Anda di halaman 1dari 10

10

BAB III
PEMBAHASAN
A. Peta Maninjau

B. Sejarah Maninjau
Maninjau adalah sebuah kaldera runtuhan, yang terbentuk oleh letusan
besar, menghamburkan 220-250 km3 material piroklastika, dan tersebar hingga
lebih dari 75 km jauhnya dari pusat letusan. Pengamatan lapangan dan kajian
data stratigrafi, sedimentologi dan geokronologi terhadap produk erupsi
kaldera ini dapat memberikan pemahaman akan mekanisme erupsinya. Dua
satuan batuan baru telah teridentifikasi, yaitu Formasi Maninjau, terdiri atas
sekuen aliran dan seruakan piroklastika (pyroclastic surge) yang merupakan
satuan ignimbrit berkaitan dengan pembentukan kaldera Maninjau, dan
Formasi Malalak yang sebagian besar tersusun oleh satuan jatuhan
piroklastika bersusunan andesit yang berasal dari komplek gunung api, yaitu
Gunung Singgalang - Tandikat, dan menutupi satuan ignimbrit Maninjau.
Hasil rekonstruksi sekuen erupsi dapat disimpulkan bahwa erupsi ignimbrit

10
Maninjau diawali dengan letusan-letusan yang berkaitan dengan pembukaan
kepundan,
kemudian berangsur makin besar dan merusak, hingga terbentuknya kaldera
runtuhan (Agung, 2007).
Menurut (Pribadi, 2007), Kaldera Maninjau terbentuk melalui proses
seperti berikut:
1. Kaldera Maninjau berasal dari sebuah gunung api strato komposit yang
berkembang di zona tektonik sistem Sesar Besar Sumatera.
2. Erupsi Kaldera Maninjau diawali dengan proses pembongkaran sumbat
kepundan (kubah lava), dan erupsi tersebut ditafsirkan memiliki kolom
erupsi yang tidak terlalu tinggi.
3. Erupsi ini berlanjut dan disertai dengan runtuhan kolom erupsi meluncur
melalui lereng bagian atas gunung api ini, dan membentuk arus turbulen,
proses ini menghasilkan endapan base-surge, yang kemudian disusul
oleh pengendapan satuan ignimbrit, yang merupakan salah satu ciri khas
dari sebuah letusan kaldera.
4. Letusan paroksismal terjadi dengan memuntahkan material magma
dalam jumlah besar, disertai dengan pembentukan kaldera runtuhan, yang
dipicu oleh defisit massa batuan akibat keluarnya magma ke permukaan
bumi secara cepat. Pada tahap ini ciri endapan letusan yang khas adalah
kaya akan fragmen litik, yang berasal dari proses perusakan bagian
kawah gunung api tersebut yang berkaitan dengan letusan paroksismal.
5. Erupsi masih berlangsung dengan intensitas yang mulai menurun, dan
sistem kepundan telah terbuka serta berlanjut dengan proses pencapaian
kesetimbangan secara berangsur.
C. Penjelasan Isi Peta
Menurut (Agung, 2007) pada peta maninjau memiliki beberapa formasi
batuan, yaitu sebagai berikut :
1. Qpt
Tuff batuan andesit basalt, yaitu Tuff batu apung umumnya terdiri dari
serabut-serabut gelas dan 5 hingga 80% fragmen-fragmen batuapung putih
(hampir tidak mengandung mineral-mineral mafik), berukuran garis
tengah 1 hingga 20 cm, agak kompak. Setempat terdapat lapisan-lapisan
11
pasir yang kaya akan kuarsa, juga lapisan-lapisan kerikil yang terdiri dari
komponen kuarsa, batuan gunung api dan batu gamping Setempat
bongkah-bongkah obsidian dan 'pitchstone' berwarna kelabu kemerahan
sampai kecoklatan baik yang masih segar maupun yang sudah lapuk.
Endapan tuff ini mungkin berasal dari erupsi terakhir kaldera Maninjau
atau erupsi celah yang hubungannya dengan Jalur Sesar Besar Sumatera.
Hubungan di lapangan menunjukkan bahwa Qhpt terletak di atas Qpt
(Westerveld, 1953).
2. Qal
Aluvium, yaitu Lanau, pasir dan kerikil umumnya terdapat di dataran
pantai, termasuk endapan rawa di sebelah utara Tiku, sebelah Barat Daya
Lubuk Alung dan sebelah timur Padang, setempat kadang-kadang terdapat
sisa-sisa batu- apung tuf (Qhpt atau Qpt).
3. Cl
Batuan Karbonat Karbon, yaitu Dengan ciri khas membentuk
punggungan-punggungan tajam (di Timur Laut Bukit tinggi), berwarna
putih sampai ke- abu-abuan pada singkapan yang segar dan kelabu gelap
atau kotor pada yang lapuk, besar butir pada umumnya berkisar antara 0,5
hingga 5,0 mm, setempat mungkin lebih besar. Umumnya pejal dan
berongga, satu atau lebih kumpulan kekar-kekar mungkin terdapat, tetapi
adanya perlapisan yang pasti, jarang Batu gamping yang terletak 7 km
sebelah utara Danau Singkarak (tempat penemuan fosil K78) mengandung
Schwagerina sp. yang dideterminasikan oleh Darwin Kadar dari Direktorat
Geologi pada 8 Desember 1972 dan menunjukkan umur Perem.
4. Qast
Andesit dari Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat, yaitu Hasil-
hasil dari Singgalang dan Tandikat diangap pertengahan dalam umur
antara Qama dan Qamj, karena Tandikat tercatat erupsinya pada masa
sejarah, tetapi sekarang tidak menunjukkan kegiatan fumarola; bukti
lapangan tidak didapat.

12
5. Qama
Andesit dari Gunung Merapi, yaitu Hasil-hasil Gunung Marapi
dianggap yang termuda, karena gunung Marapi mempunyai kegiatan pada
masa sejarah dan mempunyai fumarola-fumarola yang giat, juga tuff lapili
Marapi menutupi tuff (Qpt) sebelah utara Baso, ini menunjukkan bahwa
setidaknya beberapa hasil gunung api Marapi adalah lebih muda
daripada tuff batu apung.
6. Tmgr
Ultra Basa, yaitu Batu hijau (serpentine), Diabas-Basal. Serpentine
berhubungan dengan sesar. Di Koto tinggi terdapat serpentine geseran, di
sebelah Barat Laut Koto tinggi, di Sungai Balit didapatkan batu hijau
geseran lemah yang mengandung epidot, klorit dan sedikit plagioklas
soda, satu kilometer sebelah Selatan Padang Kubu didapatkan breksi
dengan komponen-komponen batu hijau pada massa dasar serpentine.
7. Tls
Batu Gamping Miosen, yaitu Berwarna kelabu muda, berongga dan
terkekar, menunjukkan perlapisan semu, bagian terbawah batuan yang
tersingkap dari satuan ini adalah napal yang berwarna putih sampai
kekuningan. Tersingkap di Sungai Sinamar di bagian Timur Laut daerah
yang dipetakan. Singkapan paling timur adalah batugamping terumbu
menunjukkan perlapisan semu, bagian terbawah.
8. Ps
Batuan Malihan Perem, yaitu Filit, batu sabak, dan hornfels. Filit,
kelabu kebiruan sampai biru tua. Batu sabak, kelabu kebiruan-biru muda
dan coklat. Satuan ini diterobos oleh intrusi granit kapur.
9. Kub
Ultra Basa, yaitu Batu hijau (serpentine), Serpentine berhubungan
dengan sesar. Di Koto tinggi terdapat serpentine geseran, di sebelah barat
laut Koto tinggi, di Sungai Balit didapatkan batuhijau geseran lemah yang
mengandung epidot, klorit dan sedikit plagioklas soda; satu kilo- meter
13
sebelah selatan Padangkubu didapatkan breksi dengan komponen-
komponen batuhijau pada massa dasar serpentine.

14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta
dan pengguna peta, sehingga peta dituntut untuk dapat menyajikan fungsi dan
informasi dari obyek yang digambarkan secara optimal. Ilmu yang
mempelajari tentang masalah perpetaan meliputi pembuatan sampai
reproduksi, pembacaan, penggunaan, penafsiran dan analisis peta adalah
kartografi. Seorang yang ahli di dalam bidang perpetaan, mulai dari membuat
peta sampai reproduksi dan analisis peta disebut sebagai kartografer
(Muhammad, 2020).
Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data
ilmiah yang terdapat diatas permukaan bumi dengan cara menggambarkan
berbagai tanda tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan
dimengerti (Sendow, 2012). Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka
bumi baik yang terletak diatas maupun di bawah permukaan dan disajikan
pada bidang datar pada skala dan proyeksi tertentu (Husein, 2007).
Pemetaan adalah ilmu yang mempelajari kenampakan muka bumi yang
menggunakan suatu alat dan menghasilkan informasi yang akurat. Dengan
kata lain, pemetaan dan ilmu geografi itu sama karena sama-sama membahas
sesuatu yang berada di dalam atau di atas bumi selama hal tersebut
mempengaruhi permukaan bumi (Wiwik, 2016).
Peta geologi adalah peta yang menggambarkan badan batuan, sebarannya,
letaknya, unsur-unsur dan struktur geologinya, serta hubungan antar satuan
batuan berdasarkan peta topografi, serta merangkum berbagai data lainnya
(Suroyo, 2019).
Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang menelusuri bentuk umum
permukaan bumi, khususnya mempelajari klasifikasi, penetuan, pembentukan
dan perkembangan bentuk-lahan sekarang serta hubungannya terhadap
struktur dan perubahan sejarah yang yang ditunjukkan oleh kenampakan

1
permukaan bumi tersebut. Istilah khusus diterapkan pada penafsiran genetik
bentuk-lahan,

2
yang di tujukan terhadap bentuk-lahan akibat erosi dan pengendapan
(barmana, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peta geologi?
2. Bagaimana metode orientasi lapangan pada pemetaan geologi?
3. Apa saja jenis-jenis peta geologi?
C. Tujuan dan Manfaat Praktikum
1. Mengetahui apa itu peta geologi
2. Mengetahui bagaimana struktur patahan berdasarkan pola kontur
perbukitan yang bergeser
3. Mengetahui jenis-jenis peta geologi
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Laptop
2. Bahan
a. Aplikasi corel draw7
b. Peta lembar Padang
c. Peta Maninjau

Anda mungkin juga menyukai