Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENDALA METALOGENIK DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: TA3101 Genesa Bahan Galian

DOSEN PENGAMPU

Dr.Eng. Syafrizal, S.T., M.T.

Dr.mont. Andy Yahya Al Hakim,S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:

Muhammad Risky Pratama (12118032)

Nur Aisyah (12118046)

Shania Ariesta (12118064)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mendala Metalogenik di
Indonesia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah TA3101 Genesa Bahan Galian. Selain itu, penulisan makalah ini juga
dilakukan untuk menambah pengetahuan dan semakin memperluas wawasan pemikiran
bagi para pembaca dan juga bagi penulis mengenai mendala metalogenik di Indonesia

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Eng. Syafrizal, S.T., M.T. dan
Dr.mont. Andy Yahya Al Hakim,S.T ., M.T. selaku dosen mata kuliah kebijakan pertambangan
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak dan mohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Penulisan ini tentunya tidak terlepas dari segala
kekurangan baik dari segi teknis maupun materi penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 22 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………………………………………………………
i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………


ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………….


iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………


1
1.2 Rumusan Masalah ..……………………………………………………………………………………
2
1.3 Tujuan Penulisan ......………………………………………………………………………………….
3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 …………… 4
2.2 ………… 29

BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………..


34
3.2 Penutup ..…………………………………………………………………………………………………..
34

DAFTAR REFERENSI
Sulawesi
Sulawesi terletak di bagian tengah wilayah kepulauan Indonesia dengan luas wilayah
sekitar 174.600 km². Bentuknya yang unik menyerupai huruf K dengan empat semenanjung,
yang mengarah ke timur, timur laut, tenggara dan selatan. Sulawesi berbatasan dengan
Borneo di sebelah barat, Filipina di sebelah utara, Flores di sebelah selatan, Timor di sebelah
tenggara dan Maluku di sebelah timur. Secara geologi regional Sulawesi terletak pada
pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia Pasifik Eurasia, Pasifik, dan Indo Australia serta
sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya
sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan batuan bancuh kepulauan, batuan
bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman,
tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).

Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:

 Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik
(Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur
Paparan Sunda
 Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia
 Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen
dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen
 Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments kepulauan paling timur
Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat
karena strike-slip faults dari New Guinea.
A. Persebaran Endapan Mineral di Sulawesi
Sulawesi dapat dibagi menjadi tiga provinsi geologi metalogenik, yaitu ada

1. Northern Sulawesi
2. Western Sulawesi
3. Eastern Sulawesi

A. Northern Sulawesi Province


Northern Sulawesi relatif dikenal dengan prospek dan endapan mineralnya. Pada daerah
ini aktivitas penambangan emas telah dilakukan dari zaman dahulu sampai sekarang.
Distribusi mineral pada region ini cukup banyak, yaitu ada endapan porfiri (Cu-Au±Mo),
epitermal high-intermediate-low sulfidasi Au-Ag, sediment‐ hosted Au, breccia‐hosted base
metal‐Au mineralization, intrusion‐related base metal‐Au veins, endapan skarn Fe±Au , dan Cu‐Pb‐Zn
volcanogenic massive sulphides (VMS). Mineralisasi VMS merupakan satu-satunya yang berasosiasi
dengan aktivitas Paleogene Vulkanik.
Gambar. Tipe mineralisasi yang ada di Sulawesi dan simbolnya

Gambar. Distribusi tipe mineralisasi dan lokasi yang prospek di Northern Sulawesi
Tabel. Sistem persebaran endapan porfiri (Cu-Au±Mo) di Northern Sulawesi
Tabel. Sistem persebaran epitermal sulfidasi di Northern Sulawesi
B. Western Sulawesi Province
Pada daerah ini tipe mineralisasinya lebih sedikit dibandingkan Northern Sulawesi. Tipe
mineralisasi pada daerah ini juga berbeda dari Northern Sulawesi dikarenakan setting
tektonik yang berbeda diantara kedua provinsi.
Tabel. Sistem persebaran endapan porfiri Cu‐Au & Mo dan Au± base metal veins systems di Western Sulawesi
C. Eastern Sulawesi Province
Tipe Mineralisasi yang ditemukan di Eastern Sulawesi pada umumnya berasosiasi dengan massa
ofiolit, yaitu termasuk endapan besi, nikel laterit, dan endapan kromit utama dan kromit sekunder.
Selain itu juga diketahui adanya endapan alluvial dan emas di beberapa lokasi, seperti di Bombana.
 Stratigrafi Sulawesi Utara
Berdasarkan stratrigrafi, susunan batuan yang membentuk Sulawesi Utara dari tua ke muda
adalah; Batu gamping Gatehouse, Batu lumpur Rumah kucing, Batu gamping Ratatotok, Intrusi
Andesit Porfiri, Volkanik Andesit, Epiklastik Volkanik dan Aluvial Endapan sungai dan Danau.

1. Stratigrafi Sulawesi Selatan


Batuan yang tersingkap di daerah Sulawesi Selatan terdiri dari 5 satuan, yaitu : Satuan Batuan
Gunungapi Formasi Carnba, Formasi Walanae, Satuan Intrusi Basal, Satuan Batuan Gunung api
Lompobatang dan Endapan aluvial, Rawa, dan. Pantai. Satuan Batuan Gunung api Formasi Camba
berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir, terdiri dari breksi gunungapi, lava, konglomerat, dan tufa
halus hingga batuan lapili. Formasi Walanae berumur Miosen Akhir - Pliosen Awal, terdiri dari
batupasir, konglomerat, batu lanau, batu lempung, batu gamping, dan napal. Satuan Intrusi Basal
berumur Miosen Akhir - Pliosen Akhir, terdiri dari terobosan basal berupa retas, silt, dan stok. Satuan
Batuan Gunungapi Lompobatang berumur Pleistosen, terdiri dari breksi, lava, endapan lahar, dan
tufa. Endapan Aluvial, Rawa, dan Pantai berumur Holosen, terdiri dari kerikil, pasir, lempung,
lumpur, dan batugarnping koral.

2. Stratigrafi Sulawesi Barat


Sulawesi Barat didominasi oleh batuan Neogen, tetapi di dalamnya termasuk juga formasi
batuan yang berumur Jura. Geologi daerah Bonehau dan sekitarnya didominasi oleh batuan beku
dan metamorf, termasuk batuan sedimen yang sedikit termetamorfkan. Litologi mengindikasikan
adanya tektonik aktif di area ini. Batuan tertua di daerah penelitian adalah Formasi Latimojong, yang
berumur Kapur, Di atas Formasi Latimojong diendapkan Formasi Toraja (Tet) secara tidak selaras.
Formasi ini berumur Eosen Tengah sampai Akhir. Formasi Toraja tertindih tak selaras oleh Formasi
Sekala dan Batuan Gunungapi Talaya. Aktivitas vulkanik ini kemudian diikuti oleh kehadiran Formasi
Sekala (Tmps) pada Miosen Tengah - Pliosen, yang dibentuk oleh batupasir hijau, grewake, napal,
batulempung dan tuf, sisipan lava bersusunan andesit-basalt. Formasi sekala berhubungan
menjemari dengan batuan Gunung api Talaya (Batuan Vulkanik Talaya, Tmtv) yang terdiri dari breksi
gunungapi, tuf dan lava bersusunan andesit-basal, dengan sisipan batu pasir dan napal, setempat
batubara. Batuan Gunungapi Talaya menjari dengan batuan Gunung api Adang (Tma) yang terutama
37 bersusunan leusit-Basalt, dan berhubungan menjemari dengan Formasi Mamuju (Tmm) yang
Berumur Miosen Akhir. Formasi Mamuju terdiri atas napal, batupasir gampingan, napal tufaan, dan
batugamping pasiran bersisipan tufa. Formasi ini mernpunyai Anggota Tapalang (Tmmt) yang terdiri
dari batu gamping koral, batu gamping bioklastik, dan napal yang banyak mengandung moluska.
Formasi Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan mikaan, batulempung, bersisipan kalkarenit,
konglomerat dan tuf, umurnya Mieseh Akhir – Pliosen awal. Endapan termuda adalah aluvium (Qal)
yang terdiri dari endapan endapan sungai, pantai, dan antar gunung.
BEBERAPA INDUSTRI PERTAMBANGAN DI SULAWESI BESERTA KOMODITI YANG
DIHASILKAN

Komoditi Emas :

 PT Newmont Minahasa Raya


 PT Meares Suputan Mining
 PT Masmindo Dwi Area
Komoditi Nikel:

 PT Vale Indonesia
 PT Aneka Tambang
Komoditi Aspal:

 PT Sarana Karya
Kalimantan

Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara
dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan
di bagian selatan oleh Laut Jawa.

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur


Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-
Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange
Lupar-Lubok Antu dan Boyan. Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner
Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorite yang
menerobos batuan metamorf regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara
Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian
Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan
Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.

 Stratigrafi Cekungan Barito


Urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah :

1. Formasi Tanjung (Eosen – Oligosen Awal)


Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan
basalt. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral neritik.
2. Formasi Berai (Oligosen Akhir – Miosen Awal)
Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung / serpih
di bagian bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada bagian atas
kembali berulang menjadi perselingan batugamping, serpih, dan batupasir. Formasi ini
diendapkan dalam lingkungan lagoon-neritik tengah dan menutupi secara selaras Formasi
Tanjung yang terletak di bagian bawahnya.Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki
ketebalan 1100 m pada dekat Tanjung.
3. Formasi Warukin (Miosen Bawah – Miosen Tengah)
Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak selaras
oleh Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang bagian barat
Tinggian Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah tererosi. Hanya di sebelah
selatan Tanjung yang masih dibawah permukaan. Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu
Warukin bagian bawah (anggota klastik), dan Warukin bagian atas (anggota batubara).
Kedua anggota tersebut dibedakan berdasarkan susunan litologinya. Warukin bagian bawah
(anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung gampingan dengan sisipan
tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan dibagian atas merupakan
selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Batubaranya mempunyai ketebalan tidak
lebih dari 5 m., sedangkan batupasir bias mencapai ketebalan lebih dari 30 m. Warukin
bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum ± 500 meter, berupa
perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan batubara
mencapai lebih dari 40 m., sedangkan batupasir tidak begitu tebal, biasanya mengandung air
tawar. Formasi Warukin diendapkan pada lingkungan neritik dalam (innerneritik) – deltaik
dan menunjukkan fasa regresi.
4. Formasi Dahor (Miosen Atas – Pliosen)
Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan
serpih yang diendapkan dalam lingkungan litoral – supra litoral.

 Stratigrafi Cekungan Kutai

Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan terakumulasi sediment-
sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi serpih Bogan dan
Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua (Dataran Tinggi Kucing) ke arah barat
dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang mengisi Cekungan Kutai pada formasi delta-delta
sungai, salah satunya di kawasan Sangatta. Ciri khas sedimensedimen delta terakumulasi pada
Formasi Pulau Balang, khususnya sedimen dataran delta bagian bawah dan sedimen batas laut,
diikuti lapisan-lapisan dari Formasi Balikpapan yang terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir
dari lingkungan pengendapan sungai yang banyak didominasi substansi gambut delta plain bagian
atas yang kemudian membentuk lapisan-lapisan batubara pada endapan di bagian barat kawasan
Pinang. Subsidence yang berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan tidak seragam dan
meyebabkan terbentuknya sesar-sesar pada sedimen-sedimen. Pengendapan pada Formasi
Balikpapan dilanjutkan dengan akumulasi lapisan-lapisan Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama
Kala Pliosen, serpih dari serpih Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai
kedalaman 2000 meter, menjadi kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan pergerakan diapir
dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur antiklin-antiklin rapat
yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekungan Kutai dan pada kawasan Pinang
terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.
 Stratigrafi Cekungan Tarakan

Cekungan Tarakan merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Kalimantan Timur
bagian utara. Batuan dasar pada cekungan Kalimantan Timur Utara terdiri dari sedimen-sedimen
berumur tua, meliputi Formasi Danau (Heriyanto dkk., 1991) atau disebut juga Formasi Damiu (IBS,
2006), Formasi Sembakung, dan Batulempung Malio. Sedimen-sedimen tersebut telah terkompaksi,
terlipatkan, dan tersesarkan. Formasi Danau Formasi Danau terdeformasi kuat dan sebagian
termetamorfosa, mengandung breksi terserpentinitisasi, rijang radiolaria, spilit, serpih,slate, dan
kuarsa. Formasi Sembakung dan Batulempung Malio Formasi Sembakung diendapkan di atas
Formasi Danau secara tidak selaras. Formasi ini terdiri dari sedimen volkanik dan klastik yang
berumur Eosen Awal-Eosen Tengah. Di atas Formasi Sembakung diendapkan batulempung berfosil,
karbonatan, dan mikaan yang dikenal dengan Batulempung Malio yang berumur Eosen Tengah.

BEBERAPA INDUSTRI PERTAMBANGAN DI KALIMANTAN BESERTA KOMODITI YANG


DIHASILKAN

Komoditi Batubara:

 PT Kaltim Prima Coal


 PT Berau Coal Indonesia
 PT Multi Harapan Utama
 PT Tanito Harum
 PT Indominco Mandiri
 PT Adaro Indonesia
Komoditi Emas:

 PT Kasongan Bumi Kencana


 PT Indomuro Kencana
 PT Estara Mining
 PT Kelian Equatorial Mining

DAFTAR PUSTAKA
 T.M. van Leeuwen dan E.P. Peter, “Mineral deposit of Sulawesi”, Proceeding of the Sulawesi
mineral resources seminar 2011 MGEI-IAGI, pp. 1-130, Menado, 2011.
 Sompotan, Armstrong F. 2012. “Struktur Geologi Sulawesi”.
 J.C. Carlile, dan A.H.G. Mitchell, “Magmatic arc and associated copper and gold
mineralization in Indonesia”, Journal of Geochemical Exploration, Vol. 50, pp. 91-142, 1994.
 Kadarusman, Ade, “Basement Rocks of Sulawesi and Their Contribution to the Metallogenic
Formation”, Proceeding of the Sulawesi mineral resources seminar 2011 MGEI-IAGI, pp. 1-
130, Menado, 2011.
 Van Bemmelen, R.W. 1949. Geology of Indonesia, Volume IA. The Hague Martinus Nijhoff,
Nedherland, 732 h.
 Hall, R. 2011. Stratigraphy and Sediment Provenance, Barito Basin, Southeast
Kalimantan. Proceedings Indonesian Petroleum Association (IPA), 35 th Annual
Convention, Jakarta, IPA11.G-054.

Anda mungkin juga menyukai