Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bukik Lantiak merupakan salah satu daerah perbukitan yang terletak di

Kelurahan Seberang Palinggam Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.

Menurut Brotodiharjo dkk. (2001, dalam Hermon, 2010) morfologi daerah

Kecamatan Padang Selatan terdiri dari perbukitan dengan ketinggian sedang

sampai sangat curam serta memiliki kemiringan lereng rata-rata 300-650.

Kemiringan lereng dan tingginya curah hujan di Kota Padang menjadikan daerah

perbukitan ini rawan longsor.

Peristiwa tanah longsor yang terjadi di Bukit Lantiak pada tahun 1999

mengakibatkan 67 orang meninggal dunia dan puluhan rumah hancur. Tahun

2000 dan 2001 longsor kembali terjadi di Bukit Lantiak yang menewaskan

puluhan jiwa. Bencana tersebut tergolong pada bencana tanah longsor yang cukup

parah, sehingga dianggap sebagai bencana daerah Sumatera Barat dan Nasional.

Pada rentang tahun 2013-2016 terjadi 25 kali longsor yang melanda Kota

Padang. Hal ini menimbulkan kerugian harta, benda, dan jiwa (BPBD Kota

Padang, 2016). Lokasi kejadian longsor yang terjadi di Kecamatan Padang

Selatan yaitu di Bukit Kampung Baru, Bukit Gado-Gado, Kelurahan Batang Arau

dan Bukik Lantiak Kelurahan Palinggam.


Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengantisipasi

bencana longsor adalah membuat rambu-rambu rawan longsor dan menempatkan

alat-alat berat pada titik-titik yang sering terjadi longsor (Mahrizal, 2016).

Meskipun demikian usaha ini dinilai oleh banyak kalangan belum menuntaskan

permasalahan karena longsor terjadi pada daerah tersebut secara berulang-ulang.

Oleh karena itu, longsor yang berulang kali terjadi seharusnya bisa diantisipasi

agar kerugian yang ditimbulkan longsor tidak banyak.

Menurut Nandi (2007), longsor disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat, batuan yang kurang kuat, jenis tata

lahan, getaran, beban tambahan, erosi, dan adanya material timbunan pada tebing.

Kondisi lingkungan setempat merupakan suatu komponen yang saling terkait.

Menurut Zulfialdi (2009), air hujan seringkali menjadi pemicu terjadinya longsor.

Hujan dapat meningkatkan kadai air dalam tanah dan lebih jauh akan

menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan kadar air tanah

akan memperlemah faktor keamanan lereng. Secara teori, nilai tahanan jenis suatu

batuan bergantung kepada kandungan air.

Pada musim kering yang panjang akan meyebabkan terjadinya penguapan

air di permukaan tanah dalam jumlah besar, hal itu mengakibatkan munculnya

pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah

permukaan (Nandi 2007). Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak

sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Intesitas hujan yang tinggi

membuat kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat dan dapat
meninmbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan

terakumulasi dibagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Salah

satu metode Geofisika yang digunakan untuk mengetahui perubahan nilai tahan

jenis batuan adalah metode Geolistrik.

Metode Geolistrik dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik ke

bawah permukaan bumi melalui elektroda arus dan mengukur beda potensial

listrik yang ditimbulkan di permukaan bumi melalui elektroda potensial. Struktur

batuan bawah permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan nilai tahanan jenis

semu yang diperoleh. Selain kegunaan yang telah diuraikan sebelumnya menurut

Reynolds (1997), aplikasi metode geofisika juga banyak digunakan didalam

memonitor pencemaran air tanah, aplikasi geoteknik dan penyelidikan dibidang

arkeologi. Pada bidang geoteknik, metode resistiviti banyak digunakan untuk

mengetahui struktur bawah permukaan bumi, patahan dan rekahan, kedalaman

batuan dasar, dan lain-lain.

Metode resistiviti time-lapse adalah pengukuran nilai tahanan jenis batuan

dalam selang waktu tertentu sehingga perubahan nilai tahanan jenis dalam selang

waktu tertentu berassosiasi dengan perubahan sifat fisika batuan. Dibandingkan

dengan survei statistik, pengukuran time-lapse geofisika lebih detail membahas

tentang perubahan dinamis pada sifat bawah permukaan, yang perubahannya

tersebut dapat memberikan infromasi tentang proses atau peristiwa yang sedang

berlangsung di bawah permukaan. Metoda Geolistrik memiliki beberapa

konfigurasi yaitu Wenner, Schlumberger, dan dipole-dipole.


Metode geolistrik konfigurasi dipole-dipole dapat diterapkan untuk tujuan

mendapatkan gambaran bawah permukaan pada obyek yang penetrasinya relatif

lebih dalam dibandingkan dengan metode sounding lainnya seperti konfigurasi

Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Metode ini sering digunakan dalam

survei-survei resistivitas karena rendahnya efek elektromagnetik yang

ditimbulkan antara sirkuit arus dan potensial (Loke, 1999).

Batuan dasar di Bukik Lantiak secara tidak langsung telah diidentifikasi

pada penelitian-penelitian sebelumnya. Rahmi (2014) dan Irepia (2014) telah

melakukan penelitian mengenai struktur batuan dan bidang gelincir menggunakan

data geolistrik tahanan jenis konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi

Schlumberger kurang bagus dalam pengukuran CST (Constant Separation

Traversing) (Reynolds. 1997). Pengukuran CST lebih dikenal sebagai metoda

Profiling Horizontal yang digunakan untuk menentukan variasi nilai tahanan jenis

secara horizontal. Hasil identifikasi batuan pada konfigurasi Schlumberger dalam

pengukuran CST perlu disempurnakan lagi.

Silvia (2014) telah melakukan penelitian Investigasi aquifer di Bukik

Lantiak. Penelitian mengenai investigasi aquifer menggunakan inversi Robust

Counstraint data Geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner. Menurut Reynolds

(1997) konfigurasi Wenner memiliki kelemahan terhadap penetrasi kedalaman,

sehingga konfigurasi ini kurang bagus digunakan untuk penyelidikan batuan

dasar. Keunggulan konfigurasi Wenner dalam tingkat sensitif terhadap permukaan


bumi secara lateral menyebabkan konfigurasi ini cocok dalam pemetaan sebaran

air tanah.

Penyelidikan estimasi bidang gelincir optimalisasi inversi Least-Square

dengan Inversi Occam dan identifikasi jenis batuan menggunakan inversi

Marquatdt data Geolistrik tahanan jenis konfigurasi Dipole-dipole telah dilakukan

oleh Akmam (2015) dan Jemmy (2015). Hasil identifikasi jenis batuan yang

diperoleh adalah Andesite berselingan Tufa, Sandstone, Limestone, dan Clay.

Informasi dari penampang topografi yang ditampilkan masih berupa jenis batuan

dan kedalaman yang dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Identifikasi Perubahan Nilai Tahanan Jenis Batuan Menggunakan

Metode Geolistrik Time-Lapse Konfigurasi Dipole-dipole Di Bukik Lantiak

Kecamatan Padang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah

dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Longsor yang terjadi di Bukik Lantiak Kecamatan Padang Selatan

terjadi secara berulang-ulang.

2. Metoda Geolistrik time-lapse belum pernah dilakukan untuk

mengidentifikasi perubahan tahanan jenis batuan di Bukik Lantiak

Kecamatan Padang Selatan.


C. Batasan Masalah

Agar penelitan yang dilakukan lebih terarah, maka perlu dilakukan

beberapa pembatasan masalah dalam penelitian ini. Sebagai pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Lintasan pengukuran diambil sebanyak 4 lintasan.

2. Lokasi pengambilan data yang dipilih yaitu lokasi yang dapat

merentangkan kabel elektroda secara maksimal.

3. Struktur batuan di daerah penelitian digambarkan berdasarkan nilai

tahanan jenis batuan

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,

dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu apakah ada perubahan tahan

jenis batuan pada pengukuran pertama dan pengukuran kedua dengan metode

geolsitrik time-lapse di Bukik Lantiak Kecamatan Padang Selatan Kota Padang

data Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi dipole-dipole?

E. Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah

diuraikan, ditetapkan beberapa tujuan penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengetahui nilai tahanan jenis batuan pada pengukuran pertama

2. Mengetahui nilai tahanan jenis batuan pada pengukuran kedua


3. Mengetahui perubahan nilai tahanan jenis batuan pada pengukuran

yang berbeda.

4. Mengidentifikasi perubahan nilai tahanan jenis batuan di Bukik

Lantiak Kecamatan Padang Selatan menggunakan Metoda Geolistik

Time-lapse konfigurasi dipole-dipole.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang kedalaman batuan dasar ini diharapkan dapat

memberikan manfaat dan kontribusi yaitu :

1. Memberikan informasi perubahan nilai tahanan jenis batuan di Bukik

Lantiak Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.

2. Sebagai informasi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

baik dibidang Geologi maupun Geofisika lainnya yang berkaitan

dengan batuan dasar di Bukik Lantiak Kecamatan Padang Selatan

Kota Padang

Anda mungkin juga menyukai