Sebagian besar wilayah Lampung berupa batuan produk gunungapi yang berumur
Kuarter hingga Paleogen Akhir, di beberapa tempat tersingkap batuan terobosan,
metamorf dan sedimen yang berumur Paleogen Akhir hingga Kapur. Daerah
Lampung dilewati oleh Sesar Besar Sumatera memanjang sejajar sumbu utama
Pulau Sumatera yang membentang pada busur gunungapi di Sumatera sepanjang
1650 km menghubungkan daerah tektonik regangan Selat Sunda di Selatan
dengan daerah tektonik regangan belakang busur Laut Andaman di Utara.
Pergeseran sepanjang sesar ini merupakan akibat tumbukan menyerong antara
Lempeng IndoAustralia di selatan dengan Lempeng Eurasia di Utara. Sesar
Sumatera terdiri dari beberapa segmen yang secara umum dibatasi oleh daerah-
daerah depresi; Segmen Ranau- Suoh merupakan segmen selatan sesar ini. Sesar
yang mempunyai pergerakan horizontal menganan (right lateral strike slip) ini
tercatat beberapa kali menimbulkan gempabumi yang merusak seperti Kerinci
(1909), dan Liwa (1994) (Rozak, 2009).
7
Berdasarkan peta geologi Lembar Kotaagung yang tertera pada Gambar 4 (Amin
T.C., dkk.,1993) menjelasakan bahwa Kecamatan Kelumbayan jenis-jenis satuan
batuan beserta dengan komposisi litologi sebagai berikut:
a. Formasi Aluvium (Qa) yang terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir
lanau, lempung dan lumpur. Umumnya kelulusan batuan rendah.
b. Formasi Batuan Gunung Api kuarter muda (Qhvp) yang terdiri dari breksi,
lava dan tuff bersusunan andesit-basalt
c. Formasi Hulusimpang (Tomh) yang terdiri dari breksi gunung api, lava,
tuff bersusunan andesit-basal, kuarsa, dan mineral sulfida
d. Formasi gading (Tomg) yang terdiri dari batu pasir, batu lanau, dan batu
lempung dengan sisipan batu gamping dan lignit
e. Formasi Bal (Tmba) yang terdiri dari breksi gunungapi bersusunan dasit,
tuffdasitan dan sisipan batupasir. Umumnya kelulusan batuan rendah.
f. Formasi Tarahan (Tpot) yang merupakan batuan tuff padu, breksi, dan juga
sisipan rijang
g. Batuan terobosan (Tm) yang terdiri dari sisipan granit, diorit, dan clasit
Namun demikian yang perlu diperhatikan oleh penambang adalah bahwa dalam
satuan batuan intrusif tersebut, tidak semuanya merupakan batuan intrusif
(terobosan) karena biasanya batuan intrusif berasosiasi dengan jenis batuan beku
aliran lava. Ini penting bagi penambang karena batuan intrusif bersifat sangat
tebal tapi penyebarannya tidak luas, sedangkan justru sebaliknya. Ini
menyebabkan perbedaan dalam perhitungan potensi sumberdayanya sehingga
survai geolistrik penting dalam eksplorasi awal sumberdaya andesit untuk
mengurangi resiko kegagalan yang lebih besar. (Purwasatriya, 2013)
Metode Geolistrik merupakan metode geofisika yang sangat populer dan sering
digunakan untuk survey eksplorasi. Hal ini disebabkan karena metode geolistrik
sangat bagus untuk mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan variasi
nilai tahanan jenis batuan pada daerah yang mempunyai nilai tahanan jenis yang
cukup kontras terhadap sekitarnya untuk keperluan eksplorasi air tanah,
panasbumi (geothermal), maupun eksplorasi mineral, Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa nilai tahanan jenis (resistivitas)
batuan andesit sebesar 212 – 300 Ωm dengan kedalaman 1.3 – 1.86 terdapat pada
Lintasan 1 dan 2 (Munaji, 2013)
Mineral emas merupakan jenis mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Mineral emas terbentuk akibat adanya kenaikan larutan sisa magma atau larutan
9
Kandungan emas daerah Pesisir Barat merupakan endapan emas hidrotermal tipe
epitermal (berupa urat kuarsa) low sulphidation, dengan mineral pembawa yang
mengandung logam dan nonlogam. Interpretasi dilakukan dengan menganalisa
penampang 2D resistivitas dari lapisan batuan pada daerah penetian.
(Prabowo, 2021)
E. Penelitian Sebelumnya
Batuan andesit merupakan salah satu Batuan Beku yang bisa digunakan untuk
pembangunan infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, landasan terbang,
pelabuhan dan lainnya. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengetahui
cadangan dari Batuan andesit berdasarkan nilai resistivitasnya adalah konfigurasi
Dipole – dipole pada metode geolistrik. Penelitian ini menggunakan 7 lintasan
pengukuran. Metode inversi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
software Res2DinV dan Rockworks. Pengolahan menggunakan software
Res2DinV dan Rockworks akan menghasilkan masing-masing penampang 2
Dimensi dan Setelah diketahuinya keberadaan dari Batuan andesit, maka
selanjutnya dapat diindikasikan cadangan dari andesit tersebut.. (Sinaga. 2018).
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
mengetahui kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan sifat kelistrikan
batuannya. Andesit merupakan batuan beku yang mempunyai sifat kelistrikan
batuan yang kontras dengan batuan disekitarnya yang umumnya berupa batuan
sedimen, sehingga metode geolistrik cocok digunakan untuk mengidentifikasi
keberadaan andesit di bawah permukaan sekaligus memperkirakan ketebalannya
untuk menghitung potensi sumberdayanya. Konfigurasi survai geolistrik yang
digunakan yaitu konfigurasi Schlumberger 1D dimana konfigurasi ini mempunyai
keunggulan yaitu lebih akurat dalam menghitung ketebalan lapisan dangkal.
(Purwasatriya, 2013)
10
A. Hukum Ohm
Metode Geolistrik resistivitas bekerja karena pengukuran beda potensial pada
titik-titik di permukaan bumi yang diproduksi dengan langsung mengalirkan arus
ke bawah permukaan. Hal ini bermanfaat untuk menentukan distribusi resistivitas
di bawah permukaan dan kemudian digunakan untuk interpretasi material-material
yang potensial, kita perlu meninjau ulang secara singkat konsep kelistrikan
(Burger, 1992)
Atau
𝑞
𝐼= (2)
𝑡
Dimana (I) adalah arus dalam satuam ampere, (q) adalah muatan dalam satuan
coulomb dan (t) adalah waktu dalam detik. Konsep lain yang sangat penting di
dalam survei geolistrik resistivitas adalah rapat arus 𝐽. Rapat arus didefinisikan
sebagai arus yang melewati suatu penampang lintang per satuan luas, secara
matematis ditulis :
𝑖
𝐽=𝑎 (3)
Jelas bahwa kuantitas arus yang sama dan melewati luas penampang lintang yang
berbeda akan menghasilkan rapat arus yang berbeda. George Simon Ohm adalah
fisikawan Jerman yang pertama kali memperkenalkan hubungan antara kuat arus,
tegangan dan hambatan listrik melalui hukumnya yang mengatakan bahwa arus (i)
adalah berbanding lurus terhadap tegangan (V) dan berbanding terbalik terhadap
hambatan (R).
𝑉
𝐼= (4)
𝑅
Gambar 5 menunjukkan dua buah resistor dengan panjang yang berbeda dan
penampang lintang area yang berbeda pula. Jika diibaratkan bahwa dua resistor
tersebut disusun oleh material yang sama, ternyata dengan tidak sengaja mereka
mempunyai nilai hambatan yang berbeda dalam menghantarkan arus. Mengingat
bahwa arus adalah perpindahan muatan per satuan waktu, maka aliran arus bias
dianalogikan sebagai aliran air. Bayangkan bahwa sebuah pipa terbuka di salah
satu bagiannya diberikan kerikil. Pompa air akan membersihkan tekanan yang
berbeda di dalam pipa terbuka tersebut, dan menyebabkan aliran air yang berbeda
pula. Kerikil menyebabkan sebuah hambatan pada aliran air menuju keluaran
pipa. Jika membuat aliran pada pipa yang sama, tetapi memperbanyak isi kerikil
pada pipanya, hambatan akan meningkat dan rata-rata aliran airnya akan
berkurang. Jika meningkatkan diameter, hambatan akan berkurang dan air akan
banyak keluar.
Sifat ini meyakinkan bahwa hambatan dari resistor sebagaimana yang
diilustrasikan pada Gambar 6 bergantung pada panjang kolom pipa dan juga
material dasar yang menyusunnya, yang dinamakan resistivitas dan dinotasikan
dalam , sehingga secara matematis dapat ditulis :
𝐿
𝑅 = 𝜌𝐴 (5)
Atau
𝐴
𝜌=𝑅𝐿 (6)
Aliran arus yang keluar dari titik sumber membentuk medan potensial dengan
kontur equipotential berbentuk permukaan setengah bola di bawah
permukaan. Dalam hal ini, arus mengalir melalui permukaan setengah bola
maka arus yang mengalir melewati permukaan tersebut adalah :
𝑑𝑣
𝐼 = 2𝜋𝑟 2 𝐽 = −2𝜋𝑟 2 𝜎 𝑑𝑟 = −2𝜋𝜎𝐴 (7)
Dimana :
𝑑𝑣
𝐽 = −𝜎 𝑑𝑟 (8)
Sehingga diperoleh:
𝐴 𝑙𝑝
𝑉= − ( ) (10)
𝑟 2𝜋
Dimana :
∆𝑉 = Beda potensial
𝐼 = Kuat arus yang dilalui oleh bahan (Ampere)
Maka nilai resistivitas listrik yang diberikan oleh medium :
𝑉
𝜌 = 2𝜋𝑟 𝐼 (11)
Karena arus pada dua elektroda sama dan berlawanan arah, sehingga
diperoleh :
𝑙𝑝 1 1
𝑉1 + 𝑉2 = (𝑟 − 𝑟 ) (14)
2𝜋 1 2
Dimana :
∆𝑉 : beda potensial
𝐼 : arus (A)
𝜌 : resistivitas (Ωm)
𝑟1 : jarak C1 ke P1 (m)
𝑟2 : jarak C2 ke P1 (m)
𝑟3 : jarak C1 ke P2 (m)
𝑟4 : jarak C2 ke P2 (m)
Hubungan yang tersusun pada empat elektroda yang menyebar secara normal
digunakan dalam resistivitas medan gaya. Pada konfigurasi ini garis aliran
arus dan bidang equipotential yang berubah bentuk disebabkan oleh dekatnya
elektroda arus yang kedua C2. Ditunjukkan pada gambar 8 dengan garis arus
orthogonal. Perubahan bentuk dari equipotential terbukti dalam wilayah
diantara arus elektroda.
1. Resistivitas Batuan
Resistivitas adalah karakteristik batuan yang menunjukkan kemampuan
batuan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik dalam
batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : konduksi
secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik
(Milsom, 2003). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besaran
resistivitas. Faktor-faktor tersebut adalah jenis batuan, matriks batuan,
mineral lempung, porositas dan permeabilitas, salinitas, dan temperatur.
Adapun penjelasan lebih lanjut adalah :
a. Jenis batuan
Tiap batuan memiliki interval besaran resistivitas. Namun, suatu interval
resistivitas batuan tertentu terkadang sebagian sama dengan interval
batuan yang lainnya. Oleh karena itu, nilai resistivitas batuan harus
dikorelasikan dengan data pendukung lainnya. Hal ini dapat berupa data
geologi & bor untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat (Chandra,
2011).
b. Matriks batuan
Matriks merupakan butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan
terletak diantara batuan-batuan asli yang dapat terendapkan bersamaan
bersama fragmen. Matriks dapat berupa pecahan batuan, mineral atau
fosil (Engler, 2012).
20
c. Mineral lempung
Iklim di Indonesia merupakan faktor alamiah yang sangat
memperngaruhi kondisi batuan, Dalam suatu proses pelapukan, semua
material (batuan, logam, dan sebagainya) akan diubah menjadi lempung
(Chandra, 2011).
f. Temperatur
Pengaruh temperatur pada suatu batuan yang meningkat akan
menurunkan nilai resistivitas batuan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
pergerakan ion-ion yang akan semakin menurun jika viskositas
menurun. Namun, hal tersebut berlaku untuk temperatur 0-200˚C.
Sedangkan pada temperatur diatas 300˚C akan meningkatkan nilai
resistivitas seperti pada Gambar 9 (Hersir, dan Árnason, 2010).
21
2. Konduktivitas Batuan
Sifat konduktivitas listrik tanah dan batuan pada permukaan bumi sangat
dipengaruhi oleh jumlah air, kadar garam atau salinitas air, serta bagaimana
cara air didistribusikan dalam tanah dan batuan tersebut. Konduktivitas
listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air,
yakni elektrolit (larutan garam yang terkandung dalam air yang terisi dari
anion dan kation yang bergerak bebas dalam air). Adanya medan listrik
eksternal menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat menuju
kutub negatif sedangkan anion menuju kutub positif. Tentu saja, batuan
berpori ataupun tanah yang terisi air, nilai resistivitas listriknya berkurang
dan bertambahnya kandungan air. Begitupula sebaliknya, nilai resistivitas
listriknya akan bertambah dengan berkurangnya kandungan air (Telford,
dkk, 1990).
D. Metode Geolistrik
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu dari metode geolistrik yang
mempelajari tentang sifat resistivitas lapisan tanah yang ada dalam bumi. Pada
metode geolistrik resistivitas, arus listrik diinjeksikan ke dalam permukaan bumi
24
melalui dua buah elektroda arus. Kemudian pengukuran beda potensial dilakukan
melalui dua buah elektroda potensial (Reynolds, 1997).
Metode geolistrik juga merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
sifat aliran listrik di dalam bumi dengan cara mendeteksinya di permukaan bumi.
Pendeteksian ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik
yang terjadi baik itu oleh injeksi arus maupun secara alamiah. Secara umum,
pendekatan sederhana pembahasan gejala kelistrikan bumi adalah dengan
menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan
tersebut medan listrik dari sumber titik di dalam bumi merupakan simetri bola.
Prinsip metode geolistrik adalah dengan menginjeksi arus melalui elektroda arus
yang dibenamkan di dalam bumi. Elektroda ini dihubungkan dengan elektroda
arus lainnya yang berada di permukaan tetapi berjarak cukup jauh, sehingga
pengaruhnya dapat diabaikan. elektroda arus C(x,z) dapat dipandang sebagai titik
sumber yang memancarkan arus listrik kesegala arah dalam medium bumi dengan
tahanan jenis ρ (Rasimeng, 2007). Berdasarkan data tersebut kemudian
dilakukan perhitungan inversi sehingga diperoleh variasi nilai resistivitas dari
suatu sistem pelapisan tanah yang berasosiasi dengan struktur geologi di bawah
permukaan (Djoko, 2002).
Gambar 10. Pola Aliran arus dan bidang equipotential antara dua elektroda
Arus dengan polaritas berlawanan (Bahri, 2005).
26
Sebaran arus pada permukaan akibat arus listrik yang dikirim ke bawah
permukaan. Garis tengah menunjukkan arus yang dikirim mengalami respon oleh
suatu lapisan yang homogen. Sedangkan arus putus-putus menunjukkan arus
normal dengan nilai yang sama. Garis-garis tersebut disebut dengan garis
equipotential. Dimana medan listrik titik sumber di dalam bumi dianggap
memiliki simetri bola (Bahri, 2005). Ada beberapa hal yang mendasari konsep
metode geolistrik resistivitas yaitu :
1. Resistivitas Semu
Metode geolistrik tahanan jenis didasarkan pada anggapan bahwa bumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis yang
terukur merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada
spasi elektroda. Namun pada kenyataannya bumi tersusun atas lapisan lapisan
dengan resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Karenanya, harga
resistivitas yang dikukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk satu
lapisan saja. Resistivitas yang terukur sebenarnya adalah resistivitas semu
(𝜌𝑎 ) (Reynold, 2005). Berdasarkan Persamaan (16) besar resistivitas semu
dapat dinyatakan dalam bentuk:
1 1 1 1 −1 ∆𝑉
𝜌 = 2𝜋 [(𝑟 − 𝑟 ) − (𝑟 − 𝑟 )] (16)
1 2 1 2 𝐼
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 (17)
𝐼
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (18)
[( − )−( − )]
𝑟1 𝑟2 𝑟1 𝑟2
Dimana 5 adalah faktor geometri yaitu besaran koreksi letak kedua elektroda
potensial terhadap letak kedua elektroda arus. Dengan mengukur ∆𝑉 dan I
maka dapat ditentukan harga resistivitas (Reynolds, 2005). Beberapa hal yang
mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah sebagai berikut (Hurun, 2016):
Dari gambar diatas terlihat bahwa jarak AM =NB = a dan jarak AN= MB
= 2a dengan menggunakan persamaan (19) diperoleh faktor geometri
untuk Konfigurasi Wenner sebagai berikut :
𝐾 = 2𝜋𝑎 (19)
𝜌 = 𝐾∙𝑅 (20)
b. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi Schlumberger merupakan salah satu konfigurasi atau tatanan
dari elektroda metode geolistrik, yang mana susunannya C-P & P-C di
mana jarak elektroda P dengan P cenderung tetap. Sedangkan jarak
antara elektroda P dan C diubah sesuai spasi yang telah ditentukan
konfigurasi ini memiliki kedalaman semu sebesar 1/5 dari bentangan AB
(Stummer, 2003).
𝑙2 −𝑙2
𝐾 = 𝜋[ ] (21)
2𝑙
c. Konfigurasi Dipole-dipole
Konfigurasi dipole-dipole merupakan gabungan dari teknik profiling dan
depth sounding, sehingga jenis konfigurasi ini merupakan salah satu
konfigurasi yang umumnya digunakan dalam eksplorasi geofisika.
Konfigurasi dipole-dipole menempatkan jarak elektroda arus C1C2 sama
dengan jarak elektroda potensial P1P2, yang diperlihatkan pada gambar
5. Penempatan elektroda P1P2 berjarak a dari pasangan elektroda C1C2
dengan nilai faktor n = 1,2,3. Nilai K diturunkan ke persamaan (22),
dengan nilai n = 1,2,3,4,…,n. Konfigurasi ini memiliki kedalaman semu
sebesar MN(n+1)/2 (Suyanto, 2013)
E. Pemodelan 2D dan 3D
Penampang 2D merupakan penampang untuk menggambarkan hasil survei secara
2D dengan metode conturing pseudosection. Pseudosection memberikan
gambaran tentang distribusi nilai-nilai hasil pengukuran di lapangan yang dapat
berupa resistivitas, percent frequency effect ataupun metal factor di bawah
permukaan bumi. Dalam hal ini posisi plotting point adalah titik tengah horizontal
ditempatkan di tengah-tengah dalam susunan elektroda pengukuran, sedangkan
titik lateral ditempatkan pada jarak yang proporsional di tengah-tengah dalam
susunan elektroda pengukuran (antara elektroda C1-PI) pada arah vertikal ke
30
bawah. Pseudosection dapat dibuat secara manual pada saat pengambilan data di
lapangan dengan cara memplotkan nilai resistivitas semu yang terukur, kemudian
dilakukan pengkonturan.
Hal ini berfungsi sebagai gambaran awal hasil pengukuran dan pengontrol
kualitas data hasil pengukuran di lapangan yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai paduan interpretasi kuantitatif lebih lanjut. Pseudosection dihasilkan dari
proses pemodelan forwad maupun inversi, sehingga diperoleh nilai resistivitas
yang sudah terkoreksi (topographic effect). Proses ini merupakan pendekatan
terhadap nilai resistivitas yang sebenarnya. Kesalahan yang biasa dilakukan
adalah mencoba menggunakan pseudosection resistivitas semu maupun sebagai
gambaran akhir untuk tahap interpretasi. Hasil survei merupakan distribusi nilai
resistivitas material bawah permukaan bumi yang disebut resistivity
pseudosection atau inverse model resistivity section.
Model yang diperoleh melalui proses inversi akan selalu memiliki nilai Residual
Error atau Root Mean Squared Error (RMSE). Iterasi dapat dilakukan beberapa
kali untuk menurunkan nilai error yang ada. Iterasi merupakan proses perhitungan
ulang dari data yang dimasukkan dalam fungsi matematis yang sama secara
berulang-ulang untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Nilai RMSE berperan
untuk memperlihatkan tingkat perbedaan dari pengukuran nilai resistivitas
material terhadap nilai resisitivitas material yang sebenarnya. Semakin besar nilai
RMSE maka model yang diperoleh dari proses inversi akan semakin halus. Besar
kecilnya nilai RMSE dipengaruhi oleh bentuk dan struktur bumi tempat elektroda
dibentang, misalnya adanya keberadaan gua di dalam tanah atau banyak akar
pepohonan yang berada tepat di bawah bentangan (Loke, 2004).
Proses inversi adalah suatu proses pengolahan data lapangan yang melibatkan
teknik penyelesaian matematika dan statistik untuk mendapatkan informasi yang
berguna mengenai distribusi sifat fisis objek di bawah permukaan(Supriyanto,
2007).
31
Pada metode inversi geofisika, model yang dicari berupa representasi matematika
bagian dari bumi yang memberi respons yang sesuai dengan hasil pengukuran
yang kemudian model tersebut didiskritisasi. Diskritasi model dapat dilakukan
dengan tiga cara. Pertama, membagi model menjadi blok-blok kecil yang lebarnya
sama dengan jarak terkecil antara elektroda. Selanjutnya, membagi model menjadi
blok-blok yang pada beberapa lapisan pertamanya dibagi dua secara vertikal
maupun horisontal dari cara yang pertama. Dan tahap ketiga, blok-blok yang pada
beberapa lapisan pertamanya hanya dibagi dua secara horizontal saja. Hal ini
disebabkan resolusi metode resistivitas berkurang dengan bertambahnya
kedalaman, maka lebih efektif jika blok yang dibagi dua hanya lapisan pertama
dan kedua saja (Loke, 1999).
Setiap titik pada diskritasi model tersebut kemudian diberikan suatu parameter
berupa nilai resistivitas yang nilainya sama dengan yang diinginkan oleh
penginversi juga hasil pengukuran. Sedangkan respon model merupakan data
sintetik yang dihitung dengan hubungan secara matematika berdasarkan pada
model yang dengan parameter yang dimilikinya.