Anda di halaman 1dari 17

Kata Pengantar

Daftar Isi
BAB 1 ................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN............................................................................................................ 2
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 2
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................... 4
TEKTONIK PULAU KALIMANTAN ......................................................................................... 4
2.1 UMUM........................................................................................................................... 4
2.2 KONDISI GEOLOGI PULAU KALIMANTAN ..................................................................... 4
2.3 BASEMENT PRE EOSEN ................................................................................................. 6
2.4 ZAMAN OLIGOSEN ........................................................................................................ 7
2.5 ZAMAN MIOSEN ............................................................................................................ 8
BAB III .................................................................................................................................. 9
ZONA CEKUNGAN PULAU KALIMANTAN ............................................................................ 9
3.1 ZONA CEKUNGAN KALIMANTAN .................................................................................. 9
3.2 CEKUNGAN BARITO ....................................................................................................... 9
3.3 CEKUNGAN KUTAI ....................................................................................................... 12
3.4 CEKUNGAN TARAKAN ................................................................................................. 14
3.5 CEKUNGAN SANDAKAN............................................................................................... 14
3.6 CEKUNGAN MELAWI DAN KETUNGAU ....................................................................... 15
BAB IV................................................................................................................................ 16
PENUTUP ........................................................................................................................... 16
4.1 KESIMPULAN ............................................................................................................... 16
4.2 SARAN ......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

pg. 1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari


Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara
ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang melejit ke Tenggara
sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia,
yang terjadi kira-kira 40-50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia
ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah. Adapun batas-batas tektonik yang paling penting disebalah timur
adalah :
1. Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timur laut, dimulai
dari Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang;
2. Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara;
3. Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini
dikenal dengan Jalur Lupar.
Pada kesempatan kali ini, saya akan mendeskripsikan terbentuknya Pulau
Kalimantan berdasarkan sudut pandang ilmu geologi, dan proses-proses yang
terjadi hingga saat ini.

Kerangka Tektonik Wilayah Kepulauan Indonesia (Simandjuntak & Barber,


1996)

pg. 2
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD

Maksud dari penulisan ini untuk membahas mengenai tektonik pulau


kalimantan

TUJUAN

Mengetahui proses tektonik pulau kalimantan

pg. 3
BAB II

TEKTONIK PULAU KALIMANTAN

2.1 UMUM
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika
(pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur
gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi
beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu
berubah- ubah. Pertemuan antara lempeng- lempeng ini, merupakan tempat- tempat
yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi,
gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener
mengemukakan tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada
awalnya hanya terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan
dikelilingi oleh lautan yang dinamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini pecah
menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang
ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan
struktur dan batuan antar benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan
kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung
bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan
hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat
bergerak di atasnya

2.2 KONDISI GEOLOGI PULAU KALIMANTAN


Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah
Kalimantan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua
terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang
umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami
metamorfosis bela terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah
batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati sekis hijau yang berasal dari batuan
vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit. Daerah batuan
metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi
oleh batuan intrusi muda. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas

pg. 4
sekis dan gneis yang tercampur dengan granit dari Era Palaezoikum dan Periode
Terseir membentuk daerah kristal yang sangat luas.
Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup
opiolit (kerak samudera) dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera)
terdapat beberapa tempat didaratan Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan
oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra basa dengan
komponen granit. Endapan batu kersik samudera dan karbonat mungkin juga
terdapat deretan batuan ini disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur penunjaman,
opiolit-opiolit ini terbentuk oleh tubrukan lempeng ketika kerak samudera
terperangkap oleh gerakan tektonik lempeng dan tertekan ke pinggir lempeng yang
berdekatan dan di sini opiolit-opiolit ini tetap terlindungi. Proses pencuatan ini
sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan.

Gambar peta geologi pulau kalimantan


Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan
tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang
lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan
mencakup batubara dan batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan
Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang
sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang
tertimbun karena luapan sungai.
Setidaknya di Kalimantan terdapat 205 formasi batuan. Formasi batuan di
Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan Barat, sedikit di
Kalimantan Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Sebaran patahan yang
paling sedikit berada di bagian selatan sampai barat dari Pulau Kalimantan.

pg. 5
2.3 BASEMENT PRE EOSEN
Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal)
sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya Kalimantan, Laut
Jawa bagian barat, Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal
sebagai Sundaland. Ofiolit dan sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam
ditemukan di Pegunungan Meratus, yang diperkirakan berasal dari subduksi
Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan terdapat sediment laut
dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit dan unit lainnya yang
menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter dan Supriatna (1989) menyatakan
bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur Trias diantara Cekungan
Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi
berumur Jura-Kapur.

NW SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and (B)


Eocene (modified from Pertamina BPPKA, 1997).

Keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di bawah baratlaut Kalimantan


pada periode Kapur dan Tersier awal dapat menjelaskan kehadiran ofiolit,
melanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok Rajang di Serawak,
Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah
timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang merupakan batas
konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.

pg. 6
Paleocene Middle Eocene SE Asia tectonic reconstruction. SCS = South China
Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction, WSUL = West Sulawesi,
I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate (modified from Pertamina BPKKA,
1997)

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence
pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan
fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai
akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.

2.4 ZAMAN OLIGOSEN


Pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk
Kalimantan dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai
readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan
Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd
dan Armin, 1992) yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng
Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari
batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike- slip berarah barat-timur
yang menyebabkan perpindahan fragmen benua Australia (Banggai Sula) ke bagian
timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan
(SCS) dan wilayah sekitarnya (Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan
Schluter, 1985; Ru dan Pigott, 1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van de
Weerd dan Armin, 1992). Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran
lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara

pg. 7
progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada
pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal
(Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).

2.5 ZAMAN MIOSEN


Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat
penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah
dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols,
1990; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah
(Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Membukanya cekungan
marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah (Harland et al.,
1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).

Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah. (Nuay, 1985, op cit., Oh,
1987.)

pg. 8
BAB III

ZONA CEKUNGAN PULAU KALIMANTAN

3.1 ZONA CEKUNGAN KALIMANTAN


Kalimantan dapat dibagi menjadi beberapa provinsi sekitar berarah tektonik.
Bagian utara pulau ini didominasi oleh kompleks Crocker- Rajang-Embaluh Kapur
dan Eosen hingga Miosen akresi. Hal ini terutama terdiri dari turbidites yang
ditumpahkan ke timur laut (koordinat hari ini) off dari busur vulkanik Schwaner
dan muda menjadi paralik ke cekungan parit laut. Sedimen ini yang terimbrikasi,
cacat, dan lemah bermetamorfosis selama subduksi Creraceous dan Tersier dan
akhirnya yang diterobos oleh tahap akhir dan intrusi subduksi pasca Kelompok
Sintang Oligo-Miosen.

Gambar, tatanan tektonik pulau kalimantan (Andang Bachtiar , 2006)

3.2 CEKUNGAN BARITO


Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari
Schwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian
Meratus pada bagian Timur dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutai
oleh pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan
ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Secara tektonik Cekungan Barito terletak

pg. 9
pada batas bagian tenggara dariSchwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan
ini dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur dan pada bagian Utara
terpisah dengan Cekungan Kutai oleh pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan
masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda.
Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan
(foredeep) pada bagian paling Timur dan berupa platform pada bagian Barat.
Cekungan Barito mulai terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision)
Antara microcontinent Paternoster dan Baratdaya Kalimantan (Metcalfe,1996;
Satyana, 1996). Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak
dari tektonik konvergen, dan menghasilkan polarifting Baratlaut - Tenggara. Rifting
ini kemudian menjadi tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial
(alluvial fan) dari Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst
dan mengisi bagian graben, kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi
Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi. Pada Awal Oligosen terjadi proses
pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan Formasi Berai bagian Bawah yang
menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras dalam hubungan regresi. Pada
Miosen Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.
Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang
mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi
Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala
ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi
Warukin bagian bawah. Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah
yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara
Formasi Warukin atas dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas - pliosen.
Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat,
terlipat, dan terpatahkan. Sumbu struktur sejajar denganTinggian Meratus. Sesar-
sesar naik terbentuk dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan
tersier, terutama daerah-daerah Tinggian Meratus.

pg. 10
Stratigrafi Cekungan Barito, Cekungan Kutai, dan Cekungan Tarakan. (Courtney,
et al., 1991, op cit., Bachtiar, 2006).

Urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah :


Formasi Tanjung (Eosen - Oligosen Awal)
Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara,
dan basalt. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral neritik.
Formasi Berai (Oligosen Akhir - Miosen Awal)
Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung
/ serpih di bagian bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada
bagian atas kembali berulang menjadi perselingan batugamping, serpih, dan
batupasir. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan lagoon-neritik tengah dan
menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang terletak di bagian bawahnya. Kedua
Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m pada dekat Tanjung.
Formasi Warukin (Miosen Bawah - Miosen Tengah)
Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara
tidak selaras oleh Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama
sepanjang bagian barat Tinggian Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin
telah tererosi. Hanya di sebelah selatan Tanjung yang masih dibawah permukaan.
Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota
klastik), dan Warukin bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut
dibedakan berdasarkan susunan litologinya.

pg. 11
3.3 CEKUNGAN KUTAI
Cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona
Sesar Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat
dengan sedimen-sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat
dan terangkat dan membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian
timur terbuka dan terhubung dengan laut dalam dari Cekungan Makassar bagian
Utara.

Elemen Struktur bagian timur Cekungan Kutai. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan
Chambers, 1998.)

Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif


Paleogen dan pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan
ekstensi pada tektonik dan pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada
fase longsoran tarikan post-rift dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan
karbonat selama Oligosen akhir. Fase Neogen dimulai sejak Miosen Bawah sampai
sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan Kutai sampai lapisan
Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian pantai dan
sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian
timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda menjauhi timur.

pg. 12
Cekungan Kutai dari Oligosen Akhir (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers,
1998.)

Cekungan Kutai dari Oligosen sekarang. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers,
1998.)
Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan
terakumulasi sediment-sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir
sedang dari Formasi serpih Bogan dan Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen,
pengangkatan benua (Dataran Tinggi Kucing) ke arah barat dari tunjaman
menghasilkan banyak sedimen yang mengisi Cekungan Kutai pada formasi delta-
delta sungai, salah satunya di kawasan Sangatta. Ciri khas sedimen-sedimen delta

pg. 13
terakumulasi pada Formasi Pulau Balang, khususnya sedimen dataran delta bagian
bawah dan sedimen batas laut, diikuti lapisan-lapisan dari Formasi Balikpapan yang
terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir dari lingkungan pengendapan
sungai yang banyak didominasi substansi gambut delta plain bagian atas yang
kemudian membentuk lapisan-lapisan batubara pada endapan di bagian barat
kawasan Pinang. Subsidence yang berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan
tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya sesar- sesar pada sedimen-sedimen.
Pengendapan pada Formasi Balikpapan dilanjutkan dengan akumulasi lapisan-
lapisan Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama Kala Pliosen, serpih dari serpih
Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai kedalaman 2000
meter, menjadi kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan pergerakan diapir
dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur antiklin-
antiklin rapat yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekugan Kutai dan
pada kawasan Pinang terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.

3.4 CEKUNGAN TARAKAN


Cekungan Tarakan meliputi wilayah basinal di NE Kalimantan. Pekerja di
daerah ini biasanya membagi NE wilayah Kalimantan basinal menjadi empat sub-
DAS: yang Subcekungan Tidung, Berau Subbasin, Tarakan Sub-basin, dan Muara
Sub-basin. Cekungan Tarakan. Batas-batas antara sub- DAS tidak selalu perbatasan
aktif, beberapa zona sesar. Cekungan Tarakan dipisahkan dari Cekungan Kutai oleh
busur manghaliat. Deposisi di Cekungan Tarakan dimulai pada Eosen Tengah,
bersamaan dengan fase rifting Selat Makassar yang memisahkan Sulawesi dari
Kalimantan (Lentini dan Darman, 1996). Basin mereda dan membuka ke timur.
Laut melanggar barat dan serpih laut dangkal dari Formasi Sembakung diendapkan,
melapisi Dannu tua batuan dasar. pengangkatan Eosen terbaru yang mengakibatkan
pengendapan klastik hasil kasar Formasi Sujau.

3.5 CEKUNGAN SANDAKAN


Cekungan sandakan terletak di bagian selatan Laut Sulu, dengan kompleks
delta Tersier di selatan cekungan. Hal ini sejalan dengan berbagai cara dengan
hidrokarbon yang menghasilkan delta Baram dan Mahakam, yang seperti
Sandakan, yang berdekatan dengan Kalimantan. Ini kesamaan dengan Kalimantan
membedakan Cekungan Sandakan dari semua cekungan sedimen lain di Filipina.
Cekungan Sandakan diisi terutama dengan Mio-Pliosen fluvio-delta batuan
sedimen usia, sampai 15 km tebal. Bagian stratigrafi cekungan telah dijelaskan oleh
Tamesis (1990). Cekungan ini dibatasi pada barat laut oleh Ridge Cagayan dan
meluas barat daya ke tengah dan tenggara Sabah. Palung Sulu aktif dan Kepulauan
Sulu membentuk batas timur cekungan. Ke timur laut, Sejarah tektonik cekungan
ini tidak disepakati. pemekaran dasar laut mungkin telah dikaitkan dengan

pg. 14
tenggara-diarahkan subduksi kerak proto-Selatan yang diusulkan Laut China laut,
di bawah perluasan timur laut dari mikrokontinen Borneo (Ridge Cagayan), selama
Miosen Tengah waktu (Hinz, et al, 1991.). Pembahasan lebih lanjut dari
perkembangan cekungan dibuat oleh Hutchison (1992) dan Rangin et al. (1990).

3.6 CEKUNGAN MELAWI DAN KETUNGAU


The melange dan batuan akresi timur dari domain Kalimantan Northwest
secara tidak selaras ditindih oleh tiga urutan sedimen, urutan Silat, Melawi Basin
urutan dan Ketungau / Mandai Basin urutan. Yang paling awal dari ini adalah urutan
Silat, yang terdiri dari batu pasir fluviatile hingga 600 ditindih tebal hingga 2000m
dari endapan danau hitam shale. Urutan menipis dengan cepat ke barat dan tidak
hadir di sebelah barat Sungai Kapuas. Hal ini dilipat menjadi sinklin, ketat terjun
timur, dan anggota badan berada di tempat terbalik. Urutan Silat ignimbrit deposito
akresi selatan dan selaras ditindih oleh batuan dari Cekungan Melawi. Daerah
singkapan dari urutan disebut oleh Zeybnans van Emmichoven (1939) dan
Williams et al., (1984) sebagai Sabuk Lipat Silat. Urutan Silat dilipat sebelum
pengendapan urutan Basin Melawi. Sifat melipat menunjukkan adanya kesalahan
dorong pada kedalaman (Williams et al., 1984). The Basin Melawi berisi sampai 5
km dari sedimen laut fluviatile, lagoonal dan marjinal. Detritus vulkanik tidak
berlimpah namun van Es (1918) dan Williams dan Heryanto (1986) diakui
cakrawala banyak mengandung udara jatuh dan fragmen pecahan kaca silisifikasi
menunjukkan vulkanik kontemporer jauh.

pg. 15
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kalimantan dapat dibagi menjadi beberapa provinsi sekitar berarah
tektonik. Bagian utara pulau ini didominasi oleh kompleks Crocker- Rajang-
Embaluh Kapur dan Eosen hingga Miosen akresi. Hal ini terutama terdiri dari
turbidites yang ditumpahkan ke timur laut (koordinat hari ini) off dari busur
vulkanik Schwaner dan muda menjadi paralik ke cekungan parit laut. Sedimen ini
yang terimbrikasi, cacat, dan lemah bermetamorfosis selama subduksi Creraceous
dan Tersier dan akhirnya yang diterobos oleh tahap akhir dan intrusi subduksi pasca
Kelompok Sintang pada Oligo-Miosen. Di Kalimantan terdapat empat unit geologi
utama, yaitu batuan yang dihubungkan dengan pinggir lempeng, batuan dasar,
batuan muda yang mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta endapan
muda yang dangkal. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan
gneis yang tercampur dengan granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir
membentuk daerah kristal yang sangat luas. Batuan yang berasosiasi dengan pinggir
lempeng Kalimantan mencakup opiolit (kerak samudera) dan melange.
Pulau kalimantan terdiri dari beberapa zona cekungan, diantara cekungan
barito,cekungan kutai, cekungan tarakan, cekungan sendakan, cekungan melawi
dan ketungau yang memeliki sejarah-sejarah yang berbeda-beda dalam
pembentukannya. Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan
agak keras, termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran
pegunungan meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier. Kalimantan tidak
memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapi
memiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian
timur Kalimantan.
Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan
tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang
lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan
mencakup batu bara dan batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan
Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang
sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang
tertimbun karena luapan sungai.

4.2 SARAN
Lebih memperluas wawasan dengan cara membaca dan mencari lebih banyak
referensi.

pg. 16
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.P., dan Chambers,J.L.C.,1998, Sedimentation in the Modern and


Miocen Mahakam Delta. IPA, hal. 156-165.

Bachtiar, A., 2006, Slide Kuliah Geologi Indonesia, Prodi Teknik Geologi,
FIKTM-ITB.

Oh,H.L., The Kutai Basin a Unique Structural History. Proceeding IPA 20th
October 1987 Vol I p. 311-316.

Satyana, A.H., 2000, Kalimantan, An Outline of The Geology of Indonesia,


Indonesian Association of Geologists, p.69-89.

Van de Weerd, A.A., dan Armin, Richard A., 1992, Origin and Evolution of
the Tertiary Hydrocarbon-Bearing Basins in Kalimantan (Borneo),
Indonesia, The American Association of Petroleum Geologists Bulletin v. 76, No.
11, p. 1778-1803.

pg. 17

Anda mungkin juga menyukai