Anda di halaman 1dari 20

GEOLOGI DAN

GEOMORFOLOGI
PULAU KALIMANTAN
Amaliya Ulfah
162170038
Pulau Kalimantan

Pulau Kalimantan atau juga disebut Borneo pada


zaman kolonial, adalah pulau terbesar ketiga di
dunia yang terletak di sebelah utara Pulau
Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau
Kalimantan dibagi menjadi wilayah Indonesia
(73%), Malaysia (26%), dan Brunei (1%). Pulau
Kalimantan terkenal dengan julukan "Pulau Seribu
Sungai" karena banyaknya sungai yang mengalir
di pulau ini.
Geologi Pulau kalimantan

Kompleks batuan dasar di Kalimantan di


bagian barat dan bagian tengah Kalimantan
(termasuk pegunungan Schwaner) mewakili
singkapan dasar benua terbesar di Indonesia.
Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng
Kalimantan mencakup opiolit (kerak
samudera) dan melange. Potongan lantai
samudera (kerak samudera) terdapat beberapa
tempat didaratan Kalimantan. Potongan-potongan
ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat
gelap tipe basa dan ultra basa dengan komponen
granit.
Struktur geologis kalimantan

1. Inti benua (continental core)

Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna ke Selatan, dikenal “chinese district” sampai
pegunungan schwanner, oleh Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi bagian, yaitu:
a. Bagian utara, terletak di sebelah utara sungai Kapuas, meliputi kecuali Paloh dan Tayan
juga disebut “chinese district” yang terletak di utara pontianak
b. Zone pegunungan Schwanner, yang membujur dari pontianak ke timur sampai ke
pegunungan Schwanner di kalimntan tengah.
c. Bagian selatan, daerah Ketapang yang terletak antar pegunungan Schwanner dan laut
Jawa.
Perkembangan geologi daerah ini, dapat disimpulkan:
Perkembangan geologi daerah selatan

1) Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan


pembentukan geosinklinal yang diikuti oleh intrusi dan ektrusi ofiolit.
2) Akhir pleozoik terjadi pembubungan geantiklinal sepanjang bagian poros daripada
geosinklinal. Pembubungan ini disertai oleh penerobosan Batholit.
3) Permo Trias, pengangkatan-pengankatan di daerah wilayah utara dan wilayah
selatan.
4) Trias atas, terjadi kembali penurunan dari daerah-daerah ini yang menyebabkan
terjadinya pengendapan sedimen.
5) Jaman jura, disusul oleh gejala pelipatan dan pengangkatan di seluruh daerah dan
diikuti pula oleh intrusi Batholit dan Granitis.
2. Geosinklin Borneo utara (norter borneo geosincline)

Zaman kapur tejadi penurunan dan pembentukan


geosinklin di zone utara yang berlangsung hinnga
zaman paleogen. Singkapan-singkapan dari
geosinklin tersebar mulai dari selatan sungai
Kapuas hingga ke semenanjung Kudat di
kalimantan utara.
Sejarah Tektonik Pulau Kalimantan
1. Basement pra-Eosen
Bagian barat daya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur
Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi barat daya
Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatra, dan semenanjung
Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan sediment
dari busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan
Meratus, yang diperkirakan berasal dari subduksi Mesozoikum.

Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan terdapat sediment laut dalam


berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit, dan unit lainnya
yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter dan Supriatna
(1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik
berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas,
memiliki kontak tektonik dengan formasi berumur Jura-Kapur.
2. Permulaan Cekungan Eosen

Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan


zona subduksi ke arah tenggara di bawah baratlaut
Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier awal
dapat menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges,
broken formations, dan struktur tektonik Kelompok
Rajang di Serawak, Formasi Crocker di bagian barat
Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur
Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi,
yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan
kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.
Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya
subsidence pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah
sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan
dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc
Laut Celebes.
3. Tektonisme Oligosen

Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk Kalimantan


dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari
lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh
ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang
dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan
sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi
oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan
fragmen benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada
kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan
wilayah sekitarnya. Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai
samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari
baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di
bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal.
4. Tektonisme Miosen

Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-


tengah terjadi perubahan yang Sangat
penting. Pemekaran lantai samudera di SCS
berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan
Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut
Sulu dan obduksi ofiolit di Sabah.
Membukanya cekungan marginal Laut
Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen
tengah.
Karakteristik Batuan

Di Kalimantan terdapat empat unit geologi utama, yaitu batuan yang


dihubungkan dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan muda yang
mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta endapan muda yang
dangkal.

1. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan gneis yang tercampur
dengan granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal
yang sangat luas.
2. Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup opiolit
(kerak samudera) dan melange.
3. Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak
keras, termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan
jajaran pegunungan meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier.
Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di
Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki daerah batuan vulkanik tua yang
kokoh di bagian barat daya dan bagian timur Kalimantan.

4. Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan


Kalimantan tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu
sabak. Selain formasi yang lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan
formasi sedimen relatif muda dan mencakup batu bara dan batuan yang
mengandung minyak bumi. Bagian selatan Kalimantan terutama
tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang sering
dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial
yang tertimbun karena luapan sungai.
Geomorfologi pulau kalimantan

Pada bagian tengah pulau kalimantan merupakan wilayah


bergunung-gunung dan berbukit. Pegunungan di Kalimantan tidak
aktif dan ketinggiannya di bawah 2000 m di atas permukaan laut.
Sedangkan wilayah daratan rendah adalah pantai, berpaya-paya
dan tertutup lapisan tanah gambut yang tebal.
Pulau Kalimantan diliputi oleh hutan tropic yang lebat (primer dan
sekunder). Secara geologis pulau Kalimantan stabil, relatife aman
dari gempa baik vulkanik maupun tektonik, karena tidak dilintasi
oleh patahan kerak bumi dan tidak mempunyai rangkaian gunung
api aktif seperti halnya pulau Sumatra, jawa dan Sulawesi. Sungai
terpanjang di Indonesia sungai Kapuas 1125 km berada di pulau
Kalimantan.
Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 zone yang masing-masing
mempunyai karakteristik yang brbeda-beda.
Zone I : Kalimantan Selatan

Pada zone ini terdiri dari dataran alluvial, dataran banjir, tanggul
alam dan back swamp.

Karakteristik
Pada waktu pasang, air sungai tertekan sehingga terjadi genangan.
Dataran yang semula berupa basin diendapi material endapan dari
pegunungan di sebelah utaranya. Kalimantan Selatan banyak
terdapat lapisan gambut yang sangat tebal sehingga daerahnya
sulit dikembangkan, paling cocok hanya persawahan pasang surut.
Zone II : Kalimantan Barat

 Pada zone ini berupa pegunungan geantiklinal yang batuannya


terdiri dari granit dan batuan berumur Termocarbon. Menurut Van
Bemmelen, batuan ini adalah batuan yang berumur tua di
Indonesia. Batuan ini meluas hingga kepulauan Andalas dan
sebagian dari zone ini pada jaman es mengalami genangan oleh
air laut. Di lembah-lembah sungai, zone ini sebagian besar terdiri
dari hasil pelapukan granit yang berupa feldspar dan kuarsa

 Zone ini disebut sebagi pegunungan massif karena terdapat di


daerah tertutup ataupun tertentu saja ( local ).
Zone III : Kalimantan Tengah

 Merupakan geantiklinal yang dibeberapa tempat menunjukkan


aktivitas vulkanis yang tidak aktif lagi, misalnya : pegunungan
Iran.

 Dahulu sungai Kapuas pada zone ini terdapat endapan yang


cukup tua dan disebut Formasi Danau.
Zone IV : Kalimantan Timur

Zone ini terdiri dari pegunungan antiklinal dan geantiklinal Meratus. Di


depresi Mahakam merupakan delta yang cukup cepat perkembangannya
sebab material dan daerahnya merupakan dangkalan terusan dari selat
Sunda dimana basementnya stabil dan muatan sedimen yang diendapkan di
beberapa tempat, menyebabkan delta berkembang dengan baik serta
alirannya lambat.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai