Anda di halaman 1dari 9

32.

CEKUNGAN KETUNGAU

32.1 REGIONAL

Nama cekungan polyhistory : Paleogene Continental Fracture - Neogene Continental Interior Sag
Basin
Klasifikasi cekungan : Cekungan Sedimen Dengan Status Belum Ada Penemuan
Hidrokarbon

32.1.1 Rangkuman Cekungan

Cekungan Ketungau-Melawi terdiri dari sikuen sedimen tebal dengan lingkungan pengendapan utama
berupa laut dangkal dan endapan sungai. Cekungan Ketungau terletak di Propinsi Kalimantan Barat
memiliki dimensi panjang 200 km dan lebar 50 km. Luas cekungan ini sekitar 14.160 km2 dengan
bentuk cekungan memanjang dengan arah timurtenggara - utarabaratlaut (Gambar 32.1). Batuan dasar
cekungan ini berumur Eosen Tengah, dengan ketebalan sedimen antara 500-2.500 m pada kedalaman
2.500 m. Batas cekungan ini berdasarkan pada anomali gaya berat yang menunjukkan anomali negatif
dan didukung oleh data isopach.

1
Gambar 32.1Peta lokasi Cekungan Ketungau.

32.1.2 Sejarah Eksplorasi

Pada tahun 1983, PPPG bersama Australian Bureau of Mineral Resources telah menerbitkan peta
geologi sistematik skala 1:250.000 yang sangat berguna sebagai program dari pemetaan keseluruhan
Kalimantan Barat. Beberapa ringkasan dari literatur terdahulu tentang Kalimantan Barat juga telah
ditulis oleh van Emmichoven (1939) dan Haile (1955 dalam Williams dkk., 1984). Setelah itu
penyelidikan yang terbatas pada daerah yang lebih kecil (JICA, 1979 dan 1982 dalam Williams, dkk.,
1984) ataupun untuk tujuan yang lebih khusus seperti determinasi umur (Haile dkk., 1977 dalam
Williams dkk., 1984). Beberapa perusahaan industri minyak bumi telah melakukan eksplorasi awal
untuk mengetahui potensi dari kedua cekungan dalam tahun terakhir ini termasuk Pertamina.

2
32.2 TEKTONIK DAN STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL

Cekungan ini berada di daerah Kalimantan Barat, lokasi bagian utara dan selatan berupa mélange
berumur Kapur yang terdiri dari struktur tinggian yang berkembang sampai Tersier. Batas bagian selatan
dari cekungan ini adalah ketidakselarasan antara batupasir arkose Tersier Awal dan batuan plutonik -
vulkanik menengah hingga asam pada Mesozoikum yang diperkirakan hasil dari subduksi Awal Kapur.
Cekungan bagian utara berkembang secara terpisah antara Komplek Subduksi Semitau yang tidak aktif
dengan zona subduksi Tersier ditandai oleh Mélange Lubok Antu. Dasar dari cekungan ini tidak
tersingkap, namun terdapat suksesi sekuen batupasir litik arenit yang tebal oleh batupasir, lanau dan
batugamping mudstone.

Secara umum aktifitas tektonik di Daratan Sunda dipengaruhi oleh gerak-gerak Lempeng Eurasia selama
Kapur - Tersier Awal ke arah tenggara yang menyebabkan tektonik Cekungan Melawi-Ketungau
menjadi kompleks, terutama dengan terbentuknya tinggian Trias - Jura yang menyusun Kompleks
Semitau. Batuan yang tersingkap di Kawasan Cekungan Melawi-Ketungau meliputi batuan Pra-Tersier
yang secara tidak selaras ditutupi di atasnya oleh runtunan sedimentasi Tersier.

Cekungan Tersier di daerah Kalimantan bagian barat dan selatan terutama dibatasi oleh batuan kerak
benua. Pada bagian barat, sedimen laut dalam menutupi batuan granit dan sekis. Beberapa batuan
sedimen lain adalah ammonite yang berumur Jura yang telah terdeformasi kuat dan keseluruhannya
masih belum dapat dijelaskan secara lengkap.

Pada bagian selatan, batuan dari Pegunungan Schwatzner membentuk batuan dasar bagi Cekungan
Melawi, mengandung sejumlah intrusi batolit dengan komposisi mulai dari olivin norit hingga adamelit,
termasuk juga gabro. Intrusi ini menyebabkan kontak metamorfisme yang cukup luas (van Emmichoven,
1939, van Es, 1918 dalam Williams, dkk., 1984). Berdasarkan dari perajahan radiometrik, diketahui
bahwa intrusi batolit pada bagian selatan dan barat berkisar pada akhir Kapur Awal (115-110 Jtl) dimana
deformasi granitnya diperkirakan pada Perm Tengah (250 Jtl). Granit yang lebih muda juga hadir di
kedua daerah dengan jenis granit alkali Kapur Akhir di Karimata (Priem dkk., 1975 dalam Williams,
dkk., 1984) dan di bagian selatan Sulawesi Barat (Haile dkk., 1977 dalam Williams, dkk., 1984). Secara
3
umum, batolit muda lebih bersifat granitik. Bagian yang tersingkap di Cekungan Melawi ke arah selatan
dibatasi oleh endapan laut dalam Kapur Akhir dan pada bagian atas cekungan terdapat patahan utama.

Secara umum aktifitas tektonik di Daratan Sunda dipengaruhi oleh gerak-gerak Lempeng Eurasia selama
Kapur - Tersier Awal ke arah tenggara yang menyebabkan tektonik Cekungan Melawi-Ketungau
menjadi kompleks, terutama dengan terbentuknya tinggian Trias-Jura yang menyusun Kompleks
Semitau.

Gambar 32.2 Pola tektonik dan struktur utama yang berkembang di Cekungan Melawi-Ketungau dan sekitarnya
(Satyana, 2005).

4
Struktur Cekungan Ketungau

Struktur di Cekungan Ketungau dapat dilihat hanya pada deformasi Neogen, lebih muda dari Paleogen
yang mempengaruhi Cekungan Melawi (Gambar 32.2). Struktur ini muncul seperti sinklinal cekungan
yang bagian utara dan selatannya dibatasi oleh sesar utama. Kemungkinan kedua hal ini merupakan
sesar inversi dengan sudut besar yang membagi rangkaian Cekungan Ketungau sebagai unit paling tua
ke arah utara dan selatan. Sesar anjakan di daerah Silat tidak terlihat memberi pengaruh terhadap
Cekungan Ketungau, kemungkinan berada di bawah.

5
32.3 STRATIGRAFI REGIONAL

Batuan di Cekungan Melawi umumnya terdeformasi lemah, meskipun deformasi intensif di sepanjang
batas utara sesar yang menjadi batas dari cekungan ini. Cekungan ini disusun oleh empat formasi yang
dapat dipisahkan yaitu (Gambar 32.3).

Unit paling bawah adalah batupasir kuarsa setebal 200 m, menerus secara lateral dengan batupasir
anggota Formasi Silantek di Sarawak (Tan, 1982 dalam Williams dkk., 1984)

Formasi Kantu, tersusun oleh batupasir berukuran halus hingga sedang, lanau dan mudstone umumnya
berwarna merah. Formasi ini menerus secara lateral dengan Formasi Silantek dari Sarawak (Tan, 1982
dalamWilliams dkk., 1984).

Batupasir Tutop terletak secara selaras di atas Formasi Kantu. Satuan ini berlapis tebal dan masif
membentuk punggungan bukit sepanjang batas Kalimantan. Sekitar batas pinggiran selatan dari
Cekungan Ketungau, batupasir ini muncul lebih tebal dan tersingkap di bagian paling bawah. Batupasir
ini secara umum berupa batupasir kuarsa dengan sedikit kehadiran felspar.

Formasi Ketungau terletak selaras di atas Batupasir Tutop dan tersusun atas batupasir yang menghalus
ke atas mengandung batubara pada bagian atas.

6
Gambar 32.3 Tatanan stratigrafi regional daerah Cekungan Ketungau-Melawi
(Johnson dan Peterson dalam LEMIGAS, 2006).

7
32.4 SISTEM PETROLEUM

32.4.1 Batuan Induk

Batuan induk Cekungan Melawi-Ketungau berasal dari sedimen Kapur (Formasi Selangkai dan
Pendawan) dan serpih dari Formasi Silat. batuan induk yang lain diperkirakan berasal dari Formasi
Landak dan Formasi Sekayam berupa Lempung karbonan dan lapisan batubara.

32.4.2 Batuan Reservoir

Batuan reservoir utama di cekungan ini adalah batupasir Formasi Ingar, Formasi Payak, serta Formasi
Haloq yang berumur Eosen dan Formasi Tebidah, Formasi Sekayam, dan Formasi Landak (Oligosen).

32.4.3 Perangkap

Perangkap hidrokarbon yang berkembang berupa struktur lipatan dengan sumbu lipatan berarah timur -
barat (Antiklin Sintang dan Antiklin Ingar). Perangkap lain adalah blok sesar dan perangkap stratigrafi
berupa lensa batupasir.

32.4.4 Batuan Penyekat

Batuan penyekat berupa serpih dan batulempung Formasi Silat dan batulempung dari Formasi Selangkai
dan Formasi Pendawan bagian tengah-atas. Batuan perangkap yang lain adalah serpih Formasi Ingar
bagian bawah dan batulempung karbonan dari Formasi Sekayam bagian atas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hadipandoyo, S., Setyoko, J., Guntur, A., Riyanto, H., Suliantara, Sunarjanto, D., Suprijanto,
Hadiwiryono, T., Sutikno, 2006, Kuantifikasi Sumberdaya Hidrokarbon Kawasan Barat
Indonesia. Vol. I hal. 13-1 – 13-11. LEMIGAS, Jakarta.

PERTAMINA dan BEICIP - FRANLAB, 1996, Global Geodynamics, Basin Classification and
Exploration Play-Types In Indonesia, Vol. III, Addendum to the 1992 Edition, PERTAMINA,
hal.133-135.

Rose, R., Hartono, P., 1978, Geological Evolution of the Tertiary Kutei-Melawi Basin Kalimantan
Indonesia, Proceedings Indonesia Petroleum Association 7th Annual Convention.

Satyana, A. H., 2005, Petroleum Geology of Indonesia: Current Concepts, IAGI 34th, HAGI 30th, &
PERHAPI 14th Annual Convention, Surabaya.

Williams, P. R., Supriatna, S., Trail, DS., Hevanto, R., 1984, Tertiary Basin of West Kalimantan,
Associated Igneous Activity and Structural Setting, Proceedings Indonesian Petroleum
Association 13th Annual Convention.

Anda mungkin juga menyukai