S. Poedjoprajitno
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122
SARI
Ruas jalan Kandangan - Bagandah merupakan jalan alternatif terpendek yang menghubungkan kota-kota yang terletak di
bagian utara Kalimantan Selatan dengan pelabuhan laut Batulicin di wilayah Kalimantan Selatan.
Ruas jalan yang sebagian besar melewati medan berlereng curam, serta tebalnya tanah lapuk merupakan faktor utama
penyebab ruas jalan ini berkerentanan tinggi terhadap ancaman gerakan tanah.
Beberapa permasalahan geomorfologi yang menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan jalan sangat berkaitan dengan
kondisi bentuk lahan, yakni: sudut lereng, derajat kepadatan tanah (soil), zona gambutan maupun lempungan.
Berdasarkan aspek fisik lahan tersebut, maka gerakan tanah yang ditimbulkan berupa: rayapan, jatuhan batuan,
pembentukan lembah (erosi lateral, erosi ke hulu), dan amblesan.
Kata kunci: bentuk lahan, kelurusan, kelerengan, gerakan tanah, ruas jalan
ABSTRACT
J
Kandangan-Bagandah road is the shorthest road alternative, which connects many town in South Kalimantan with the
sea port of Batulicin, South Kalimantan.
The road crossing a steep slope terrain and the very thick weathered soil has caused this road segment have the high
G
Metode
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah pendekatan analisis
Daerah penelitian tersusun oleh sepuluh formasi
kelurusan morfologi dari potret udara dengan skala
G
mengedepankan aspek pragmatis survei, membuat dalam peta disederhanakan berdasarkan umur dan
peta kelerengan di sekitar lajur jalan dan merekam beberapa sifat fisiknya, yaitu:
proses geomorfologi yang terjadi serta melakukan – Kelompok batuan Pratersier, terdiri atas:
pengukuran arah kekar dan gawir sesar di daerah
M
02º45’
02º45’
Keterangan Geologi
Qa Aluvial
Sesar
Loksado
TQd Formasi Dahor
AnggotaLayang
TQdt Formasi Dahor
E Lumpangi
Jurus kemiringan lapisan
Tmw Formasi Warukin
Mm Batuan Malihan
Bagandah U
F
B T
Ke Batulicin
03º00’
03º00’
S
115º15’ Penampang Geologi 115º30’
0 5 10Km
125 m
J
E F
G
Gambar 2. Peta geologi ruas jalan Kandangan-Lumpangi Bagandah (dikutip dari sebagian Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan, Heryanto dan
Sanyoto, 1994).
§ Kelompok batuan Tersier secara fisik tidak Berdasarkan potret udara skala 1:100.000 tahun
disarankan sebagai alternatif material 1982, dibuat peta geomorfologi (Gambar 3) yang
konstruksi, karena terdiri atas batuan yang memberikan gambaran bahwa geomorfologi daerah
M
relatif lunak dan mudah terurai, kecuali penelitian dibentuk oleh empat bentukan asal
batugamping foraminifera besar dari (morphology origin), masing-masing bentukkan asal
Formasi Berai di Desa Lumpangi, Gunung tersebut masih diklasifikasikan menjadi unit
geomorfologi yang lebih kecil, yaitu menjadi bentuk
Ambulung dan Ambilik.
lahan (landform). Selain itu, juga dapat diidentifikasi
sejumlah gawir sesar, gerakan tanah, dan batuan,
– Kelompok batuan Kuarter:
lahan kritis, facet segitiga, dan beberapa arah
§ Kelompok endapan termuda adalah aluvium kemiringan lapisan batuan.
(Qa) yang terdiri atas lempung kaolinit, dan
Peta geomorfologi sangat membantu dalam
lanau bersisipan pasir, gambut, kerakal, dan pelaksanaan pengecekan lapangan, karena peta
bongkahan lepas. Pada umumnya tersebut dapat digunakan sebagai acuan atau
membentuk morfologi kipas aluvium, kipas sebagai fungsi kontrol penelitian. Pengamatan
aluvium danau dan lereng rombakan lapangan menunjukkan bahwa dari 46 lokasi
(Poedjoprajitno drr., 2000). Sekali pun pengamatan bentuk lahan (Gambar 4) dijumpai
terbatas sebarannya pada unit morfologi sembilan belas lokasi kerusakan ruas jalan. Tipe
lereng rombakan yang tersusun atas kerakal kerusakannya antara lain: jatuhan batuan, rayapan
dan bongkahan lepas dari batuan terobosan (longsoran) tanah, erosi, dan keretakan. Selain itu,
dan batugamping, secara selektif dapat juga ditemukan delapan lokasi batuan bahan
dipakai sebagai material konstruksi. konstruksi, berupa: andesit, granit, dan batugamping
sebagai batuan konstruksi alternatif.
sangat rapat. Satu dari sekian bentuk lahan yang ada 1997) menunjukkan bahwa arah pemampatan
dibentuk atas tanah (subsoil) yang kaya akan maksimum N253°E. Analisis kekar tersebut di atas
lempung dengan permukaan air tanah yang tinggi menunjukkan bahwa ruas jalan di daerah ini
G
dan kemampuan drainase yang rendah. melewati lajur sesar lokal (Wahyudiono, komunikasi
lisan 1999).
Kemiringan lereng sekitar ruas jalan yang diteliti,
berdasarkan klasifikasi kelerengan Meijerink A.M.J.
(1998) dapat diklasifikasikan menjadi lima macam,
S
J
G
S
B T
S
M
0 5 10Km
115°15' 115°30'
ke Tanjung, Samarinda 176
32 Ambutuh 273
561 561
9
230
Pandulangan 31 7 Hamak 35
J
J J J 326/327
246 176 292/293 312/313
280/281
492
J
28 J S 359/360
Tayub S J
Madang
96/97 47 349/350
45
KANDANGAN J 27 Muara-Atib 263 Loksado
4/5 Tanuhi Muarauroi
256
J S
J9 35/36 46
26 36 Lumpangi
252
48 J
14 71/72
S Panggungan
25 Mandapai Halunuk 264
Padangbatung Mawangi
49 J 591
J 91/92
17/18 221
Sungairaya 287
28 24
453
20 37
15 16
Pagarhaur Malinau
115
J
Batulaki 316 332 131/132
70 g 436
17 J
Muarapipi 144/145
226 18 316
347 S 620
J
38
19 23 40 576
Tangkaramin
110 21
132 39
20 22 351
J 210 500
G
154/155 633
276 276 41
Budimulya 457
276 330
332
J
165/166 Lalapin 633
S
42
85
S
S
376
Batung 43
166 653
11 555
9 Bagandah
10 366 J S
5 Batuampar 197/198 44
Baramban 6 703
8
M
7 243
142 Miawa
4 608
697
162
Ke Batulicin
J
240 247
780
163
191 603 284
283
339
191 300
118 718
115°15' 115°30'
KETERANGAN
Gambar 4. Peta lokasi pengamatan bentuk lahan dan singkapan batuan konstruksi daerah penelitian.
K1
31 35
F6 D1 J
J
326/327
S1 312/313
28 J S
F4 S
K3 96/97 D5 47
45 F1
KANDANGAN Muarauroi
J 27 Loksado
4/5 Tanuhi
S D4
F1 J9 S1 J 46
26 35/36 36 K2 F3
48 Lumpangi
F2
S D3
F6 25 Mandapai
Padangbatung Mawangi Halunuk
49
F5
24
Sungairaya S1 K1
37
16 D4
15 Pagarhaur S1
Batulaki
D3 S3
17
S4
226 18
S
J
38
19 23 40
Tangkaramin
110 21
S2 39
20 22
K1
D4 F5 D5
G
S1 276 276 41
276
K3
Lalapin
S
42 F3
S
S
Batung 43
166
11 K3
9 Bagandah
10 S
5
F1 44
6
7 8
M
Baramban
Miawa
4 K2 K1
D5
S4 Ke Batulicin
J
247
D4
D2
115°15' 115°30'
KETERANGAN
Bentukan asal struktur Lokasi pengamatan bentuklahan Jalan utama U
S1 S2 S3 S4 46
D 1 D2 D3 D4 D5 Bentukan asal denudasi Jalan kota B T
S Lokasi pengamatan dan
F1 F2 F3 F4 F5 F6 Bentukan asal fluvial 36 pengambilan contoh batuan konstruksi Ruas jalan yang diteliti
S
K1 K2 K3 Bentukan asal karst Sungai
J Lokasi pengamatan kerusakan jalan 0 1 2 3 4 Km
Titik pusat potret udara 4/5 Garis ketinggian
300
Gambar 5. Peta geomorfologi ruas jalan Kandangan-Lumpangi Bagandah serta lokasi pengamatan aspek geomorfologi.26
115°15' 115°30'
ke Tanjung, Samarinda 0N
270 W E 180
J
J 326/327
312/313
J S 180
96/97 Straight valley
KANDANGAN J
0N
J Loksado
4/5
35/36
Tanuhi
J9
270 W E 90
1 Lumpangi
Mandapai
Padangbatung Mewangi 7
S 180
Topographic escarpments
N0
270 W E 90 N0
S 270 270 W E 90
Linier ridges
J
Tangkaramin S 180
Combination of linear feature
G
Lalapin
Batung
S
N0
Bagandah
8 270 W E 90
M
S 180
Linear tone (Vegetation)
Ke Batulicin
Keterangan
Kelurusan punggungan Jalan utama Sungai
B T
Kelurusan bidang gawir J Diagram rose
Lokasi kerusakan jalan 270 W E 90
(analisis kelurusan)
Kelurusan vegetasi /tone 4/5 yang diamati S 180
Combination of linear feature S
Arah tegasan Arah tegasan 7 Lokasi pengukuran 0 1 2 3 4 Km
kompresi maksimum tarikan maksimum kekar
Gambar 6. Peta kelurusan geomorfologi ruas jalan Kandangan-Lumpangi Bagandah serta analisis kelurusannya, ditunjukkan dengan pola
diagram mawar.
ke Tanjung, Samarinda
J
J 326/327
312/313
J
96/97
KANDANGAN Muarauroi
J Loksado
J
4/5
35/36
Tanuhi
Muara Atib
J9
Lumpangi
Mandapai Halunuk
Padangbatung Mewangi
J
144/146
U
Tangkaramin
B T J
154/155
S
0 1 2 3 4 Km
Lalapin
PETA INDEK
J
197/198
Batung
J
Bagandah
KALIMANTAN
G
BANJARMASIN Ke Batulicin
J
247
DAERAH PENELITIAN
115°15' 115°30'
S
KETERANGAN
Gambar 7. Peta kemiringan lereng ruas jalan Kandangan - Lumpangi Bagandah serta lokasi pengamatan kerusakan jalan.
garis vegetasi
sesar utama
simbol arah
kesan berlapis bidang sesar utama
scree
ANDESIT
TUFA TERSILIFIKASI
scree
simbol arah
bidang sesar penyerta
1
2
area
digali untuk
bahan bangunan 150 cm
100 cm Lokasi
50 cm garis pengukuran
0 cm kekar
sesar penyerta
Gambar 8. Sketsa ekspresi morfostruktur meso (Foto 2) dipadukan dengan data geologi : (1) hybrid joint, (2) shear joint, menunjukkan adanya
pergeseran menganan (Wahyudiono, 1999/komunikasi pribadi).
jalan Kandangan - Loksado berkemiringan lereng adanya jatuhan batuan di sekitar Dusun Tanuhi lokasi
agak curam sampai curam (10% s/d 55%). J 91/92 (Foto 3 Gambar 9), lokasi J 312 (Foto 4
Secara umum, bentuk lereng masing-masing unit Gambar 10), lokasi J 313 (Foto 5). Frekuensi
G
bentuk lahan yang dilewati ruas jalan ini adalah kegiatan gerakan tanah jenuh air yang mengalir
cembung, hanya sebagian kecil yang berbentuk secara perlahan (solifluction) yang terjadi di daerah
datar. Ini merupakan salah satu bukti bahwa penelitian tidak akan seperti sekarang ini. Hal ini
kegiatan erosi di daerah penelitian, khususnya pada terlihat dari rekaman hasil analisis potret udara dan
S
ruas jalan yang diteliti, termasuk berusia muda uji lapangan. Beberapa lokasi di sepanjang jalur
dengan aktivitas tinggi (Scheidegger, 1987). Oleh Kandangan-Loksado dinyatakan rentan terhadap
sebab itu, diperlukan pemikiran lebih cermat dalam solifluction. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan
M
melaksanakan pengupasan bentuk lahan untuk karakter asal yang dimiliki masing-masing bentuk
kepentingan pembuatan jalan, serta tipe terrasering. lahan di antaranya adalah kelerengan yang curam
Tipe terrasering tebing yang akan dipilih apakah tipe sampai sangat curam. Lapisan tanah penutup yang
teras lereng digunakan untuk menanggulangi luapan tebal dan didukung oleh curah hujan di daerah sekitar
air dan dirancang untuk daerah bercurah hujan sangat tinggi. Kriteria tersebut di atas dipenuhi oleh
tinggi, teras penyerap dirancang untuk menyerap bentuk lahan [D1], [D4], [D5] dan [S1]. Pemicu
aliran air permukaan, teras yang dibangun atas dasar gerakan tanah di lokasi ini adalah perbuatan
pemotongan dan pengisian tebing berlereng curam manusia, yang dapat dibuktikan pada ruas jalan
(Morgan, 1979 dalam Damen, 1987). lokasi pengamatan J 35/36 (Foto 6, Gambar 11), J
326/327 (Foto 7) dan J.349/350 (Foto 8), J 48 (Foto
– Pelapukan 9, Gambar 12).
konservasi lereng sampai pekerjaan geologi teknik maksimum berarah N82°E dan N262°E
dan teknik sipil yang rumit dan mahal. (Wahyudiono, 1999/komunikasi pribadi). Sebagian
kecil ruas jalan tersebut memotong zona sesar,
Penerapan geomorfologi untuk kelayakan jalan,
G
baik dalam perencanaan pembuatan jalan, tipe jalan J-144/145, J-154/155 dan antara lokasi
kerusakan yang sedang berlangsung, maupun pengamatan No. 39 sampai dengan No. 42.
prediksi tipe kerusakan yang mungkin akan terjadi
pada ruas jalan yang telah ada (Gambar 14). – Analisis kemiringan lereng
M
vegetasi penutup
scar
badan jalan
vegetasi
permukaan tanah/soil penutup
initial slope
J
arah
Vegetasi material
penutup scar scar
longsoran
tepi jalan
tertutup
G
bidang penampang
S
tumpukan ke
material Loksado
longsoran
tanah penutup sangat tebal. Lokasi: J.312 (timur Dusun Tanuhi). 4. Lokasi: J.312.
Arah kamera: N60 E. Koordinat (GPS): 02°47.916 S dan
115°27.447E.
Foto 5. Jatuhan batuan diikuti longsoran tanah merupakan salah satu peristiwa membahayakan bagi pengguna jalan Lokasi: J.313 (timur Dusun
Muarauroi). Arah kamera: N10 E. Koordinat (GPS): 02°47.904 S dan 115°27.449E.
Foto 6. Indikasi gerakan tanah pada tebing jalan (longsoran tebing) Gambar 11. Sketsa mekanisme longsoran tebing jalan dari Foto 6.
Sepanjang 20 m, mengancam usia pemakai jalan. L o k a s i Lokasi J 35/36 (bagian barat Dusun Halunuk). Arah kamera
J.35/36 (bagian barat Dusun halunuk). Arah kamera N 2 3 0 ° E . N230ºE Koordinat (GPS) 02°49.041S dan 115°21.874E
Koordinat (GPS) 02°49.041S dan 115°21.874E
J
G
S
Foto 7. Pemotongan tebing bukit, pengupasan tanah penutup, dan pembuatan terrasiring yang tidak tepat mempercepat longsoran tebing jalan. Lokasi
M
J.326/327 (barat Dusun Muarauroi). Arah kamera N160ºE Koordinat (GPS) 02º47.875S dan 115º28.027E
Foto 8. Konstruksi jalan menumpang pada lereng hasil kupasan bentuk lahan dengan kelerengan awal > 35º dengan tanah penutup yang tebal, sangat
berpotensi longsor. Peristiwa longsoran badan dan gawir jalan ini dipercepat oleh sistem drainase yang buruk, sehingga air hujan menerobos
melalui tebing hasil kupasan menembus badan jalan dan membuat jenuh gawir jalan, terjadilah longsoran Lokasi J.349/350 (timur Dusun
Muarauroi). Arah kamera N285ºE. Koordinat (GPS) 02º47.581S dan 115º29.097E
material longsoran
badan & gawir jalan
bidang gelincir
Foto 10. Tampilan keretakan jalan sepanjang ruas jalan No. Lokasi: J.310 Foto 12. Longsoran tebing jalan merupakan pemandangan yang sangat
(Dusun Tanuhi timur), arah kamera N0°E. umum terjadi pada kawasan yang kehilangan tanah penutupnya.
Lokasi: J.145 (utara Dusun Tangkaramin). Arah kamera:
N330°E.
permukaan tanah/Soil
vegetasi scar
penutup scar
arah
material
longsoran jejak
longsoran
arah
material
longsoran
vegetasi
penutup
initial slope
bidang penampang
bidang gelincir
Foto 11. Tipe retakan memotong jalan secara diagonal. No. Lokasi: J.313 Gambar 13. Sketsa longsoran tebing jalan dari Foto 12. Lokasi: J.145.
(Dusun Muarauroi), arah kamera N160°E.
115°15' 115°30'
J
326/327
E
S E
J J
9 35/36
J E
4/5
S
E
S J
312/313
B S
E E
S
J
144/146
J
J
154/155
G
PETA INDEK
S
E
A
S
J
197/198
U
KALIMANTAN
A
M
J
BANJARMASIN 247 0 2Km
Daerah penelitian
115°15'
TIPE KERUSAKAN YANG ADA (SEP-OKT'98) PREDIKSI TIPE KERUSAKAN MENDATANG SIMBOL TERPERINCI ELEMEN GEOMORFOLOGI
Gambar 14. Peta geomorfologi untuk kelayakan jalan ruas jalan Kandangan - Lumpangi Bagandah.
(settlement) dan jatuhan batuan. Ruas jalan – Kelompok batuan tufa kristal (batuan alternatif
sepanjang 25,5 km tersebut paling sedikit pengeras jalan)
memotong lebih dari delapan belas buah lembah – Kelompok batuan gamping (batuan alternatif
G
sungai, di luar galur (gully) dan alur (rill). Selain pengeras jalan dan urugan).
peristiwa tersebut, fenomena keaktifan proses
geomorfologi juga dicerminkan oleh amblesan di
KESIMPULAN DAN SARAN
sekitar Dusun Malinau, timur Dusun Batung, dan
S
selatan Bagandah (Gambar 6). Kegiatan lain gerakan Beberapa permasalahan geomorfologi yang
tanah dapat dijumpai di ruas jalan lokasai menyebabkan terjadinya kerusakan jalan sangat
pengamatan J.144/145 (Gambar 13 dan foto 12), berkaitan dengan sudut lereng, laju erosi (lateral dan
J.154/155 (Gambar 4). hulu), derajat kepadatan tanah/soil, dan zona
M
ACUAN
Damen M.C.J., (1987). Introduction to soil erosion by water , ITC course, Enchede, The Netherlands
Gils H.van, Huizing, H., Kannegieter, A., Der Zee D. van, (1991). The evolution of the ITC system of rural land
use and land cover classification (LUUC), ITC Jour. (1991-3), p.163-164.
Heryanto. R dan Sanyoto, P., (1994). Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan, skala 1:250.000, Puslitbang
Geologi, Bandung
J
Margono. U, Sutrisno, Susanto, E., (1997). Peta Geologi Lembar Kandangan, Kalimantan Selatan, skala
1:100.000, Puslitbang Geologi, Bandung
Meijerink A.M.J., (1998). Data acquisition and data capture through terrain mapping units, ITC Jour. (1988)
G
(1): 23-44.
Mulyadi S., (1995). Masalah kemantapan lereng galian jalan, Pelatihan kegempaan dan mitigasi, Kanwil Dep.
P.U. Nusa Tenggara.
S
Scheidegger, A. E., (1987). Systematic geomorphology, Springer-Verlag, Wien New Yorks: 285 pp
Zuidam. R.A. van., (1985). Aerial photo Interpretation in terrain analysis and geomorphologic mapping,
Smiths publisher, The Hague, The Netherlands, 442 p.