Abstrak
Garut merupakan daerah yang dikelilingi tinggian-tinggian berupa gunungapi. Tinggian – tinggian
tersebut mengakibatkan terdapatnya lereng – lereng yang berpotensi bencana akibat kerentanan lahan.
Struktur geologi merupakan salah satu penyebab kerentanan lahan, selain itu kemiringan lereng yang
terjal juga dapat memperbesar potensi meningkatkan kerentanan lahan. Adanya struktur geologi yang
berlembang disuatu daerah akan menyebabkan zona - zona lemah yang nantinya akan tererosi dan
menyebabkan terbentuknya lembahan. Pola-pola kelurusan yang terbentuk pada lembahan dapat
dilihat melalui metoda pengindraan jauh. Kelurusan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai pola -
pola struktur geologi. Kelurusan yang ada kemudian dihitung kerapatannya dengan metoda FFD
(Fault Fracture Density), kerapatan kelurusan yang terbentuk dapat diinterprtasikan sebagai
kerapatan struktur geologi. Dengan dikorelasikan nilai kerapatan struktur geologi dan nilai
kemiringan lereng maka didapat nilai yang menunjukan kerentanan lahan suatu daerah. Dengan
didapatkan nilai kerentanan lahan suatu daerah maka dapat diketahui daerah yang berpotensi bencana
akibat kerentanan lahan, bencana yang dapat ditimbulkan akibat kerentanan lahan salah satunya
adalah tanah longsor.
Kata Kunci : Struktur Geologi, Kelurusan, FFD, kemiringan lereng, kerentanan lahan.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
karena dapat digunakan untuk mengevaluasi - Kolovium, endapan talus, rayapan dan
secara cepat pada suatu daerah yang luas. runtuhan bagian tubuh kerucur guning api
tua, berupa bongkah-bongkah batan beku,
Daerah sekitar Gunung Cikuray merupakan breksi tuf dan pasir tuf.
daerah yang memeliki potensi cukup tinggi
namun bila dilihat dari keadaan geologinya - Batuan Gunungapi Muda, eflata dan lava
perlu dilakukan pengkajian untuk penentuan aliran bersusunan andesit basalan.
daerah yang rentan terhadap terjadinya - Batuan Gunuingapi Kracak-Puncakgede,
bencana melalui analisis-analisis geologi. tuf kaca halus dan tuf sela, mengandung
Dimana suatu yang daerah berkembang akan lapili batuapung, breksi lahar dan lava.
terus melakukan suatu pembangunan dan perlu
dilakukan peninjauan untuk memetakan - Batuan Gunungapi Guntur-Pangkalan dan
daerah yang baik dan kurang baik dilakukan Kendang, rempah lepas dan lava bersusun
pembangunan. andesit-basalan.
- Batuan Gunungapi Tua Tak Teruraikan, tuf,
Tujuan Penelitian
breksi tuf dan lava.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
Metode Penelitian
mengetahui daerah mana yang memiliki
kerentanan lahan berdasarkan pengaruh Penelitian ini lebih menekankan pada analisis
kepadatan dan persebaran struktur yang akan
studio dimana analisis studio yang dimaksud
dikorelasikan dengan kemiringan lereng
adalah dengan menggunakan pendekatan
daerah penelitian. Dengan mengetahui daerah
mana saja yang memiliki kerentanan lahan penginderaan jauh, termasuk di dalamnya
atau zona – zona rentan diharapkan dapat dilakukan analisis kelurusan (lineament).
menjadi pertimbangan untuk proses mitigasi Dimana hasil dari analisa tersebut digunakan
bencana tanah longsor. untuk menentukan pola-pola struktur geologi
secara regional, yang kemudian diolah untuk
Daerah Penelitian mendapatkan nilai kerapatan struktur geologi
Daerah penelitian termasuk dalam tiap satuan daerah. Nilai kerapatan struktur
sebagian Kabupaten Garut, Provinsi Jawa tersebut kemudian dikombinasi dengan nilai
Barat. Secara Geografis, daerah penelitian kemiringan lereng untuk mendapatkan nilai
terletak pada 107o 42’ 55” – 108o 4’ 55” BT kerentanan lahan. Dan semuanya pada
dan 7o 8’ 55” - 7o 23’ 37” LS dengan luas 40 dasarnya merupakan dasar-dasar ilmu geologi
x30 km. yang diterapkan dalam penelitian ini.
Geologi Daerah Penelitian 1. Analisis Pola Kelurusan (Lineament
Berdasarkan peta geologi regional daerah Analysis)
penelitian ini memasuk tiga lembar peta yaitu Pola-pola kelurusan akan mengungkapkan
Peta Geologi Regional Lembar Garurut 1208-
nilai azimuth yang dominan dimana
6; Lembar Pameungpeuk 1208-3 dan
Tasikmalaya no. 1308-4. Diketahui litologi orientasinya dapat memberikan pola-pola
daerah penelitian hampir seluruhnya produk retakan regional. Kelurusan didefinisikan
gunungapi dan memilki umur yang masih secara geomorfologi sebagai suatu hal yang
muda. dapat dipetakan, sederhana atau gabungan dari
beberapa fitur-fitur kelurusan di permukaan,
- Aluvium, Lempung, lanau, pasir, kerikil dimana beberapa bagiannya tersusun
dan terutama endapan sungai sekarang
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
membentuk hubungan rektilinear atau sedikit permukaan dan asosiasi batuan reservoarnya di
kurvalinear dan dapat dibedakan secara jelas bawah permukaan. Kontrasnya, metode FFD
dari pola-pola yang berada di sekelilingnya memberikan hasil yang berbeda ketika dipakai
yang diasumsikan sebagai fenomena yang juga di sistem panasbumi non-volkanik elevasi
terjadi di bawah permukaan (O´Leary et al., tinggi seperti di Pulau Sulawesi, Indonesia.
1976). Yang termasuk dalam pola-pola
Pada penelitian ini dilakukan penerapan dan
kelurusan di permukaan adalah lembahan,
modifikasi dari FFD methode (Soengkono,
punggungan, batas area yang memiliki
1999) dimana dilakukan untuk mengetahui
perbedaan ketinggian, sungai, garis pantai,
zona lemah yang diindikasikan dengan nilai
batas garis formasi batuan, dan zona-zona
FFD yang besar dengan memberikan nilai
retakan (Hobbs, 1904). Kehadiran vegetasi
pembobotan tiap zonasi. Hasilnya akan
yang tebal, endapan alluvial, abu volkanik
dikorelasikan dengan data lain untuk
yang baru saja meletus, dan lahan hasil ubahan
mendukung penentuan daerah yang rentan.
manusia (persawahan, jalanan, sungai buatan
untuk irigasi, dan perkotaan) tidak Tabel 1. Klasifikasi FFD modifikasi Soengkono (1999)
dipertimbangkan dalam penarikan pola-pola Klasifikasi Simbol
kelurusan. Kelas Bobot
FFD Warna
Data yang diambil dalam pola kelurusan ini Rendah ̅ − 0,5 Hijau 1
adalah dari : ̅ − 0,5 <
Sedang Kuning 2
< ̅ + 0,5
1) Kelurusan dari sungai. Termasuk kelurusan
tiap DAS. Tinggi ̅ + 0,5 Merah 3
2) Kelurusan lembahan dari peta digital
elevation model (DEM), dan Keterangan :
3) Kelurusan dari pola-pola struktural yang ̅ = −
diambil dari peta geologi regional.
=
Dari setiap nilai-nilai azimuth yang ditarik dari
kelurusan, akan dimasukkan ke dalam diagram
bunga mawar (rosette diagram). Dari diagram 3. Kemiringan Lereng
bunga mawar inilah nantinya akan diketahui Analisis kemiringan lereng dimulai dari
pola retakan dan arah gaya dominan yang pembagian satu area penelitian menjadi
bekerja. beberapa kotak-kotak kecil berukuran 2 x 2
2. FFD Methode cm. Masing-masing garis yang memotong
kontur digambar tegak lurus terhadap garis
Fault and Fracture Density (FFD), adalah kontur yang dipotongnya. Kemudian nilai
suatu metode sederhana dalam eksplorasi kemiringan lereng dapat ditentukan oleh rumus
panasbumi untuk menentukan lokasi yang yang dibuat oleh van Zuidam (1985) berikut
kaya rekahan yang diasumsikan sebagai daerah ini:
yang berasosiasi dengan reservoar panasbumi
di bawah permukaan. Pada sistem panasbumi S=((n-1) x ic)/(d x sp)
volkanik berrelief rendah seperti di Selandia Dimana :
Baru, zona dengan nilai FFD tinggi biasanya
berkorelasi baik dengan daerah manifestasi S = nilai kemiringan lereng (%)
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”