Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN EKSKURSI KARANGSAMBUNG

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FTTM ITB


20-25 MEI 2016

Disusun Oleh :
Kristian Edwin S.

12113006

Putri Aprilia

12113023

Gagah Arofat

12113045

Dwi Tama N.

12113075

Eksan Yuliyanto

12113095

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERETAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia Nya
lah, kami diberi keatan dan kemampuan untuk menyelesaikan laporan ekskursi Pemetaan Eksplorasi
secara lancer dan baik, dengan kendala yag tidak terlalu berarti.
Maksud dan tujuan penyusunan laporan Ekskursi Pemetaan ini adalah untuk menyampaikan
dan menjelaskan ilmu - ilmu yang telah kami dapatkan dari kegiatan ekskursi di daerah Karag
Sambung, tanggal 20-25 Mei 2015 dan akan digunakan sebagai bahan pelajaran untuk menambah
pemahaman kami semua.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang mendalam, kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga pada akhirnya
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada :
1. Kepada orang tua dan keluarga yang telah membantu baik moril, materil, dan motivasi kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
2. Dr. Eng. Syafrizal, ST. , MT., selaku dosen mata kuliah Pemetaan Eksplorasi.
3. Seluruh dosen prodi Teknik Pertambangan yang turut menyumbangkan ilmu selama ekskursi
berlangsung.
4. Kak Wiji Astuti selaku asisten perkuliahan yang turut membantu selama ekskursi berlangsung
dan juga asisten-asisten yang lainnya.
5. Dan seluruh rekan-rekan mahasiswa peserta ekskursi yang saling mendukung.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusuan laporan ini masih kekurangan, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan ini.

Bandung, 29 Mei 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Metode Pengumpulan Data

1.5 Waktu dan Tempat

1.6 Sistematika Penulisan

BAB II GEOLOGI UMUM DAERAH KARANGSAMBUNG DAN SEKITARNYA


2.1 Geomorfologi

2.2 Litologi dan Stratigrafi Umum

2.3 Sruktur Geologi Regional

2.4 Sungai dan Pola Aliran

BAB III KEGIATAN EKSKURSI


3.1 Deskripsi Kegiatan Hari Pertama

10

3.2 Deskripsi Kegiatan Hari Kedua

25

3.3 Deskripsi Kegiatan Hari Ketiga

40

BAB IV SIMULASI PEMETAAN


4.1 Lintasan Pemetaan

53

4.2 Litologi dan Stratigrafi

53

4.3 Deskripsi Singkapan

55

4.4 Tebal Formasi Waturanda

63

BAB V PENGUKURAN HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI


5.1 Lokasi Penelitian

64
ii

5.2 V-notch dan Current Meter

64

5.3 Pengukuran Infiltrasi pada Daerah Pinggiran Sungai Lok Ulo

66

BAB VI PENGUKURAN TAHANAN JENIS


6.1 Lokasi Penelitian

69

6.2 Data dan Pengolahan

69

6.3 Analisis Perhitungan

70

BAB VII PENUTUP


7.1 Kesan

71

7.2 Saran

72

DAFTAR PUSTAKA

73

LAMPIRAN

74

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengalaman lapangan adalah hal yang sangat penting bagi seorang calon pengeksplorasi.
Pengalaman lapangan tersebut diantaranya adalah pemetaan lapangan dan pengukuran di
lapangan. Pemetaan lapangan merupakan kegiatan untuk membuat lintasan. Dari lintasan
tersebut akan dihasilkan keluaran berupa peta maupun penampang dari hasil pembuatan
lintasan tersebut. Di dalam proses pemetaan tersebut, mencakup pengukuran koordinat,
kedudukan lapisan batuan maupun struktur geologi, deskripsi batuan, dan sebagainya. Untuk
pengukuran di lapangan, sebagian sudah tercakup dalam proses pemetaan, misalnya
pengukuran kedudukan batuan, breksiasi sesar, struktur sesar, lipatan mikro dan pengukuran
koordinat lokasi. Untuk bidang hidrogeologi, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran
debit air dan infiltrasi, dan sebagainya. Semua kegiatan di atas dirangkum dalam simulasi
pemetaan eksplorasi yang merupakan rangkaian acara Ekskursi Karangsambung 2016 pada
tanggal 20-25 Mei 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Bahasan di dalam laporan ini, dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut,
1. Bagaimana kondisi morfologi kawasan Karangsambung?
2. Bagaimana kondisi geologi kawasan Karangsambung?
3. Apa saja aspek-aspek yang mepengaruhi proses pembentukan formasi batuan di
kawasan Karangsambung?
4. Bagaimana karakteristik formasi batuan yang terbentuk?
5. Dimana batas kontak antara formasi Panosogan dan Waturanda?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan Ekskursi Karangsambung ini adalah sebagai
berikut,
1. Peserta diharapkan mampu menerapkan ilmu-ilmu yang didapat di kelas waktu
kuliah ke lapangan.
1

2. Peserta dapat mengerti dan memahami proses pemetaan lapangan yang baik dan
benar.
3. Peserta dapat melakukan proses pengukuran lapangan dengan baik dan benar.
4. Peserta dapat memenuhi syarat kelulusan matakuliah Pemetaan Eksplorasi.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Metoda pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan studi literatur
terhadap kondisi geologi dan melakukan pengukuran langsung di lapangan.

1.5 Waktu dan Tempat


Kegiatan Ekskursi Karangsambung 2016 ini dilakukan pada:
Waktu

: 20 25 Mei 2016

Tempat

: Cagar Alam Geologi Karangsambung

1.6 Sistematika Penulisan


Laporan ini akan dibagi menjadi 7 Bab yang terdiri dari sebagai berikut,
1. Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
metoda pengumpulan data dan sistematika penulisan.
2. Bab II Geologi Umum Daerah Karangsambung dan Sekitarnya yang berisi tentang
Geomorfologi Umum, Litologi dan Stratigrafi Umum, dan Struktur Geologi Regional
yang didasarkan pada studi literatur.
3. Bab III Kegiatan Ekskursi yang berisi tentang pelaporan objek-objek pada kegiatan
ekskursi pada hari pertama sampai dengan hari keempat.
4. Bab IV Simulasi Pemetaan yang berisi tentang Lintasan Pemetaan, Litologi dan
Stratigrafi, dan Struktur Geologi.
5. Bab V Pengukuran Hidrologi dan Hidrogeologi yang berisi tentang Pengukuran Debit
air dan Pengukuran Infiltrasi.
6. Bab VI Pengukuran Total Station yang berisi tentang pengukuran orientasi, jarak dan
elevasi menggunakan peralatan Total Station.
7. Bab VII Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

BAB II
GEOLOGI UMUM DAERAH KARANGSAMBUNG DAN SEKITARNYA

2.1 Geomorfologi
Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks
melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit
Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange di
lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan
hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian
pegunungan. Pengaruh struktur dan perlipatan sangat terlihat mengontrol daerah penelitian
sehingga membentuk kenampakan lembahan yang dikelilingi tinggian yang dikenal dengan
bentuk amphitheater, nampak begitu jelas terlihat dari peta kontur yang diberikan. Bentukan
amphitheater membuka kearah barat seperti bentukan tapal kuda.

Gabar 2.1 bentuk tapal kuda daerah karangsambung


(sumber: google.maps)

2.1.1. Daerah Bermorfologi Pedataran


terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan sungai utama yang
mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter,
sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung,
morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di
daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal,
rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam
dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
3

2.1.2. Morfologi Perbukitan


Disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku
umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong
(tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut
(kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang
tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana
batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak
bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan
melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik. Satuan morfologi ini dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu:
a. Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras.
b. Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan
melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.
c. Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras,
Dliwang, Perahu, dan Waturanda.

Setelah dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang
alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya
merupakan antikline pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit
Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur
sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga,
terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan
daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan
morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang
tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada
puncak Gunung Paras ke arah timur.

2.2 Morfologi perbukitan diambil dari daerah jati bungkus (dari kiri G. Brujul, G. Paras)
(sumber dokumentasi pribadi)

2.1.3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange (Campur Aduk Batuan)


Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong
dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag
dan Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit
memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah
4

ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses
tektonik.

2.1.4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan


Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan
Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan
menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim
hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April
hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan
September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa
tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan
pinus).

2.2 Litologi dan Stratigrafi Umum


2.2.1 Litologi
Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yg berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan
strukturnya.Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis
batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang
berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan
sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan /
evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan
metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian
mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan
temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.Litologi di daerah
Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
No
1

Lokasi
Kompleks
Melange

Formasi
Karangsambung

Formasi
Totogan

Formasi
Waturanda

Umur
Litologi
Kapur Akhir (85-140 - Batuan Metamorf (Schist mica
juta tahun yang lalu)
117Ma)
- Batuan sedimen pelagic (Rijangendapan laut dalam)
- Batuan ofiolit
Eocene-Oligocene
- Batulempung bersisik
(23,7 -57,6 juta tahun - Olistolit (Konglomerat, Batugamping
yang lalu)
Nummulites)
Oligocene-Miocene
- Breksi dengan komponen batulempung,
Awal (36,6-23,7 juta batupasir dan batugamping
tahun yang lalu)
Miocene Awal
- Batupasir vulkanik dan breksi vulkanik
Miocene
Tengah
(23,7- 13 juta tahun
5

Formasi
Panosogan

yang lalu)
Miocene Awal
- Perselingan batupasir,
Miocene
Tengah tufa, napal dan kalkarenit
(23,7- 13 juta tahun
yang lalu)

batulempung,

Tabel 1 : Formasi, umur dan satuan batuan pada daerah Karangsambung


Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi umur batuan mulai
puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan yang berasal dari benua
maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan
yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi
dalam kegiatan penelitian.Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada
kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan jalur
penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil Radiolaria yang
terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen rijang (Chert). Pada kondisi
cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen yang mengandung fosil biota laut berupa
sedimen batu gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa
batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit.

2.2.2 Stratigrafi
Stratigrafi daerah Karangsambung dari tua ke muda yaitu : Komleks Melange Lok Ulo,
Formasi Karangsambung , Formasi Totogan, Formasi Waturanda , Formasi Penosogan ,
Formasi Halang.

Tabel 2: Stratigrafi umum Daerah Luk Ulo (Asikin et.al., 1992)


6

1. KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO


Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur PreTersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan
rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan
metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran
secara tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuanbatuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan
berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan
satuan Seboro di sebelah utara.Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua.
Satuan ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada
adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan
sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan
Gunung Bako
2. FORMASI KARANGSAMBUNG
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu
yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir
kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan
struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur
tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan
air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset
batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun)
sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.
3. FORMASI TOTOGAN
Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung.
Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu
dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang
terperangkap pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari
formasi Totogan adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan
Globoquadrina praedehiscens dan Globigeriona binaensis.
4. FORMASI WATURANDA
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi
statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari
breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar
batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan
beku dan obsidian.
5. FORMASI PENOSOGAN
Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa
secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir
batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak
atasnya.Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang

perubahan
tufan dan
selaras di
batupasir,
7

batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya
dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin
tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian
atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.
6. FORMASI HALANG
Menindih selaras diatas Formasi Penosogan, Litologi terdiri dari perselingan batupasir,
batulempung, napal, tufa dan sisipan breksi. Merupakan kumpulan sedimen turbidit bersifat
distal sampai proksimal, pada bagian bawah dan tengah kipas bawah laut, berumur Miocene
ahkir-Pliocene.
7. Endapan Aluvial
Endapan alluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki umur holosen dan
pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.

2.3 Struktur Geologi Regional


Struktur di daerah Karangsambung tempat batuan Pra-tersier dan tersier tersingkap, dapat
dibedakan adanya dua pola struktur utama, yaitu yang arahnya timur laut-barat daya dan
barat timur. Pola yang berarah timur laut barat daya merupakan batuan pra tersier yang
terdiri dari kompleks mlange yang berumur Kapur Atas Paleosen (Sukendar Asikin,
1974). Hubungan antara satu batuan dengan yang lainnya memiliki lingkungan dan genesa
pembentukan berbeda yang terdapat di mlange, umumnya berupa sesar yang berarah timur
laut-barat daya atau ke arah Meratus. Pola yang berarah barat-timur terdiri dari perlipatan dan
sesar, dan umumnya melibatkan batuan berumur tersier.

Gambar 2.4 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (modifikasi
Soeria-Atmadja dkk. 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola yang arahnya timur laut - barat daya
sangat dominan di bagian timur Jawa Tengah ini, merupakan jejak tektonik Kapur-Paleosen
yang berbentuk jalur subduksi akibat interaksi antara lempeng Indo Australia dan
lempeng Mikro Sunda. Jalur tersebut juga merupakan kelanjutan dari jalur subduksi yang
tersingkap di Ciletuh Jawa barat
Subduksi yang terjadi pada daerah Karangsambung terjadi pada dua tahap, yakni :
1. Zaman Kapur Akhir Pliosen
Kejadian proses subduksi
mempunyai struktur struktur-struktur geologi yang
mempunyai arah baratdaya timurlaut yang lebih dikenal dengan sebutan Pola Meratus
Struktur ini diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara Lempeng Eurasia dengan
mikrokontinen yang berasal dari Lempeng Indo-Australia.
2. Zaman Tersier
Proses subduksi yang terjadi di zaman ini mempunyai arah barat timur. Proses yang terjadi
di zaman ini merupakan zona subduksi yang baru atau bisa dibilang masih berlangsung
hingga sekarang. Proses subduksi terjadi setelah proses subduksi yang pertama (pada
Zaman Kapur Akhir Pliosen) ini telah berhenti (tidak ada lagi kegiatan tektonik) yang
lebih dikenal dengan sebutan Pola Jawa. Pembentukan struktur geologi ini terbentuk di
bagian selatan dari zona subduksi yang pertama.

2.4 Sungai dan Pola Aliran


Tipe sungai pada daerah Karangsambung terbagi menjadi tiga tipe genetic sungai (Howard,
1967 dalam Hadiyansyah, 2005) yaitu tipe konsekuen, obsekuen, dan subsekuen. Tipe
konsekuen diawali oleh Sungai Luk Ulo yang memanjang dari utara ke selatan daerah
pemetaan dan engikuti arah kemiringan lereng secara regional. Sungai ini merupakan tempat
bermuaranya semua sungai pada daerah pemetaan. Sungai bertipe subsekuen dengan arah
aliran mengikuti arah umum struktur yang berkembang di daerah penelitian diwakili oleh
Sungai Gebang yang mengalir kearah Timur dan Sungai Welaran yang mengalir kearah Barat.
Sedangkan tipe sungai obsekuen diwakili oleh sungai-sungai kecil yang mengalir kearah
Sungai Luk Ulo, Sungai Cacaban, dan Sungai Welaran dengan arah aliran mengikuti
kemiringan lereng.
Pola aliran sungai pada daerah karangsambung kebanyakan adalah pola dendritic. Sungai
dengan pola dendritic umumnya terdapat pada daerah perbukitan mengalir kearah lembah atau
kearah sungai Luk Ulo.

BAB III
KEGIATAN EKSKURSI

3.1 Deskripsi Kegiatan Hari Pertama-Daerah Jatibungkus-Waturanda-Kali Gending


Objek dari ekskursi pada hari pertama ini adalah pemahaman dan sejarah kondisi geologi,
pengamatan bentang alam dan pembacaan peta rupa bumi serta pengamatan batuan sedimen
(batugamping, batulempung, batupasir serta perselingan batulempung-batupasir).
Rute dan Koordinat Perjalanan

Kode
Lokasi
D1P1
D1P2A
D1P2B
GOA
D1P3
D1P4A
D1P4B
D1P4C
D1P4D
D1P4E
D1P4F
D1P4G
D1P4H
D1P4I
D1P4J
D1P5
D1P6

Kode
UTM
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M

Koordinat Lokasi
mE
mN
(meter)
(meter)
354548
354752
354729
354758
354451
354273
354249
354197
354087
354106
354071
354040
353983
353952
354031
354066
353784

9163390
9163355
9163343
9163253
9163183
9163301
9163262
9163272
9162921
9162783
9162672
9162632
9162525
9162518
9161871
9161792
9161515

z
(meter)
2
93
50
104
82
66
68
74
66
70
63
51
78
65
70
79
57

Waktu
Pengamatan
5/21/2016 8:25
5/21/2016 9:27
5/21/2016 9:54
5/21/2016 10:08
5/21/2016 10:31
5/21/2016 11:18
5/21/2016 11:39
5/21/2016 11:42
5/21/2016 11:52
5/21/2016 12:03
5/21/2016 12:18
5/21/2016 12:25
5/21/2016 12:33
5/21/2016 12:42
5/21/2016 12:55
5/21/2016 13:07
5/21/2016 13:56
10

Stop 1 Pesawahan di pinggir jalan menuju Bukit Jatibungkus


Tangggal

: 21 Mei 2016

Lokasi

: Pesawahan di pinggir jalan menuju Bukit Jatibungkus

Koordinat GPS

: 49 M 0354755, 9163266

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan teknik orientasi kompas


kompas geologi dan peta topografi)

Melakukan pengambilan titik koordinat lokasi dengen manggunakan GPS

Melakukan pengamatan bentang alam terutama morfolog aluvial sungai, tekuk lereng,
serta perbukitan bergelombang

Lintasan Stop 1

Penentuan titik lokasi dengan menggunakan 3 titik ikat. 3 Titik ikat dalam hal ini adalah:
Gunung Brujul, Gunung Paras dan Gunung Jatibungkus.

11

Deskripsi Lokasi

Kegiatan ekskursi pada hari pertama ini dimulai pada pukul 08.00 sebelmnya kami
dikumpulkan di depan kampus Karangsambung dan langsung masuk kedalam bus menuju
stop 1. Pada stop 1 ini kami berada pada area persawahan . tempat pertama ini berada pada
koordinat. Kegiatan yang dilakukan pada stop pertama ini adalah orientasi peta, sebelum
melakukan orientasi peta maka kita harus melakukabn pengecekan arah nort pada peta
dimana menggunakan arah nort dengan sistem grid didapatkan grid 1 derajat maka pada titik
nol dilakukan deklinasi 1 derajat.Kemudian melakukan penentuan titik lokasi dengan
melakukan back azimut dengan tiga titik puncak yang ada pada gejala geologi sekitar.
Dimana tiga titik tersebut adalah Gunung Parang , Gunung Perahu, dan Gunung Bujul Yang
mana masing masik memiliki back azimut N246 0E dari gunung Brujul, N111 0E dari bukit
Jatibungkus ,N80E dari Gunung Paras, kemudian didapatkan bentuk segitiga dan diambil
titik lokasi yang berada di tengah-tengah segitiga.pada daerah ini kami berada pada formasi
teok. Morfolog aluvial sungai tergolong masih muda karena mamiliki bentuk V, serta
terdapat pebukitan yang bergelombang.

Gambar 3.1 : Stop 1 Daerah Persawahan Pinggir Jalan

Gambar 3.2 : Panorama Daerah Persawahan Pinggir Jalan

12

Stop 2 Bukit Jatibungkus


Tangggal

: 21 Mei 2016

Lokasi

: Bukit Jatibungkus

Koordinat GPS

: 49 M 0354750 UTM 9163356

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

Melakukan pengamatan terhadap lokasi dan bidang kontak antara batugamping


dengan batuan dasarnya serta aliran air yang keluar pada bidang kontak tersebut.

Lintasan Stop 2

Deskripsi Lokasi

Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi karangsambung
dengan ciri batu

lempung berstruktur sisik degan bongkah batu gamping ,kongloerat,

batupasir, batu gamping dan basal.bukit jati bungkus merupakan suatu fragmen batugamping
terbesar yang ada didalam masadasar batu lempung abu-abu.Pada kontak antara batu
gamping dan batulempung ini terdapat mata air yang mana dihasilkan dari infiltarsi air pada
batu gamping yang bersifat poros dan ditahan oleh batulempung yang bersifat impermeabel.
Bukit jatibungkus merupakan hasil dari peristiwa olistostrom yang mana padaa saat
pengendapan lempung terdapat lengseran blok batu gamping yang besar dari tepi cekungan .
Bukit ini merupakan bongkahan batugamping yang diakibatkan oleh gaya berat (gravitasi).
Batugamping ini merupakan batugamping terumbu yang diendapkan pada laut dangkal
sebelum mengalami pelengseran ke lokasi yang lebih dalam dimana klastika halus (lempung)
sedang diendapkan. Batugamping menjadi bongkah asing (olistolit) dalam batulempung.
Batu lempung yang terdapat pada bukit jatibungkus umumnya bersifat bersisik atau skely ,

13

sisik ini diakibatkan dari pelengseran batu gamping yang jatuh.Bagian luar batugamping
mengeras sedangkan bagian dalamnya lembut,yang menginditifikasikan patahan
Pada daerah Bukit Jatibungkus, ditemukan juga gua terbentuk dari batugamping. Di
dalam gua ini, ditemukan juga stalakstit dan stalakmit. Gua ini terbentuk dari erosi
batugamping yang melewati rekahan-rekahan.

Gambar 3.3 : Aliran air yang keluar dari kontak antara batu lempung dan batu gamping pada
di Bukit Jatibungkus

Gambar 3.4 : Struktur lempung bersisik dan berfragmen serta mengandung gamping di
daerah Bukit Jatibungkus

14

Gambar 3.5 : Kenampakan Stalaktit yang terdapat di dalam gua pada Bukit Jatibungkus

Gambar 3.6 : Kenampakan stalaktit dan stalakmit yang menyatu


Deskripsi Batuan :
Gambar Batuan

Deskripsi
Batu lempung, warna abu-abu gelap, tekstur
bersisik, fragmen kuarsa dan sedimen ukuran
lempung, gamping, moderatly sorted,
rounded

Batu Gamping, warna abu-abu. Komponen


CaCO3

15

Stop 3 Sungai kecil 100 m dari jalan raya Jatibungkus-Waturanda


Tanggal

: 21 Mei 2016

Tujuan

: Sungai kecil 100 m dari jalan raya Jatibungkus-Waturanda

Koordinat GPS

: 49 M 0354452 UTM 9163183

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

Melakukan deskripsi daerah dan menentukan bidang kontak antara batugamping


dengan batuan dasarnya dan memperhatikan aliran air yang keluar dari bidang kontak
tersebut.

Lintasan stop 3

Deskripsi Daerah

Pada peta geologi didapatkan

daerah ini termasuk dalam formasi antara

karangsambung dan totogan . Berdasarkan pengamatan dilapangan batu lempung pada


daerah ini tidak memiliki fragmen. Batu lempung di daerah ini memiliki bentuk dan
kenampakan tidak sama dengan batulempung yang ada di buki jatibungkus. Di kawasan ini
titemukan batulempung bersisik yang merupakan ciri dari formasi totogan.
Pada daerah ini terdapat batu beku boulder-boulder yang berbentuk runcing,yang
menginditifikasikan sumber dari batu tidak jauh. Di pinggir jalan dekat saluran air kecil
terlihat adanya batulempung hitam (batulempung bersisik) dan batulempung berfragmen
sebagai ciri endapan olisostrom.
16

Gambar 3.7 : Daerah stop 3, sungai kecil yang di dominasi oleh boulder-boulder

Gambar 3.8 : Daerah singkapan perbatasan antara top soil dengan lempung bersisik ciri dari
formasi Karangsambung

Deskripsi batuan

Batu lempung, warna abu-abu gelap, tekstur


bersisik, fragmen kuarsa dan sedimen
ukuran lempung, gamping, moderatly sorted,
rounded

17

Stop 4 Sepanjang jalan Jatibungkus Waturanda Kali Gending di tepi S. Luk Ulo
Tangggal

: 21 Mei 2016

Lokasi

: Sepanjang jalan Jatibungkus Waturanda Kali Gending di tepi


S. Luk Ulo

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Melakukan simulasi pengambilan titik lokasi pada setiap titik perubahan lokasi pada
setiap perubahan siklus dengan menggunakan GPS

Memperhatikan batas bidang perlapisan dan variasi ukuran butir pasirnya

Memperhatikan bagian yang lebih resisten menunjukkan adanya hubungan dengan besar
butir

Melakukan pengukuran kedudukan lapisan dan membuat deskripsi lengkap batuan pada
titik lokasi pada buku lapangan.

Lintasan Stop 4

Titik lokasi 1
Koordinat GPS

: 49 M 0354273 UTM 9163301

Cuaca

: Cerah

Deskripsi Lokasi

Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi totogan, ada sungai yang
tiba tiba membelok. Di pinggiran sungai terdapat lava bantal yang berukuran sangat kecil.
Pada sepanjang jalan ini terlihat adanya singkapan batupasir yang diendapkan pada masa
(siklus) yang berbeda. Batupasir ini merupakan penyusun Formasi Waturanda.

18

Titik lokasi 2
Koordinat GPS

: 49 M 0354249 UTM 9163262

Cuaca

: Cerah

Deskripsi Lokasi

Pada koordinat ini ditemukan singkapan yang kemungkinan merupakan pelapukan lava
bantal. Daerah ini telah memasuki formasi waturanda dengan ciri bagian bawah batu pasir
kasar makin keatas berubah menjadi breksi dengan komponen berupa komponen andesit;
basal dan masa dasar batu pasir, tuff.

Titik lokasi 3
Koordinat GPS

: 49 M 0354087 UTM 9162921

Cuaca

: Cerah

Deskripsi Lokasi

.Formasi pada daerah ini merupakan formasi waturanda, daerah ini merupakan kemungkinan
antiklin, batuanya kompak , ada peristiwa pelapukan mengulit bawang akibat hilangnya
tekanan pada bagian atas.

Titik lokasi 4
Koordinat GPS

: 49 M 0354106 UTM 9162783

Cuaca

: Cerah

Deskripsi Lokasi

Pada lokasi ini, tersingkap batuan dengan ukuran pasir halus. Terdapat pelapukan menguliat
bawang kemiringan pelapisan N95 E/51, N87 E/57.

Titik lokasi 5
Koordinat GPS

: 49 M 0354071 UTM 9162672

Cuaca

: Cerah

Deskripsi Lokasi

Pada lokasi ini terjadi persilangan antara butiran breksi, batupasir kasar hinggabatu pasir
halus. Pengukuran kemiringan perlapisan pada daerah ini N900E/51. Pada lokasi ini juga
terlihat siklus sedimentasi sehingga terjadi perlapisanbatuan dengan perbedaan ukuran
fragmen.

19

Titik lokasi 6
Koordinat GPS

: 49 M 0354030 UTM 9161871

Cuaca

: Cerah

Deskripsi Lokasi

Pada lapisan ini, terlihat perlaipasan antara perselingan batuan sedimen berukuran pasir kasar
hingga pasir halus yang berwarna coklat muda hingga coklat muda. Lokasi ini termasuk
formasi Waturanda denan kemiringan perlapisan N75E/43. Ukuran butir batuan yang besar
menandakan batuan tersebut resisten, karena semakin kecil ukuran berarti batuan tersebut
telah mengalami pengikisan artinya batuan yang berbutir kecil tidak resisten terhadap erosi.

Titik Lokasi 7
Koordinat GPS

: 49 M 0354030 UTM 9161871

Cuaca

: Cerah

Deskripsi Lokasi

Terdapat perselingan antara batupasir kasar hingga halus dengan kemiringan perlapisan
N83E/65. Singkapan batuan ini merupakan kelanjutan dari penampakan singkapan
Waturanda pada singkapan sebelumnya.

Gambar 3.9 : Singkapan lava yang ditemui sebelum formasi Waturanda

20

Gambar 3.10 : Singkapan Waturanda yang ditandai dengan singkapan batupasir dengan
ukuran butir pasir kasar hingga butir pasir halus

Gambar 3.11 : Perselingan antara batupasir kasar hingga batupasir halus

Gambar 3.12 : Perselingan antara batupasir breksi dan batu pasir halus
21

Gambar 3.12 : Pelapukan mengulit bawang pada batupasir di formasi Waturanda


Deskripsi Batuan :
Gambar

Deskripsi

Batu Pasir, warna abu-abu gelap, very well


sorted, well rounded, kemas tertutup,
porositas baik

Batu breksi, warna abu-abu


sorted, angular, kemas terbuka

tua, poorly

Stop 5 Dekat jembatan ke arah hulu (belakang gardu + 200 m sebelum kali Gending
Tanggal

: 21 Mei 2016

Tujuan

: Dekat jembatan ke arah hulu (belakang gardu + 200 m sebelum


kali Gending

Koordinat GPS

: 49 M 354066 UTM 9161792

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS


Membandingkan batupasir di lokasi ini dengan batupasir Waturanda

22

Mengasumsikan bahwa titik lokasi ini merupakan kontak antara Formasi Waturanda dan
Formasi Penosogan
Melakukan pengukuran kedudukan lapisan dan membuat deskripsi batuan pada titik lokasi

Lintasan stop 5
Deskripsi Lokasi

Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi ponosogan. Di daerah
ini didatkan batuan dengan perselingan antara batu pasir gampingan, batu lempung tuff ,
napal dan kalkarenit. Perselingan tufa dan lafa memiliki kedudukan N83E/65.Titik ini
merupakan pembatas kontak antara formasi baturanda dan formasi panosogan. Batupasir
pada daerah ini bereaksi dengan HCl yang berarti bahwa batuan ini bersifat karbonatan,
sedangkan batupasir di daerah Waturanda tidak mengandung karbonatan.

Gambar 3.13 : Batupasir karbonatan pada kontak antara Formasi Waturanda dan Formasi
Panosogan

23

Deskripsi batuan

Batu pasir, warna abu-abu gelap, segar,


rounded, very well sorted. Mengandung
gamping (CaCO3 ).

Stop 6 Bendungan (Waduk) Kali Gending


Tangggal

: 21 Mei 2016

Lokasi

: Bendungan (Waduk) Kali Gending

Koordinat GPS

: 49 M 0353784 UTM 9161515

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Menentukan ukuran butir dan sedimentasi yang ada di hulu dan hilir-cek-dam

Memperhatikan tingkat erosi dan sedimentasi pada bagian hulu dan hilir cek-dam

Lintasan stop 6
Deskripsi Lokasi :
Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi Penosogan. Batuan
merupakan perselingan tufa dan napal, dengan ukuran pasir sangat halus. Kedudukan
perlapisan yaitu N115E/71. Lapisan batuan pada daerah ini diendapkan pada lingkungan laut
yang dipengaruhi oleh arus yang keruh. Ukuran butir pada batuan di lokasi ini lebih halus dari
pada bagian yang lebih ke hulu.

24

Proses erosi lebih tinggi terjadi di bagian hulu, dikarenakan aliran di bagian hulu
deras. Lokasi ini kemungkinan besara adalah aliran sungai tengah dimana sungai tengah
merupakan bagian sungai yang mentransportasikan hasil erosi dari bagian hulu menuju bagian
hilir. Lokasi ini lokasi bagian tengah ditandai dengan adanya meander-meander. Di bagian
hilir hasil transportasi akan diendapkan (sedimentasi). Kalaupun ada erosi di bagian hilir,
erosi sungai akan ke arah samping.

Gambar 3.14 : Struktur batuan perselingan antara tufa dan lava di seberang sungai
Kaligending
Deskripsi batuan :

Perselingan antara batu pasir dengan batu


napal. Warna abu-abu terang, rounded, well
sorted. Pasir mengandung CaCO3

3.2 Deskripsi Kegiatan Hari kedua-Ekskursi Daerah Pasanggrahan, Gunung Parang


dan Dakah
Objek dari ekskursi adalah pemahaman sejarah dan kondisi geologi, pengamatan bentang
alam, geomorfologi, serta pengamatan batuan sedimen (batugamping bioklastik, konglomerat
dan batupasir)

25

Rute dan Koordinat Perjalanan

Lintasan pemetaan hari kedua


Kode
Lokasi
D2S1
D2S2
D2S3
D2S5
D2S6
D2S6A
D2S7
D2S8
SD

Koordinat Lokasi
Kode
UTM
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M

mE
(meter)

mN
(meter)

z
(meter)

353441
353345
353155
353518
353556
353627
353383
353788
353816

9165511
9165434
9165511
9165656
9166001
9166046
9166383
9166463
9166494

72
94
68
78
71
79
148
233
238

Waktu
Pengamatan
5/22/2016 8:13
5/22/2016 8:43
5/22/2016 9:24
5/22/2016 10:07
5/22/2016 10:38
5/22/2016 10:52
5/22/2016 14:38
5/22/2016 13:16
5/22/2016 13:07

Stop 1-Kaki Bukit Pasanggrahan


Tanggal

: 22 Mei 2016

Tujuan

: Kaki Bukit Pasanggrahan

Koordinat

: 49 M 0354750 UTM 9163356

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

Merekam seluruh data dan fakta ke dalam buku lapangan

26

Lintasan stop 1
Deskripsi Lokasi :
Morfologi (panorama) Gunung Paras. Gunung Paras merupakan punggungan sinklin yang
terdiri dari batuan breksi vulkanik. Disini terlihat adanya perbedaan ketahanan terhadap pelapukan.
Di selatan dari bukit ini terlihat adanya lembah yang merupakan antiklin. Ke arah barat terlihat
Gunung Sikobar, Gunung Sipako, dan Gunung Bako yang merupakan komplek melange. Ke arah
barat laut terlihat adanya bukit yang resisten terhadap aliran Sungai Luk Ulo (Pasanggrahan) yang
merupakan batuan sedimen konglomerat dengan komponen penyusun bervariasi antara lain kuarsam
batupasir, rijang, batuan beku dan metamorf yang tersemen kuat. Bentuk Meander sungai dan
sedimentasi terlihat sangat jelas di daerah ini. Lapisan aluvial ini digunakan oleh penduduk sebagai
bahan bangunan.
Daerah pengamatan merupakan kaki bukit Pasanggrahan. Daerah ini didominasi oleh material
yang didominasi lapukan-lapukan yang rounded. Batuan dominan pada daerah ini adalah batuan
konglomerat. Batuan konglomerat berdasarkan macam-macam fragmen penyusunnya dibedakan
bemenjadi konglomerat polimik dan konglomerat polinik. Konglomerat polimik merupakan batuan
yang disusun dari bermacam-macam jenis fragmen sedangkan konglomerat monomik merupakan
batuan yang penyusunnya hanya terdiri dari 1 jenis fragmen saja.

27

Gambar 3.15 : Batuan Konglomerat yang ada di kaki Bukit Pasanggrahan


Deskripsi Batuan

Batu konglomerant, warna cokelat, kondisi


segar, poory sorted. Rounded. Fragmen:
rijang, kuarsa,skis, batuan beku

Batu konglomerant, warna cokelat, kondisi


segar, poory sorted. Rounded. Fragmen:
rijang, kuarsa,skis, batuan beku

Stop 2 Bukit Pasanggrahan


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Bukit Pasanggrahan

Koordinat

: 49 M 0353345 UTM 9165434

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Merekam seluruh data dan fakta ke dalam buku lapangan


28

Lintasan stop 2

Deskripsi Lokasi :
Daerah pengamatan ini terletak di puncak bukit Pasanggrahan. Dilakukan penembakan azimut
Gunung Paras terhadap koordinat daerah ini didapatkan sebesar N55 0E dan penembakan azimuth
terhadap Gunung Brujul didapatkan koordinat sebesar N 197 0E. Posisi daerah ini di utara dimana
batuan diendapkan pada energi yang rendah. Daerah ini memperlihatkan adanya bekas gejala
olisostrop yang berupa pelengseran batuan. Batuan kompak dari puncak cekungan lengser ke bawah.
Selama batuan longsor, terjadi ke batuan di bawahnya. Bukti dari gejala olisostrom adalah
kenampakan konglomerat di daerah aluvial.

Stop 3-Pinggir S. Luk Ulo pada kaki Bukit Pasanggrahan


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Pinggir S. Luk Ulo pada kaki Bukit Pasanggrahan

Koordinat

: 0353155 UTM 9165511

Cuaca

: Cerah
29

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Merekam seluruh data dan fakta kedalam buku lapangan

Membuat sketsa singkapan dan sketsa profil sungai.

Lintasan stop 3

Pada S3 terdapat batas berlapisan antara batuan konglomerat dengan batuan pasir sehingga
pada S3 dapat dikatakan menjadi batas bukit Pesanggrahan karena sudah berubah formasi,
pada S3 juga melakukan penembakan kompas geologi dengan titik ikatnya berupa Gunung
Paras dan Sungai.

Deskripsi Lokasi :
Daerah pengamatan ini merupakan daerah sungai di bawah bukit Pasanggrahan. Batuan di dominasi
oleh batuan sedimen konglomerat polimik. Batu Gamping Polimik yang terbentuk di daerah ini
megindikasikan bahwa :
-

Adanya arus sungai yang membawa fragmen-fragmen batuan

Batuan sumber di daerah hulu sangat kompleks atau komplesitas batuan di daerah sumbernya
tinggi

Batuan metamorf yang ada di daerah ini pada umumnya disusun oleh batu kwarsa, rijang dan
napal

Matriknya berupa karbonatan


30

Gambar 3.16 : Kaki bukit Pasanggrahan di dekat Sungai Luk Uloh


Deskripsi Batuan :
Gambar

Dekripsi

Batu pasir, warna cokelat, well sorted,


kemas tertutup, rounded

Batu lempung, warna abu-abu terang, very


well sorted, well rounded

Stop 4-Sungai Luk Uloh


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Sungai Luk Ulo

Koordinat

: 0353155 UTM 9165511

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS


31

Membuat sketsa penampang S. Luk Ulo yang menggambarkan endapan aluvial aktif, dataran
sungai dan dataran banjir

Deskripsi Lokasi :
Pada daerah ini, terlihat endapan aluval dan gradasi ukuran butir serta perubahan arah aliran
sungai. Endapan aluvial Luk Ulo dinamakan endapan aluvial aktif karena endapan dapat merubah
ukuran sungai sehingga disebut dengan endapan aluvial aktif. Daerah yang ditumbuhi pohon-pohon
disepanjang pinggiran sungai merupakan daerah dataran banjir karena pada saat musim hujan, daerah
tersebut akan terendam oleh banjir. Pada daerah ini dilakukan pengukuran kedudukan antara
perlapisan batupasir dan batu konglomerat. Didapatkan kedudukan hasil dari pengukuran adalah N
800 E/150. Dilakukan pengukuran azimuth dengen memotong sungai. Besar azimuth yang diperoleh
adalah N 540 E dari Gunung Paras.

Gambar 3.17 : Batuan sedimen dengan ukuran butir pasir di pinggir sungai Luk Uloh

Gambar 3.18 : Gradasi ukuran butir dari batuan sedimen ukuran pasir hingga lempung

32

(peta geologi berdasarkan perjalanan hari ke 2 beserta penampangnya)

Penampang A-B

33

Stop 5 Batugamping Bioklastik


Tanggal

: 22 Mei 2016

Tujuan

: Batugamping Bioklastik di depan Kampus LIPI

Koordinat

: 0353518 UTM 9165656

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Mendeskripsikan batuan dengan menggunakan lup dan larutan HCL

Lintasan stop 5
Deskripsi Lokasi :
Pengamatan di daerah ini adalah berupa pengamatan terhadap kenampakan batuan bioklastik
(numulit) yang terletak di depan kampus LIPI Karangsambung. Batuan ini disebut numulit karena
didominasi oleh fragmen-fragmen numulit yaitu koral yang hidup pada suhu diatas 300. Kondisi
dengan suhu seperti ini dicapai pada zaman sebelum Eosen. Dari hal ini, dapat diketahui umur dari
batuan tersebut adalah eosen.

Gambar 3.19 : Batugamping Bioklastik

34

Deskripsi Batuan :

Batu Gamping bioklastik, warna abu-abu


cerah, kondisi lapuk, tersusun dari Gamping

Stop 6
Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Kali Jebug

Koordinat

: 0353556 UTM 9166001

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Mengamati adanya sumber air yang muncul pada bidang kontak antara batu lempung dan
batu beku

Lintasan stop 6
Deskripsi Lokasi :
Daerah ini di dominasi oleh batuan lempung dan batuan beku dengan ukuran boulder. Batu
lempung pada daerah ini berwarna cerah dan gelap. Warna gelap menandakan adanya proses baking
effect (efek pembakaran) akibat adanya intrusi batuan diabas. Pada koordinat ini, batuan lempung
yang didapatkan hanya berupa fragmen dan singkapan kecil yang ditemukan di sepanjang aliran
sungai. Lalu, dilakukan penelusuran menuju hulu sungai, dan didapatkan batuan sumber dari intrusi
diabas. Koordinat dari batuan sumber ini adalah 353627 UTM 9166046. Pada daerah ini juga terdapat
bouder yang berukuran sangat besar. Hasil pengukuran arah perlapisan didapatkan N 269 E/20 dan N
266 E/63.
35

Gambar 3.20 : Batuan beku daerah lebih hulu sungai Kali Jebug

Gambatr 3.21 : Batulempung yang terkena baking effect dan yang tidak
Deskripsi Batuan

Batu lempung, abu-abu gelap, very well


sorted, kemas tertutup

36

Stop 7-Gunung Parang


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Gunung Parang

Koordinat

: 0353383 UTM 9166383

Cuaca

: Cerah

Tujuan

: Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS


Membuat sketsa intrusi dan dan kekar kolom

Lintasan stop 7
Deskripsi Lokasi :
Pada daerah ini ditemukan intrusi batuan diabas yang membentuk struktur Columnar Joint.
Warna dari singkapan yang ditemukan adalah abu-abu gelap yang menandakan bahwa batuan
merupakan batuan beku basalt. Struktur kekar kolom yang terbentuk akibat dari arah pendinginan
tegak lurus dengan arah aliran. Pada singkapan ini, terdapat fracture-fracture yang memungkinkan
jadi media air untuk mengalir. Mata air yang keluar berasal dari kontak antara batuan diabas dengan
lapukannya. Daerah ini merupakan salah satu daerah yang terisolir.

Gambar 3.22 : Struktur kekar kolom pada batuan Diabas


37

Deskripsi batuan :

Diabas: batuan beku bewarna abu-abu, besar


butir sedang (fanerik), bentuk butir euhedral,
tekstur diabastik.
Komponen mineral:
1. Piroksen
2. Plagioklas

Stop 8 Dakah
Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Dakah

Koordinat

: 0353788 UTM 9166463

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Mementukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan kompas, peta dan GPS

Mengidentifikasikan adanya geomorfologi tapal kuda (lembah antiklin) serta


morfologi kompleks melange

Membuat pengklasifikasian geomorfologi darerah karang sambung berdasarkan


pengamatan lapangan dan peta topografi

Lintasan stop 8

Deskripsi Lokasi :
Setelah dilakukan pengeplotan koordinat dari data GPS, maka didapatkan formasi
pada daerah ini yaitu formasi Waturanda yang mempunyai ciri bagian bawah batupasir kasar,
makin ke atas berubah menjadi breksi dengan komponen andesit, basalt dan massa dasar
38

batupasir. Lokasi ini dapat ditentukan menggunakan kompas dengan nilai azimuth N 197 0 E
terhadap gunung Brujul dan N 95 0 E terhadap Gunung Paras.
Dahulu sebelum adanya erosi, daerah di bawah gunung merupakan formasi Totogan
dan Karangsambung. Daerah ini merupakan antiklin yang ujungnya berupa batu pasir pada
formasi Waturanda.

Daerah ini tererosi karena adanya fracturing yang menyebabkan

masuknya air hujan sehingga membentuk sebuah sungai besar. Kearah timur, daerah
mempunyai struktur undulatif yang menandakan masih sedikitnya pengaruh erosi sehingga
bukit yang terjal tinggal sedikit. Daerah lebih ke kanan dari Gunung Paras merupakan
kawasan melange dengan sisa-sisa bongkahan yang lebih tua.
Daerah di bawah gunung digunakan untuk daerah persawahan karena karena basement
lokasinya merupakan lempung (clay). Tanah dengan komponen clay dapat memberi nutrisi
ke tanaman dan dapat diolah dengan mudah.

Gambar 3.23 : Morfologi Gunung Bujil dan Gunung Brujul

39

Gambar 3.24 : Morfologi Gunung Paras

3.3 Deskripsi Kegiatan Hari ketiga-Ekskursi Daerah Kali Mandala-Totogan-PucanganSadang Kulon

Objek dari ekskursi adalah pemahaman sejarah dan kondisi geologi zona melange,
pengamatan bentang alam, geomorfologi, serta pengamatan batuan sedimen (batulempung
berfragmen, rijang, dan gamping merah), batuan beku (peridotit dan lava), batuan metamorf
(sekis, marmer dan filit) .

Rute dan Koordinat GPS

Rute perjalanan hari ke-tiga


40

Koordinat Lokasi

Kode
Lokasi

Kode
UTM

D3S1
D3S1A
D3S1B
D3S2
D3S3
D3S4
D3S5
D3S6
D3S7

49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M
49 M

mE
(meter)

mN
(meter)

z
(meter)

353167
353172
353188
353816
354192
355762
355880
357411
352895

9166388
9166378
9166398
9168012
9167920
9168400
9168090
9169308
9166573

94
87
93
173
130
116
95
117
79

Waktu
Pengamatan
5/23/2016 8:39
5/23/2016 8:44
5/23/2016 8:51
5/23/2016 10:34
5/23/2016 11:09
5/23/2016 11:56
5/23/2016 12:24
5/23/2016 14:41
5/23/2016 16:07

Stop 1 Kali Mandala


Tanggal

: 23 Mei 2016

Lokasi

: Kali Mandala

Koordinat

: 0353188 UTM 9166398

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Mengidentifikasikan adanya orientasi tertentu pada fragmen-fragmen batuan yang


diperkirakan merupakan breksi sesar

Melakukan pengukuran arah-arah orientasi fragmen-fragmen breksi sesar tersebut

Melakukan pengukuran bidang-bidang kekar yang ada pada batuan lava yang tersingkap di
muara kali mandala pada sungai luh ulo

Mendata hasil pengukuran dan merekam pada buku lapangan

Lintasan stop 1
41

Deskripsi Lokasi

Pada daerah ini, terdapat adanya kenampakan breksi sesar, yang mana terdapat pada kompleks
lok ulo yang dicirikan terdapat berbagai macam bongkahanyang tercampur secara tektonik dalam
masa dasar serpih hitam. Breksi sesar merupakan zona hancuran yang diakibatkan oleh adanya
pergeseran (patahan atau sesar). Adanya breksi sesar ditandai dengan adanya blok-blok batuan yang
tajam (breksi) dan akan menerus pada zona tertentu. Pada zona hancuran ini, keluar mata air dan
menjadi alur sungai. Breksi pada kali mandala berbeda dengan breksi pada Formasi Waturanda. Batu
reksi pada kalimandala dihasilkan dari hasil dari sesar (adanya dua bidang yang bergerak, bidang
potongnya membuat bidang dan hasilnya tidak mulus adanya batuan yang keras , lunak dan pecah
maka ini disebut breksi sesar), yang dicirikan adanya struktur penyerta yang terlihat adanya potongan
atau patahan tebing kecil, sedangkan pada waturanda breksi merupakan perselingan antara batupasir
dan breksi. Sungai ini berujung pada sungai Luk Ulo.

Gambar 3.25 : Daerah sungai mandala


Diskripsi batuan:

Batu breksi, warna abu-abu


gelap, kondisi lapuk, kemas
terbuka, poorly sorted, angular

42

Dari hasil pengolahan data orientasi sesar menggunakan software streonet didapatkan
diagram roset yang memiliki frekuensi antara 231 240, yang mana merupakan trend
dominan, sehingga arah penggerakannya dapat diketahui yaitu N231 E N240E ( ini
merupakan arah dari tren/ gores garis).

43

Kemudian pengolahan data bidang kekar menggunakan software streonet didapatkan


diagram roset yang memiliki frekuensi antara 271 280, yang mana merupakan arah kekar
dominan, sehingga arah dapat kita ketahui bidang lemahnya yaitu N271 E N280E.

Stop 2 Bekas Penambangan Marmer


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Dakah

Koordinat

: 0353816 UTM 9168020

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Mengamati antara marmer dengan batuan samping yang masih memperlihatkan


batugamping

Memperhatikan kerapatan kekar pada bukaan tambang marmer

Lintasan stop 2
44

Deskripsi Lokasi :

Dari hasil pengeplotan pada peta geologi daerah ini termasuk kedalam formasi totogan
yang mana memiliki ciri breksi dengan komponen batu lempung, batu pasir dan basal,massa
dasar lempung bersisik. Batuan marmer merupakan batuan metamorf yang terbentuk melalui
proses metamorfisme batu lempung. Di daerah ini juga terdapat batuan shale yang berasal
dari metamorfosa batu lempung yang kekerasannya tidak terlalu keras. Marmer memiliki
warna yang menarik disebabkan karena impurities (pengotor).
Kerapatan kekar yang ada pada dinding marmer disebabkan karena bekas-bekas
peledakan. Kerapatan kekarnnya kecil-kecil dan rapat sehingga batuan marmer disini tidak
bagus untuk dijadikan ornamen dan lebih banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Dalam
mengamati keterdapatan gamping sebagai bantuan samping dari marmer maka dialakukan uji
HCl dimana diperoleh sampel ngecos yang menanadakan adanya sifat karbonatan.Marmer
yang bewarna disebabkan oleh impurities.Eksplosi marmer diukur dari kerapatan dari keker
yang mana harus memiliki kekar yang jarang.
Diskripsi batuan:
Batu marmer, warna putih
keabu-abuan dengan garis-garis
merah dan hitam, non foliasi, kondisi
segar. Warna merah: rodhokrosit,
warna kuning: besi yang teroksidasi,
warna hitam: besi yang belum
teroksidasi

Stop 3 Pinggir Jalan


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Pinggir jalan (morfologi totogan, Gunung Prahu, Gunung Paras, dan


Kompleks

Melange

Koordinat

: 0354192 UTM 9167920

Cuaca

: cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

Pengamatan morfologi Totogan, Gunung Prahu, Gunung Paras, dan Kompleks


Melange

45

Ke arah timur dapat dilihat panorama yang ideal. Memperlihatkan perbedaan


morfologi antara kelompok batuan hasil melange tektonik (sebelah kiri) yang
prismatik dengan batuan hasil sedimentasi normal yang berumur tersier merupakan
rangkaian pegunungan yang teratur.

Merekam informasi-informasi yang diperoleh

Deskripsi Lokasi :
Dari hasil pengeplotan pada peta geologi daerah ini termasuk kedalam formasi totogan
yang mana memiliki ciri breksi dengan komponen batu lempung, batu pasir dan basal,massa
dasar lempung bersisik.Azimuth Gunung Perahu N 1500 E. Daerah ini berada di bawah
Gunung Paras. Daerah ini di daerah melange. Terdapat bongkah-bongkah melange yang
tererosi oleh sungai Luh Ulo. Umur 22 juta tahun. Di sebelah selatan terdapat pegunungan
komleks mlange dengan bentuk Triangular faset, lokasi yang berada di sebelah timur adalah
daerah sinklin. Pada lokasi ini terletak pada formasi totogan. Banyak terdapat bongkah pada
sawah. Bongkah ini adalah tuff. Dikelilingi oleh bukit. Diperkirakan bukitnya merupakan
batuan yang relative resisten dibanding bentang alam lainnya. Di sebelah selatan terdapat
bukit sinklin.

Gambar 3.26 : Panorama daerah pinggiran jalan


Stop 4 Serpetinit Pucangan
Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Serpentinit puncangan

Koordinat

: 0355762 UTM 9168400

Cuaca

: Cerah

Tujuan

Tentukan titik lokasi pengamtan dengan menggunakan GPS

Membuat deskripsi dan perhatikan kilap yang ada dan kesejajaran struktur

Rekam informasi-informasi yang diperoleh

46

Deskripsi Lokasi :
Daerah ini merupakan bukti pernah ada interaksi penunjaman lempeng samudera dan lempeng
benua. Batuan serpentinit merupakan batuan yang berasal dari lantai samudera. Merupakan batuan
metamorfosa dari dari peridotit menjadi serpentit, warna hijau kehitaman merupakan warna dari
kandungan mineral piroksen dn hornblend, tidak berfoliasi , mineral olivin yang mana dapat dilihat (
fanerik )tekstur luar seolah olah ada lilin. Kejadian ini merupakan Ofiolit merupakan penggalan kerak
samudera dan lapisan mantel atas di bawahnya yang telah terangkat atau terpindahkan dan tersingkap
di bagian tepi kerak benua. Ofiolit juga terdapat Di Sulawesi utara, barat dan tengah hanya
didapatkan ampibol granit. Di Sulawesi terdapat intrusi pada ofiolit berupa batuan beku basa
(peridodit dan serpentinit), gabro dan basal (splite). Ofiolit banyak terdapat di Sulawesi utara, barat
dan tengah, tetapi tidak tersingkap di lengan timur.

Gambar 3.27 : Daerah serprntit Puncangan


Diskripsi batuan:

Batu seprentinit, warna hijau kehitaman.


Komponen: olivine dan pirosilikat, kilap
lilin. Kondisi segar

Stop 5 Sungai Luk Ulo Totogan


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Sungai Luk Ulo Totogan

Koordinat

: 0355880 UTM 9168090

Cuaca

: Cerah
47

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

Sepanjang dinding Sungai Luk Ulo tersingkap batuan batulempung berfragmen yang
merupakan penyusun Formasi Totogan

Mengamati boulder batu rijang dan lempung merah yang banyak terdapat di sepanjang
Sungai Luk Ulo di sepanjang Totogan ini

Deskripsi Lokasi :
Daerah ini berada pada formasi totogan yang mana terdapat batu lempung.Buktikan
bahwa batu lempung di sungai Luk Ulo Totogan berbeda dengan batu lempungdi karang
sambung. Sama-sama berfragmen dan bersisik, tapi kalau di Totogan tidak nge cos,
sedangkan pada karangsambung gampingan (nge cos).Pada lokasi sungai Luk Ulo ini banyak
ditemukan fragmen batuan metamorf philit dengan yang mengandung banyak mika.
Sedangkan pada dinding sungai luk Ulo terdapat singkapan batu lempung berfragmen dengan
kandungan mineralnya adalah kalsit dan mika, batuan lempung berfragmen merupakan batuan
yang mencirikan dari formasi totogan. Pada daerah juga terdapat lempung merah yang
merupakani dasar dari intrusi lava bantal yang berada di pinggir sungai, dan terdapat juga batu
rijang.

Gambar 3.28 : Daerah sungai luk Ulo Totogan


Deskripsi Batuan :

Batu konglomerant, warna


cokelat, kondisi segar, poory
sorted.
Rounded.
Fragmen:
rijang, kuarsa,skis, batuan beku

48

Batu lempung berfragmen,


warna abu-abu gelap. Fragmen:
kuarsa, well sorted,rounded,
kemas tertutup.

Batu skis mika, warna abu-abu


mengkilat, kilap mika, berfoliasi
skisstose, nematoblastik

Batu rijang

Stop 6-Kali Muncar


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Kali Muncar

Koordinat

: 0357411 UTM 9169308

Cuaca

: cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

Mengamati singkapan lava bantal yang merupakan lava yang diendapkan di dasar
samudra sehingga merupakan batuan hasil pemekaran lantai samudra

Mengamati perselingan antara batuan rijang dengan lempung merah

Merekam informasi-informasi yang diperoleh

Deskripsi Lokasi :
Daerah ini berada pada kompleks melange, yang berada pada kaki Gunung Cilekep.
Disini terdapat singkapan lava bantal (pillow lava) yang merupakan hasil dari pemekaran
lantai samudra yang membeku secara cepat dan kontak dengan air laut. Karena proses dari
zona subduksi, lava bantal yang ada di dasar samudera terangkat dan tersingkap di
permukaan. Kenampakan di lapangan, terlihat batuan lava bantal menumpang di atas batuan
49

sedimen yang berwarna merah. Batuan perlapisan rijang dan lempung merah terendapkan
terlebih dahulu, lalu kemudian lava basaltik menumpang di atasnya. Pada awalnya bidang
perlapisan batuan tegak kemudian ada energi yang besar yang menyebabkan bidang
perlapisannya menjadi miring, batuan yang bewarna ini disebut oleh penduduk sekitar yaitu
watu kelir .Lava bantal basalt, di daerah Kalimandala sudah terkekarkan dan terlapukkan,
tetapi pada dasarnya jenis lava bantal di daerah di kali muncar, luk uloh dan kalimandala
sama yaitu lava basaltik. Ada batuan yang sangat keras (eklogit) dan ada mineral garnet
(warna kemerahan).

Gambar 3.29 : Daerah kali muncar

Gambar 3.30 : Lava bantal pada daerah Kali Muncar

50

Persilangan batu rijang dengan batu


lempung.
Batu rijang, warna merah, kondisi
segar, tersusun dari pasir silica.
Batu lempung, warna abu-abu dan
warna merah, kondisi segar.well
sorted, rounded, kemas tertutup

Stop 7-Kali Bengkok


Tanggal

: 22 Mei 2016

Lokasi

: Kali Bengkok

Koordinat GPS

: 0352895 UTM 9166573

Cuaca

: cerah

Tujuan

Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

Mengamati singkapan sekis mika yang diperkirakan merupakan salah satu betuan
tertua yang tersingkap di pulau jawa

Merekam informasi-informasi yang diperoleh

Deskripsi Lokasi :
Ada singkapan batuan filit, salah satu batuan metamorf. Dari singkapan batuan filit,
terlihat adanya struktur mikrofold. Dari struktur microfold ini, terlihat adanya sayap-sayap
microfilit. Dari sayap-sayap lipatan ini, jika dilakukan pengukuran menggunakan kompas,
dapat diketahui arah gayanya. Struktur microfold ini memperlihatkan bahwa telah terjadi
gaya geologi struktur yang kuat sekali yang menyebabkan terbentuknya struktur ini. Pada
daerah ini dilakukan survey sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan untuk
program penyelidikan pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit.
Prosedur Pengambilan Conto:
1.

mencuci ayakan dan dulang sebelum digunakan. mengayak dengan bukaan yang
sesuai, biasanya ukuran 80 mesh, ditaruh di atas dulang.

2.

Mengumpulkan sedimen dari beberapa tempat pada aliran sungai untuk mendapatkan
komposit yang representatif.
51

3.

Menuangkan sedimen ke atas ayakan, dengan air sesedikit mungkin. Membuang


butiran besar mengaduk dan menekan dengan tangan, membuang bagian yang kasar
dan ulangi lagi,menggoyangkan ayakan, mengosok sampai diperoleh material halus
sebanyak 100 - 120 g. Hindari kemungkinan masuknya partikel kasar ke dalam
partikel halus.

4.

Membiarkan sample mengendap 15 20 menit. Sambil menunggu sample


mengendap, dapat dilakukan pencatatan data dan sampling untuk pan concentate dan
air.

5.

Masukkan endapan sedimen ke dalam kantong sample kertas yang telah disediakan,
lapisi dengan plastik.

6.

Mencuci bersih semua peralatan sebelum di bawa ke lokasi berikutnya

Gambar 3.31 : Daearah kali Bengkok

Diskripsi batuan:

Batu skis mika, warna abuabu mengkilat, kilap mika,


berfoliasi
skisstose,
nematoblastik

52

BAB IV
SIMULASI PEMETAAN

4.1 Lintasan Pemetaan


4.1.1 Rencana Lintasan Pemetaan
(terlampir)

4.1.2 Lintasan Pemetaan


Lintasan simulasi pemetaan dimulai dari daerah bukit jati bungkus dan berakhir di
daerah kali kudu. Lintasan pemetaan saat simulasi sedikit mengalami perubahan. Stop 5
dan 6 yang direncanakan tidak jadi kami lewati. Dari stop 4 kami langsung memotong
ke lokasi TPA. Hal ini dikarenakan jarak dan waktu yang semakin jauh dan lama jika
stop 5 dan 6 kami lewati dan juga mempertimbangan singkapan yang nantinya kami
dapat di jalur stop 4 ke 5 dan 6 tetap akan kami dapat saat menyeberangi sungai di jalur
stop 4 ke TPA. Berikut lintasan pemetaan yang kami lakukan:

Gambar 4.1 Lintasan simulasi pemetaan

4.2 Litologi dan Stratigrafi


4.2.1 Litologi
Daerah simulasi pemetaan yang berada di daerah waturanda dan sekitarnya yang dimulai
dari bukit jati bungkus dan berakhir di kali kudu kurang lebih memiliki satuan litologi
sebagia berikut :

No

Lokasi

Umur

Litologi

53

Formasi

Oligocene-Miocene

- Breksi

Totogan

Awal (36,6-23,7 juta batulempung,


tahun yang lalu)

Formasi

Miocene

Waturanda

Miocene

Awal

dengan

komponen

batupasir

dan

batugamping
- Batupasir

vulkanik

dan

breksi

Tengah vulkanik

(23,7- 13 juta tahun


yang lalu)
3

Formasi

Miocene

Panosogan

Miocene

Awal

- Perselingan batupasir, batulempung,

Tengah tufa, napal dan kalkarenit

(23,7- 13 juta tahun


yang lalu)
Tabel 3. Litologi waturanda dan sekitarnya

4.2.2 Stratigrafi
Stratigrafi dari lokasi pemetaan kurang lebih di isi oleh formasi karangsambung, totogan,
formasi waturanda, dan formasi panosogan. Secara lebih detail kolom stratigrafi umum
sebagai terikut:

54

4.3 Deskripsi Singkapan


1. Singkapan Satu

Hari/tanggal
2016
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
Formasi
Strike/Dip
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist

: Selasa, 24 Mei
: Cerah
: 354311
: 9163187
: GPS
: 49M
: Lapuk
: sekitar daerah bukit jati bungkus
: Karangsambung
:: Bambu
: Sungai
: 79 mdpl
: Kelompok 3

55

Deskripsi Batuan

Fragmenfragmen
batuan

Batu hasil pelapukan dengan banyak fragmen, kondisi lapuk, berwarna coklat
kemerahan, ukuran butir pasir halus, mengandung gamping, moderately sorted,
rounded, kemas tertutup, terdapat fragmen-fragmen batuan yang berupa batu gamping
dan konglomerat.
2. Singkapan Dua
Hari/tanggal

: Selasa, 24 Mei
2016
: Cerah

Cuaca
Koordinat:
Latitude
: 354286
Longitude
: 9163086
Marking by : GPS
UTM Zone
: 49M
Kondisi Singkapan : Segar
Lokasi Singkapan
: Desa Langse
Formasi
: Totogan
Strike/Dip
: N1580E/400; N1700E/100; N1300E/300
Vegetasi
: Rerumputan, ilalang, pohon pisang, kelapa, tanaman kunyit,
Morfologi
: Perbukitan
Altitude
: 82 mdpl
Geologist
: Kelompok 3
Deskripsi Batuan
:
Batu lempung berfragmen, kondisi lapuk,
berwarna abu abu, ukuran butir lepungan, ,
Very sorted, rounded, kemas tertutup,
beberapa mengalami pelapukan mengulit
bawang.

56

3. Singkapan Ketiga
Hari/tanggal
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
Formasi
Strike/Dip
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist
Deskripsi Batuan

: Selasa, 24 Mei 2016


: Cerah
: 354306
: 9162962
: GPS
: 49M
: Lapuk
: Desa langse, di kaki bukit selaranda
: Waturanda
: N570E/440
: Pohon bambu
: Perbukitan (kaki bukit)
: 99 mdpl
: Kelompok 3
:

Batu pasir, berwarna abu-abu kehitaman,


kondisi lapuk, well sorted, rounded,
kemas tertutup, ukuran butir pasir kasar
hingga halus, warna hitam merupakan
kandungan Fe, tidak memiliki kandungan
gamping.

4. Singkapan Keempat
Hari/tanggal
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
Formasi
Strike/Dip
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist

: Selasa, 24 Mei 2016


: Cerah
: 354283
: 9162876
: GPS
: 49M
: Segar - lapuk
: Bukit selaranda
: Waturanda
: N2750E/330
: Rerumputan dan ilalang
: Perbukitan
: 133 mdpl
: Kelompok 3
57

Deskripsi Batuan

Perselingan Batu breksi-batu pasir,


berwarna abu-abu gelap, kondisi lapuk,
poorly sorted, angular, kemas terbuka,
tersusun dari fragmen batuan volkanik
andesitik. Untuk batu pasirnya

breksi

Batu
pasir

5. Singkapan Kelima
Hari/tanggal
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
Formasi
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist
Deskripsi Batuan

: Selasa, 24 Mei 2016


: Cerah
: 354210
: 9162671
: GPS
: 49M
: Segar
: perbukitan salaranda, pada lereng bukit bukit
: Waturanda
: Rerumputan dan ilalang
: Perbukitan
: 139 mpl
: Kelompok 3
:

Batu pasir, abu-abu gelap, kondisi segar,


ukuran butir pasir kasar, very well sorted,
rounded, kemas tertutup.

58

6. Singkapan Keenam
Hari/tanggal
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
Formasi
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist
Deskripsi Batuan

: Selasa, 24 Mei 2016


: Cerah
: 354287
: 9162655
: GPS
: 49M
: Lapuk
: Daerah prumpung
: Waturanda
: Pohon bambu dan jati
: Lereng bukit
: 124 mdpl
: Kelompok 3
:

Batu pasir, abu-abu gelap dan abu-abu


terang, mengalami pelapukan mengulir
bawang, well sorted, rounded, kemas
tertutup.

7. Singkapan Ketuju
Hari/tanggal
2016
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
Formasi
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist
Deskripsi Batuan

: Selasa, 24 Mei
: Cerah
: 354084
: 9162202
: GPS
: 49M
: Segar
: daerah prumpung
: Waturanda
: Rerumputan dan ilalang, pohon bambu
: sungai
: 73 mdpl
: Kelompok 3
:
59

Batu
breksi

Batu pasir

Perselingan antara batu breksi dengan batu pasir. Batu pasir berwarna abu-abu gelap,
segar, well sorted, rounded, ukuran butir pasir kasar, kemas tertutup. Batu breksi
berwarna abu-abu gelap, segar, poorly sorted, angular, kemas terbuka.

8. Singkapan Kedelapan
Hari/tanggal
2016
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
kaligending
Formasi
Strike/Dip
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist
Deskripsi Batuan

: Selasa, 24 Mei
: Cerah
: 354209
: 9161789
: GPS
: 49M
: Lapuk
: Sungai
: Waturanda-Panosogan
: N950E/450
: Rerumputan dan ilalang
: Sungai
: 99 mdpl
: Kelompok 3
:

Tempat bertemunya Formasi Waturanda


dengan Formasi Panosogan. Batu pasir,
abu-abu gelap, lapuk, well sorted, rounded,
ukuran butir pasir halus, kemas tertutup.
Batu lempung, abu-abu gelap, lapuk, very
well sorted, well rounded, kemas tertutup,
ukuran butir very fine.

60

9. Singkapan Kesembilan
Hari/tanggal
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan
Lokasi Singkapan
Formasi
Strike/Dip
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist
Deskripsi Batuan

: Selasa, 24 Mei 2016


: Cerah
: 354205
: 9161796
: GPS
: 49M
: Lapuk dan segar
: Sungai kaligending
: Waturanda - Panosogan
: N950E/450
: Rerumputan dan ilalang, pohon jati, bambu.
: sungai
: 98 mdpl
: Kelompok 3
:
Batu pasir
(Waturanda)

Batu
lempung
(Panosogan
)

Tempat bertemunya Formasi Waturanda dengan Formasi Panosogan. Batu pasir, abu abu gelap, lapuk, well sorted, rounded, ukuran butir pasir halus, kemas tertutup. Batu
lempung, abu-abu gelap, lapuk, very well sorted, well rounded, kemas tertutup, ukuran
butir very fine.
10. Singkapan Kesepuluh
Hari/tanggal
2016
Cuaca
Koordinat:
Latitude
Longitude
Marking by
UTM Zone
Kondisi Singkapan

: Selasa, 24 Mei
: Cerah
: 354353
: 9161454
: GPS
: 49M
: Segar
61

Lokasi Singkapan
Formasi
Strike/Dip
Vegetasi
Morfologi
Altitude
Geologist
Deskripsi Batuan

: Desa kaligending
: Panosogan
: N950E/400; N980E/400; N950E/300
: Rerumputan dan ilalang, pohon bambu
: Lembah
: 85 mdpl
: Kelompok 3
:

Batu
pasir

Batu
lemp

Perselingan antara batu pasir gampingan dengan batu lempung. Batu pasir gampingan
berwarna abu-abu terang, segar, well sorted, rounded, mengandung gamping, ukuran
butir pasir kasar, kemas tertutup. Batu lempung berwarna abu-abu gelap, segar, very
well sorted, well rounded, ukuran butir lempung, kemas tertutup.

11. Singkapan Kesebelas


Hari/tanggal
: Selasa, 24 Mei
2016
Cuaca
: Cerah
Koordinat:
Latitude
: 355993
Longitude
: 9160776
Marking by : GPS
UTM Zone
: 49M
Kondisi Singkapan : Lapuk
Lokasi Singkapan
: Desa Karangsambung, pada tebing bukit dekat jalan raya dan
berdekatan dengan Kali Kudu
Formasi
: Panosogan
Strike/Dip
: N1100E/140
Vegetasi
: Rerumputan dan ilalang
Morfologi
: Perbukitan
Altitude
: 123 mdpl
Geologist
: Kelompok 3
Deskripsi Batuan
:
62

Tuff

Batu
lempung

Perselingan Tuff dengan batu lempung. Tuff berwarna putih, lapuk, merupakan produk
volkanik, very well sorted, well rounded, ukuran butir lempung, kemas tertutup. Batu
lempung, abu-abu cerah, lapuk, very well sorted, well rounded, ukuran butir lempung,
kemas tertutup.

4.4 Tebal Formasi Waturanda

Gambar 4.2 Ilustrasi formasi Waturanda


Singkapan 3 yang kita temukan merupakan singkapan dari formasi waturanda pertama yang
kita temukan. Oleh karena itu kita anggap itu menjadi batas bawah formasi watu randa.
Singkapan 8 merupakan singkapan dimana kita dapat menemui batuan yang berasal dari
formasi panosogan, oleh karena itu titik singkapan ini kami anggap menjadi batas atas dari
formasi waturanda. Oleh karena itu didapat data sebagai berikut:
Jarak datar/tebal semu = 1173 meter
Kemiringan lapisan

= 45
y = sin(45) . 1173 = 829.4 meter

= tebal sebenarnya
Jadi ketebalan formasi waturanda dari jalur yang kami lalui kurang lebih sebesar 829.4 meter
63

BAB V
PENGUKURAN HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

5.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian hidrologi dan hidrogeologi berada di tepian sungai luk ulo dan di sungai luk
ulo yang berada di dekat bukit Pasanggrahan.

Gambar 5.1 Lokasi penelitian Hidrologi

5.2 V-notch dan Current Meter


5.2.1 V-notch
Dari hasil pengukuran didapatkan h sebesar 3 cm
Menghitung debit Aliran Air
A

Keterangan :
V = Kecepatan Aliran Air ( m/s)
A = Luas Penampang (m2)
Mengitung debit dari data V Notch

Jika V Notch yang digunakan memiliki sudut 90 O maka persamaan berikut yang digunakan

64

Keterangan
C = Koefisisen Debit
= Sudut Notch
h = Kedalaman
K = Faktor Pengoreksi

Maka Debit Aliran Air adalah

= 0,000221 m3/detik

5.2.2 Current Meter


Data Pengukuran

Didapat kecepatan rata rata 7.95 m/s

Luas penampang melintang sungai


=

= 3.5 + 4.5 + 4.55


= 12.55 m2

Maka Debit Aliran Air adalah

= 99.77 m3/detik
65

5.2.3 Analisis Hasil Perhitungan


Terdapat perbedaan nilai debit yang dihitung dengan menggunkan metode panampang dan
meteode V Notch. Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai ini adalah aliran air pada
selokan tidak laminar dibuktikan dengan perbedaan nilai kecepatan aliran pada pengukuran
dengan menggunakan Current meter. Hal ini dapat mempengaruhi nilai debit aliran.
Faktor yang mempengaruhi nilai debit pada perhitungan dengan menggunakan metode V
Notch pembendungan aliran air tidak maksimal sehingga masih ada air yang mengalir di sela
sela V Notch yang mengakibatkan tinggi air yang melewai V Notch bernilai kecil dan
membuat nilai debit aliran menjadi kecil.

5.3 Pengukuran Infiltrasi Pada Daerah Pinggir Sungai Lok Ulo


Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan menurun dengan
bertambahnya waktu. Laju infitrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Model Horon.

Keterangan;
: laju infiltrasi nyata (mm/jam)
: laju infiltrasi tetap (mm/jam)
: laju infiltrasi awal (mm/jam)
k : konstanta geofisik
t : waktu terhitung mulainya hujan (menit)
Untuk menentukan Kelas inflitrasi, dipakai klasifikasi menurut Rickard dan Cossens (1965) sebagai
berikut

Kelas
0
1
2
3
4

Klasifikasi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Laju infiltrasi (mm/jam)


Kurang dari 2,5
2,5 15
15 25
25 33
Lebih dari 33

Tabel 5.1 : Klasifikasi Laju Infiltrasi

66

5.3.1 Data Pengukuran dan Pengolahan Data


T
(detik)
0
60
180
240
420
600
900
1800
2700

H
Laju infiltrasi
H (cm)
(cm)
(cm/detik)
40
0
0
39.8
0.2
0.003333333
38.9
1.1
0.006111111
38.7
1.3
0.005416667
37.8
2.2
0.005238095
37.1
2.9
0.004833333
35.9
4.1
0.004555556
33
7
0.003888889
29.9
10.1
0.003740741

H (cm)

Laju Infiltrasi (semi log)


45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1

10

100

1000

10000

T (detik)

Laju infiltrasi stabil pada nilai 0.0044 cm/detik

5.3.2 Analisis Hasil Pengolahan Data


Menurut teori laju infiltrasi menurun dengan bertambahnya waktu selama infiltrasi, yang ditentukan
oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Sifat tanah yang menentukan dan membatasi
kapasitas infiltrasi adalah ukuran pori, kandungan air dan profil tanah.
Tekstur dan struktur mempengaruhi penyebaran pori-pori tanah yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi laju infiltrasi, kemampuan menampung air dan proses hidrologi lainnya. Data yang
diperoleh dari pengukuran laju infiltrasi dengan interval waktu 1 menit menunjukan bahwah nilai laju
infiltrasi tidak stabil. Faktor yang menyababkan hal tersebut adalah, keadaan tahah pada daerah
percobaan akan memepangaruhi laju infiltrasi baik dari struktur tanah, tekstur tanah serta pori pori
tanah.
67

Sementara itu adanya tumbuhan juga akan mempengaruhi laju infiltrasi karena akar tanaman dapat
menyebabkan struktur tanah menjadi gembur. Percobaan harus dilakukan dalam waktu yang lebih
lama agar tanah jenuh oleh air sehingga dapat diketahui laju infiltrasi nya secara tepat.

68

BAB VI
PENGUKURAN TAHANAN LISTRIK

6.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian tahanan jenis didekat pengukuran hidrologi yaitu di tanah persawahan di
pinggiran sungai Luk Ulo di dekat bukit Pasanggarahan.

Gambar 6.1 Pengukuran tahanan jenis

6.2 Data dan Pengolahan


Data perhitungan:
AB/2
2
4
6
10
10
15
25

MN/2
0.5
0.5
0.5
0.5
1
1
1

K
11.78
49.48
112.31
313.37
155.51
351.37
980.18

I
326.86
350.15
359.36
280.54
281.31
281.27
294.17

V
46.96
9.70
5.31
1.88
6.63
3.32
1.22

Ps
-529.17
-552.27
-565.85
-575.61
-427.95
-517.86
-560.03

r
1.69
1.37
1.66
2.10
3.67
4.16
4.06

STEV
0.01
0.00
0.01
0.01
0.01
0.1
0.01

69

Hasil ploting pada aplikasi ip2win:

6.3 Analisis Perhitungan


Dari hasil perhitungan dan input data pada aplikasi ip2win di atas dapat disimpulkan jika di
daerah pengamatan terdapat 2 lapisan dengan AB/2 sebesar 25 meter. Lapisan 1 memiliki
tahanan jenis 2.95 ohm.m dengan ketebalan 2 meter. Lapisan kedua memiliki tahanan jenis
sebesar 4.06 ohm.m dengan ketebalan yang tidak diketahui. Pada lapisan kedua ketebalannya
tidak diketahui dikarenakan jarak bentangan AB/2 kurang jauh. Jarak AB/2 dilapangan yang
bisa diambil memang cuma sebesar 25 meter dikarenakan lokasi pengamatan yang tidak
terlalu besar juga.
Dari kedua nilai tersebut dapat dikatakan jika daerah tersebut lapisan tanah penyusunnya
berupa lempungan hingga lempung basah yang tidak kompak. Hal ini bisa diamati juga pada
peta geologi jika daerah pengamatan masih berada pada formasi endapan alluvial yang
cenderung tersusun oleh satuan lempung.

70

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesan

Makan 3 kali sehari dan enak-enak itu sesuatu


banget. kegiatan paling mengesankan ialah
simulasi pemetaan, sangat seru! seakan berasa
jadi eksplorer beneran.

mantap, mendapat pengalaman dan


pembelajaran yang bagus, seakan-akan
mengulangi masa-masa kecil di desa waktu
simulasi pemetaan, naik turun bukit, turun
sungai, ketemu tanaman rerumputan yang
bisa dimakan seperti masa kecil

mendapat pembelajaran bahwa kegiatan


dilapangan lebih tidak seperti teorinya, karena
kegiatan dilapangan mengharuskan konsisi
tubuh yang sehat. Kegiatan eksplorasi SDA
tidak dapat dilakukan secara individu, perlu
adanya tim dengan tiap orang punya perannya
masing-masing.

Mengerti betapa beratnya pekerjaan


eksplorasi,dan apa saja yang harus
dipersiapkan dalam pekerjaan kelak,
mengerti karakter teman dan kemampuan
diri sendiri

kerjasama tim sangat penting dan juga


rasa saling menghargai antar tim....

71

7.2 Saran
1. Sebaiknya masing-masing tim mempersiapkan waypoint saat simulasi pemetaan di gps
sebelum simulasi pemetaan supaya bisa lancar prosesnya.
2. Perlu dilakukan peninjauan kondisi daerah sehingga dapat diketahui daerah mana yang
butuh pengawasan lebih ketat untuk meminimalisir kecelakaan.
3. Pencantuman barang-barang yang harus dibawa ke lapangan berkaitan dengan kondisi
lapangan di daerah tersebut.
4. kemampuan fisik dan pemikiran ditingkatkan lagi karena ini baru awal dari kegiatan yang
sebenarnya.
5. Rajin olahraga sebelum berangkat pemetaan biar kuat kalau harus berjalan jauh, khususnya
simulasi pemetaan.

72

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S. (1974) Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sektarnya ditinjau Dari Segi Tektonik Dunia
Baru.Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung.
Asikin, S., Harsolumakso, A.A., Busono H., dan Gafoer. 1992. Geological map Of Kebumen
Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal research and Development Centre. Bandung.
Hadiyansyah, Dian. 2005. Karakteristik Struktur formasi Karangsambung, Daerah Karangsambung
dan Sekitarnya, Kecamatan Karangsambung-Karangayam, Kabupaten Kebumen, propinsi Jawa
tengah. Skripsi Sarjana S1. Dept. Teknik Geologi ITB. Tidak Diterbitkan.
Harsolumakso, Agus HAndoyo dan Dardji Noeradi. 1996. Deformasi pada Formasi Karangsambung,
di daerah Luk Ulo, kebumen, Jawa Tengah. Buletin Geologi 26, 45-54.
Syafrizal, 2015, Slide Kuliah Pemetaan Eksplorasi , Program Studi Teknik Pertambangan, ITB,
Bandung

73

LAMPIRAN

74

Anda mungkin juga menyukai