Disusun Oleh:
1. Elsa Nurma (160721614469)
2. Fahmi Wahyu S. (160721600919)
3. Frisco Imanudin (160721614501)
4. Gardina Dias S. (160721614457)
5. Khairunnisa (160721614484)
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan tujuan
penulisan makalah.
1. Untuk mendeskripsikan kondisi geologi regional di Pulau Kalimantan
2. Untuk mendeskripsikan kondisi geomorfologi di Pulau Kalimantan
3. Untuk mendeskripsikan kondisi pedologi di Pulau Kalimantan
4. Untuk mendeskripsikan kondisi hidromorfologi di Pulau Kalimantan
5. Untuk mendeskripsikan kondisi klimatologi di Pulau Kalimantan
6. Untuk mengetahui sumber daya alam dan mineral yang ada di Pulau Kalimantan
7. Untuk mengetahui potensi ancaman bencana di Pulau Kalimantan
8. Untuk mengetahui potensi sosial budaya yang terdapat di Pulau Kalimantan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 GEOLOGI REGIONAL KALIMANTAN
2.1.1 Geologi Regional Kalimantan
Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara
dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar
dan di bagian selatan oleh Laut Jawa.
1) Cekungan Barito
Tektonik Cekungan Barito
Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari
Schwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus
pada bagian Timur dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutaioleh
pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat
dibatasi oleh Paparan Sunda.
Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan
(foredeep) pada bagian paling Timur dan berupa platform pada bagian Barat. Cekungan
Barito mulai terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision) antara
microcontinent Paternoster dan Baratdaya Kalimantan (Metcalfe, 1996; Satyana, 1996
dalam Manroe 2014).
Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik
konvergen, dan menghasilkan pola rifting Baratlaut – Tenggara. Rifting ini kemudian
menjadi tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan) dari
Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi bagian
graben, kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam
hubungan transgresi. Kemudian pada awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang
diikuti oleh pengendapan Formasi Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung
bagian atas secara selaras dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh
pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.
Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang
mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi
Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala
ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi
Warukin bagian bawah. Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang
pada akhirnya mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara Formasi
Warukin atas dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas – pliosen. Tektonik
terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat, dan
terpatahkan. Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik
terbentuk dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan tersier,
terutama daerah- daerah Tinggian Meratus.
Stratigrafi Cekungan Barito
Urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah :
1) Formasi Tanjung (Eosen – Oligosen Awal)
Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan
basalt.
2) Formasi Berai (Oligosen Akhir – Miosen Awal)
Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung /
serpih di bagian bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada
bagian atas kembali berulang menjadi perselingan batugamping, serpih, dan
batupasir. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan lagoon-neritik tengah dan
menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang terletak di bagian bawahnya.
Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m pada dekat
Tanjung.
3) Formasi Warukin (Miosen Bawah – Miosen Tengah)
4) Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak
selaras oleh Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang
bagian barat Tinggian Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah
tererosi. Hanya di sebelah selatan Tanjung yang masih dibawah permukaan.
Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota
klastik), dan Warukin bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut
dibedakan berdasarkan susunan litologinya. Warukin bagian bawah (anggota
klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung gampingan dengan sisipan
tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan dibagian atas
merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Sedangkan Warukin
bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum ± 500 meter, berupa
perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan
batubara mencapai lebih dari 40 m., sedangkan batupasir tidak begitu tebal,
biasanya mengandung air tawar. Formasi Warukin diendapkan pada lingkungan
neritik dalam (innerneritik) – deltaik dan menunjukkan fasa regresi.
5) Formasi Dahor (Miosen Atas – Pliosen)
Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan
serpih yang diendapkan dalam lingkungan litoral – supra litoral.
2) Cekungan Kutai
Tektonik Cekungan Kutai
Cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar
Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimen-
sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan
membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur terbuka dan
terhubung dengan laut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara.
Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen dan
pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik
dan pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-
rift dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir. Fase
Neogen dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi delta
dari Cekungan Kutai sampai lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang
lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang
mengalami progradasi ke bagian timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda
menjauhi timur. Sedimen-sedimen yang mengisi Cekungan Kutai banyak terdeformasi
oleh lipatan-lipatan yang subparalel dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin
berkurang ke arah timur, sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas pantai
terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin yang datar. Kemiringan cenderung
meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan- lipatan terbentuk bersamaan
dengan sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan yang asimetris terpotong
oleh sesar-sesar naik yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi secara lokal berarah
barat.
Stratigrafi Cekungan Kutai
Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan terakumulasi
sediment-sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi
serpih Bogan dan Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua ( Dataran
Tinggi Kucing) ke arah barat dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang mengisi
Cekungan Kutai pada formasi delta-delta sungai, salah satunya di kawasan Sangatta.
Ciri khas sedimen- sedimen delta terakumulasi pada Formasi Pulau Balang, khususnya
sedimen dataran delta bagian bawah dan sedimen batas laut, diikuti lapisan-lapisan dari
Formasi Balikpapan yang terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir dari
lingkungan pengendapan sungai yang banyak didominasi substansi gambut delta plain
bagian atas yang kemudian membentuk lapisan-lapisan batubara pada endapan di bagian
barat kawasan Pinang. Subsidence yang berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan
tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya sesar-sesar pada sedimen-sedimen.
Pengendapan pada Formasi Balikpapan dilanjutkan dengan akumulasi lapisan-lapisan
Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama Kala Pliosen, serpih dari serpih Bogan dan
Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai kedalaman 2000 meter, menjadi
kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan pergerakan diapir dari serpih ini
melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur antiklin-antiklin rapat yang
dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekugan Kutai dan pada kawasan Pinang
terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.
3) Cekungan Tarakan
Tektonik Cekungan Tarakan
Cekungan Tarakan merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di
Kalimantan Timur bagian utara. Cekungan Tarakan dapat dibagi menjadi 4 sub-
cekungan yaitu: Sub-cekungan Tidung, Sub-cekungan Berau, Sub-cekungan Tarakan,
dan Sub- cekungan Muara. Batas-batas dari empat sub-cekungan tersebut adalah zona-
zona sesar dan tinggian. Bagian utara dari Cekungan Kalimantan Timur Utara dibatasi
oleh Tinggian Samporna yang terletak sedikit ke utara dari perbatasan wilayah
Indonesia dan Malaysia. Bagian barat ke arah Kalimantan dibatasi oleh Punggungan
Sekatak-Berau. Sedangkan di bagian selatan, terdapat Punggungan Mangkalihat yang
memisahkan Cekungan Tarakan dengan Cekungan Kutai. Batas timur dan tenggara dari
cekungan ini berupa laut lepas Selat Makasar.
Perkembangan struktur-struktur di Sub-cekungan Tarakan, Cekungan Tarakan
berlangsung dalam beberapa tahapan yang mempengaruhi pengendapan sedimen pada
area tersebut. Konfigurasi secara struktural sudah dimulai oleh rifting sejak Eosen Awal.
Pemekaran (rifting) pada sub-cekungan ini disebabkan oleh pembentukan sesar-sesar
normal. Pergerakan dari sesar-sesar tersebut menghasilkan daerah-daerah rendahan
yang kemudian terisi oleh sedimen-sedimen tertua pada sub-cekungan ini, seperti
Formasi Sembakung (akhir Miosen Awal-Miosen Tengah). Sedimen-sedimen pra-
Tersier tidak terpenetrasi pada banyak sumur yang dibor pada sub-cekungan ini, namun
keberadaannya terdeteksi pada data seismik. Proses Rifting berjalan dengan terus
menerus disertai dengan adanya pengangkatan secara lokal di bagian barat dari sub-
cekungan mengontrol siklus-siklus pengendapan sedimen pada sub-cekungan ini.
Pengendapan pada sub-cekungan ini dapat dibagi menjadi 4 siklus berhubungan dengan
beberapa kejadian tektonik pada regional.
Stratigrafi Cekungan Tarakan
Batuan dasar pada cekungan Kalimantan Timur Utara terdiri dari sedimen-sedimen
berumur tua, meliputi Formasi Danau, Formasi Sembakung, dan Batulempung Malio.
Sedimen-sedimen tersebut telah terkompaksi, terlipatkan, dan tersesarkan.
1) Formasi Danau
Formasi Danau terdeformasi kuat dan sebagian termetamorfosa, mengandung breksi
terserpentinitisasi, rijang radiolaria, spilit, serpih, slate, dan kuarsa.
2) Formasi Sembakung dan Batulempung Malio
Formasi Sembakung diendapkan di atas Formasi Danau secara tidak selaras. Formasi
ini terdiri dari sedimen volkanik dan klastik yang berumur Eosen Awal-Eosen
Tengah. Di atas Formasi Sembakung diendapkan batulempung berfosil, karbonatan,
dan mikaan yang dikenal dengan Batulempung Malio yang berumur Eosen Tengah.
Siklus 1: Formasi Sujau, Mangkabua, dan Selor (Eosen Akhir – Oligosen)
Sedimen-sedimen pada Siklus 1 diendapkan secara tidak selaras terhadap Formasi
Sembakung dan memiliki lingkungan pengendapan dari laut littoral sampai dangkal.
Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik (konglomerat dan batupasir), serpih, dan
volkanik. Klastika Formasi Sujau merepresentasikan tahap pertama pengisian
cekungan “graben-like” yang mungkin terbentuk sebagai akibat dari pemakaran
Makassar pada Eosen Awal. Produk erosional dari Paparan Sunda di sebelah barat
terakumulasi bersamaan dengan endapan gunungapi dan pirokasltik pada bagian
bawah siklus ini. Keberadaan lapisan-lapisan batubara dan interkalasi napal pada
bagian bawah mengindikasikan fasies pengendapan danau yang bergradasi ke atas
menjadi lingkungan laut. Batugamping mikritik dari Formasi Seilor diendapkan
secara tidak selaras di atas Formasi Sujau dan Formasi Mangkabua yang terdiri dari
serpih laut dan napal yang berumur Oligosen menjadi penciri perubahan suksesi
ke basinward. Batuan sedimen siklus 1 terangkat, sebagian tersingkap dan tererosi
sebagian di tepi barat dari cekungan berkaitan dengan aktivitas volkanisme yang
terjadi sepanjang tepian deposenter pada akhir Oligosen.
Siklus 2: Formasi Tempilan, Formasi Taballar, Napal Mesalai, Formasi Naintupo
(Oligosen Akhir – Miosen Tengah).
Sedimen-sedimen yang diendapkan di atas sedimen sebelumnya secara tidak selaras.
Sedimen-sedimen tersebut merupakan sikuen-sikuen transgersif dan tidak terlalu
terdeformasi. Fasies klastik basal dari Formasi Tempilan diendapkan pertama kali
pada siklus ini dan diikuti oleh batugamping mikritik dari Formasi Taballar. Formasi
Taballar merupakan sikuen paparan karbonat dengan perkembangan reef lokal
Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Formasi ini secara gradual menipis ke arah
cekungan terhadap napal Mesalai yang kemudian berubah menjadi Formasi Naintupo
di atasnya. Formasi Naintupo terdiri dari lempung dan serpih yang bergradasi ke atas
menjadi napal dan batugamping yang menandakan meluasnya genang laut di
cekungan Tarakan.
Siklus 3: Formasi Meliat, Formasi Tabul, dan Formasi Santul (Miosen Tengah –
Miosen Akhir).
Sedimen-sedimen dari siklus 3 ini terdiri dari sikuen-sikuen deltaik regresif yang
terbentuk setelah tektonisma Miosen Awal (Orogenesa Intra-Miosen). Siklus
sedimentasi ini terbagi menjadi 3 formasi, yaitu: Formasi Meliat, Tabul, dan Santul.
Perbedaan sikuen deltaik antara formasi-formasi tersebut sulit untuk diuji dan
dibedakan mengingat sedikitnya fosil- fosil yang dapat ditemukan dan kesamaan
litologi antar formasi-formasi tersebut. Pengangkatan yang terjadi menyebabkan
berhentinya fasa genang laut dan perubahan lingkungan pengendapan yang semula
bersifat laut terbuka menjadi lebih paralik. Perubahan ini mengawali pola
pengendapan baru di Cekungan Tarakan yang membentuk delta-delta konstruktif
dengan progradasi dari barat ke timur.
Formasi Meliat merupakan nama formasi tertua dari siklus 3 dan diendapkan secara
tidak selaras dengan Serpih Naintupo. Formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih
karbonatan, dan batugamping tipis. Di beberapa bagian, Formasi Meliat terdiri dari
batulanau dan serpih dengan sedikit lensa-lensa batupasir. Formasi Tabul terdiri dari
batupasir, batulanau, dan serpih yang kadang disertai dengan kemunculan lapisan
batubara dan batugamping. Bagian paling atas dari siklus ini adalah Formasi Santul.
Pada formasi ini sering dijumpai lapisan batubara tipis yang berinterkalasi dengan
batupasir, batulanau, dan batulempung, yang diendapkan di lingkungan delta plain
sampaidelta front pada Miosen Akhir.
Siklus 4: Formasi Tarakan (Pliosen)
Pada siklus sedimentasi Pliosen, diendapkan Formasi Tarakan. Formasi ini terdiri
dari interbeding batulempung, serpih, batupasir, dan lapisan-lapisan batubata lignit,
yang menunjukan fasies pengendapan delta plain. Dasar dari Formasi Tarakan pada
beberapa ditepresentasikan oleh ketidakselarasan, sedangkan di Pulau Bunyu, kontak
antara Formasi Santul dengan Tarakan bersifat transisional.
Siklus 5: Formasi Bunyu (Pleistosen)
Sejak Pliosen, sedimen fluviomarine yang sangat tebal terbentuk, terutama terdiri
dari perlapisan batupasir delta, serpih, dan batubara. Sedimen Kuarter dari siklus 5
dinamakan Formasi Bunyu, diendapkan di lingkungan delta plain sampai fluviatil.
Batupasir tebal, berukuran butir medium sampai kasar, kadangkala konglomeratan
daninterbeding batubara lignit dengan serpih merupakan litologi penyusun dari
formasi Bunyu. Batupasir formasi ini lebih tebal, kasar, dan kurang terkonsilidasi
jika dibandingkan dengan batupasir Formasi Tarakan. Batas bawah dari Formasi ini
dapat bersifat tidak selaras maupun transisional. Meningginya muka laut pada kala
Pleistosen Akhir menyebabkan garis pantai mundur ke arah barat seperti garis pantai
saat ini.
Gambar 1.2 Stratigrafi Cekungan Barito, Cekungan Kutai, dan Cekungan Tarakan.
(Bachtiar, 2006 dalam Monroe 2014)
2.1.2 Struktur Geologi Regional (Tektonik)
2.1.2.1 Sejarah Terbentuknya Pulau Kalimantan
Pulau Kalimantan merupakan bagian dari kerak Sunda (Sundaland) yang merupakan
bagian dari lempeng benua Eurasia. Pulau Kalimantan merupakan pulau yang sudah
terbentuk sejak Jurassic, ratusan tahun yang lalu. Namun sejak puluhan tahun lalu pulau ini
terangkat akibat adanya beberapa kali tumbukan, salah satu diataranya disebabkan oleh
“terbelahnya” Laut Cina Selatan (South China Sea/SCS). Saat terbelah inilah terjadi
subduksi disebelah barat dari Kalimantan sehingga paparan (shelf, berwarna kuning muda)
membentur Kalimantan. Saat itulah dianggap Laut Cina Selatan tidak berkembang pesat
lagi. Namun terjadi pengangkatan Gunung Kinabalu mirip seperti pengangkatan Himalaya
penyebab gempa Nepal.
Gambar Rekonstruksi pembentukan pulau Kalimantan. Ma = Million Annum (Juta tahun). Terlihat
mulai 25 jt tahun lalu Laut Cina Selatan terbelah dikenal dengan “Sea Floor Spreading”. Diperkirakan sejak
5 juta tahun lalu sudah mengecil, namun kemungkinan tidak berati mati dan berhenti sama sekali (Hall, dkk,
2008)
Gambar diatas rekonstruksi pada jaman Pliocene atau sekitar 5-3 juta tahun lalu.
Namun proses ini juga tidak berarti diam dan terhenti setelah itu. Adanya subduksi aktif dari
sebelah timur akibat benturan dari Lempeng Pasifik juga membuat daerah ini tidak bebas
gencetan juga.
terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut
Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Sesar-sesar ini juga berpotensi menimbulkan gempa di Kalimantan.
Basement pre-Eosen
Bagian barat daya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai
bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi barat daya Kalimantan, Laut Jawa bagian
barat, Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit
dan sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus,
yang diperkirakan berasal dari subduksi Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak dan
Kalimantan terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-OligoseN, ofiolit dan unit lainnya
yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter dan Supriatna (1989 dalam manroe
2014) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur Trias diantara
Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi
berumur Jura-Kapur.
Gambar 1.3 NW – SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and (B) Eocene
Pertamina BPPKA, 1997, Bachtiar, 2006 dalam manroe 2014)
Gambar 1.4 Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in Eocene
(Hutchison, 1989, Bachtiar 2006 dalam Monroe 2014)
Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada
Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional
dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian
back-arc Laut Celebes.
Tektonik Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk Kalimantan
dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng
pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan
yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan
sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique.
Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen benua
Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada
pertengahan Oligosen.
Gambar 1.5 Pertamina BPKKA, 1997, Bachtiar 2006 dalam manroe 2014
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan
wilayah. Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS.
Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai
timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut,
berhenti pada akhir Miosen awal.
Gambar 1.6 NW – SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene – Middle Miocene, and
(B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, Bachtiar, 2006 dalam Monroe 2014).
b) Pegunungan Muller
Berdasarkan peta 1 : 250.000 dari Puslibang Geologi 1993, kondisi geologi di
pegunungan muller terdapat beberapa formasi Batuan di antarannya Paleozoikum
(Karbon Trias, Rem Trias); Mesozoikum (Trias akhir, Jura – Kapur awal, kapur awal,
Trias akhir, Kapur akhir, Kapur akhir – Tersier awal); Tersier (Eosen tengah, Eosen
akhir, Eosen akhir – Oligosen awal, Oligosen awal, Oligosen akhir – Miosen tengah);
Kuarter.
c) Pegunungan Kapuas
Membentang dari ujung Kapuas yang terbagi menjadi 3 (Kapuas Hulu, kapuasTengah,
Kapuas Hilir) yang membatasi dengan negara Bagian Malaysia Timur. Berdasarkan
Geologi di Kapuas Hulu terdapat 8 Formasi Batuan diantaranya Endapan danau, Granit
Era, Kelompok Embaloh, Kelompok Mandai, Kelompok Selangkai, Komplek Danau
Hitam dan komplek Kapuas. Sedangkan tanah yang terdapat di pegunungan Kapuas
ialah organosol glein humus, batuan alluvial, Podsolik merah kuning, tipe tanah gambut.
d) Pegunungan Iban
Seluruh perbatasan yang melalui Kutai Barat dan sebagian Malinau, yang panjangnya
sekitar 70 persen dari semua perbatasan di Kalimantan Timur, merupakan rangkaian
pegunungan Iban. Pegunungan ini membujur dari barat daya sampai timur laut yang
menghubungkan secara berturut-turut perbukitan Pacungapang, gunung Liang Pran,
perbukitan Batu Iban, gunung Latuk dan gunung Kaba. Berdasarkan Geologi di kawasan
pegunungan Iban terdapat setidaknya 20 formasi batuan yang diantaranya Batugamping
Jangkan, Batuan Gunungapi Jelai, Batuan Gunungapi Metulang, Batuan Terobosan,
Diorit, Endapan aluvium, Formasi Kuaro, Formasi latih, Formasi Longbawan, Formasi
Lurah, Formasi Malinau, Formasi Meliat, Formasi Naintopo, Formasi Parking, Granit
Topai, Gunungapi Nyaan, Intrusi Sintang, Lubis/Tarakan/Malinau, Ofiolit Jura dan
Sumbat, Retas. Dengan penyusunnya Extrusive: intermediate: polymic; lava; felsic.
Sediment: clastic: sandstone : flysch : alluvium : Reef: limestone dan Intrusive:
intermediate : felsic serta Intrusive: felsic. Umur dari Jurasic Awal, Kapur Akhir.
Wilayah ini terdiri dari dataran rendah, dataran perbukitan dan pegunungan terjal.
Di bagian barat dan selatan mencakup Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai
daerahnya bergunung-gunung dan bergelombang disamping itu terdapat juga lipatan-
lipatan dan patahan.
e) Pegunungan Meratus
Pegunungan Meratus merupakan kawasan hutan asli (native forest) yang masih tersisa
di Propinsi Kalimantan Selatan, letaknya membentang dari arah Tenggara sampai
sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur. Posisinya membelah
wilayah Kalimantan Selatan menjadi dua bagian, sebelah Barat dan sebelah Timur.
Hampir seluruh kawasan Pegunungan Meratus merupakan daerah bergunung dengan
topografi agak curam (kelerengan 20-38 derajat), curam (40-50 derajat), hingga sangat
curam (50-90 derajat), yang membentuk dinding curam dan terjal.Kawasan ini juga
merupakan daerah hulu dari sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat
di Kalsel. Mulai dari bagian barat mengalir sungai Batang Alai, sungai Barabai, sungai
Amandit, sungai Balangan, sungai Pitap. Sedangkan di bagian Timur mengalir sungai
Batang Aing Bantai, sungai Juhu, sungai Sampanahan.
Secara geomorfologi Pegunungan Meratus terletak pada lereng atas Meratus,
memiliki bahan induk yang berasal dari batuan beku ( (indigeneous rock) yang terbentuk
pada jaman Jura (Jurassic) tengah hingga Kapur (Cretaceous) akhir. Geologi
Pegunungan Meratus bagian utara terdiri dari jenis batuan utama yang menjadi bahan
induk bagi jenis-jenis tanah yang terdapat di dalamnya. Jenis bahan induk utama yang
membentuk tanah-tanah di areal ini adalah granit granodiorid serta batu pasir,
konglomerat, sabak, kersik, serpih lempung dan batu gamping. Sedangkan pada bagian
selatan tidak jauh berbeda, dimana terdapat lempung yang mempunyai ketebalan
beberapa meter didalamnya terdapat batuan besar (bloc), batu gamping, batuan
metamorph, batu pasir dan konglomerat. Batuan tertua yang diketemukan berumur
Cretaceus tengah yaitu pada formasi Alino.Terdapatnya batu pasir dan kongomerat di
Pegunungan Meratus menunjukkan besarnya intensitas erosi, kemungkinan disebabkan
oleh suatu tektonik hors dan graben yang aktif hingga Eosen dengan endapannya yang
kontinental sampai paralik.
2.2 GEOMORFOLOGI KALIMANTAN
Pulau Kalimantan yang mempunyai bentuk dasar seperti segitiga sebagian besar
wilayahnya diduduki oleh jalur Pegunungan dan bukit-bukit. Dataran rendah menduduki
bagian Barat dan Selatan sampai menyentuh pantai. Berdasarkan strukturnya Kalimantan
dapat dibagi ke dalam beberapa zona sebagai berikut :
1. Sungai Kapuas
Mata air sungai Kapuas terletak di Cemaru, yaitu bagian tengah dari pulau
Kalimantan. Sungai itu mengalir ke arah barat menuju palung di bagian barat yang bermuara
dengan beberapa cabang ke dalam laut Sunda dekat Pontianak. Sungai itu merupakan sungai
terpanjang di Indonesia (1.143 km).
Mata airnya terletak diantara Putussibau, yaitu 898 km dari muaranya dan Semitau
dengan 632 dari mauranya yang merupakan distrik berawa-rawa serta berbentuk sebuah
basin antar pegunungan, dikelilingi oleh pegunungan Kapuas Huli di bagian utara,
pegunungan Muller di bagian timur, Plato Madi di bagian selatan dan pegunungan Kelinkang
di bagian barat.
Setelah memotong punggungan diantara semitau dan Ginkang yaitu 468 km dari
muaranya dengan arah timur –barat sampailah aliran tersebut pada basin Melawi dari
Sekadau sungai itu mengalir melului tanah pegunungan rendah ke Tajan yaitu 142 km dari
muaranya.
2. Sungai Mahakam
Sungai Mahakam berawal dari Gunung Cemaru (1,681 m) di bagian tengah Pulau
Kalimantan, kemudian memotong satuan pra-tersier di sebelah timur Gunung Batuayan
(1,652 m) dan kemudian berakhir di lembah tesier Kutai (Kutai basin). Bagian tengah daerah
pengalirannya melewati dataran rendah dengan danau-danau berhutan rawa. Di bagian
tengah ini daerah aliran Sungai Mahakam dipisahkan dengan daerah aliran sungai Barito di
sebelahnya oleh perbukitan yang tingginya kurang dari 500 m. Setelah daerah tersebut
Sungai Mahakam memotong antiklin Samarinda dan mengalir ke Delta Mahakam yang
menyerupai kipas yang membentang pada landas laut dengan basis sekitar 65 km dan radius
sekitar 30 km.
3. Sungai Barito
Panjang Sungai Barito mencapai 900 km, dengan lebar antara 650 m hingga
mencapai 1000 m. Di daerah hulu Sungai Barito wilayah Kabupaten Murung Raya terdapat
beberapa anak Sungai Barito dapat dilayari seperti: Sungai Laung panjang 35,75 km, Sungai
Babuat panjang 29,25 km, Sungai Joloi panjang 40,75 km, dan Sungai Busang panjang 75,25
km. Sungai Barito bermuara pada laut Jawa dan berhubungan langsung dengan ibukota
Kalimantan Selatan yakni Banjarmasin, hulu Sungai Barito berada di kaki pegunungan
Muller perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Kalimantan merupakan pulau yang memiliki lahan gambut yang sangat luas, kondisi
hidrologi Kalimantan umumnya sangat dipengaruhi oleh lahan gambut, karena hutan rawa
gambut dalam kondisi murni air tawar memiliki karakteristik kimiawi yang khas. Airnya
sangat asam (pH 3,0 4,5) dan unsur hara yang sangat rendah, karena tidak ada nutrisi atau
komponen penyangga yang dapat mengalir masuk dari luar area gambut tersebut. Tanah
gambut dalam kondisi yang tak terganggu itu mengandung 80 90 persen air.
Karena kemampuannya untuk menyimpan air dalam jumlah besar itu, hutan rawa
gambut berperan penting dalam mengurangi banjir dan menjamin pasokan air
yangberkelanjutan. Hutan rawa gambut seringkali digolongkan sebagai BlackwaterSystems
(Sistem Air Hitam), karena air yang mengalir dari area tersebutdipengaruhi oleh bahan dari
tanah gambut, yang menyebabkan airnya berwarna seperti "cola"gelap.
Beberapa perusahaan yang memproduksi minyak dan kondensat tahun 2012 adalah :
PT Chevron pada 2 lokasi sebesar 11,04 juta barrel, atau sebesar 26.16 persen.
PT Medco sebesar 0,99 juta barel, atau sebesar 2.35 persen.
Total E&P Indonesie sebesar 24,52 juta barel, atau sebesar 42,19 persen.
Vico Indonesia ( ex Huffco) sebesar 5,64 juta barrel, atau sebesar 13,37 persen
Banjir
Bencana banjir selama sepuluh tahun terakhir sering melanda seluruh wilayah
kabupaten/kota setiap tahunnya. Bencana ini bersifat temporer dan terjadi di setiap awal
musim penghujan dan umumnya terjadi antara 2 hingga 6 hari. Daerah-daerah yang
diidentifikasi sering mengalami banjir dan paling rawan banjir adalah kawasan perkotaan di
sepanjang hilir sungai dan pesisir laut. Contohnya di Kalimantan Timur. Berdasarkan data
yang ada untuk tahun 2007, Provinsi Kalimantan Timur mengalami banjir sebanyak 20 kali
dengan jumlah korban sekitar 80.170 (KK) atau 375.833 jiwa. Sementara untuk tahun 2008,
sudah terjadi 4 kali banjir dengan jumlah korban sebanyak 2.232 KK atau 7.799 jiwa.
Tanah Longsor
Kalimantan memiliki bentuk pegunungan dan gunung yang berpotnsi terjadinya
tanah longsor. Seperti di Provinsi Kalimantan Timur, wilayah yang rentan terhadap tanah
longsor adalah Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sengata dan Sendawar. Berdasarkan data
yang berhasil dikumpulkan, untuk tahun 2007, telah terjadi musibah tanah longsor sebanyak
6 kali dengan jumlah korban sebanyak 2.195 KK atau 7.647 jiwa dengan jumlah korban
meninggal sebanyak 5 orang. Untuk tahun 2008, frekuensi kejadian tanah longsor terjadi
sebanyak 8 kali dengan jumlah korban sebanyak 30 KK atau 111 jiwa. Potensi kejadian ini
di masa yang akan datang kemungkinan akan bertambah mengingat terjadinya perubahan
fungsi lahan yang cukup besar di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
Tsunami
Walaupun wilayah Kalimantan berdasarkan kondisi geologisnya merupakan
kawasan yang relatif aman dari bencana gempa bumi, akan tetapi bencana gempa bumi yang
berpotensi tsunami harus tetap diwaspadai terutama di kawasan pesisir laut sekitar Tarakan,
karena diidentifikasi pada kawasan tersebut memiliki sesar aktif yang berpotensi gempa
tektonik.
3. Agama
Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan beragama Islam. Suku Banjar yang
mendiami sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan menganut Agama Islam,
demikian pula Suku Dayak Bakumpaidi daerah aliran Sungai Barito. Suku
Dayak Bukit di kawasan Pegunungan Meratus umumnya masih
mempertahankan Kepercayaan Kaharingan dan sebagian lainnya menganut
Agama Kristen.Suku Dayak Dusun Deyah dan Suku Dayak
Maanyan Warukin di Kabupaten Tabalong dan Dayak Samihim di Kabupaten
Kotabaru mayoritas beragama Kristen, sementara Suku Dayak Dusun
Balangan di Kecamatan Halong menganut agama Buddha. Menurut Alfani
Daud (1997 : 50), pada dasarnya masyarakat Banjar merupakan
penganut Islam yang taat, walaupun terdapat pengaruh kepercayaan lama. Corak
keislaman orang Banjar mencakup konsepsi-konsepsi dari imigran-
imigran Melayu yang menjadi nenek moyang orang Banjar, dari sisa-sisa
kepercayaan Hindu, dan sisa-sisa kepercayaan Dayak yang ikut membentuk
suku bangsa Banjar.
4. Pertanian dan Perkebunan
Sebagian besar hasil pertanian di Kalimantan Selatan adalah padi yang paling
besar terletak di daerah Gambut, untuk buah-buahan sendiri seperti jeruk,
pepaya, pisang, kasturi ,rambutan, langsat, dan durian. Dan di sektor perkebunan
kelapa sawit adalah yang paling besar.
5. Pertambangan
b) Madihin
Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat",
tapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Puisi
rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel
saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat
dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.
Tajuddin Noor Ganie (2006) mendefinisikan Madihin dengan rumusan sebagai
berikut : puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan
dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai
dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di
Kalsel.
c) Wayang Gong
Wayang Gong merupakan cabang dari kesenian wayang, yang tidak lepas
dari induknya. Menurut G.A.J. Hazeu dan J.L.A. Brandes yang meneliti
kesenian wayang, diperoleh suatu kesimpulan bahwa kesenian wayang di
Indonesia berinduk kepada kebudayaan asli Jawa, meskipun ceritera yang
ditampilkan disadur dari pengaruh kebuayaan Hindu.
d) Kuda Gepang
Kuda Gepang adalah tarian khas dari Kalimantan Selatan. Tarian ini dulunya
digunakan saat upacara menyambut para raja, Kuda Gepang menceritakan
tentang kegagahan pasukan berkuda yang dipimpin oleh seorang raja. Penari
Kuda Gepang selalu berpasang-pasangan. Dan biasanya, tari ini ditampilkan
dalam rangkaian acara perkimpoian masyarakat Banjar, yaitu Bausung
Panganten.
e) Teater Tutur
Teater tutur adalah teater yang di tuturkan oleh seseorang, seperti bercerita,
di mainkan dan ditonton. contoh teater tutur yaitu :
1. Bapandung
2. Dundam
3. Lamut
4. Andi-Andi
2) Seni Musik
a) Kuriding
Kuriding adalah sebuah alat musik khas Kalimantan Selatan. Kuriding
dimainkan oleh seniman dari etnis Bakumpai maupun Banjar. Kuriding dibuat
dari enau atau kayu mirip ulin yang hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito
Utara.
b) Musik Panting
Musik Panting adalah musik tradisional dari suku Banjar di Kalimantan
Selatan. Disebut musik Panting karena didominasi oleh alat musik yang
dinamakan Panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut
musik Panting.
3) Sinoman Hadrah dan Rudat
Sinoman Hadrah dan Rudat bersumber daripada budaya yang dibawa oleh
pedagang dan penda'wah Islam dari Arab dan Parsi dan berkembang campur
menjadi kebudayaan pada masyarakat pantai pesisir Kalimantan Selatan hingga
Timur.
4) Seni Tari
a) Baksa Dadap
Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat
Banjar. Tarian ini masih dipertunjukkan di keraton Banjar menurut laporan
orang-orang Belanda yang mengunjungi keraton Banjar terakhir. Dalam
mempersembahkan tarian ini para penari memegang busur dan anak panah yang
dipanggil dadap[1]. Mereka melompat dengan senjata ini, sambil mengankat
sebelah kaki, bergerak dengan amat cepat, seolah-olah mereka terpaksa
mempertahankan diri dari serangan yang datang dari semua sudut.
b) Baksa Kembang
Merupakan jenis tari klasik Banjar sebagai tari penyambutan tamu agung
yang datang ke Kalimantan Selatan, penarinya adalah wanita. Tari ini
merupakan tari tunggal dan dapat dimainkan oleh beberapa penari wanita.
Tarian ini bercerita tentang seorang gadis remaja yang sedang merangkai bunga.
c) Tari Japin Kuala
Tari Japin Kuala adalah salah satu Tari Tradisional daerah Kalimantan
Selatan. Tari ini menceritakan masyarakat tentang pergaulan muda - mudi di
daerah pesisir yang maka masyarakat yang mana para muda – mudi ini tetap
menjaga kaidah-kaidah agama khususnya Agama Islam.
c) Tari Japin Bujang Marindu
Merupakan jenis tari berpasangan yang diambil dari gerak tari zafin yang
bernafaskan Islam dan Melayu. Tari mengambarkan kerinduan seorang kekasih
setelah lama pergi merantau kemudian kembali ke kampung halaman.
d) Ladon
Ladon merupakan nama pasukan kerajaan Banjar. Tarian ini
menggambarkam tari keprajuritan dan semua penarinya laki-laki. Tari ini sering
dibawakan sebagai tari pembuka pada kesenian mamanda yaitu teater tradisonal
Banjar, yang pertama kali berkembang dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin.
e) Maayam Tikar
Merupakan jenis tari khas dari Kabupaten Tapin yang menggambarkan
remaja putri dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin yang sedang menganyam
tikar dan anyaman. Tari berdurasi sekitar 6 menit ini biasanya dibawakan oleh
10 orang penari putri. Tari ini diciptakan oleh Muhammad Yusuf, Ketua Sanggar
Tari Buana Buluh Merindu, dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin.
f) Ning Tak Ning Gung
Merupakan tari dolanan anak-anak yang menggambarkan anak-anak yang
sedang bermain.
g) Radap Rahayu
Merupakan tari semi klasik Banjar yang sering dalam menyambut tamu
agung dan ditarikan dalam upacara perkawinan, para penarinya adalah wanita.
Tari ini menceritakan tentang kapal prabayaksa yang kandas di muara
Lokbaitan. Tari ini mengambarkan upacara puja Bantan(tapung tawar)Tujuan
tari ini adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan doa agar kapal tidak tenggelam.
h) Rudat
Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam
posisi duduk.
i) Sinoman Hadrah
Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam posisi
berdiri
j) Tantayungan
Tarian ini mempresentasikan kisah dalam tokoh pewayangan. Sehingga
tarian ini terkesan hidup lantaran diselingi dengan dialog kelompok penari.
Tarian ini sendiri diiringi dengan musik karawitan melalui instrument babun,
gong, sarunai, dan kurung-kurung. Paduan karawitan ini sangat harmoni dengan
kelompok tari yang diperankan.
Seni Tantayungan, awalnya kerap ditampilkan di sebuah desa, yakni Desa
Ayuang, Barabai. Lalu dikembangkan di Kampung Mu’ui, Desa Pangambau
Hulu, Kecamatan Haruyan oleh salah satu damang bernama Amat. Seni khas ini
kemudian dikalim oleh pelaku seni Hulu Sungai Tengah, Sarbaini, di Desa
Barikin sebagai seni khas Hulu Sungai Tengah.
k) Tanggui
Tari yang menggambarkan para wanita yang memakai tanggui yaitu sejenis
topi lebar
l) Topeng
Merupakan jenis tari klasik yang berasal dari Tapin yang biasanya dibawakan
oleh tiga orang yang masing-masing memainkan sebuah karakter yaitu Gunung
Sari, Patih dan Tumenggung dengan diiringi gamelan Banjar. Sebelum
melakukan tarian topeng dilakukan suatu ritual dengan menyediakan sesajian
terlebih dahulu yaitu sebiji telur ayam kampung, ketan, dan kopi pahit, yang
diletakkan di dekat area pertunjukkan, maksudnya agar saat menari, roh dari
topeng ini tidak mengganggu si penari. Tarian ini umumnya dilakukan oleh
penari pria, kadang-kadang oleh penari wanita.
B) SOSIAL BUDAYA KALIMANTAN UTARA
Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia. Ibu kotanya adalah
Tanjung Selor. Kalimantan Utara memiliki 4 kabupaten, 1 kota, 50 kecamatan, dan
479 kelurahan. Diantaranya yaitu ada Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Tana Tidung, dan Kabupaten Malinau. Proses pemekaran Kalimantan
Utara menjadi suatu provinsi yang terpisah dari Kalimantan Timur dimulai pada
tahun 2000-an. Di Kalimantan Utara ada berbagai macam etnis, yaitu Dayak, Jawa,
Tidung, Bulungan, Suluk, Banjar, Lun Bawang/Lun Dayeh, dll. Serta berbagai
bahasa seperti Bahasa Dayak, Bahasa Bulungan, Bahasa Tidung, dan pastinya
Bahasa Indonesia.
Masyarakat asli Kalimantan adalah masyarakat yang terkenal ramah dan sopan
santun. Biasanya mereka hidup di daerah daratan dan sangat bergantung pada alam,
seperti hutan dan aliran sungai. Sebagian besar kehidupan mereka bermata
pecaharian sbagai peladang, bercocok tanam, berburu, bertani, dan nelayan pada
sungai. Kalimantan Utara memiliki potensi wisata budaya yang sangat besar,
khususnya budaya yang dimiliki oleh suku Dayak, Tidung, dan Bulungan. Ketiga
suku tersebut merupakan suku asli di Kaltara. Suku-suku ini memiliki keunikan
tersendiri mulai dari tari-tarian, kesenian melukis, kesenian musik hingga alat
instrument yang digunakan. Lagu daerah Kaltara yaitu Jugit Demaring, Kucing
Hitam, Bebilin. Sedangkan Rumah Tradisional ada Rumah Baloy dan Lamin Adat.
Senjata Tradisional yaitu Mandau. Makanan khas Kalimantan utara ada berbagai
macam antara lain :
Eloi, eloi terbuat dari tepung singkong dengan cara dimasak seperti tepung
tapioca dimakan bersama sayur ubi berfungsi sebagai pengganti nasi.
Tamba, tamba adalah ikan atau daging yang diawetkan dengan bahan alami
disebut lanam, lanam terbuat dari ampas tepung ubi yang digoreng sangria di
atas wajan tanpa minyak kemudian lauk ikan atau daging .
Kue inalog, sejenis cemilan atau kue yang terbuat dari tepung nato basah
denga cara dibentuk butir-butir kecil.
Dodol rumput laut, terbuat dari lumput laut pilihan yang terlebih dulu
dikeringkan dibawah sinar matahari
Rumah Baloy merupakan rumah berdesain panggung dengan bahan
keseluruhan terbuat dari kayu ulin. Kayu ulin adalah kayu khas Kalimantan
yang terkenal sangat kuat struktur seratnya.
Mandau terbuat dari sebuah batu istimewa bernama Mantikei. Bahan ini
sendiri secara fisik memang seperti batu, tapi ia mengandung unsur besi yang
melimpah.
Tari jugit Paman hanya di peruntukan untuk raja, artinya tarian ini tidak akan
pernah dapat dilihat di luar Istana, dan memang itulah aturannya, berbeda
dengan tari jugit Demaring, walaupun milik kraton, namun ia boleh di
persembahkan di luar Istana, karena itu biasanya dalam setiap penyambutan
tamu diluar istana.
C) SOSIAL BUDAYA KALIMANTAN BARAT
Kalimantan Barat (disingkat Kalbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Luas wilayah
Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan
provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi
"Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai
ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa
sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk
angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau
sebagian besar kecamatan.
Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia.
Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan
tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak
berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang
berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah penduduk di Provinsi
Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2016 berjumlah 5.365.256 jiwa (1,85%
penduduk Indonesia).
1. Suku Bangsa
Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis paling dominan di Kalimantan Barat,
yaitu Dayak (49.91%), kemudian ada suku Melayu (16.50%). Etnis Dayak
merupakan etnis di daerah pedalaman, sedangkan etnis Melayu mayoritas di
kawasan pesisir. Etnis terbesar ketiga yaitu etnis Jawa (8.66%) yang memiliki
basis pemukiman di daerah-daerah transmigrasi. Di urutan keempat yaitu
Etnis Tionghoa (8,17%) yang banyak terdapat di perkotaan
seperti Singkawang dan Pontianak. Berikutnya di urutan kelima yaitu
etnis Madura (6,27%) yang memiliki basis pemukiman di Pontianak dan Kubu
Raya.
2. Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh
masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa
Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah
penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut
penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku
Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di
maksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya
kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata
seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri
sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya
justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada
bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari
minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar.
Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih
tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk
arwah orang mati). Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa
jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa
Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang sama dengan bahasa Melayu
Sarawak, Melayu Malaysia dan Melayu Riau.
3. Agama
Mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam (55.68%).
Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir
yang mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah,
Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di
Kabupaten Melawi dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama
Islam. Agama Islam juga dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di
Kalimantan Barat.
Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya
beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang,
Landak, Sanggau, Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat
kebanyakan menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di
wilayah yang banyak terdapat etnis Tionghoa seperti Kota Singkawang dan
Pontianak juga terdapat penganut Buddha dalam jumlah cukup besar. Agama
yang dipeluk masyarakat Kalimantan Barat, yaitu :
Agama Jumlah Konsentrasi Keterangan
4. Seni Budaya
Tari Monong / Manang/Baliatn, merupakan tari Penyembuhan yang
terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai
penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh
kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat
sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari
upacara adat Bemanang/Balian.
Tari Pingan, Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang
Kabupaten Sekadau dimasa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini
sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh
Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat
dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme
legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).
Tari Pedang / Ajat Pedang, merupakan tarian tunggal terdapat pada Dayak
Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela diri bagi seorang pemuda
yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari melakukan gerakan-
gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian tradisionalnya. tarian
ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang ( Nyabor bahasa
Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut Tebah Unop.
tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir dan
belitang hulu kampung sebetung.
Tari Jonggan, merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di
daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak (
Sahapm) yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini
meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak.
Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari
bersama.
Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik
tradisional masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala
kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan
kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya.
kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut
Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi
musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara
acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat
susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga
karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang
prima akan cepat kelelahan.
Tari Zapin pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan
tarian Masyarakat Melayu Nusantara diadofsi dari timur tengah yaitu
Hadramaut, selanjutnya menyebar ke Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan
suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan
dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin
tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.
5. Alat Musik Tradisional
Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul
yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik
sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan.
maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
Gambus, alat musik petik khas suku Melayu yang mendapat pengaruh
dari arab.
Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian
tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum
menyebutnya Kotavak.
Hadrah, alat musik khas suku Melayu yang berbentuk seperti gendang
tapi memiliki gerincing-gerincing disekelilingnya.
Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu
dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas
hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik
(bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari
Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan
berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu
di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas
Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek. Entebong
merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di
kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Melayu
penggunaannya mirip dengan biola.
Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah
tanaman liar di hutan seperti pohon enau.
Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat
dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus
satu set.
Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk
seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut
Terah Umat.
6. Senjata Tradisional
Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang
memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada
suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir,
sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang
ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang
terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tetapi
mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak
berkarat.
Tumbak
Keris Melayu
Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
Senapang Lantak ( senjata Tradisional )
Duhung (Uut Danum)
Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut Danum)
Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi dan ganggang, bilah
besi berbentuk cembung sebelah.
Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas bilah besinya memiliki
ketajaman yang sama )
7. Sastra lisan
Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:
Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia
khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi
Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
Bejandeh merupakan sejenis bekana tetapi objek ceritanya beda.
Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
Pantun Jepin yaitu syair-syair atau gurindam yang dilantunkan pada
acara adat suku Melayu.
8. Tenun
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya:
Tenun Daerah Songket Sambas
Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak
Mualang / Ibanik )
Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik)
Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik )
Sulam Kalengkang khas suku Melayu Kabupaten Sanggau
9. Kerajinan Anyam Manik
Anyam Manik kelompok Dayak Banuaka Group: anyam baju adat Dayak
Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju Manik dan baju Burik)
10. Kerajinan Anyam Rotan atau bamboo
Bakul, keranjang, Kelayak, Tudung Saji, ambinan, dsb. tersebar di Pontianak,
Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas hulu.
11. Kerajinan Tangan
Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:
Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas
Hulu, Ketapang.
Bidai ( bahasa Ibanik ) atau bide (bahasa Kanayatn Group) tersebar
hampir disebagian suku Dayak baik di Indonesia maupun di Serawak,
bidai merupakan tikar tradisional Dayak, terdapat di Bengkayang,
Sekadau, Kapuas Hulu, Serawak ( pada komunitas Dayak Iban)
Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan
Kapuas Hulu.
Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
12. Kue TradisionaKue-kue tradisional banyak dijumpai di tempat ini, misalnya:
Lemang, terbuat dari pulut di masukan ke dalam bambu, merupakan
makanan tradisional masyarakat masa lampau yang kini masih
dilestarikan.
Lemper, terbuat dari pulut yang di isi daging/kacang terdapat didaerah
Purun merupakan makanan tradisional
Lepat, terbuat dari tepung yang di dalamnya di masukan pisang.
Jimut, kue tradisional pada masyarakat Dayak Mualang daerah Belitang
Kabupaten Sekadau yang terbuat dari tepung yang dibentuk bulatan
sebesar bola pimpong.
Lulun, sejenis lepat, yamg isimya gula merah, terdapat di daerah Belitang
kab sekadau
Lempok, Dodol yang dibuat dari Durian
Tumpi', terdapat pada masyarakat Dayak kanayatn, yang terbuat dari
bahan tepung.
Tehpung, kue tradisional pada dayak Uut Danum, terbuat dari beras pulut
yang ditumbuk halus dan digoreng. Kue ini biasanya di buat pada acara
adat, bentuknya ada yang seperti perahu, gong dan lain-lain.
kue lapis berbagai macam serta kue keranjang dari tionghoa
13. Masakan dan makanan Tradisional
Kuliner yang bisa kita dapatkan dari daerah ini adalah:
Masakan Asam Pedas di daerah Pontianak
Masakan Bubur Pedas di daerah Sambas
Kerupok basah, merupakan makanan khas Kapuas Hulu
Ale-ale, merupakan makanan khas Ketapang
Pansoh, yaitu masakan daging di dalam bambu pada masyarakat Dayak.
Mie Tiau, merupakan masakan khas Tionghoa Pontianak yang terdapat
di kota Pontianak
Nasi Ayam dan Mie Pangsit, merupakan masakan khas penduduk
Tionghoa Singkawang dan sekitarnya
Sungkui, merupakan masakan khas Melayu Kabupaten Sanggau.
D) SOSIAL BUDAYA KALIMANTAN TIMUR
RUMAH ADAT
Rumah Lamin adalah rumah adat dari Kalimantan Timur. Rumah Lamin adalah
identitas masyarakat Dayak di Kalimantan Timur. Rumah Lamin mempunyai
panjang sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter. Rumah
Lamin juga dikenal sebagai rumah panggung yang panjang dari sambung
menyambung. Rumah ini dapat ditinggal oleh beberapa keluarga karena ukuran
rumah yang cukup besar. Salah satu rumah Lamin yang berada di Kalimantan Timur
bahkan dihuni oleh 12 sampai 30 kelurga. Rumah Lamin dapat menampung kurang
lebih 100 orang. Pada tahun 1967, rumah Lamin diresmikan oleh pemerintah
Indonesia.
Rumah Lamin memiliki beberapa ciri khas yang umumnya dapat langsung
dikenali. Pada badan rumah Lamin, banyak ditemukan ukiran-ukiran atau gambar
yang mempunyai makna bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Timur. Salah satu
fungsi dari ukiran-ukiran atau gambar pada tubuh rumah Lamin adalah untuk
menjaga keluarga yang hidup dalam rumah dari bahaya. Bahaya disini adalah ilmu-
ilmu hitam yang umumnya ada di masyarakat Dayak yang digunakan untuk
mencelakai seseorang. Rumah Lamin mempunyai warna khas yang dipakai untuk
menghias badan rumah. Warna khas itu adalah warna kuning dan hitam.
Setiap warna yang dipakai untuk menghias rumah Lamin mempunyai makna.
Warna kuning melambangkan kewibawaan, warna merah melambangkan
keberanian, warna biru melambangkan kesetiaan, dan warna putih melambangkan
kebersihan jiwa. Rumah Lamin dibuat dari kayu. Kayu yang digunakan untuk
membuat rumah Lamin adalah kayu Ulin. Kayu ini dikenal oleh masyarakat Dayak
dengan nama kayu besi. Konon, apabila kayu ulin terkena air maka kayu ini akan
semakin keras. Hal ini terbukti dari lamanya usia rumah Lamin yang dibuat dengan
menggunakan kayu ulin. Hanya saja, ada berbagai kesulitan untuk menemukan kayu
ini di hutan. Halaman rumah Lamin biasanya dipenuhi dengan patung-patung atau
totem. Patung-patung atau totem ini merupakan dewa-dewa yang dipercaya oleh
masyarakat Dayak sebagai penjaga rumah dari bahaya.
Rumah Lamin terbagi atas tiga ruangan yaitu ruangan dapur, ruangan tidur, dan
ruang tamu. Ruang tidur terletak berderet dan umumnya dimiliki oleh masing-
masing keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut. Ruang tidur juga dibedakan
antara ruang tidur lelaki dan ruang tidur perempuan kecuali jika sang lelaki dan
perempuan sudah menikah. Ruang tamu umumnya digunakan untuk menerima tamu
dan juga untuk pertemuan adat. Ruang tamu adalah ruangan kosong yang panjang.
Di sisi luar rumah Lamin, ada sebuah tangga yang digunakan untuk masuk ke dalam.
Tangga ini mempunyai bentuk dan model yang sama baik pada rumah Lamin yang
dihuni masyarakat Dayak kelas menengah ke atas maupun masyarakat Dayak kelas
menengah ke bawah. Di bagian bawah rumah Lamin biasanya digunakan untuk
memelihara ternak.
PAKAIAN ADAT
a. Baju Adat Kustin
Baju adat Kustin adalah pakaian adat Kalimantan Timur yang sering
dikenakan oleh suku Kutai. Baju ini umumnya dipakai oleh golongan
menengah ke atas sebagai pakaian resmi upacara pernikahan di masa silam.
Nama “Kustin” sendiri berasal dari bahasa Kutai yang berarti busana. Baju
adat Kustin milik suku Kutai di Kalimantan Timur umumnya terbuat dari
bahan beludru warna hitam. Lengan baju ini panjang dan kerahnya tinggi
dengan bagian kerah dan dada biasanya dihiasi oleh pasmen. Bagi para pria,
baju adat Kustin biasanya akan dipadukan dengan celana panjang hitam yang
dipasangi dodot rambu di bagian luarnya. Mereka juga akan mengenakan
setorong atau tutup kepala bundar berhiaskan lambang wapen. Bagi para
wanita, baju adat kustin dikenakan dengan tambahan berupa kelibun kuning
yang terbuat dari sutera. Mereka juga akan menghias rambutnya dengan
hiasan menyerupai aksesoris sanggul adat Jawa. Gambar di atas adalah
gambar pakaian adat Kustin Kalimantan Timur.
b. Baju Adat Sapei Sapaq
SENJATA TRADISIONAL
Gambus yang merupakan alat musik petik yang tidak jauh berbeda
dengan mandolin. Gambus ini awalnya berasal dari Timur Tengah yang
kemudian dibawa oleh pedagang melayu sampai ke pesisir Kalimantan
Timur.
Sampe
Alat musik yang satu ini juga termasuk salah satu alat musik tradisional
yang berbau Timur Tengah yang membawa pengaruh sampai ke Kalimantan
Timur. Alat musik ketipung ini adalah sejenis gendang kecil yang biasa
dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu bernuansa Timur Tengah.
Kendang
Tarian Tradisional
1) Tarian Kancet Punan Letto
Tarian ini menceritakan tentang perebutan seorang gadis yang sama sama
di cintai. Tarian cinta ini sangat indah dengan menggunakan baju adat
Kalimantan Timur. Dalam tarian ini dimenangkan oleh pemuda yang
mempertahankan kekasihnya. Begitulah adat dayak yang rela melakukan apa
saja untuk orang yang dicintainya.
2) Tarian Gantar
Oheng adalah nama lain dari salah satu kelompok orang Dayak yang disebut
orang Penihing. Orang Oheng atau Penihing juga disebut Auheng.
2) Suku Abai
Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara
Kalimantan Timur. Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi
merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri
Sabah). Suku Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung.
Tetapi akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
E) SOSIAL BUDAYA KALIMANTAN TENGAH
Kalimantan Tengah (disingkat Kalteng) adalah salah satu provinsi di Indonesia
yang terletak di Pulau Kalimantan. Ibukotanya adalah Kota Palangka Raya.
Kalimantan Tengah memiliki luas 157.983 km². Berdasarkan sensus tahun 2010,
provinsi ini memiliki populasi 2.202.599 jiwa, yang terdiri atas 1.147.878 laki-laki
dan 1.054.721 perempuan. Sensus penduduk 2015, jumlah penduduk Kalimantan
Tengah bertambah menjadi 2.680.680 jiwa. Kalteng mempunyai 13 kabupaten dan 1
kota.
SUKU BANGSA
Tiga etnis dominan di Kalimantan Tengah yaitu etnis Dayak (46,62%), Jawa
(21,67%) dan Banjar (21,03%). Kawasan utama etnis Dayak yaitu daerah pedalaman,
Kawasan utama etnis Jawa yaitu daerah transmigrasi dan Kawasan utama etnis
Banjar yaitu daerah pesisir dan perkotaan.
1. Dayak
Etnis Dayak adalah etnis terbesar di Kalteng dengan jumlah 1.029.182 atau
46,62% dari populasi Kalteng. Beberapa subetnis Dayak yang terdapat di
Kalteng yaitu Ngaju (subetnis terbesar yang mendiami daerah aliran sungai
Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan), Bakumpai
(mendiami tepian daerah aliran sungai Barito ), Maanyan (mendiami bagian
timur Kalteng seperti Barito Timur dan Barito Selatan), Ot Danum (mendiami
daerah utara Kalteng), Siang Murung (mendiami Timur Laut Kalteng/Kabupaten
Murung Raya), Taboyan (mendiami sepanjangan tepian aliran Sungai Teweh),
Lawangan (mendiami bagian timur Kalteng/Barito Timur), Dusun (mendiami
wilayah aliran sungai Barito dari Barito Selatan sampai Murung Raya), dan
subetnis lainnya dalam jumlah kecil. Orang Dayak di Kalteng umumnya
berprofesi sebagai petani dan pegawai pemerintahan.
2. Jawa
Etnis Jawa merupakan etnis terbesar kedua di Kalteng dengan jumlah
478.393 atau 21,67% dari populasi Kalteng. Di beberapa kabupaten, seperti
Kotawaringin Barat dan Pulang Pisau, etnis Jawa adalah penduduk mayoritas.
Orang Jawa di Kalteng umumnya berprofesi sebagai petani, pegawai, TNI/Polri,
pedagang makanan dan pekerja tambang/sawit. Kesenian Jawa seperti kuda
lumping, reog, wayang kulit dan bahasa Jawa masih bertahan di kantong-
kantong transmigrasi di Kalteng. Besarnya proporsi orang Jawa di Kalteng
karena banyaknya transmigrasi asal Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur
yang masuk ke Kalteng.
3. Banjar
Etnis Banjar merupakan etnis terbesar ketiga di Kalteng dengan jumlah
464.260 atau 21,03% dari populasi Kalteng. Di Kalteng, orang Banjar banyak
berada di wilayah perkotaan seperti Palangka Raya, Kotawaringin Timur
(Sampit) dan Kapuas yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Selatan.
Orang Banjar di Kalteng umumnya bekerja sebagai pedagang dan wiraswasta,
sehingga kuliner, masakan dan bahasa Banjar cukup dominan di Kalteng.
Berbagai upacara adat Banjar, seperti pada upacara pernikahan, kelahiran
(tasmiyah), batamat Al Qur'an, selamatan, baayun mulud dan sebagian kesenian
Banjar, seperti hadrah dan maulid habsyi masih bertahan di Kalteng. Namun
kesenian lainnya seperti tari-tarian, madihin, mamanda dan musik panting sudah
jarang ditampilkan di Kalteng.
4. Melayu
Etnis Melayu merupakan etnis terbesar keempat di Kalteng dengan jumlah
87.348 atau 3,96% dari populasi Kalteng yang menempati pesisir Sukamara dan
Kotawaringin Barat. Melayu di Kalteng biasa disebut Melayu Kotawaringin
yang adat budayanya tidak jauh berbeda dengan orang Melayu Kalbar dan orang
5. Banjar.
6. Madura
Etnis Madura merupakan etnis terbesar kelima di Kalteng dengan jumlah
42.668 atau 1.93% dari populasi Kalteng. Di Kalteng, orang Madura yang juga
banyak berprofesi sebagai pedagang banyak mendiami daerah Kotawaringin
Barat dan Kotawaringin Timur. Setelah konflik etnis tahun 2001, sebagian warga
Madura sudah berangsur-angsur kembali ke Kalteng.
7. Lainnya
Etnis terbesar keenam hingga kesepuluh yaitu Sunda (1,29%), Bugis
(0,77%), Batak (0,56%), Flores (0,38%) dan Bali (0,33%) serta suku-suku
lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Etnis Sunda, Flores dan Bali di
Kalteng juga terdapat di wilayah-wilayah transmigrasi, namun jumlahnya tidak
sebanyak etnis Jawa. Etnis Bugis di Kalteng sebagian besar merupakan
kelompok Bugis Pagatan dari Kalimantan Selatan yang merantau ke Kalteng.
Etnis Batak di Kalteng terdapat di wilayah perkotaan baik sebagai pegawai dan
birokrat, maupun di pedalaman sebagai pekerja tambang dan sawit.
BAHASA
Pada dasarnya bahasa yang digunakan secara luas di Kalimantan Tengah adalah
Bahasa Dayak dan Bahasa Indonesia. Persebaran Bahasa Banjar ke Kalimantan
Tengah karena besarnya jumlah perantauan Suku Banjar asal Kalimantan Selatan
sehingga Bahasa Banjar digunakan sebagai bahasa perdagangan dan bahasa sehari-
hari. Masyarakat Suku Jawa di lokasi transmigrasi umumnya menuturkan Bahasa
Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
Bahasa Dayak yang dominan digunakan oleh Suku Dayak di Kalimantan
Tengah, di antaranya Bahasa Ngaju yang digunakan di daerah sungai Kahayan dan
Kapuas. Bahasa Bakumpai dan Bahasa Maanyan dituturkan oleh penduduk di
sepanjang daerah aliran sungai Barito dan sekitarnya dan Bahasa Ot Danum yang
digunakan oleh suku Dayak Ot Danum di hulu sungai Kahayan dan sungai Kapuas.
PEREKONOMIAN
Potensi perikanan di Kalimantan Tengah sangat besar, khususnya perikanan air
tawar. Hal itu dikarenakan luasnya wilayah perairan tawar seperti sungai, danau dan
rawa di Kalimantan Tengah. Potensi laut Kalimantan Tengah 94.500 km2 dengan
panjang garis pantai ± 750 km memiliki berbagai jenis ikan pelagis, udang, rajungan,
dan lainnya. Pantai laut di selatan Kalimantan Tengah merangkai 7 (tujuh)
kabupaten; yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur,
Kabupaten Kapuas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan,
dan Kabupaten Pulang Pisau, dengan panjang garis pantai ± 750 km. Sedangkan
perairan umum dengan luas ± 2.29 juta Ha dengan potensi sumberdaya ikannya yang
cukup besar perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara baik.
Produksi perikanan tangkap tahun 2013 sebesar 101.891,8 ton meningkat
sebesar 7,31 % dibandingkan produksi perikanan tangkap tahun 2012 sebesar
94.954,1 ton. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap adalah sebanyak
21.770 RTP yang terdiri dari 5.340 RTP Perikanan Laut dan 16.430 RTP Perikanan
Darat. Jumlah produksi perikanan budidaya pada tahun 2013 sebesar 53.519,43 ton
mengalami peningkatan sebesar 20,70 % dari produksi tahun 2012 sebesar 42.441,28
ton dengan luas lahan budidaya seluas 6.960,8 Ha. Jumlah Rumah Tangga Perikanan
(RTP) Budidaya pada tahun 2013 sebanyak 20.312 RTP.
Pengembangan usaha pengolahan perikanan skala kecil dilakukan melalui
peningkatan sarana dan prasarana pengolahan kepada Kelompok Pengolah dan
Pemasar (POKLAHSAR). Pada tahun 2013, jumlah produksi olahan hasil perikanan
sebesar 6.149,9 ton meningkat sebesar 0,73 % dari total produksi tahun 2012 sebesar
6.104,8 ton. Tingkat Konsumsi Ikan di Kalimantan Tengah cukup tinggi yaitu 46,03
kg/kapita/tahun, lebih besar daripada Tingkat Konsumsi Ikan Nasional sebesar 35,62
kg/kapita/tahun. Jumlah Unit Pengolahan di Kalimantan Tengah sebanyak 2.837 UPI
sedangkan Unit Pemasaran sebanyak 7.994 UPI.
PERTAMBANGAN
Sebagian besar penduduk di wilayah Katingan, Khususnya Kecamatan Katingan
Tengah bermata pencaharian sebagai petani dan penambang. Hasil tambang utama
yang diperoleh adalah emas dan puya (pasir zirkon) yang berwarna merah.
Masyarakat dalam melakukan penambangan masih bersifat tradisional sehingga hasil
yang diperoleh tidak optimal.
TRANSPORTASI
Bandar udara Tjilik Riwut Palangka Raya melayani penerbangan dari dan ke
Surabaya dan Jakarta direct, menggunakan pesawat jet jenis Boeing 737-200, 737-
300 dan 737-400. Penerbangan ini dilayani oleh 4 maskapai, yaitu: Garuda
Indonesia, Citilink, Lion Air, Batik Air, dan Wings Air. Bandar udara kesayangan
masyarakat Palangka Raya ini memiliki pcn 29 fczu, bisa dilintasi dengan mobil
maupun taksi.
SENI DAN BUDAYA
Arsitektur Rumah Betang (Huma Betang) di Tumbang Anoi merupakan rumah
panjang hunian komunal masyarakat suku Dayak Ot Danum di perhuluan sungai
Kahayan. Arsitektur Rumah Baanjung tipe Rumah Balai Bini di Kumai, yang
merupakan hunian keluarga inti dalam rumah sendiri-sendiri pada masyarakat pesisir
Kalimantan Tengah. Perpaduan Rumah Betang dengan Rumah Baanjung
menghasilkan Rumah Betang Ba'anjung (Humna Gantung) di Desa Buntoi.
Seni musik yang dikenal di daerah ini antara lain:
Chordophone
Kacapi
Rebab
Sampe
Idiophone
Berbagai jenis Gong
Kangkanung
Membranophone
Berbagai jenis Kendang (Gandang)
Katambung
Seni vokal yang populer di wilayah ini adalah:
Karungut
Kandan
Mansana
Kalalai Lalai
Ngendau
Natum
Dodoi
Marung
Jenis-jenis tarian yang terdapat di daerah ini antara lain:
Tari Hugo dan Huda
Tari Putri Malawen
Tari Tuntung Tulus dari Barito Timur
Tari Giring-giring
Tari Manasai
Tari Balian Bawo
Tari Balian Dadas
Manganjan
Tari Kanjan Halu
Tari Deder
Tari Mandau
Tari Kinyah
Seni kriya yang berkembang di wilayah ini adalah:
Seni pahat patung Sapundu
Seni lukis
Rajah
Anyaman
Seni dari bahan Getah Nyatu
Topeng Sababuka
Upacara adat
Wadian
Upacara Tiwah (upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah
meninggal)
Wara (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
Balian (upacara pengobatan)
Potong Pantan (upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan)
Mapalas (upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka)
Ijambe (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
Pakaian pengantin
Busana Pengantin Dayak
Busana pengantin pria Dayak Kalimantan Tengah memakai celana panjang
sampai lutut, selempit perak atau tali pinggang dan tutup kepala. Perhiasan yang
dipakai adalah inuk atau kalung panjang, cekoang atau kalung pendek dan kalung
yang terbuat dari gigi binatang. Pengantin wanita memakai kain berupa rok pendek,
rompi, ikat kepala dengan hiasan bulu enggang gading, kalung dan subang.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1) Kalimantan merupakan pulau yang pada umumnya pegunungannya sudah tidak aktif
lagi. Hal ini dikarenakan subduksi yang menghasilkan gunung-gunung api sudah
padam.
2) Dari segi geomorfologinya, Kalimantan dapat dibagi ke dalam beberapa zona
berdasarkan strukturnya,yakni zona barat laut -barat dan zona sentral, zona-zona
tenggara, serta zona timur laut dan utara.Rangkaian pegunungan Meratus-Samarinda
terbagi menjadi dua cabang yaitu arah barat dan timur.
3) Kelompok penyusun tanah yang terdapat di Kalimantan ialah tanah tropept, histosol,
alfisol, rendol, entisol, hydraquents, aluvial.
4) Berdasarkan klasifikasi menuut Oldeman, Kalimantan termasuk ke dalam lima zona
agroklimat. pola iklim Kalimantan secara umum bercirikan curah hujanyang tinggi,
periode kemarau yang pendek sepanjang tahun. Daerah paling basah berada pada
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
5) Keadaan hidrologis Pulau Kalimantan dipengaruhi oleh tiga sungai besar Mahakam,
Kapuas dan Barito. Pengaruh adanya daerah rawa juga berperan dalam menyimpan
air.
DAFTAR PUSTAKA