Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak bumi dan gas merupakan salah satubahan bakar fosil yang banyak digunakan
oleh negara di dunia,tidak terkecuali Indonesia yang memiliki konsumsi bahan bakar minyak
dan gas yang cukup tinggi bahkan melebihi konsumsi bahan bakar oleh negara maju.Oleh
karena itu diperlukan eksplorasi dan eksploitasi untuk memenuhi konsumsi bahan bakar di
Indonesia,akan tetapi karena sifat minyak bumi dan gas yang tidak dapat diperbaharui maka
diperlukan teknologi dan alternatif dalam memenuhi konsumsi bahan bakar.
Indonesia beruntung memiliki cadangan minyak bumi dan gas yang cukup melimpah
dan sebarannya hampir berada di seluruh bagian Indonesia,salah satunya yaitu Cekungan
Tarakan yang berada di Kalimantan bagian utara.Berdasarkan hasil studi geologi diketahui
bahwa Cekungan Tarakan memiliki potensi sebagai penghasil minyak bumi dan gas yang
cukup melimpah,selain itu minyak bumi dan gas yang diekspolitasi berguna untuk menmbah
devisa negara.Sebelum dilakukan eksploitasi diperlukan studi mengenai daerah cekungan
yang memiliki potensi sehingga mempermudah dalam menentukan titik pengeboran dan
sistem pengeboran yang akan digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas
antara lain:
1. Bagamanakah kondisi Fisiografi Cekungan Tarakan?
2. Bagaimanakah kondisi Stratigrafi Cekungan Tarakan?
3. Bagaimanakah kondisi Struktur Geologi Cekungan Tarakan?
4. Bagaimanakah Sejarah Geologi Cekungan Tarakan?
5. Bagaimanakah Petroleum System di Cekungan Tarakan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tulisan ini antra lain:
1. Untuk mengetahui mengenai Fisiografi Tarakan.
2. Untuk mengetahui mengenai Stratigrafi Tarakan.
3. Untuk mengetahui mengenai Struktur Geologi Tarakan.
4. Untuk mengetahui mengenai Sejarah Geologi Tarakan Basin.

1
5. Untuk mengetahui Petroleum System di Cekungan Tarakan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini yaitu untuk membantu dalam menentukan petroleum
system pada Cekungan Tarakan.Dengan mengetahui petroleumsystem yang bekerja di
Cekungan Tarakan,maka dapat membantu dalam proses eksploitasi minyak bumi dan
gas,serta sumber daya mineral lain yang mungkin terdapat pada Cekungan Tarakan.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Fisiografi Cekungan Tarakan


Menurut Bemmelen (1949) pulau Kalimantan dibagi menjadi beberapa zona fisiografi,
yaitu :
1. Blok Schwaner yang dianggap sebagai bagian dari dataran Sunda,
2. Blok Paternoster, meliputi pelataran Paternoster sekarang yang terletak dilepas Pantai
Kalimantan Tenggara dan sebagian di dataran Kalimantan yang dikenal sebagai sub
cekungan Pasir,
3. Meratus Graben, terletak diantara blok Schwaner dan Paternoster, daerah ini sebagi
bagian dari cekungan Kutai,
4. Tinggian Kuching, merupakan sumber untuk pengendapan ke arah Barat laut dan
Tenggara cekungan Kalimantan selama Neogen. Cekungan-cekungan tersebut antara lain:
a. Cekungan Tarakan, yang terletak paling Utara dari Kalimantan Timur. Disebelah
Utara cekungan ini dibatasi oleh “Semporna High”,
b. Cekungan Kutai, yang terletak sebelah Selatan dari Tinggian Kuching yang
merupakan tempat penampungan pengendapan dari Tinggian Kuching selama Tersier.
Cekungan ini dipisahkan oleh suatu unsur Tektoniok yang dikenal sebagai Paternoster Cross
Hight dari cekungan Barito.

3
Gambar 1. Fisiografi Pulau Kalimantan (Van Bemmelen,1949).

2.2 Stratigrafi Regional


Batuan dasar pada cekungan Kalimantan Timur Utara terdiri dari sedimen-sedimen
berumur tua, meliputi Formasi Danau (Heriyanto dkk., 1991) atau disebut juga Formasi
Damiu, Formasi Sembakung, dan Batulempung Malio. Sedimen-sedimen tersebut telah
terkompaksi, terlipatkan, dan tersesarkan.Adapun susunan stratgrafi pada Cekungan Tarakan
dari yang paling tua hinnga muda sebagai berikut :
•Formasi Danau Formasi Danau terdeformasi kuat dan sebagian termetamorfosa,
mengandung breksi terserpentinitisasi, rijang radiolaria, spilit, serpih,slate, dan
kuarsa.
•Formasi Sembakung dan Batulempung Malio Formasi Sembakung diendapkan di
atas Formasi Danau secara tidak selaras. Formasi ini terdiri dari sedimen volkanik dan
klastik yang berumur Eosen Awal-Eosen Tengah.Di atas Formasi Sembakung
diendapkan batulempung berfosil, karbonatan, dan mikaan yang dikenal dengan
Batulempung Malio yang berumur Eosen Tengah.
•Formasi Sujau Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik (konglomerat dan
batupasir), serpih, dan volkanik.

4
•Formasi Selor Formasi Selor terdiri dari lapisan-lapisan batubara dan Batugamping
mikritik yang diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Sujau.
•Formasi Mangkabua Formasi Mangkabua yang terdiri dari serpih laut dan napal
yang berumur Oligosen.
•Formasi Tempilan Formasi Tempilan terdiri dari fasies klastik basalt.
•Formasi Taballar Formasi Taballar terdiri dari batugamping mikritik yang
merupakan sikuen paparan karbonat dengan perkembangan reef lokal Oligosen Akhir
sampai Miosen Awal.
•Formasi Mesalai Formasi ini secara gradual cekungan menerus dari formasi Taballar
menipis ke arah formasi mesalai. Pada formasi ini terdiri dari napal.
•Formasi Naintupo Formasi ini terdiri dari batulempung dan serpih.
•Formasi Meliat Formasi ini diendapkan secara tidak selaras dengan Serpih
Naintupo. Formasi initerdiri dari batupasir kasar, serpih karbonatan, dan batugamping
tipis. Di beberapa bagian, Formasi Meliat terdiri dari batulanau dan serpih dengan
sedikit lensa-lensa batupasir.
•Formasi Tabul Formasi ini terdiri dari batupasir, batulanau, dan serpih yang kadang
disertai dengan kemunculan lapisan batubara dan batugamping.
 Formasi Santul Pada formasi ini sering dijumpai lapisan batubara tipis yang
berinterkalasi dengan batupasir, batulanau, dan batulempung.
•Formasi Tarakan Formasi ini terdiri dari interbeding batulempung, serpih, batupasir,
dan lapisan-lapisan batubata lignit, dasar dari Formasi Tarakan pada beberapa
ditepresentasikan oleh ketidakselarasan.
•Formasi Bunyu Formasi Bunyu terdiri dari batupasir tebal, berukuran butir medium
sampai kasar,kadangkala konglomeratan dan interbeding batubara lignit dengan
serpih. batupasir formasi ini lebih tebal, kasar, dan kurang terkonsilidasi jika
dibandingkandengan batupasir Formasi Tarakan.

5
Gambar 2. Kolom Stratigrafi Cekungan Kalimantan Timur Utara da Kolom
Stratigrafi Cekungan Kalimantan Timur Utara (kiri: dimodifikasi dari Heriyanto
dkk., 1991)

2.3 Tektonostratigrafi Sub-Cekungan Tarakan


Tektonostratigrafi di Sub-Cekungan Tarakan terbagi dalam tiga fase; pre-rift, syn-rift
dan post-rift. Pada fase post-Rift, Sub-Cekungan Tarakan menjadi passive margin yang
terbagi dalam fase transgresi dan regresi (Ellen, dkk., 2008).
Pada tahap pre-rift, stratigrafi wilayah ini dialasi batuan dasar Formasi Danau
yang merupakan batuan metamorf. Konfigurasi struktur diawali oleh proses rifting selama
Eosen Awal, kemudian terjadinya uplift di bagian barat selama Eosen Tengah
mengakibatkan erosi di puncak tinggian Sekatak sehingga tahap ini menjadi awal
pengendapan siklus-1 dan berlanjut ke siklus-2 (Biantoro, dkk., 1996). Patahan-patahan
normal selama rifting ini berarah relatif barat daya – timur laut.
Untuk tahap syn-rift, sedimentasi berlangsung selama Eosen dari Formasi Sembakung
dan Sujau. Secara tidak selaras di atasnya pada tahap post-rift 1 dan post-rift 2 selama

6
Oligosen sampai Miosen Awal terendapkan sedimen yang terdiri dari Formasi Seilor,
Mankabua, Tempilan, Tabalar, Mesaloi dan Naintupo. Kedua tahap post-rift tersebut
berlangsung pada fase transgresi.
Pada fase Regresi, menumpang secara tidak selaras di atas sedimen post-rift 2
adalah sedimen delta dan sekitarnya berturut-turut Formasi Meliat, Tabul, Santul, Tarakan
dan Bunyu. Pengendapan yang berlangsung cepat pada Formasi Santul menyebabkan
pembebanan lebih sehingga terjadi re-juvenasi patahan membentuk patahan tumbuh. Patahan
tumbuh ini berlanjut hingga umur Pliosen dengan pengendapan siklus ke-4 pada Formasi
Tarakan. Aktivitas tektonik selama Pliosen Akhir sampai Pleistosen berubah ke kompresi
menghasilkan patahan geser yang di beberapa tempat dijumpai mono-antiklin dan patahan
naik. Selama proses ini terjadi pengendapan Formasi Bunyu.

Gambar 3. Stratigrafi Sub-Cekungan Tarakan (Ellen, dkk., 2008)

7
2.4 Struktur dan Tektonika

Gambar 4. Peta lokasi Sub-Cekungan (Biantoro dkk., 1996).

Struktur geologi yang terdapat di lembar Tarakan dan Sebatik adalah lipatan, sesar
dan kelurusan. Lipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan berarah batarlaut-
tenggara dan melibatkan semua formasi batuan di lembar ini. Sesar yang dijumpai pada
umumnya berupa sesar normal yang sebagian merupakan hasi pengaktifan kembali sesar-
sesar yang telah terbentuk sebelumnya. Sesar dan kelurusan umumnya berarah baratlaut-
tenggara dan beberapa berarah baratdaya-timurlaut. Dibeberapa tempat sesar-sesar ini
ditempati batuan beku.
Dari hasil pengamatan struktur sedimen dan komposisi batuan Tersier pada umumnya
diduga daerah lembar Tarakan dan Sebatik telah mengalami beberapa kali kegiatan tektonik.
Pengendapan kala Tersier diawali oleh pengendapan batugamping foraminifera dan sedimen
turbidit dari formasi Sembakung pada lingkungan laut dangkal sampai laut dalam.
Penangkatan daratan Sunda yang berlangsung pada Akhir Eosen telah diikuti oleh penurunan
dasar cekungan secara perlahan – lahan mulai dari kala Oligosen sampai Miosen Akhir.
Periode ini merupakan masa pengendapan dalam pola regresi hampir diseluruh
cekungan Tarakan yang menghasilkan endapan paralik sampai laut dalam yang membentuk
runtunan batuan dari formasi Naintupo, Meliat dan Tabul. Bersama dengan periode ini di
daerah daratan terjadi kegiatan gunung api dan magmatic yang menghasilkan batuan gunung
api formasi Jelai dan terobosan batuan beku granitan. Periode tektonik selanjutnya
berlangsung pada Miosen Akhir atau Pliosen Awal sampai kala Plistosen. Fase ini merupakan
masa terjadinya kegiatan pengangkatan kembali tepi cekungan yang ditandai dengan

8
pembentukan endapan paralik – fluvial delta seperti batupasir, batubara dan batugamping dari
formasi Sajau.
Pada masa ini juga di daerah daratan terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan
batuan gunung api dari formasi Sinjin dan terobosan andesit, dasit dan basal yang berupa stok
dan dike. Kegiatan tektonik terakhir terjadi pada kala Plistosen yang menghasilkan perlipatan
dan sesar yang membentuk struktur geologi seperti sekarang.

Gambar 5. Kolom Stratigrafi Cekungan Kalimantan Timur Utara (kiri: dimodifikasi dari
PERTAMINA, 1993)
2.5 Petroleum System
Faktor-faktor yang menjadi perhatian studi Petroleum System adalah batuan sumber
(source rocks), reservoir, migrasi, perangkap (trap), batuan penyekat (sealing rock).
 Source Rock
Merupakan endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik yang cukup
untuk dapat menghasilkan minyak dan gas bumi ketika endapan terbeut tertimbun dan
terpanaskan, dan dapat mengelurakan minyak dan gas bumi tersebut dalam jumlah yang
ekonomis. Bahan organik yang terkandung disebut kaorgen. Karogen memiliki 4 tipe
yaitu:
• Tipe 1
Alga dari lingkungan pengendapan lacustrine dan lagoon. Tipe seperti ini dapat
mengahsilkan minyak dengan kualitas baik dan mampu menghasilkan gas.
• Tipe 2
Campuran dari tumbuhan dan mikroorganisme laut. Tipe seperti ini merupakan bahan

9
utama minyak dan gas bumi
• Tipe 3
Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batubara. Tipe seperrti ini umumnya
menghasilkan gas dan sedikit minyak.
• Tipe 4
Bahan bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe seperti ini tidak mampu menghasilkan
minyak dan gas.
 Reservoir Rock
Batuan yang mampu menyimpan dan mampu mengalirkan hidrokarbon. Diman
batuan tersebut harus memiliki porositas sebagai penyimpan hidrokarbon dan permibilitas
sebgai temppat megalirnya hidrokarbon. Jenis jenis Reservoir adalah:
• Siliclastic rock
• Carbonate Rock
• Igneous Rock (Batuan Beku)
• Metamorphic Rock
 Migrasi

Proses transportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju Reservoir. Dalam
transportasi hidrokarbon terjadi beberapa proses yaitu:

 Migrasi primer = Migrasi didalam skuen dari Source Rock


 Ekspulsion = Dari sekuen Source Rock menuju carrier bed
 Migrasi Skunder = Transportasi carrier bed menuju ke trap
 Seal (penutup)
Batuan yang mempunyai porositas dan permebilitas yang kecil.

10
Gambar 6. Penampang Petroleum System (Anonim,2012)

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Petroleum System Cekungan Tarakan


Berdasarkan kondisi geologi pada Cekungan Tarakan, komponen petroleoum system
pada cekungan Tarakan sebagai berikut:
1. Source Rock
Formasi yang berpotensi sebagai source rock adalah Formasi Sembakung, Meliat,dan
Tabul (Sasongko, 2006). Formasi Meliat juga memiliki batuan yang mengandung material
organik yang cukup dengan sebagian formasi temperaturnya cukup tinggi, sehingga mampu
mematangkan hidrokarbon. Batuan Formasi Tabul merupakan source rock terbaik karena
memiliki material organic tinggi dan HI lebih dari 300, sehingga hidrokarbon telah matang.
Ketebalan formasi ini mencapai 1700 m, sehingga mampu menyediakan hidrokarbon yang
melimpah. Menurut L.J. Polito (1978, dalam Indonesia Basins Summaries 2006), batuan
penghasil hidrokarbon di Cekungan Tarakan melampar di Formasi Tabul, Meliat, Santul,
Tarakan dan Naintupo. Wight et al (1992, dalam Indonesia Basins Summaries 2006) juga
memberikan argumen bahwa source rock berasal dari fasies fluvio-lacustrine. Samuel
(1980, dalam Indonesia Basins Summaries 2006) menyebutkan bahwa dari kematangan
termal dan geokimia, hanya gas yang bisa didapatkan di Formasi Tabul, Santul dan Tarakan.
Migrasi bekerja pada blok-blok yang terbentuk Mio-pliocene.

2. Reservoir
Karakteristik batuan yang terdapat pada Formasi Sembakung, Meliat/Latih, Tabul,dan
Tarakan/Sanjau menunjukkan potensial sebagai reservoir. Batuan mempunyai kastika kasar
dengan geometri sedimen deltaik yang penyebarannya terbatas. Berdasarkan Indonesia
Basins Summaries (2006), Formasi Meliat, Tabul, Santul, dan Tarakan merupakan seri delta
dengan batupasir berbentuk channel dan bar.Formasi Meliat berisi batupasir dan shale
dengan lapisan tipis batubara. Kualitas reservoir yang ada termasuk sedang-bagus dengan
pelamparan yang cukup luas.Formasi Tabul berisi batupasir, batulanau, shale dengan lapisan
tipis batubara.Tebal formasi mencapai 400-1500 m dan menebal ke arah timur. Formasi
Santul merupakan fasies delta plain sampai delta front proksimal. Formasi ini didominasi
oleh batupasir dan shale dengan lapisan tipis batubara. Batupasir mempunyai ketebalan 40-
60 m. Pada beberapa titik, ada channel batupasir yang tebalnya mencapai 115 m. Formasi

12
Tarakan yang berumur Pliosen merupakan seri delta dengan dominasi litologi berupa pasir,
lempung, dan batubara yang menunjukkan fasies delta plain hingga fluviatil.

3. Seal Rock
Batuan yang menjadi seal atau tudung adalah batuan penyusun Formasi Sembakung,
Mangkabua, dan Birang yang merupakan batuan sedimen klastik dengan ukuran butir halus.
Formasi Meliat/Latih, Tabul dan Tarakan tersusun oleh batulempung hasil endapan delta
intraformational yang berfungsi pula sebagai batuan tudung.

Gambar 6. Penyebaran isopach formasi Tabul yang mengandug batuan penudung


(Sasongko et al,2006)

4. Traps
Sistem perangkap hidrokarbon yang terdapat di Cekungan Tarakan adalah perangkap
stratigrafi karena adanya asosiasi litologi batuan sedimen halus dengan lingkungan
pengendapannya delta. Namun pada umur Plio-Pleistosen, terjadi tektonik yang
memungkinkan terbentuknya struktur geologi dan dapat terjadi perangkap hidrokarbon yang
berhubungan dengan syngenetic fault dan struktur antiklin.

5. Migrasi
Model migrasi yang terjadi di Cekungan Tarakan disebabkan oleh sesar normal dan sesar
naik serta perbedaan elevasi. Samuel (1980, dalam Indonesia Basins Summaries 2006)
menyebutkan bahwa migrasi hidrokarbon bekerja pada blokblok yang terbentuk Mio-Pliosen.
Hal itu juga didukung dengan waktu yang tepat proses pematangan hidrokarbon pada Miosen

13
Akhir dari Formasi Tabul dan Tarakan akibat intrusi batuan beku. Pematangan hidrokarbon
terjadi pada kedalaman 4300 m.

Gambar 7. Petroleum System Sub Cekungan Tarakan (Biantoro dkk, 1996)

Gambar 8.Play Concept Cekungan Tarakan (PERTAMINA,1993)

14
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Formasi yang berpotensi membentuk Petroleum system di Cekungan Tarakan yaitu :
- Source rock : Fromasi Sembakung,Formasi Meliat,dan Formasi Tabul.
- Reservoir : Formasi Sembakung, Formasi Meliat/Latih, Formasi Tabul,dan Formasi
Tarakan/Sanjau.
- Seal Rock : Formasi Sembakung,Formasi Mangkabua,dan Formasi Birang.
- Trap : Perangkap stratigrafi.
- Migration terjadi akibat adanya perbedaan elevasi,sesar normal,dan sesar naik.

15
DAFTAR PUSTAKA

- Biantoro, E., Kusuma, M.I., dan Rotinsulu, L.F. (1996), Tarakan sub-basin
growth faults, North-East Kalimantan: Their roles hydrocarbon entrapment,
Proceedings of Indonesian Petroleum Association 25th Annual Convention, Jakarta,
Vol. 1, 175-189.

- Darman, H. (2001), Turbidite plays of Indonesia: An Overview, Berita


Sedimentologi,15, 2-21.

- Lentini, M. R., Darman, H. (1996), Aspects of the Neogen tectonic history


and hydrocarbon geology of the Tarakan Basin, Proceedings of Indonesian
Petroleum Association 25th Annual Convention, Jakarta, Vol.1, 241-251.

- http://geoseismic-seasia.blogspot.co.id/2008/11/tarakan-basin.html. Di akses pada tanggal


23 Desember 2017

- http://indriafajar.blogspot.co.id/2013/10/geologi-regional-subcekungan-tarakan.html. Di
akses pada tanggal 23 Desember 2017

- https://syawal88.wordpress.com/2013/11/22/tarakan-mutiara-delta-di-timur-laut-kalimantan/.
Di akses pada tanggal 23 Desember 2017

- http://mentarigeologi.blogspot.co.id/2015/11/geologi-lembar-tarakan-dan-sebatik.html. Di
akses pada tanggal 26 Desember 2017

16

Anda mungkin juga menyukai