sifat fisik tanah yang mengalami perubahan bentuk tanpa
retak atau perubahan volumenya yang berarti. Plastisitas sangat
berpengaruh pada sifat teknik tanah berbutir halus. Semua tanah yang
plastis biasanya mempunyai tekstur yang halis, tetapi tidak semua tanah
bertekstur halus bersifat plastis, contoh tanah hasil pelapukan kwarsa.

Kadar air tanah plastis akan mempengaruhi konsistensi atau kemudahan


tanah untuk dibentuk. Derajat konsistensi dinyatakan dengan istilah: keras,
sangat kaku, kaku, teguh (sedang) dan lunak, cara identifikasi konsisitensi
tanah berbutir halus lihat tabel 3.1.

Penambahan air secara terus menerus pada tanah kering akan membuat
campuran tanah dari kondisi padat menjadi semi padat kemudian plastis.
Seorang ilmuwan Swedia yang bernama Atterberg telah mengembangkan
pengujian untuk menentukan kadar air pada setiap perubahan bentuk, yang
kemudian pengujian tersebut dikenal sebagai uji batas-batas Atterberg.
Batas-batas Atterberg digunakan untuk material yang lolos saringan no. 40.
Tergantung tingkat kadar airnya, tanah dapat berada dalam kondisi cair,
plastis, semi plastis dan beku (lihat gambar 2.3). Kadar air ( dalam %) pada
berbagai batas-batas kondisi tersebut yang dikenal sebagai batas-batas
Atterberg terdiri dari: batas cair (wL), batas plastis (wP), batas kerut
(SL=shrinkage limit), lihat gambar 2.3 dan 2.4.

Batas susut (SL): adalah kadar air maksimum dimana pengurangan kadar
air tidak menyebabkan penyusutan di dalam volume massa tanah. Kondisi
ini menunjukkan batas antara kondisi kaku dan semi kaku.

Batas plastis (wP): adalah kadar air dimana tanah akan mulai retak ketika
digulung-gulung menjadi suatu gulungan berdiameter kira-kira 3 mm.

Batas cair (wL): adalah kadar air pada batas antara cair dan plastis.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 33


MODUL 11 GEOTEKNIK

Perbedaan antara batas cair dengan batas plastis disebut indeks plastis
(IP).

IP = wL- wP.

Tanah dengan batas cair (wL) yang tinggi, memiliki sifat plastisas dan
kompresibilitas yang tinggi (kembang susut besar) dan sangat dipengaruhi
oleh kadar airnya. Sebaliknya bila batas cair rendah plastisitas dan
kompressibilitas-nya rendah. Kapasitas pengembangan dapat diperkirakan
dari indeks plastisnya. Tanah dengan IP > 15 potensi pengembangan
sedang; IP > 35 potensi pengembangan tinggi. Kekuatan tanah setelah
pengembangan akan berkurang sangat besar. Tanah dengan indeks plastis
tinggi, pengerjaan untuk pemadatannya relatif lebih sulit, dan bila indeks
plastisnya yang rendah biasanya kandungan material halusnya juga
rendah dan pada batas tertentu akan bersifat lolos air dan kurang plastis.
Pada kondisi mengering sampai batas susut dari kondisi jenuh, tanah yang
memiliki batas susut rendah akan menyusut lebih besar dibanding tanah
yang batas susutnya tinggi. Oleh karenanya penggunaannya perlu dibatasi,
biasanya diletakkan dibagian dalam timbunan yang tidak terpengaruh
banyak kadar air.

34 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

Gambar 3.5. Contoh Grafik Gradasi Butiran

Tabel 3.1. Identifikasi Terhadap Konsistensi Tanah Berbutir Halus


Konsistensi Prosedur Identifikasi Kekuatan Kg/cm2
Lunak Mudah ditekan beberapa cm <0.25
dengan ibu jari
Sedang (Medium) Dapat ditekan beberapa cm
dengan ibu jari dengan sedikit 0.25-0.5
tenaga
Kaku Dapat ditekan dengan kuku ibu 0.5-1.00
jari dengan tenaga besar
Sangat Kaku Mudah ditekan dengan kuku 1.00-2.00
ibu jari
Keras Sukar ditekan dengan ibu jari >2.00

Batas-batas konsistensi dan hubungannya dengan fase-fase sistem


tanah-air dapat dijelaskan pada gambar di bawah. Pada saat tanah sangat
basah, tanah berbutir halus mengering, secara progresif melalui fase yang
berbeda. Pada kondisi sangat basah, massa tanah berperilaku seperti
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 35
MODUL 11 GEOTEKNIK

cairan kental, yang disebut sebagai keadaan cair. Pada saat tanah
mengering, penurunan volume pada massa tanah berlangsung hampir
sebanding dengan hilangnya air. Ketika kadar air di dalam tanah pada
nilai setara dengan batas cair, massa tanah menjadi plastis.

Batas cair (liquid limit) adalah kadar air (dinyatakan sebagai persentase
massa kering tanah) pada saat tanah mulai menunjukkan kekuatan geser
kecil, tetapi kekuatan geser akan bertambah seiring dengan kadar air
yang berkurang. Sebaliknya, dengan meningkatnya kadar air, batas cair
mulai menjadi cairan dan kuat geser menurun.

Gambar 3.6. Batas-Batas Konsistensi Atterberg

Gambar 3.7. Tahapan Kondisi Padat Hingga Mencair

36 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


MODUL 11 GEOTEKNIK

Ketika kadar air berkurang di bawah batas cair, massa tanah menjadi kaku
dan tidak dapat mengalir sebagai cairan. Namun, hal itu akan terus
mengalami deformasi, atau plastis, tanpa retak sampai tercapai batas
plastis.

Batas plastis, PL, adalah kadar air (dinyatakan sebagai persentase massa
kering tanah) ketika massa tanah berhenti menjadi plastis dan menjadi
repui/rapuh, yang ditentukan oleh prosedur untuk menggulung-gulung
massa tanah menjadi pita berdiameter 3 mm (1/8 in) dengan mengurangi
kadar air dari massa tanah secara bertahap.

Ketika kadar air berkurang di bawah batas plastis, tanah menjadi semi-
padat; yaitu, dapat berubah bentuk, tetapi memerlukan tenaga besar
membuat tanah menjadi repui/retak. Kondisi ini disebut sebagai kondisi
semipadat. Pada proses pengeringan lebih lanjut, massa tanah akan
mencapai kondisi padat ketika tejadi perubahan volume (penyusutan).
Kadar air pada kondisi ini disebut batas susut, SL. Pada kondisi ini, kadar
air dimana kadar airnya turun, tidak akan menyebabkan terjadinya
penurunan volume massa tanah. Di bawah batas susut, tanah dianggap
padat; yaitu, sebagian besar partikel berada dalam kontak sangat dekat
dan dalam susunan yang menghasilkan kondisi yang paling padat.

Pada semua tanah plastis yang berbutir halus, batas plastis akan lebih
besar dari batas susut. Namun, untuk tanah yang lebih kasar
dibandingkan dengan tanah berbutir halus (tanah yang mengandung
lanau kasar dan ukuran pasir halus), batas susut akan dekat batas plastis.
Batas susut, bersama-sama dengan indeks properties lainnya, akan
berguna dalam mengidentifikasi tanah ekspansif.

Indeks plastisitas, PI, adalah perbedaan antara batas cair dan batas
plastis, dan mewakili berbagai kadar air dimana tanah menjadi plastis.
Lanau memiliki indeks plastisitas yang kecil atau bahkan tidak ada,
sedangkan tanah lempung memiliki indeks plastisitas yang lebih tinggi.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 37

Anda mungkin juga menyukai