Anda di halaman 1dari 97

GEOLISTRIK & EM

W.M. Telford, L.P., Geldart, R.E., Sheriff, Sheriff, Applied Geophysics (2nd edition), Cambridge, 1990.
Jumlah Pertemuan : ±14
Komponen Penilaian :
• Kuis : 15%
• Tugas : 30%
• UTS : 25%
• UAS : 30%

Kehadiran ≤ 3x absen, minimal C

KONTRAK KULIAH
KONTEN
• Pendahuluan (Metode Geolistrik)
• Pemodelan 1D
• Pemodelan 2D
• Aplikasi Metode Geolistrik
• Metode IP
• Metode SP
• UTS

KONTEN
1. PENDAHULUAN
Hukum Ohm

V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
R = resistansi (Ohm)

 Berlaku untuk rangkaian listrik sederhana

1. PENDAHULUAN
Resistansi dan Resistivitas

• Hukum Ohm

• V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
R = resistansi (Ohm)

• resistansi (R), fungsi dari


•  sifat bahan RR~~11/luasluas
penampangpenampang
•  ukuran atau geometri
RR~~panjangpanjang

1. PENDAHULUAN
Resistansi dan Resistivitas
L1 L2 L1

A1
A2

resistansi (R), fungsi dari


RR~~11/luasluas
 sifat bahan penampangpenampang
 ukuran atau geometri RR~~panjangpanjang

1. PENDAHULUAN
R = resistansi (Ohm)
 = resistivitas (Ohm.m)
 = 1/ 
= konduktivitas (Siemens/m)

 resistivitas () adalah resistansi yang dinormalisasi terhadap


geometri

 resistivitas merupakan besaran karakteristik bahan / material

 namun …

1. PENDAHULUAN
Resistivitas batuan
• Mineral pembentuk batuan bukan konduktor yang baik (kecuali
mineral metalik, lempung, …)
• Arus listrik pada batuan terjadi terutama akibat adanya fluida
elektrolit pada pori-pori atau rekahan batuan

1. PENDAHULUAN
Resistivitas batuan
• Arus listrik pada batuan terjadi terutama akibat adanya
fluida elektrolit pada pori-pori atau rekahan batuan

1. PENDAHULUAN
Konduktivitas beberapa larutan Konduktivitas larutan NaCl
elektrolit sebagai fungsi dari sebagai fungsi salinitas dan
salinitas (Keller, 1987). temperatur (Keller, 1987).

1. PENDAHULUAN
Hukum Archie (1)
Persamaan empirik untuk batuan sedimen (saturasi penuh)

f = w m faktor formasi: f ⁄w = m

f = resistivitas formasi batuan


w = resistivitas air formasi
 = porositas

1. PENDAHULUAN
Hukum Archie (2)
Persamaan empirik untuk batuan sedimen (saturasi parsial)

f = a w m S n

f = resistivitas formasi batuan


w = resistivitas air formasi
 = porositas
S = saturasi (fraksi pori terisi air)
a, m, n = konstanta, m = eksponen sementasi, n = 2

1. PENDAHULUAN
Konstanta untuk
formula Archie
(Keller, 1987)

1. PENDAHULUAN
Tekstur batuan yang mempengaruhi porositas dan resistivitas batuan
(Keller, 1987)

1. PENDAHULUAN
Resistivitas batuan
10000

1000
Resistivity (Ohm.m)

100

10

1. PENDAHULUAN
Sumber arus tunggal pada medium homogen

• aliran arus secara


radial dan homogen
• potensial berbanding
lurus dengan arus
V ~I
• potensial berbanding
terbalik dengan jarak
dari sumber arus
V ~ r –1
• permukaan ekui-
potensial ~ bola
konsentris
 analogi dengan fenomena lain ?

1. PENDAHULUAN
Sumber arus tunggal pada medium homogen ½ ruang

V = potensial
I = arus
r = jarak
 = resistivitas
 = konduktivitas
= 1/ 

1. PENDAHULUAN
Estimasi resistivitas medium homogen

• C1 , C2 : elektroda
arus
P1 , P2 : elektroda
potensial
• potensial di P1 , P2
adalah superposisi
kontribusi arus dari
C1 , C2
• r1 , r2 , r3 dan r4 :
jarak antara elektroda
potensial terhadap
elektroda arus

1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Konsep resistivitas semu
• Pengukuran geolistrik dilakukan pada medium yang
tidak diketahui resistivitasnya
 non-homogen dengan resistivitas bervariasi secara
vertikal dan / atau horizontal)

1. PENDAHULUAN
Konsep resistivitas semu
• Pengukuran geolistrik dilakukan pada medium yang
tidak diketahui resistivitasnya
 non-homogen dengan resistivitas bervariasi secara
vertikal dan / atau horizontal)

1
2
3

1. PENDAHULUAN
Konsep resistivitas semu
• Pengukuran geolistrik dilakukan pada medium yang
tidak diketahui resistivitasnya
 non-homogen dengan resistivitas bervariasi secara
vertikal dan / atau horizontal)

1
2 3

1. PENDAHULUAN
Konsep resistivitas semu
• Pengukuran geolistrik dilakukan pada medium non-
homogen (resistivitas bervariasi secara vertikal dan /
atau horizontal)
• Hasil pengukuran dinyatakan dalam besaran
resistivitas semu atau apparent resistivity

 resistivitas medium homogen ekivalen


V
a  K
I

1. PENDAHULUAN
Konsep resistivitas semu
• Pengukuran geolistrik dilakukan pada medium non- homogen
(resistivitas bervariasi secara vertikal dan / atau horizontal)

• Hasil pengukuran dinyatakan dalam besaran


resistivitas semu atau apparent resistivity

 resistivitas medium homogen ekivalen


• Resistivitas semu memberikan gambaran kualitatif distribusi
resistivitas bawah permukaan

 pengukuran resistivitas semu sebagai fungsi posisi (mapping)


dan / atau sebagai fungsi spasi elektroda (sounding)

1. PENDAHULUAN
Bagaimana
respons injeksi arus
(pengukuran geolistrik)
dapat memberikan gambaran
distribusi resistivitas
bawah-permukaan ?

1. PENDAHULUAN
Sumber arus tunggal pada medium non‐homogen

 arus cenderung mengalir melalui zona konduktif dan


“menghindari” zona resistif
 mengubah pola permukaan ekuipotensial dan hasil
pengukuran potensial

1. PENDAHULUAN
Konsep optik

 konsep optik dapat digunakan untuk memperkirakan


distribusi potensial akibat sumber arus dan pembiasan
arah arus listrik pada medium non-homogen sederhana

1. PENDAHULUAN
Konsep optik

 potensial pada medium 1 ; 2 akibat sumber arus C1


dapat dianalisis melalui potensial di titik P dan P1
 VP akibat C1 dan C'1 (sumber arus fiktif), VP1 akibat C1

1. PENDAHULUAN
Konsep optik

 syarat kontinuitas potensial pada bidang batas dapat digunakan


untuk menentukan koefisien refleksi (k) dan koefisien transmisi (t
= 1 – k)
 VP = VP1 jika posisi P = P1 (pada batas antara 1 ;2)

1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Hukum Snellius
untuk arus listrik
Sumber arus dipol pada medium homogen

• bidang ekuipotensial
positif dan negatif
terbentuk di sekitar
sumber arus C1 dan
C2
• arus dari C1 ke C2
mengikuti lintasan
tegak lurus terhadap
bidang ekuipotensial
• potensial berbanding
lurus dengan rapat
arus

1. PENDAHULUAN
pola arus pada medium homogen dan medium berlapis horisontal

V V
=K a = K
I I

1. PENDAHULUAN
pola arus pada medium homogen dan medium berlapis horisontal

V V
=K a = K
I I

1. PENDAHULUAN
Konsep pengukuran geolistrik

Distribusi arus, potensial terukur dan resistivitas semu


 pada spasi elektroda kecil ditentukan hanya oleh
lapisan pertama (seolah sebagai medium homogen)
 pada spasi elektroda besar lebih dipengaruhi oleh lapisan
kedua

1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Kurva resistivitas semu

Kurva sounding
 log10 resistivitas semu vs. log10 spasi elektroda arus
 secara kualitatif menggambarkan variasi resistivitas
terhadap kedalaman

1. PENDAHULUAN
Konfigurasi elektroda

Wenner
Schlumberger
• C1 , C2 , P1 , P2 bergerak
• MN << AB, MN tetap dan (a makin besar)
AB bergerak
• lebih praktis untuk • lebih praktis untuk
sounding mapping

1. PENDAHULUAN
pole ‐ pole

dipole - dipole

pole - dipole

1. PENDAHULUAN
Teknik pengukuran geolistrik
• Mapping
 pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai
variasi resistivitas secara lateral

• Sounding
 pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai
variasi resistivitas terhadap kedalaman (vertikal)

• Imaging / tomografi
 pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai
variasi resistivitas baik secara lateral maupun
vertikal (2-D atau 3-D)

1. PENDAHULUAN
2. PEMODELAN 1D
Konsep resistivity‐sounding
• pengukuran untuk
memperoleh informasi
mengenai variasi
resistivitas secara
vertikal
• pengukuran pada satu
titik tetap (titik
sounding) dengan
spasi elektroda
bervariasi
• data: resistivitas-semu
sebagai fungsi spasi
elektroda

2. PEMODELAN 1D
Konfigurasi elektroda untuk sounding
• Pada prinsipnya semua konfigurasi elektroda dapat
digunakan untuk sounding
• VES (vertical electrical sounding) umumnya menggunakan
konfigurasi Schlumberger
 praktis, hanya elektroda arus yg perlu dipindahkan
untuk memperbesar spasi elektroda (a = AB/2)
 tidak terganggu oleh
heterogenitas dekat-
permukaan, karena
spasi elektroda
potensial yg kecil
(b = MN/2)

2. PEMODELAN 1D
Data VES 

Plot log10 resistivitas-


semu (a) vs. log10
spasi elektroda arus
(AB/2)
 kurva sounding
 menggambarkan
resistivitas
sebagai fungsi
kedalaman pada
titik sounding
 model 1-D

2. PEMODELAN 1D
Beberapa 
aspek praktis VES

• Informasi pada form


data selengkap
mungkin
 bila perlu sketsa
lokasi dan foto

2. PEMODELAN 1D
• Plot hasil pengukuran pada kertas bi-logaritmik
 sebagai kontrol kualitas data
2. PEMODELAN 1D
• Pada spasi elektroda arus yg besar (AB/2 >>), harga V
menjadi sangat kecil (di bawah sensitivitas alat ukur)
 spasi elektroda potensial (MN/2) dapat diperbesar
untuk meningkatkan harga V (S/N >>)
 perlu diukur data pada AB/2 sama dg MN/2 berbeda
untuk memperoleh segmen kurva sounding overlap
 kriteria MN/2 < 0.2 AB/2
harus selalu dipenuhi

2. PEMODELAN 1D
pengukuran
overlap pada
2 harga AB/2
(untuk MN/2 yg
berbeda)

2. PEMODELAN 1D
MN/2 yg berbeda dapat menimbulkan pergeseran segmen
kurva sounding

2. PEMODELAN 1D
Koreksi pergeseran segmen kurva dapat dilakukan untuk
memperoleh kurva yg kontinyu

2. PEMODELAN 1D
 gunakan segmen kurva yg overlap
 segmen dg MN/2 kecil sebagai acuan

2. PEMODELAN 1D
 gunakan segmen kurva yg overlap
 segmen dg MN/2 kecil sebagai acuan

2. PEMODELAN 1D
Pergeseran paralel
kurva sounding
pada log – log plot
 perkalian a
dg suatu
konstanta k
 pergeseran ke
atas: k > 1
pergeseran ke
bawah: k < 1
 praktis jika data
dalam format
worksheet

2. PEMODELAN 1D
Tabel data dan kurva sounding menggunakan MS-Excel untuk
laporan

2. PEMODELAN 1D
Interpretasi kualitatif data VES

• Didasarkan pada pola kurva sounding tiap titik ukur


 gabungan tipe kurva utama 3 lapisan

2. PEMODELAN 1D
Tipe-tipe
utama kurva
sounding utk
interpretasi
kualitatif

2. PEMODELAN 1D
Kurva
sounding data
lapangan
merupakan
gabungan
tipe-tipe
utama

2. PEMODELAN 1D
Interpretasi kualitatif data VES

• Plot data hasil pengukuran beberapa titik ukur pada satu


lintasan sebagai pseudosection

2. PEMODELAN 1D
Interpretasi kualitatif data VES

• Plot data hasil pengukuran beberapa titik ukur pada satu


daerah sebagai peta resistivitas-semu (apparent-
resistivity map)

2. PEMODELAN 1D
Interpretasi kualitatif data VES

• Didasarkan pada pola kurva sounding tiap titik ukur


 tipe kurva utama 3 lapisan atau gabungan tipe kurva
utama (> 3 lapisan)
• Plot data hasil pengukuran beberapa titik ukur pada satu
lintasan sebagai pseudosection
• Plot data hasil pengukuran beberapa titik ukur pada satu
daerah sebagai peta resistivitas-semu (apparent-
resistivity map)
• Korelasi dengan data geologi dan data lain yang tersedia

2. PEMODELAN 1D
Pemodelan VES 1‐D

Kurva sounding
(log a vs. log AB/2)
 menggambarkan
resistivitas
sebagai fungsi
kedalaman pada
titik sounding
 parameter model
1-D: resistivitas
(i) dan ketebalan
lapisan (hi)

2. PEMODELAN 1D
• Pencocokan segmen
kurva sounding dg
kurva standar 2-lapisan
 diperoleh 1, 2 dan
h1
 lapisan 1 dan 2
digabung
membentuk satu
lapisan fiktif
• Pencocokan segmen
kurva berikutnya
menghasilkan h2 dan 3
• dst

2. PEMODELAN 1D
model 1-D dari
kurva sounding

2. PEMODELAN 1D
2. PEMODELAN 1D
Penampang resistivitas 2-D dari hasil pemodelan 1-D data VES
 korelasi resistivitas antar titik ukur
 korelasi resistivitas dengan geologi / litologi

2. PEMODELAN 1D
IP2WIN
 software pemodelan VES 1-D yg tersedia di internet
(versi demo)
 http://geophys.geol.msu.ru

2. PEMODELAN 1D
2. PEMODELAN 1D
3. PEMODELAN 2D
Konsep resistivity‐mapping
• pengukuran untuk
memperoleh informasi
mengenai variasi
resistivitas secara
lateral
• pengukuran pada
beberapa titik dg spasi
elektroda tetap
• spasi elektroda diubah
untuk memperoleh
variasi lateral pada
kedalaman yg berbeda

3. PEMODELAN 2D
Prosedur resistivity‐mapping
1. Tentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda
satuan yg digunakan

Schlumberger Wenner

3. PEMODELAN 2D
pole ‐ pole

dipole - dipole

pole - dipole

3. PEMODELAN 2D
Prosedur resistivity‐mapping
1. Tentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda
satuan yg digunakan (misal a untuk konfigurasi
Wenner)
2. Tentukan satu lintasan pengukuran (elektroda dapat
disusun sepanjang lintasan tersebut)

3. PEMODELAN 2D
Prosedur resistivity‐mapping
2. Tentukan satu lintasan pengukuran
(elektroda dapat disusun sepanjang lintasan
tersebut)
3.
•Lakukan pengukuran pada satu titik dalam lintasan, dan
pindahkan seluruh konfigurasi elektroda untuk pengukuran
pada titik berikutnya

3. PEMODELAN 2D
Prosedur resistivity‐mapping
1. Tentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda
satuan yg digunakan
2. Tentukan satu lintasan pengukuran (elektroda dapat
disusun sepanjang lintasan tersebut)
3. Lakukan pengukuran pada satu titik dalam lintasan, dan pindahkan
seluruh konfigurasi elektroda untuk pengukuran
pada titik berikutnya
4. Plot resistivitas‐semu sebagai fungsi posisi titik ukur
(jarak pada lintasan)

3. PEMODELAN 2D
3. PEMODELAN 2D
3. PEMODELAN 2D
3. PEMODELAN 2D
3. PEMODELAN 2D
3. PEMODELAN 2D
resistivity-
mapping dg
konfigurasi
Wenner pada
daerah karst

2. PEMODELAN 1D
kurva resistivity-semu teoritis untuk dike vertikal resistif dan
konduktif mapping dg elektoda Wenner dan Schlumberger

3. PEMODELAN 2D
resistivity- dan IP-
Mapping pada
daerah prospek
porphyry-copper
deposit

2. PEMODELAN 1D
resistivity-mapping dg konfigurasi dipole-dipole dan plot
hasil pengukuran dalam bentuk profil resistivitas-semu
dan pseudo-section

3. PEMODELAN 2D
resistivity-mapping dg konfigurasi dipole-dipole dan plot
hasil pengukuran dalam bentuk profil resistivitas-semu
dan pseudo-section
3. PEMODELAN 2D
3. PEMODELAN 2D
resistivity-mapping dg konfigurasi Schlumberger dan plot hasil
pengukuran dalam bentuk pseudo-section

3. PEMODELAN 2D
hasil resistivity-
mapping dalam
bentuk peta
resistivitas-semu

2. PEMODELAN 1D
hasil resistivity-mapping dalam bentuk peta resistivitas-semu

3. PEMODELAN 2D
Teknik pengukuran geolistrik
• Mapping
 pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai
variasi resistivitas secara lateral

• Sounding
 pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai
variasi resistivitas terhadap kedalaman (vertikal)

• Imaging / tomografi
 pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai
variasi resistivitas baik secara lateral maupun
vertikal (2-D atau 3-D)

3. PEMODELAN 2D
aplikasi resistivity-mapping dg konfigurasi pole-dipole untuk
deteksi kebocoran tailing-pond

3. PEMODELAN 2D
aplikasi resistivity-mapping dg konfigurasi pole-dipole untuk
deteksi kebocoran tailing-pond (elektroda potensial
permanen)

3. PEMODELAN 2D
4. APLIKASI METODE GEOLISTRIK
PETUNJUK:
1. PEKERJAAN PER KELOMPOK
2. MENGOLAH DATA GEOLISTRIK 1D DAN 2D
3. MEMBUAT MODEL MENGGUNAKAN SOFTWARE
4. MENG-INTERPRETASI MODEL

PERINTAH:
1. BUATLAH LAPORAN RINGKAS DAN PPT
2. PRESENTASIKAN APA YANG KALIAN KERJAKAN

4. APLIKASI METODE GEOLISTRIK

Anda mungkin juga menyukai