Anda di halaman 1dari 7

A.

JUDUL
IDENTIFIKASI MATERIAL DAN PROSES

B. TUJUAN (minimal 3)

1. Mahasiswa mampu mengenali dan memahami cara membuat peta batuan dan formasi
batuan

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi formasi, jenis batuan, dan struktur yang ada pada
peta yang dibuat.

3. Mahasiswa dapat menganalisis formasi, jenis batuan, dan struktur yang ada pada
peta.
C. LANGKAH KERJA (minimal 10)

1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum.
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan asisten praktikum terkait materi praktikum.
3. Mahasiswa…
4. Mahasiswa…
5. Mahasiswa…
6. Mahasiswa…
7. Mahasiswa…
8. Mahasiswa…
9. Mahasiswa…
10. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum tepat waktu.
D. PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan (Peta Geomorfologi)

2. Analisis (Minimal 2 halaman folio)

- Identifikasi formasi batuan pada wilayah kajian


Aluvial
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantailitoginya terdiri
dari lempung, lanau, pasir dan campuran dengan ketebalan mencapai 50 m atau lebih.
Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1-3
m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir. Merupakan endapan
aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantailitoginya terdiri dari lempung, lanau,
pasir dan campuran dengan ketebalan mencapai 50 m atau lebih. Endapan sungai dan
danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1-3 m. Bongkah tersusun
andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir. Andesit adalah jenis batuan beku ekstrusif
yang terbentuk dari magma berwarna abu-abu kehitaman dengan kandungan silika
sebesar 57,5%. Batu lempung adalah jenis tanah yang berasal dari material aluvial yang
terdiri dari partikel lanau/lempung. Batu pasir adalah material yang berasal dari pasir
aluvial. Semua material tersebut terbentuk karena proses erosi dan transportasi material
oleh aliran sungai ataupun laut yang kemudian diendapkan di pinggir sungai atau pantai.
Formasi Kaligetas Formasi ini terdiri dari breksi vulkanik antara lain lava, tufan dan
batulempung. Umumnya telah mengalami pelapukan cukup intensif menghasilkan
material tanah berwarna coklat kemerahan, tersingkap di Tembalang, Banyumanik,
Grobogan, Wonorejo dan Pringsari. Batu breksi vulkanik, tuf, dan batu lempung bisa ada
di formasi kaligetas karena proses vulkanisme yang terjadi di daerah tersebut. Formasi
kaligetas merupakan formasi geologi yang terdiri dari batuan vulkanik yang berasal dari
gunung api yang berwarna lapuk cokelat kehitaman. Batu breksi vulkanik: Batuan ini
merupakan hasil dari vulkanisme yang terdiri dari partikel-partikel berukuran pasir atau
lebih kecil, yang dapat berwarna lapuk cokelat kehitaman. Tuf adalah jenis batu yang
terdiri dari konsolidasi abu vulkanik yang dikeluarkan dari lubang ventilasi selama erupsi
gunung berapi. Batu lempung: Batuan ini merupakan hasil pelapukan endapan material
vulkanik yang berupa breksi vulkanik, tuf, dan lain-lain
Formasi Damar Formasi ini terletak tidak selaras diatas Formasi Kalibeng dan terdiri dari
batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan tufa. Batupasir terdiri dari mineral
feldspar dan mineral mafik, sebagian tufan dan secara setempat gampingan. Sedangkan
untuk breksi, fragmen umumnya berupa batuan vulkanik basa dan singkapan dijumpai di
Kedung Mundu, Karanganyar, dan Ngadirejo. Umur formasi ini adalah Pliosen Akhir-
Pleistosen Awal. Dalam formasi Damar, batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik,
dan tufa dapat terbentuk karena proses vulkanisme yang menghasilkan material vulkanik
yang kemudian diendapkan dan terkumpul di sekitar kawasan gunung berapi.
Formasi Kerek
Formasi ini terdiri dari perselingan batulempung napal, batupasir tufan, konglomerat,
breksi vulkanik dan batugamping. Litologi batulempung berwarna abu-abu muda–tua,
gampingan, sebagian bersisipan dengan batulanau, batupasir mengandung fosil moluska
dan koloni koral. Formasi ini berumur Miosen Akhir, tersingkap di Banyumanik, sebelah
timur Ungaran, lembah Kali Kreo, Kali Kripik dan Kali Garang serta di sekitar Jabungan.
Formasi kerek terdiri dari batuan-batuan yang berumur Eosen Akhir hingga Oligosen
Awal, dan ketebalannya antara 40–830 meter. Di bagian bawah formasi ini, terdapat tuf
lapili dengan sisipan tuf dan lempung tufan, batupasir tufan, dan breksi batuapung.
Batuan pembentuk bagian atas formasi ini didominasi oleh tuf dengan sisipan tuf lapili,
batupasir tufan, dan batupasir kerikilan. Dalam formasi ini juga terdapat batugamping
terumbu dan batupasir gampingan, serta batulempung pasir dan batulempung tufan yang
berwarna biru, merah-tuagelap, dan lapisan batubara.
Proses geologis yang berlaku di wilayah formasi kerek melibatkan proses vulkanik, erosi,
dan sedimentasi. Batuan lempung, batupasir, dan konglomerat terbentuk karena erosi dari
batuan yang lebih keras, seperti batuan beku dan batuan metamorf. Breksi vulkanik
terbentuk karena pengkonsolidasi material yang dihasilkan oleh erupsi gunung api.
Batugamping terbentuk karena proses karbonatasi, yang mengubah material organik
menjadi batugamping.
Formasi Kalibeng
Formasi ini terletak secara tidak selaras di atas Formasi Kerek dengan litologi terdiri dari
napal pejal di bagian atas dan setempat mengandung karbon, napal sisipan batupasir tufan
dan batugamping. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera bentonik diketahui
diendapkan dalam lingkungan laut dalam. Formasi ini berumur Miosen–Pliosen dan
tersingkap di sekitar lembah Kali kreo, Kali kripik dan Kali Garang serta di sekitar
wilayah Tembalang, Meteseh, Rowosari, Lembah Kali Pengkol dan lembah Kali Bade.
Formasi Kalibening merupakan formasi sedimen yang berumur Miosen Akhir sampai
Pliosen Awal dan diendapkan secara selaras diatas Formasi Pasumah dan Kasai.
Batugamping terdapat di formasi Kalibening karena proses karbonatasi, yang mengubah
material organik menjadi batugamping. Batugamping tersebut masih bersifat pasiran
dengan kepingan batuan gunungapi cukup banyak, yang menunjukkan bahwa fase
pengendapan batugamping Formasi Kalibening masih sangat terpengaruh oleh batuan
alas gunungapi
- Identifikasi struktur yang bekerja
Kelurusan geologi (lineaments) adalah cerminan morfologi yang teramati dipermukaan
bumi sebagai hasil dari aktifitas gaya geologi dari dalam bumi. Batasan kelurusan geologi
disini adalah sebuah bentukan alamiah yang direpresentasikan oleh keunikan
geomorfologi seperti; kelurusan punggungan, kelurusan lembah,kelurusan sungai,
kelurusan yang disebabkan oleh sesar – sesar baik itu sesar normal, naik, maupun
mendatar. Kemudian pada kelurusan yang ada di daerah Trangkil ini dipengaruhi oleh
patahan yang merupakan sebuah sesar yang melewati daerah tersebut. Patahan adalah
suatu fenomena alam yang terbentuk akibat pergeseran lapisan batuan akibat gaya tekan
kerak bumi. Patahan yang terdapat di peta merupakan salah satu bagian dari sesar. Oleh
sebab itu daerah Trangkil sangat rawan terjadi pergeseran atau tanah geser akibat terdapat
struktur geologi ini yang merupakan sebuah sesar.
E. KESIMPULAN (minimal ¾ halaman, 100% analisis)

Analisis geologi dari wilayah kajian menunjukkan keberagaman formasi batuan yang
menggambarkan sejarah geologis yang kompleks. Formasi aluvial, seperti yang teramati,
terdiri dari endapan pantai, sungai, dan danau yang mengandung berbagai jenis material
seperti lempung, pasir, dan kerikil, yang dihasilkan oleh proses erosi dan transportasi oleh
aliran air. Sebaliknya, formasi vulkanik seperti Kaligetas dan Damar menunjukkan pengaruh
kuat dari aktivitas vulkanik masa lalu, terdiri dari breksi vulkanik, tuf, dan batu lempung.
Formasi Kerek dan Kalibeng menampilkan kombinasi yang kompleks dari batuan endapan
dan vulkanik, dengan kandungan batuan seperti batugamping, batupasir tufan, dan breksi
vulkanik yang menunjukkan perubahan lingkungan selama sejarah geologis wilayah tersebut.

Selain itu, struktur geologi seperti patahan juga menjadi elemen penting dalam pemahaman
geologi wilayah. Daerah Trangkil, sebagai contoh, memiliki kelurusan geologi yang
dipengaruhi oleh patahan, yang mengindikasikan potensi risiko geologis seperti pergeseran
tanah atau tanah geser. Patahan adalah hasil dari gaya tektonik di kerak bumi yang
menyebabkan pergeseran batuan, dan pemahaman tentang lokasi dan karakteristik patahan
sangat penting dalam mitigasi bencana dan perencanaan pembangunan.

Keseluruhan, analisis geologi dari wilayah kajian membantu dalam memahami sejarah
geologis dan proses pembentukan landscape yang kompleks. Dari endapan aluvial hingga
batuan vulkanik, setiap formasi menawarkan informasi berharga tentang kondisi geologis
masa lalu dan potensi risiko di masa depan. Selain itu, pemahaman tentang struktur geologi
seperti patahan membantu dalam mengidentifikasi potensi bahaya geologi yang mungkin
memengaruhi wilayah tersebut, yang dapat menjadi dasar untuk pengelolaan bencana dan
pembangunan yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Lampung. (2019). “Sesar/Patahan/Fault”.
https://esdm.lampungprov.go.id/detail-post/sesar-patahan-fault. (Diakses pada Rabu, 27
Maret 2024 pukul 20.43 WIB)

INSANI, A. (2013). GEOLOGI DAN STUDI ENDAPAN TURBIDIT PADA FORMASI


KEREK, DAERAH BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG
PROPINSI JAWA TENGAH (Doctoral dissertation, UPN" VETERAN"
YOGYAKARTA).

Murwanto, H., Sutarto, S., Rodhi, A., & Rianto, A. (2008). KAJIAN GEOLOGI UNTUK
IDENTIFIKASI BENCANA DJ WlLAYAH KOTA SEMARANG. Jurnal Kebencanaan
Indonesia, 1(4), 240-258.

Noor, D. (2014). Geomorfologi. Yogyakarta : Deepublish

Soedarsono, S. (2012). Kondisi geologi dan geomorfologi kaitannya dengan degradasi


lingkungan di Kota Semarang. Jurnal Lingkungan Sultan Agung, 1(1), 29-41.

Sutikno., Suprapto Dibyosaputro., Eko Haryono. (2020). Geomorfologi Dasar. Yogyakarta :


UGM Press

Wardhana, D. D., Harjono, H., & Sudaryanto, S. (2014). Struktur bawah permukaan Kota
Semarang berdasarkan data gayaberat. Riset Geologi dan Pertambangan-Geology and
Mining Research, 24(1), 53-64.

(APA Style, minimal 1 artikel, 2 jurnal, 2 buku)

Anda mungkin juga menyukai