Anda di halaman 1dari 26

6

C. Geologi Lembar Kotaagung


Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan
Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari busur
Sunda, Kerak Samudera yang mengalasi Samudera Hindia dan sebagian Lempeng
India-Australia telah menunjam miring di sepanjang Parit Sunda di lepas barat
Sumatera. Lajur Pertemuan miring ini termasuk dalam sistem Parit Busur Sunda
yang membentang lebih dari 5.000 km dari Birma sampai Indonesia bagian
Timur. Penunjaman ke bawah Sumatera, selama Tersier Bawah sampai Resen
telah menimbulkan busur magma yang luas, tetapi litologi sepanjang Sumatera
yang ada hubungannya dengan busur tersebut menimbulkan dugaan bahwa
penunjaman ke bawah Sumatera telah berlangsung sejak Perem Akhir. Dengan
demikian geologi lembar ini mencakup batuan alas malihan pra-Mesozoikum,
batuan beku Mesozoikum-Kenozoikum dan runtunan batuan gunung api dan
sedimen tersier Kuarter (Mulyatno, 2004)

Sebagian besar wilayah Lampung berupa batuan produk gunungapi yang berumur
Kuarter hingga Paleogen Akhir, di beberapa tempat tersingkap batuan terobosan,
metamorf dan sedimen yang berumur Paleogen Akhir hingga Kapur. Daerah
Lampung dilewati oleh Sesar Besar Sumatera memanjang sejajar sumbu utama
Pulau Sumatera yang membentang pada busur gunungapi di Sumatera sepanjang
1650 km menghubungkan daerah tektonik regangan Selat Sunda di Selatan
dengan daerah tektonik regangan belakang busur Laut Andaman di Utara.
Pergeseran sepanjang sesar ini merupakan akibat tumbukan menyerong antara
Lempeng IndoAustralia di selatan dengan Lempeng Eurasia di Utara. Sesar
Sumatera terdiri dari beberapa segmen yang secara umum dibatasi oleh daerah-
daerah depresi; Segmen Ranau- Suoh merupakan segmen selatan sesar ini. Sesar
yang mempunyai pergerakan horizontal menganan (right lateral strike slip) ini
tercatat beberapa kali menimbulkan gempabumi yang merusak seperti Kerinci
(1909), dan Liwa (1994) (Rozak, 2009).
7

Berdasarkan peta geologi Lembar Kotaagung yang tertera pada Gambar 4 (Amin
T.C., dkk.,1993) menjelasakan bahwa Kecamatan Kelumbayan jenis-jenis satuan
batuan beserta dengan komposisi litologi sebagai berikut:
a. Formasi Aluvium (Qa) yang terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir
lanau, lempung dan lumpur. Umumnya kelulusan batuan rendah.
b. Formasi Batuan Gunung Api kuarter muda (Qhvp) yang terdiri dari breksi,
lava dan tuff bersusunan andesit-basalt
c. Formasi Hulusimpang (Tomh) yang terdiri dari breksi gunung api, lava,
tuff bersusunan andesit-basal, kuarsa, dan mineral sulfida
d. Formasi gading (Tomg) yang terdiri dari batu pasir, batu lanau, dan batu
lempung dengan sisipan batu gamping dan lignit
e. Formasi Bal (Tmba) yang terdiri dari breksi gunungapi bersusunan dasit,
tuffdasitan dan sisipan batupasir. Umumnya kelulusan batuan rendah.
f. Formasi Tarahan (Tpot) yang merupakan batuan tuff padu, breksi, dan juga
sisipan rijang
g. Batuan terobosan (Tm) yang terdiri dari sisipan granit, diorit, dan clasit

D. Geolistrik untuk eksplorasi


Andesit merupakan salah satu komoditi pertambangan bahan galian yang banyak
dibutuhkan oleh masyarakat, seperti untuk pondasi bangunan, pengaspalan jalan,
pembuatan jembatan, pembuatan bronjong sungai dan lain sebagainya. Andesit
dengan jumlah yang berlimpah dan dekat dengan lokasi proyek pembangunan
akan bernilai ekonomis untuk ditambang. Namun demikian, dalam eksplorasinya
andesit ini tidak semuanya tersingkap di permukaan sehingga perlu dilakukan
penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan metode geofisika untuk
mengetahui keberadaan andesit di bawah permukaan untuk mengurangi resiko
kegagalan dalam penambangan serta dapat memperkirakan potensi sumberdaya
andesit di daerah penelitian. (Purwasatriya dan Waluyo, 2011)

Eksplorasi lebih lanjut dengan pemetaan bawah permukaan diperlukan untuk


mengetahui sumberdaya batuan andesit. Metode geofisika digunakan untuk
mendeteksi andesit yaitu metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi dipole-
dipole dikarenakan mampu memberikan gambaran secara vertikal dengan baik
8

Andesit memiliki respon nilai resistivitas yang tinggi dikarenakan andesit


merupakan batuan beku yang kompak dan resistif, hal ini mengakibatkan
terdapatnya kontras nilai dengan batuan sekitarnya. (Danaswara, 2017)

Namun demikian yang perlu diperhatikan oleh penambang adalah bahwa dalam
satuan batuan intrusif tersebut, tidak semuanya merupakan batuan intrusif
(terobosan) karena biasanya batuan intrusif berasosiasi dengan jenis batuan beku
aliran lava. Ini penting bagi penambang karena batuan intrusif bersifat sangat
tebal tapi penyebarannya tidak luas, sedangkan justru sebaliknya. Ini
menyebabkan perbedaan dalam perhitungan potensi sumberdayanya sehingga
survai geolistrik penting dalam eksplorasi awal sumberdaya andesit untuk
mengurangi resiko kegagalan yang lebih besar. (Purwasatriya, 2013)

Metode Geolistrik merupakan metode geofisika yang sangat populer dan sering
digunakan untuk survey eksplorasi. Hal ini disebabkan karena metode geolistrik
sangat bagus untuk mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan variasi
nilai tahanan jenis batuan pada daerah yang mempunyai nilai tahanan jenis yang
cukup kontras terhadap sekitarnya untuk keperluan eksplorasi air tanah,
panasbumi (geothermal), maupun eksplorasi mineral, Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa nilai tahanan jenis (resistivitas)
batuan andesit sebesar 212 – 300 Ωm dengan kedalaman 1.3 – 1.86 terdapat pada
Lintasan 1 dan 2 (Munaji, 2013)

Data resistivitas 2D diolah menggunakan program RES2DINV, sehingga diperoleh


gambaran penampang 2D bawah permukaan sepanjang lintasan dimana nilai
tahanan jenis yang dibedakan dengan warna untuk melihat kontras resistivitas
pada setiap lintasan dan memberikan informasi tahanan jenis sebenarnya secara
lateral dan vertikal. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk
memperkirakan keberadaan batubara di bawah permukaan adalah metode
geolistrik tahanan jenis dua dimensi (2D) konfigurasi Dipole-dipole. (Karyanto,
2007)

Mineral emas merupakan jenis mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Mineral emas terbentuk akibat adanya kenaikan larutan sisa magma atau larutan
9

hidrotermal. Penelitian ini bertujuan untuk mengintepretasi pola persebaran


mineral, dan memberikan gambaran struktur geologi bawah permukaan di lokasi
penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode geolistrik resistivitas
dengan konfigurasi wenner-schlumberger. (Fadhilah, 2021)

Kandungan emas daerah Pesisir Barat merupakan endapan emas hidrotermal tipe
epitermal (berupa urat kuarsa) low sulphidation, dengan mineral pembawa yang
mengandung logam dan nonlogam. Interpretasi dilakukan dengan menganalisa
penampang 2D resistivitas dari lapisan batuan pada daerah penetian.
(Prabowo, 2021)

E. Penelitian Sebelumnya
Batuan andesit merupakan salah satu Batuan Beku yang bisa digunakan untuk
pembangunan infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, landasan terbang,
pelabuhan dan lainnya. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengetahui
cadangan dari Batuan andesit berdasarkan nilai resistivitasnya adalah konfigurasi
Dipole – dipole pada metode geolistrik. Penelitian ini menggunakan 7 lintasan
pengukuran. Metode inversi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
software Res2DinV dan Rockworks. Pengolahan menggunakan software
Res2DinV dan Rockworks akan menghasilkan masing-masing penampang 2
Dimensi dan Setelah diketahuinya keberadaan dari Batuan andesit, maka
selanjutnya dapat diindikasikan cadangan dari andesit tersebut.. (Sinaga. 2018).

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
mengetahui kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan sifat kelistrikan
batuannya. Andesit merupakan batuan beku yang mempunyai sifat kelistrikan
batuan yang kontras dengan batuan disekitarnya yang umumnya berupa batuan
sedimen, sehingga metode geolistrik cocok digunakan untuk mengidentifikasi
keberadaan andesit di bawah permukaan sekaligus memperkirakan ketebalannya
untuk menghitung potensi sumberdayanya. Konfigurasi survai geolistrik yang
digunakan yaitu konfigurasi Schlumberger 1D dimana konfigurasi ini mempunyai
keunggulan yaitu lebih akurat dalam menghitung ketebalan lapisan dangkal.
(Purwasatriya, 2013)
10

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sebaran batuan andesit di Desa


Bapangsari Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo. Pengambilan data
menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi schlumberger.
Panjang lintasan penelitian adalah 110 m dengan jarak antar elektroda 10 m.. Pada
wilayah ini diperkirakan memiliki 2 lapisan tanah atau batuan yaitu tanah penutup
dan batuan andesit. Batuan andesit dengan nilai resistivitas lebih dari 60m
tersebar merata di wilayah timur daerah penelitian pada kedalaman 10 m – 25 m.
Bedasarkan citra 3D dapat diperkiraan volume batuan andesit di lokasi penelitian
adalah 213.500 m3. (Fitriyanto, 2017)
11

Tabel 1. Kesimpulan Penelitian Bertujuan Mencari Mineral Andesit


No Penulis Metode Hasil
1 Yossafad Paulus Metode Geolistrik Berdasarkan pengolahan inversi,
Sinaga (2018) Konfigurasi Dipole nilai resistivitas dari Batuan andesit
– Dipole pada Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat adalah >500 Ω.m. Perhitungan
yang dilakukan agar didapatkan nilai
cadangan dari Batuan andesit adalah
dengan cara mengalikan volume dari
Batuan andesit yaitu sebesar 743.100
m3 dengan densitas Batuan andesit
yaitu sebesar 2,6 ton/m3 . Hasil yang
didapatkan adalah sebesar 1.932.060
ton yang kemudian diambil
perhitungan terindikasinya sebesar
70% dari perhitungan awal, yaitu
sebesar 1.352.442 ton sebagai nilai
perhitungan cadangan
terindikasinya..

2 Eko Bayu Metode Geolistrik Hasil survey geolistrik Daerah


Purwasatriya konfigurasi Kokap, Kabupaten Kulonprogo,
(2013) Schlumberger Yogyakarta ini menunjukkan bahwa
andesit di bawah permukaan terdiri
atas 2 lapisan yaitu lapisan dangkal
dan dalam.. dengan Potensi
sumberdaya andesit total dangkal
5.072.354 ton, sedangkan potensi
sumberdaya andesit dangkal saja
yaitu sebesar 3.162.566 ton. Dengan
rata-rata rentang nilai resistivitas >
400 Ω.m, volume total 1.375.029 m
12

No Penulis Metode Hasil


3 Andyono B Santoso Perhitungan Hasil penelitian dari nilai resistivitas
, Hidayatullah Sidiq Sumberdaya pada Desa Mekarsari, Kecamatan
(2017) Batuan Breksi Merak, Kabupaten Cilegon, Provinsi
Andesit Banten lebih besar dari 150 Ω.m
Berdasarkan menunjukan volume potensi
Ukuran Fragmen keseluruhan jumlah andesit
Dengan berfragmen kecil dan besar dengan
Menggunakan volume 15.600.000 m3. Sedangkan
Metode Geolistrik pada nilai resistivitas > 400 Ω.m
menunjukan volume andesit fragmen
besar dengan karakteristik batuan
yang lebih massif dengan volume
3.384.000 m3dan berat .

6 Taufik Nur Fitrianto, Pencitraan 3D Data Batuan andesit dengan nilai


Supriyadi, Teguh Geolistrik resistivitas > 600m tersebar merata
Maulana Mukromin, Resistivitas di wilayah timur daerah penelitian
Ulil Albab Taufiq konfigurasi pada kedalaman 10 m – 25 m.
(2017) shclumberger Bedasarkan citra 3D dapat
dengan Rockworks diperkiraan volume batuan andesit di
berdasarkan Hasil lokasi penelitian adalah 213.500 m3.
Inversi Res2DInv Pengambilan data menggunakan
metode geolistrik resistivitas dengan
konfigurasi schlumberger. Panjang
lintasan Desa Bapangsari
KecamatanBagelen Kabupaten
Purworejo adalah 110 m dengan
jarak antar elektroda 10 m. Data.
III. TEORI DASAR

A. Hukum Ohm
Metode Geolistrik resistivitas bekerja karena pengukuran beda potensial pada
titik-titik di permukaan bumi yang diproduksi dengan langsung mengalirkan arus
ke bawah permukaan. Hal ini bermanfaat untuk menentukan distribusi resistivitas
di bawah permukaan dan kemudian digunakan untuk interpretasi material-material
yang potensial, kita perlu meninjau ulang secara singkat konsep kelistrikan
(Burger, 1992)

Gambar 4. Rangkaian listrik sederhana (Burger, 1992).

Pada Gambar 4 mengilustrasikan sebuah rangkaian listrik dasar yang di dalamnya


terdapat baterai, kabel penghubung dan sebuah resistor. Baterai mengatur beda
potensial di antara dua titik (kutub positif dan kutub negatif). Baterai dengan
demikian berfungsi sebagai sebuah sumber gaya listrik (GGL)
14

di dalam perpindahan muatan melalui rangkaian, seperti halnya ketika memompa


air melewati saluran pipa. Kaidah yang dipakai disini adalah untuk menentukan
aliran arus sebagai perpindahan muatan positif, untuk menyempurnakan aliran air
berarti harus memindah kan muatan positif dari sebuah potensial rendah di kutub
negatif (-) menuju potensial tinggi di kutub positif (+). Gaya yang bekerja dalam
perubahan potensial membutuhkan sebuah gaya yang dinamakan gaya
elektromotif atau emf (electromotive force) yang satuannya berupa volt (V).

Perpindahan dari muatan-muatan yang melewati kabel penghubung per satuan


waktu dinamakan arus, secara matematis dapat ditulis (Burger, 1992) :
∆𝑞 𝑑𝑞
𝐼 = lim = 𝑑𝑡 (1)
∆𝑡 →0 ∆𝑡

Atau
𝑞
𝐼= (2)
𝑡

Dimana (I) adalah arus dalam satuam ampere, (q) adalah muatan dalam satuan
coulomb dan (t) adalah waktu dalam detik. Konsep lain yang sangat penting di
dalam survei geolistrik resistivitas adalah rapat arus 𝐽. Rapat arus didefinisikan
sebagai arus yang melewati suatu penampang lintang per satuan luas, secara
matematis ditulis :
𝑖
𝐽=𝑎 (3)

Jelas bahwa kuantitas arus yang sama dan melewati luas penampang lintang yang
berbeda akan menghasilkan rapat arus yang berbeda. George Simon Ohm adalah
fisikawan Jerman yang pertama kali memperkenalkan hubungan antara kuat arus,
tegangan dan hambatan listrik melalui hukumnya yang mengatakan bahwa arus (i)
adalah berbanding lurus terhadap tegangan (V) dan berbanding terbalik terhadap
hambatan (R).
𝑉
𝐼= (4)
𝑅

Pada dasarnya material penyusun benda bervariasi, sehingga masing masing


benda memiliki variasi daya hambat listrik. Variasi hambatan dapat diketahui
melalui pengukuran secara langsung terhadap arus dan tegangan Pendekatan lain
bahwa hambatan bukan hanya dipengaruhi oleh jenis materialnya, tetapi juga
dipengaruhi oleh dimensinya (Burger, 1992).
15

Gambar 5. Dua buah resistor dengan panjang dan area penampang


lintang yang berbeda (Burger, 1992).

Gambar 5 menunjukkan dua buah resistor dengan panjang yang berbeda dan
penampang lintang area yang berbeda pula. Jika diibaratkan bahwa dua resistor
tersebut disusun oleh material yang sama, ternyata dengan tidak sengaja mereka
mempunyai nilai hambatan yang berbeda dalam menghantarkan arus. Mengingat
bahwa arus adalah perpindahan muatan per satuan waktu, maka aliran arus bias
dianalogikan sebagai aliran air. Bayangkan bahwa sebuah pipa terbuka di salah
satu bagiannya diberikan kerikil. Pompa air akan membersihkan tekanan yang
berbeda di dalam pipa terbuka tersebut, dan menyebabkan aliran air yang berbeda
pula. Kerikil menyebabkan sebuah hambatan pada aliran air menuju keluaran
pipa. Jika membuat aliran pada pipa yang sama, tetapi memperbanyak isi kerikil
pada pipanya, hambatan akan meningkat dan rata-rata aliran airnya akan
berkurang. Jika meningkatkan diameter, hambatan akan berkurang dan air akan
banyak keluar.
Sifat ini meyakinkan bahwa hambatan dari resistor sebagaimana yang
diilustrasikan pada Gambar 6 bergantung pada panjang kolom pipa dan juga
material dasar yang menyusunnya, yang dinamakan resistivitas dan dinotasikan
dalam , sehingga secara matematis dapat ditulis :
𝐿
𝑅 = 𝜌𝐴 (5)

Atau
𝐴
𝜌=𝑅𝐿 (6)

Satuan dari resistivitas adalah hambatan dikalikan panjang yang dinotasikan


dalam ohm.meter. Resistivitas merupakan kebalikan dari konduktivitas, begitu
juga sebaliknya.
16

B. Sifat Kelistrikan Bumi

1. Arus Tunggal di Permukaan


Metode pendekatan yang paling sederhana dalam mempelajari secara teoritis
tentang aliran arus listrik di dalam bumi adalah dianggap homogen dan
isotropis (Telford, dkk, 1990). Jika sebuah elektroda tunggal yang dialiri arus
listrik diinjeksikan pada permukaan bumi yang homogen isotropis, maka akan
terjadi aliran arus menyebar dalam tanah secara radial dan apabila udara di
atasnya memiliki konduktivitas nol, maka garis potensialnya akan berbentuk
setengah bola, dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sumber arus berupa titik pada permukaan bumi homogen


(Telford, dkk, 1990).

Aliran arus yang keluar dari titik sumber membentuk medan potensial dengan
kontur equipotential berbentuk permukaan setengah bola di bawah
permukaan. Dalam hal ini, arus mengalir melalui permukaan setengah bola
maka arus yang mengalir melewati permukaan tersebut adalah :
𝑑𝑣
𝐼 = 2𝜋𝑟 2 𝐽 = −2𝜋𝑟 2 𝜎 𝑑𝑟 = −2𝜋𝜎𝐴 (7)

Dimana :
𝑑𝑣
𝐽 = −𝜎 𝑑𝑟 (8)

Untuk konstanta integrasi A dalam setengah bola, yaitu:


𝑙𝑝
𝐴= 2𝜋
(9)
17

Sehingga diperoleh:
𝐴 𝑙𝑝
𝑉= − ( ) (10)
𝑟 2𝜋

Dimana :
∆𝑉 = Beda potensial
𝐼 = Kuat arus yang dilalui oleh bahan (Ampere)
Maka nilai resistivitas listrik yang diberikan oleh medium :
𝑉
𝜌 = 2𝜋𝑟 𝐼 (11)

Persamaan ini merupakan persamaan equipotential permukaan setengah bola


yang tertanam di bawah permukaan tanah (Telford, 1990).

2. Dua Titik Arus di Permukaan


Saat memasukkan dua arus pada elektroda seperti pada Gambar 7, potensial
yang dekat pada titik permukaan akan dipengaruhi oleh kedua arus elektroda
tersebut

Gambar 7. Sumber arus 2 titik permukaan homogen isotropis


(Telford, dkk, 1990)

Potensial yang disebabkan C1 pada P1:


𝐴1 𝑙𝑝
𝑉1 = − dimana 𝐴1 = − (12)
𝑟1 𝜋2
𝐴1 𝑙𝑝
𝑉2 = − dimana 𝐴2 = − 𝜋2 = −𝐴1 (13)
𝑟2

Karena arus pada dua elektroda sama dan berlawanan arah, sehingga
diperoleh :
𝑙𝑝 1 1
𝑉1 + 𝑉2 = (𝑟 − 𝑟 ) (14)
2𝜋 1 2

Setelah diketahui potensial elektroda yang kedua pada P2 sehingga dapat


18

mengukur perbedaan potensial antara P1 dan P2 maka akan terjadi


𝑙𝑝 1 1 1 1
∆𝑉 = [( − ) − ( − )] (15)
2𝜋 𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4

Dimana :
∆𝑉 : beda potensial
𝐼 : arus (A)
𝜌 : resistivitas (Ωm)
𝑟1 : jarak C1 ke P1 (m)
𝑟2 : jarak C2 ke P1 (m)
𝑟3 : jarak C1 ke P2 (m)
𝑟4 : jarak C2 ke P2 (m)
Hubungan yang tersusun pada empat elektroda yang menyebar secara normal
digunakan dalam resistivitas medan gaya. Pada konfigurasi ini garis aliran
arus dan bidang equipotential yang berubah bentuk disebabkan oleh dekatnya
elektroda arus yang kedua C2. Ditunjukkan pada gambar 8 dengan garis arus
orthogonal. Perubahan bentuk dari equipotential terbukti dalam wilayah
diantara arus elektroda.

Gambar 8. Perubahan bentuk pada bidang equipotential dan garis aliran


arus untuk dua titik sumber arus pada permukaan tanah
homogen (Telford, dkk, 1990)
19

C. Sifat Kelistrikan Batuan


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besaran resistivitas. Faktor- faktor
tersebut adalah jenis batuan, matriks batuan, mineral lempung, porositas dan
permeabilitas, salinitas, dan temperatur. Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai
berikut (Chandra, 2011)

1. Resistivitas Batuan
Resistivitas adalah karakteristik batuan yang menunjukkan kemampuan
batuan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik dalam
batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : konduksi
secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik
(Milsom, 2003). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besaran
resistivitas. Faktor-faktor tersebut adalah jenis batuan, matriks batuan,
mineral lempung, porositas dan permeabilitas, salinitas, dan temperatur.
Adapun penjelasan lebih lanjut adalah :

a. Jenis batuan
Tiap batuan memiliki interval besaran resistivitas. Namun, suatu interval
resistivitas batuan tertentu terkadang sebagian sama dengan interval
batuan yang lainnya. Oleh karena itu, nilai resistivitas batuan harus
dikorelasikan dengan data pendukung lainnya. Hal ini dapat berupa data
geologi & bor untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat (Chandra,
2011).

b. Matriks batuan
Matriks merupakan butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan
terletak diantara batuan-batuan asli yang dapat terendapkan bersamaan
bersama fragmen. Matriks dapat berupa pecahan batuan, mineral atau
fosil (Engler, 2012).
20

c. Mineral lempung
Iklim di Indonesia merupakan faktor alamiah yang sangat
memperngaruhi kondisi batuan, Dalam suatu proses pelapukan, semua
material (batuan, logam, dan sebagainya) akan diubah menjadi lempung
(Chandra, 2011).

d. Porositas dan permeabilitas


Porositas merupakan presentase dari volume fluida dalam pori dengan
volume total batuan. Hubungan anatara resistivitas dengan porositas
batuan yang tidak mengandung lempung dapat dilihat pada Persamaan
(1) (Telford, dkk, 1990). Permeabilitas merupakan kemampuan batuan
untuk meneruskan fluida dan ion-ion. Bila porositas dan permeabilitas
fluida dapat dikaitkan untuk memberikan jenis batuan atau tanah, maka
hal tersebut beralasan pula untuk mengharapkan bahwa adanya
hubungan antara permeabilitas batuan dan resistivitas (Telford, dkk,
1990).

e. Salinitas air pada batuan


Salinitas air dipengaruhi oleh ion-ion yang terkandung dalam air asin
pada batuan. Air asin ini memiliki sifat mudah menghantarkan elektron-
elektron bebas melalui media tersebut sehingga air asin memberikan
respon yang lebih rendah terhadap nilai resistivitas. Tingginya sailititas
pada daerah eksplorasi dapat disebabkan oleh adanya instrusi air laut
(Hersir, dan Arnason, 2010).

f. Temperatur
Pengaruh temperatur pada suatu batuan yang meningkat akan
menurunkan nilai resistivitas batuan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
pergerakan ion-ion yang akan semakin menurun jika viskositas
menurun. Namun, hal tersebut berlaku untuk temperatur 0-200˚C.
Sedangkan pada temperatur diatas 300˚C akan meningkatkan nilai
resistivitas seperti pada Gambar 9 (Hersir, dan Árnason, 2010).
21

Gambar 9. Hubungan antara temperatur dan resistivitas (Hersir,


danArnason, 2010).

2. Konduktivitas Batuan
Sifat konduktivitas listrik tanah dan batuan pada permukaan bumi sangat
dipengaruhi oleh jumlah air, kadar garam atau salinitas air, serta bagaimana
cara air didistribusikan dalam tanah dan batuan tersebut. Konduktivitas
listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air,
yakni elektrolit (larutan garam yang terkandung dalam air yang terisi dari
anion dan kation yang bergerak bebas dalam air). Adanya medan listrik
eksternal menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat menuju
kutub negatif sedangkan anion menuju kutub positif. Tentu saja, batuan
berpori ataupun tanah yang terisi air, nilai resistivitas listriknya berkurang
dan bertambahnya kandungan air. Begitupula sebaliknya, nilai resistivitas
listriknya akan bertambah dengan berkurangnya kandungan air (Telford,
dkk, 1990).

a. Konduksi Secara Elektronik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak
elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral
22

oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran ini juga dipengaruhi oleh


sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah
satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan
jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan untuk menghantarkan arus
listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit
bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitupula sebaliknya.
Resistivitas mempunyai pengertian berbeda pula dengan resistansi
(hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi
juga tergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut.
Sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri (Lowrie,
2007).

b. Konduksi Secara Elektrolitik


Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki
resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan
biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida,
terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor
elektrolitik, dimana konduksi arus listrik dibawa oleh ion- ion
elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus
bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan
semakin besar jika kandugan air dalam batuan bertambah banyak, dan
sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam
batuan berkurang ( Lowrie, 2007)

c. Konduksi Secara Dielektrik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap
aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai
elektron bebas sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Elektron dalam
batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya
pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi polarisasi (Lowrie,
2007).
23

3. Nilai Resistivitas Batuan


Resistivitas merupakan suatu parameter yang bergantung pada sifat-sifat
material penghantar. Selain itu, resistivitas merupakan kemampuan pada
suatu bahan untuk menghambat arus listrik. Resistivitas batuan adalah daya
hambat dari batuan terhadap aliran listrik. ( Telford dkk, 1990).

Tabel 2. Nilai resistivitas batuan (Telford dkk, 1990)


Material Resistivitas (Ωm)
Air laut (Sea water) 0.2
Air tanah (Groundwater) 0.5 – 300
Aluvium (Alluvium) 10 – 800
Andesit (Andesite) 1.7x102 – 45x104
Basal (Basalt) 200 – 100000
Batupasir (Sandstone) 10 – 8000
Breksi (Breccia) 75 – 200
Gamping (Limestone) 50 – 1000
Granit (Granite) 200 – 100000
Kalsit (Calcite) 1x1012 – 1x103
Kerikil (Gravel) 100 – 600
Konglomerat (Conglomerate) 2x103 - 104
Kuarsa (Quartz) 500 – 800000
Lava 100 – 5x104
Lempung (Clay) 1 – 100
Napal (Marl) 3 – 70
Pasir (Sand) 1 – 1000
Pirit (Pyrite) 0.01 – 100
Serpih (Shale) 20 – 2000
Tufa (Tuff) 20 – 100

D. Metode Geolistrik
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu dari metode geolistrik yang
mempelajari tentang sifat resistivitas lapisan tanah yang ada dalam bumi. Pada
metode geolistrik resistivitas, arus listrik diinjeksikan ke dalam permukaan bumi
24

melalui dua buah elektroda arus. Kemudian pengukuran beda potensial dilakukan
melalui dua buah elektroda potensial (Reynolds, 1997).
Metode geolistrik juga merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
sifat aliran listrik di dalam bumi dengan cara mendeteksinya di permukaan bumi.
Pendeteksian ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik
yang terjadi baik itu oleh injeksi arus maupun secara alamiah. Secara umum,
pendekatan sederhana pembahasan gejala kelistrikan bumi adalah dengan
menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan
tersebut medan listrik dari sumber titik di dalam bumi merupakan simetri bola.
Prinsip metode geolistrik adalah dengan menginjeksi arus melalui elektroda arus
yang dibenamkan di dalam bumi. Elektroda ini dihubungkan dengan elektroda
arus lainnya yang berada di permukaan tetapi berjarak cukup jauh, sehingga
pengaruhnya dapat diabaikan. elektroda arus C(x,z) dapat dipandang sebagai titik
sumber yang memancarkan arus listrik kesegala arah dalam medium bumi dengan
tahanan jenis ρ (Rasimeng, 2007). Berdasarkan data tersebut kemudian
dilakukan perhitungan inversi sehingga diperoleh variasi nilai resistivitas dari
suatu sistem pelapisan tanah yang berasosiasi dengan struktur geologi di bawah
permukaan (Djoko, 2002).

Di dalam metode geolistrik resistivitas ini terdapat 2 macam metode dalam


pengambilan datanya, yaitu metode geolistrik resistivitas mapping dan metode
geolistrik resistivitas sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode
resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas lapisan tanah
bawah permukaan secara horizontal, oleh karena itu pada metode ini digunakan
jarak spasi elektroda yang tetap untuk semua titik sounding di permukaan bumi.
Sedangkan metode geolistrik resistivitas sounding bertujuan untuk mempelajari
variasi resistivitas lapisan batuan di dalam permukaan bumi secara vertikal. Pada
metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan
mengubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda dilakukan dari jarak
elektroda kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding
dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Penggunaan metode geolistrik
pertama kali digunakan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik
25

merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan resistivitas


lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik
DC (Dirrect Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi
arus listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke
dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan
listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur
dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui dua buah elektroda
tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek daripada jarak elektroda AB. Bila
posisi jarak elektroda A B diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang
terjadi pada elektroda M N ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan
yang ikut terinjeksi pada kedalaman yang lebih besar (Smith, dan Silver, 1991).
Kedalaman lapisan batuan yang biasa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan
separuh jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC
murni), maka diperkirakan dari injeksi ini berbentuk setengah bola dengan jari-
jari AB/2. Umumnya metode geolistrik yang sering menggunakan 4 buah
elektroda yang terletak dalam satu gari lurus serta simetris terhadap titik tengah,
yaitu 2 buah elektroda arus (AB) dibagian luar dan 2 buah elektroda tegangan
(MN) dibagian dalam. Gambar 10 merupakan ilustrasi garis equipotential yang
terjadi akibat injeksi arus ditunjukkan pada dua titik arus yang berlawanan di
permukaan bumi.

Gambar 10. Pola Aliran arus dan bidang equipotential antara dua elektroda
Arus dengan polaritas berlawanan (Bahri, 2005).
26

Sebaran arus pada permukaan akibat arus listrik yang dikirim ke bawah
permukaan. Garis tengah menunjukkan arus yang dikirim mengalami respon oleh
suatu lapisan yang homogen. Sedangkan arus putus-putus menunjukkan arus
normal dengan nilai yang sama. Garis-garis tersebut disebut dengan garis
equipotential. Dimana medan listrik titik sumber di dalam bumi dianggap
memiliki simetri bola (Bahri, 2005). Ada beberapa hal yang mendasari konsep
metode geolistrik resistivitas yaitu :

1. Resistivitas Semu
Metode geolistrik tahanan jenis didasarkan pada anggapan bahwa bumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis yang
terukur merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada
spasi elektroda. Namun pada kenyataannya bumi tersusun atas lapisan lapisan
dengan resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Karenanya, harga
resistivitas yang dikukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk satu
lapisan saja. Resistivitas yang terukur sebenarnya adalah resistivitas semu
(𝜌𝑎 ) (Reynold, 2005). Berdasarkan Persamaan (16) besar resistivitas semu
dapat dinyatakan dalam bentuk:
1 1 1 1 −1 ∆𝑉
𝜌 = 2𝜋 [(𝑟 − 𝑟 ) − (𝑟 − 𝑟 )] (16)
1 2 1 2 𝐼
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 (17)
𝐼
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (18)
[( − )−( − )]
𝑟1 𝑟2 𝑟1 𝑟2

Dimana 5 adalah faktor geometri yaitu besaran koreksi letak kedua elektroda
potensial terhadap letak kedua elektroda arus. Dengan mengukur ∆𝑉 dan I
maka dapat ditentukan harga resistivitas (Reynolds, 2005). Beberapa hal yang
mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah sebagai berikut (Hurun, 2016):

a) Ukuran butir penyusun batuan, semakin kecil besar butir maka


kelulusan arus akan semakin baik, sehingga mereduksi nilai tahanan
jenis
27

b) Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan


mineral clay akan mengakibatkan menurunnya nilai resistivitas
c) Kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang
mereduksi nilai tahanan jenis
d) Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan
meningkatnya kandungan ion dalam air sehingga berfungsi sebagai
konduktor
e) Kepadatan, semakin padat batuan akan meningkatkan nilai
resistivitas.

2. Konfigurasi Metode Geolistrik


Metode geolistrik resistivitas didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian dari
arus listrik yang diberikan pada lapisan tanah, menjalar ke dalam tanah pada
kedalaman tertentu dan bertambah besar dengan bertambahnya jarak antar
elektroda. Dalam pengukuran geolistrik resistivitas jika sepasang elektroda
diperbesar, distribusi potensial pada permukaan bumi akan semakin
membesar dengan nilai resistivitas yang bervariasi (Loke, 2000). Metode ini
lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang
memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 300 meter. Oleh
karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih
banyak digunakan dalam bidang teknik geologi seperti penentuan kedalaman
batuan dasar, pencarian air tanah, juga digunakan dalam eksplorasi
geothermal. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial dan
elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis konfigurasi resistivitas
tahanan jenis, antara lain (Stummer, 2003).
a. Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering
digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasi sama
panjang, r1 = r4 = a dan r2 = r3 = 2a .Jarak antara elektroda arus adalah
tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik sounding
adalah a/2, maka jarak masing elektroda arus dengan titik sounding
adalah 3a/2.
28

konfigurasi ini memiliki kedalaman semu sebesar 1/3 dari bentangan


ABTarget kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a/2.
Dalam akusisi data lapangan susunan elektroda arus dan potensial
diletakkan simetri dengan titik sounding. Pada konfigurasi Wenner jarak
antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah sama. Seperti yang
tertera pada gambar 11.

Gambar 11. Susunan elektroda pada konfigurasi Wenner (Loke, 2004)

Dari gambar diatas terlihat bahwa jarak AM =NB = a dan jarak AN= MB
= 2a dengan menggunakan persamaan (19) diperoleh faktor geometri
untuk Konfigurasi Wenner sebagai berikut :
𝐾 = 2𝜋𝑎 (19)
𝜌 = 𝐾∙𝑅 (20)

b. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi Schlumberger merupakan salah satu konfigurasi atau tatanan
dari elektroda metode geolistrik, yang mana susunannya C-P & P-C di
mana jarak elektroda P dengan P cenderung tetap. Sedangkan jarak
antara elektroda P dan C diubah sesuai spasi yang telah ditentukan
konfigurasi ini memiliki kedalaman semu sebesar 1/5 dari bentangan AB
(Stummer, 2003).
𝑙2 −𝑙2
𝐾 = 𝜋[ ] (21)
2𝑙

Gambar 12. Susunan elektroda pada konfigurasi Schlumberger


(Loke, 2000).
29

c. Konfigurasi Dipole-dipole
Konfigurasi dipole-dipole merupakan gabungan dari teknik profiling dan
depth sounding, sehingga jenis konfigurasi ini merupakan salah satu
konfigurasi yang umumnya digunakan dalam eksplorasi geofisika.
Konfigurasi dipole-dipole menempatkan jarak elektroda arus C1C2 sama
dengan jarak elektroda potensial P1P2, yang diperlihatkan pada gambar
5. Penempatan elektroda P1P2 berjarak a dari pasangan elektroda C1C2
dengan nilai faktor n = 1,2,3. Nilai K diturunkan ke persamaan (22),
dengan nilai n = 1,2,3,4,…,n. Konfigurasi ini memiliki kedalaman semu
sebesar MN(n+1)/2 (Suyanto, 2013)

𝐾 = 𝜋𝑛(𝑛 + 1)(𝑛 + 2)𝑎 (22)

Gambar 13. Konfigurasi elektroda dipole-dipole dengan jarak elektroda


C1C2 sama dengan P1P2 sebesar 10 meter dan jarak
elektroda C1C2 dari P1P2 sebesar 10 meter dikalikan
dengan nilai n.
(Suyanto, 2013)

E. Pemodelan 2D dan 3D
Penampang 2D merupakan penampang untuk menggambarkan hasil survei secara
2D dengan metode conturing pseudosection. Pseudosection memberikan
gambaran tentang distribusi nilai-nilai hasil pengukuran di lapangan yang dapat
berupa resistivitas, percent frequency effect ataupun metal factor di bawah
permukaan bumi. Dalam hal ini posisi plotting point adalah titik tengah horizontal
ditempatkan di tengah-tengah dalam susunan elektroda pengukuran, sedangkan
titik lateral ditempatkan pada jarak yang proporsional di tengah-tengah dalam
susunan elektroda pengukuran (antara elektroda C1-PI) pada arah vertikal ke
30

bawah. Pseudosection dapat dibuat secara manual pada saat pengambilan data di
lapangan dengan cara memplotkan nilai resistivitas semu yang terukur, kemudian
dilakukan pengkonturan.

Hal ini berfungsi sebagai gambaran awal hasil pengukuran dan pengontrol
kualitas data hasil pengukuran di lapangan yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai paduan interpretasi kuantitatif lebih lanjut. Pseudosection dihasilkan dari
proses pemodelan forwad maupun inversi, sehingga diperoleh nilai resistivitas
yang sudah terkoreksi (topographic effect). Proses ini merupakan pendekatan
terhadap nilai resistivitas yang sebenarnya. Kesalahan yang biasa dilakukan
adalah mencoba menggunakan pseudosection resistivitas semu maupun sebagai
gambaran akhir untuk tahap interpretasi. Hasil survei merupakan distribusi nilai
resistivitas material bawah permukaan bumi yang disebut resistivity
pseudosection atau inverse model resistivity section.

Model yang diperoleh melalui proses inversi akan selalu memiliki nilai Residual
Error atau Root Mean Squared Error (RMSE). Iterasi dapat dilakukan beberapa
kali untuk menurunkan nilai error yang ada. Iterasi merupakan proses perhitungan
ulang dari data yang dimasukkan dalam fungsi matematis yang sama secara
berulang-ulang untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Nilai RMSE berperan
untuk memperlihatkan tingkat perbedaan dari pengukuran nilai resistivitas
material terhadap nilai resisitivitas material yang sebenarnya. Semakin besar nilai
RMSE maka model yang diperoleh dari proses inversi akan semakin halus. Besar
kecilnya nilai RMSE dipengaruhi oleh bentuk dan struktur bumi tempat elektroda
dibentang, misalnya adanya keberadaan gua di dalam tanah atau banyak akar
pepohonan yang berada tepat di bawah bentangan (Loke, 2004).

Proses inversi adalah suatu proses pengolahan data lapangan yang melibatkan
teknik penyelesaian matematika dan statistik untuk mendapatkan informasi yang
berguna mengenai distribusi sifat fisis objek di bawah permukaan(Supriyanto,
2007).
31

Pada metode inversi geofisika, model yang dicari berupa representasi matematika
bagian dari bumi yang memberi respons yang sesuai dengan hasil pengukuran
yang kemudian model tersebut didiskritisasi. Diskritasi model dapat dilakukan
dengan tiga cara. Pertama, membagi model menjadi blok-blok kecil yang lebarnya
sama dengan jarak terkecil antara elektroda. Selanjutnya, membagi model menjadi
blok-blok yang pada beberapa lapisan pertamanya dibagi dua secara vertikal
maupun horisontal dari cara yang pertama. Dan tahap ketiga, blok-blok yang pada
beberapa lapisan pertamanya hanya dibagi dua secara horizontal saja. Hal ini
disebabkan resolusi metode resistivitas berkurang dengan bertambahnya
kedalaman, maka lebih efektif jika blok yang dibagi dua hanya lapisan pertama
dan kedua saja (Loke, 1999).

Setiap titik pada diskritasi model tersebut kemudian diberikan suatu parameter
berupa nilai resistivitas yang nilainya sama dengan yang diinginkan oleh
penginversi juga hasil pengukuran. Sedangkan respon model merupakan data
sintetik yang dihitung dengan hubungan secara matematika berdasarkan pada
model yang dengan parameter yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai