PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiringan lereng dan tingginya curah hujan di Kota Padang menjadikan daerah
Peristiwa tanah longsor yang terjadi di Bukit Lantiak pada tahun 1999
2000 dan 2001 longsor kembali terjadi di Bukit Lantiak yang menewaskan
puluhan jiwa. Bencana tersebut tergolong pada bencana tanah longsor yang cukup
parah, sehingga dianggap sebagai bencana daerah Sumatera Barat dan Nasional.
Pada rentang tahun 2013-2016 terjadi 25 kali longsor yang melanda Kota
Padang. Hal ini menimbulkan kerugian harta, benda, dan jiwa (BPBD Kota
Selatan yaitu di Bukit Kampung Baru, Bukit Gado-Gado, Kelurahan Batang Arau
alat-alat berat pada titik-titik yang sering terjadi longsor (Mahrizal, 2016).
Meskipun demikian usaha ini dinilai oleh banyak kalangan belum menuntaskan
Oleh karena itu, longsor yang berulang kali terjadi seharusnya bisa diantisipasi
hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat, batuan yang kurang kuat, jenis tata
lahan, getaran, beban tambahan, erosi, dan adanya material timbunan pada tebing.
Menurut Zulfialdi (2009), air hujan seringkali menjadi pemicu terjadinya longsor.
Hujan dapat meningkatkan kadai air dalam tanah dan lebih jauh akan
menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan kadar air tanah
akan memperlemah faktor keamanan lereng. Secara teori, nilai tahanan jenis suatu
air di permukaan tanah dalam jumlah besar, hal itu mengakibatkan munculnya
pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan (Nandi 2007). Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak
sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Intesitas hujan yang tinggi
membuat kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat dan dapat
meninmbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan
satu metode Geofisika yang digunakan untuk mengetahui perubahan nilai tahan
bawah permukaan bumi melalui elektroda arus dan mengukur beda potensial
batuan bawah permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan nilai tahanan jenis
semu yang diperoleh. Selain kegunaan yang telah diuraikan sebelumnya menurut
dalam selang waktu tertentu sehingga perubahan nilai tahanan jenis dalam selang
tersebut dapat memberikan infromasi tentang proses atau peristiwa yang sedang
Profiling Horizontal yang digunakan untuk menentukan variasi nilai tahanan jenis
air tanah.
oleh Akmam (2015) dan Jemmy (2015). Hasil identifikasi jenis batuan yang
Informasi dari penampang topografi yang ditampilkan masih berupa jenis batuan
B. Identifikasi Masalah
D. Rumusan Masalah
dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu apakah ada perubahan tahan
jenis batuan pada pengukuran pertama dan pengukuran kedua dengan metode
E. Tujuan Penelitian
yang berbeda.
F. Manfaat Penelitian
Kota Padang