Anda di halaman 1dari 41

PRESENTASI PROPOSAL TUGAS AKHIR

EQUIPMENT, SURVEY DESIGN, DAN DATA


PROCESSING

NAMA : KRISTIAN N. HUTAGALUNG


NIM : 12115063

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA LAMPUNG SELATAN
2018
PRINSIP DASAR
Dasar teknik seismik adalah suatu sumber gelombang dibangkitkan di permukaan
bumi. Karena material bumi bersifat elastik maka gelombang seismik yang terjadi
akan dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah.
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang sebagian dipantulkan dan sebagian lain
dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi.
Dipermukaan bumi, gelombang tersebut diterima oleh serangkaian detektor
(geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan
(profil line), kemudian dicatat/direkam oleh suatu alat seismogram. Dengan
mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan sumber
ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat diperkirakan
berdasarkan besar kecepatannya.
EQUIPMENT
Peralatan yang digunakan didalam survey seismik refraksi secara umum terdiri dari:
■ SOURCE
merupakan alat yang membuat sumber gelombang di daerah penelitian
■ RECEIVER
merupakan sensor perekam respon penjalaran gelombang (time)

■ RECORDING SYSTEM
merupakan alat perekam setiap hasil pengukuran yang terjadi
Beberapa jenis sumber getar seismik antara lain:
Sumber getar explosive (dinamit)
Sumber getar non explosive ( Vibroseis, beda jatuh, dll )

Yang harus diperhatikan dalam source adalah besarnya energi yang mampu dilepaskan
serta seberapa dalam sumber tersebut akan ditanam. Agar dapat mencapai zona
target yang diinginkan.
Alat perekam respon seismik dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Hidrophone (digunakan pada pengukuran laut)
Geophone (digunakan pada pengukuran darat)

Biasanya geophone yang digunakan terdiri dari 12 sampai 24 channel dengan interval
2-5 meter dan frekuensi 8-14Hz.
Semakin rapat geophone maka resolusi akan semakin baik tetapi akan membuat
proses data akan semakin banyak.
Recording sistem merupakan main unit yang tidak hanya digunakan untuk merekam
respon seismik tetapi juga menampilkannya secara langsung sehingga data yang
didapatkan dilapangan dapat langsung diperhatikan kualitasnya.
Melalui alat ini juga, respon noise yang besar akan dapat terlihat seperti ada sumber
getaran lain atau salah satu geophone tidak merekam.
■ Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan berbagai macam
persiapan, penentuan parameter-parameter lapangan yang sesuai. Sebelum
melakukan akuisisi data, ada delapan permasalahan yang perlu diselesaikan,
antara lain :
1. Kedalaman target
2. Kualitas refleksi batuan
3. Resolusi vertikal yang diperlukan
4. Besar kemiringan target tercuram
5. Ciri-ciri jebakan hidrokarbon sebagai target
6. Permasalahan noise yang khusus
7. Permasalahan logistik tim
8. Kemungkinan adanya suatu proses khusus yang diperlukan
Terdapat 15 parameter utama lapangan yang akan mempengaruhi kualitas data, yang
juga perlu dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis, yaitu :
1. Offset Terjauh (Far Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor
penerima/receiver terjauh, yang didasarkan pada pertimbangan kedalaman
sasaran paling dalam.
2. Offset Terdekat (Near Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor
penerima terdekat, didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran paling
dangkal.
3. Group Interval; jarak antara satu kelompok sensor penerima/receiverdengan
kelompok penerima berikutnya, dimana satu kelompok memberikan
satu trace seismik sebagai stack/superposisi beberapa sensor penerima.
4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size); sumber seismik umumnya menggunakan
peledak/dinamit atau vibroseis truck (untuk survey darat), atau air gun (untuk
survey laut). Ukuran sumber seismik menyatakan ukuran energi yang dilepaskan
oleh sumber seismik, yang disesuaikan dengan kedalaman target dan kualitas data
yang baik yang dapat dipertahankan.
5. Kedalaman Sumber (Charge Depth); sumber seismik sebaiknya ditempatkan di
bawah lapisan lapuk, sehingga energi sumber seismik dapat ditransfer secara
optimal ke dalam sistem pelapisan medium di bawahnya.
6. Kelipatan Cakupan (Fold Coverage); merupakan jumlah suatu titik di bawah
permukaan yang terekam oleh perekam di permukaan. Semakin besar kelipatannya,
maka kualitas data akan semakin baik.
7. Laju pencuplikan (Sampling Rate); laju pencuplikan akan menentukan batas
frekuensi maksimum seismik yang masih dapat direkam dan direkontruksi dengan
baik sebagai data, dimana frekuensi yang lebih besar dari batas akan
menimbulkan aliasing.
8. Tapis Potong Bawah (Low-Pass Filter); merupakan filter pada instrumen perekam
untuk memotong amplitudo frekuensi gelombang seismik/trace yang rendah.
9. Frekuensi Perekam; merupakan karakteristik instrumen perekam dalam merespon
suatu gelombang seismik.
10. Panjang Perekaman (Record Length); merupakan lamanya waktu perekaman
gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman sasaran.
11. Rangkaian Penerima (Receiver Group); merupakan suatu kumpulan instrumen
sensor penerima/receiver yang disusun sedemikian hingga, sehingga noise dapat
diredam seminimal mungkin.
12. Panjang Lintasan; panjang lintasan survey ditentukan dengan mempertimbangkan
luas sebaran/panjang target di bawah permukaan terhadap panjang lintasan
survey di permukaan.
13. Larikan Bentang Penerima (Receiver Array); bentang penerima menentukan
informasi kedalaman rambatan gelombang seismik, nilai kelipatan cakupan, dan
alternatif skenario peledakan sumber seismik, seperti ketika lintasan melalui
sungai yang lebar.
14. Arah Lintasan; ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan terhadap
target.
15. Spasi Antar Lintasan; jarak antar satu lintasan ke terhadap lintasan yang lain
DATA PROCCESING

Pengolahan data seismik dititik beratkan pada koreksi koreksi terhadap sesuatu yang
dapat mengganggu data. Tujuan utama dari pengolahan data seismik adalah untuk
memerperoleh gambaran lapisan lapisan bawah bumi dari data akuisisi yang dimiliki.
Selain itu beberapa tujuan penting lainnya dalam pengolahan data seismik, yaitu:
■ Untuk meningkatkan signal to noise ratio (s/n)
■ Untuk mempertajam resolusi dengan mengadatasi dari bentuk gelombang sinyal
■ Mengisolasi sinyal sinyal yang tidak diinginkan (sinyal refleksi dari multiple dan
gelombang permukaan (S wave))
■ Untuk memperoleh gambaran realistik dengan koreksi geometri
■ Untuk memperoleh informasi – informasi mengenai bawah permukaan (nilai kecepatan,
koefisien reflektivitas, dll)
Secara garis besar urutan pengolahan data seismik dibagi menjadi 3, yaitu:
■ Pre-processing adalah tahapan awal pengolahan data seismic yang bertujuan untuk
merekondisi sinyal seismic yang terekam. Terdiri dari Demultiplex, True Amplitude
Recovery (TAR), Editing, Dekonvolusi, Filtering, Koreksi Statik.
■ Processing atau Analyzing adalah tahapan lanjut dalam pengolahan data seismic
yang bertujuan untuk menganalisis kecepatan gelombang seismik yang melewati
suatu reflector. Gelombang seismic yang terekam dianalisis kecepatannya dengan
cara memunculkan spectrum amplitude hasil NMO dan Stacking. Kecepatan yang
tepat akan menghasilkan penampang seismic yang tepat.
■ Post-processing adalah tahapan akhir dalam pengolahan data seismic yang terdiri
dari koreksi residual static dan migrasi.
Beberapa tahapan dalam processing data,

diantaranya:

■ Raw data input

■ Pendefinisian geometri

■ Editing

■ Filter

■ Koreksi Statik

■ True Amplitude Recovery (TAR)

■ Dekonvolusi

■ Analisis Kecepatan

■ Koreksi Nmo dan staking

■ Residual static

■ Koreksi DMO

■ Migrasi
■ Raw data input adalah process input data mentah dari hasil akuisisi seismik yang
tersimpan didalam pita magnetik dengan format SEG(society of Exploration
Geophysics). Rekaman gelombang seismic yang terekam dalam field tape terdiri
dari header dan amplitude.

Dalam raw data terekam informasi header yang berupa gelombang yang merambat
ke dalam bumi dan diterima oleh receiver, yaitu gelombang langsung (direct wave),
gelombang bias (refraction wave), gelombang pantul (reflection wave) dan ground
roll serta parameter yang digunakan dalam akuisisi
■ Pendefinisian geometri adalah proses memasukkan parameter lapangan kedalam
dataset yang dimiliki. Hasil keluaran dari field geometry berupa stacking chart atau
stacking diagram dengan geometri penembakan saat akuisisi data.
■ Editing adalah proses menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan mute
adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal
gangguan seperti ground roll, first break dan yang lainnya yg dapat mengganggu data.

Beberapa jenis noise yang biasanya diedit:


– Trace mati, karena geophonenya sengaja tidak dipasang
– Trace yang mengandung noise elektrostatik, biasanya frekuensi tinggi
– Trace yang merekam getaran langkah orang yang berjalan di atas geophone pada
saat perekaman berlangsung
– Daerah first arrival
– Noise dalam trace yang mengelompok (surgical muting)
■ True Amplitude Recovery (TAR) adalah koreksi terhadap amlitudo gelombang
seismic yang menjadikan permukaan pemantul seolah memiliki energy yang sama.
Energy yang dikeluarkan oleh sumber berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.

Pada koreksi TAR ini terdiri dari:


■ Gain Removal
■ Koreksi Spherical Divergence (Divergensi Bola)
■ Koreksi Attenuasi
■ Dekonvolusi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan
meminimalisir efek multiple. Fenomena perambatan gelombang seismic yang diakai
dalam seismic eksplorasi dapat didekati dengan model konvolusi. Dekonvolusi
dilakukann untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll, multiple
reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat
pengaruh noise.
■ Filter frekuensi bertujuan menghilangkan komponen frekuensi yang
mengganggu pada data seismic dan meloloskan data yang diinginkan. Macam filter
frekuensi ada tiga yaitu:
– Filter low pass : meredam noise yang lebih rendah
dari frek natural
– Filter high pass : meredam noise yang lebih tinggi dari
frek natural
– Filter band pass : meredam noise yang lebih rendahb
dan lebih tinggi dan rendah dari frek natural
■ Koreksi static termasuk juga koreksi ketinggian (elevasi). Efek topografi
terhadap waktu rambat gelombang refleksi dapat dihilangkan dengan mengoreksi
elevasinya. Koreksi ketinggian dilakukan karena posisi sumber sumber dan receiver
atau geophone dipermukaan bumi memiliki ketinggian yang bervariasi. Oleh karena
itu, koreksi dengan cara menghilangkan efek dekat permukaan yang bertujuan
untuk menyamakan ketinggian.
Untuk melakukan koreksi statik diperlukan informasi elevasi, shot depth dan uphole
time.
■ Analisis kecepatan merupakan proses untuk menentukan kecepatan yang sesuai
untuk memperoleh staking yang terbaik dengan kata lain proses untuk memperoleh
kecepatan yang tepat. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses staking adalah
mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang
maksimum. Semakin jauh jarak offset suatu receiver maka semakin besar waktu
yang diperlukan gelombang untuk merambat dari source untuk dapat ke receiver.

Analisis kecepatan merupakan kunci pada processing data seismic, analisis ini
dapat dilakukan berulang kali sampai hasil stacking benar benar menunjukkan
penampang bawah permukaan secara benar. Hasil dari analisis kecepatan
berkelanjutan karena akan digunakan untuk proses stacking dan residual static
■ Normal Moveout (NMO) adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset
tertentu dengan TWT pada zero offset.

Koreksi NMO juga bisa disebut pemilihan model kecepatan (Vrms maupun Vstack)
merupakan hal yang sangat penting
■ Stacking adalah proses menjumlahkan trace-trace seismik dalam satu CDP setelah koreksi NMO (Normal Move Out).
Stacking bertujuan mempertinggi signal to noise ratio (S/N).

■ Residual static atau koreksi static sisa adalah proses yang dilakukan setelah analisis kecepatan, yang hanya digunakan
untuk menyempurnakan koreksi static yang awal sudah dilakukan.

Residual static ini dibutuhkan karena:


– Proses NMO pada CDP Gather tidak selalu cocok dengan lintasan hiperbolik
– Saat melakukan koreksi static, kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman berada pada
wethering zone
– Data uphole dan first break yang sangat buruk.
– Sehingga, setelah melalui tahapan proses ini diharapkan data data yang dihasilkan sudah terkoreksi secara
benar dan menghasilkan penampang seismik yang benar benar mempresentasikan keadaan bawah permukaan
bumi dengan tepat.
■ DMO Correction. Prinsip DMO Correction yaitu berusaha menggeser titik titik pantul
sedemikian rupa sehingga refleksi refleksi pada non-zero offset di transformasikan
ke trace zero offset. Akibat dari transformasi ini maka terkadang DMO Correction
dapat disebut sebagai proses migrasi secara parsial.
Jadi, dengan koreksi DMO:
– Setiap trace di migrasi ke offset nol sehingga setiap pasangan common offset
diubah menjadi pasangan offset nol yang sesuai.
– Dispersi titik pantul dihilangkan
– Kecepatan stacking menjadi tidak bergantung pada kemiringan lapisan
– Rasio S/N meningkat
– Pemilihan kecepatan stacking menjadi lebih baik
■ Migrasi adalah suatu proses untuk memetakan penampang menjadi penampang lain
dimana even-even seismic semu pada reflector miring dikembalikan pada posisi dan
waktu yang tepat. Hasil proses migrasi mampu menghilangkan efek efek sinyal
terdifraksi sehingga mendapatkan gambaran bawah permukaan secara jelas.

Secara lengkap migrasi bertujuan sebagai berikut:


– Memperbaiki resolusi even dalam penampang seismic.
– Mengoreksi posisi reflector yang terdistorsi dengan menghilangkan difraksi
hiperbola dan memfokuskan energinya pada puncak hiperbola tersebut.
– Mengekstraksi koefisien refleksi dari data seismic.

Anda mungkin juga menyukai