■ RECORDING SYSTEM
merupakan alat perekam setiap hasil pengukuran yang terjadi
Beberapa jenis sumber getar seismik antara lain:
Sumber getar explosive (dinamit)
Sumber getar non explosive ( Vibroseis, beda jatuh, dll )
Yang harus diperhatikan dalam source adalah besarnya energi yang mampu dilepaskan
serta seberapa dalam sumber tersebut akan ditanam. Agar dapat mencapai zona
target yang diinginkan.
Alat perekam respon seismik dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Hidrophone (digunakan pada pengukuran laut)
Geophone (digunakan pada pengukuran darat)
Biasanya geophone yang digunakan terdiri dari 12 sampai 24 channel dengan interval
2-5 meter dan frekuensi 8-14Hz.
Semakin rapat geophone maka resolusi akan semakin baik tetapi akan membuat
proses data akan semakin banyak.
Recording sistem merupakan main unit yang tidak hanya digunakan untuk merekam
respon seismik tetapi juga menampilkannya secara langsung sehingga data yang
didapatkan dilapangan dapat langsung diperhatikan kualitasnya.
Melalui alat ini juga, respon noise yang besar akan dapat terlihat seperti ada sumber
getaran lain atau salah satu geophone tidak merekam.
■ Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan berbagai macam
persiapan, penentuan parameter-parameter lapangan yang sesuai. Sebelum
melakukan akuisisi data, ada delapan permasalahan yang perlu diselesaikan,
antara lain :
1. Kedalaman target
2. Kualitas refleksi batuan
3. Resolusi vertikal yang diperlukan
4. Besar kemiringan target tercuram
5. Ciri-ciri jebakan hidrokarbon sebagai target
6. Permasalahan noise yang khusus
7. Permasalahan logistik tim
8. Kemungkinan adanya suatu proses khusus yang diperlukan
Terdapat 15 parameter utama lapangan yang akan mempengaruhi kualitas data, yang
juga perlu dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis, yaitu :
1. Offset Terjauh (Far Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor
penerima/receiver terjauh, yang didasarkan pada pertimbangan kedalaman
sasaran paling dalam.
2. Offset Terdekat (Near Offset); jarak antara sumber seismik dengan sensor
penerima terdekat, didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran paling
dangkal.
3. Group Interval; jarak antara satu kelompok sensor penerima/receiverdengan
kelompok penerima berikutnya, dimana satu kelompok memberikan
satu trace seismik sebagai stack/superposisi beberapa sensor penerima.
4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size); sumber seismik umumnya menggunakan
peledak/dinamit atau vibroseis truck (untuk survey darat), atau air gun (untuk
survey laut). Ukuran sumber seismik menyatakan ukuran energi yang dilepaskan
oleh sumber seismik, yang disesuaikan dengan kedalaman target dan kualitas data
yang baik yang dapat dipertahankan.
5. Kedalaman Sumber (Charge Depth); sumber seismik sebaiknya ditempatkan di
bawah lapisan lapuk, sehingga energi sumber seismik dapat ditransfer secara
optimal ke dalam sistem pelapisan medium di bawahnya.
6. Kelipatan Cakupan (Fold Coverage); merupakan jumlah suatu titik di bawah
permukaan yang terekam oleh perekam di permukaan. Semakin besar kelipatannya,
maka kualitas data akan semakin baik.
7. Laju pencuplikan (Sampling Rate); laju pencuplikan akan menentukan batas
frekuensi maksimum seismik yang masih dapat direkam dan direkontruksi dengan
baik sebagai data, dimana frekuensi yang lebih besar dari batas akan
menimbulkan aliasing.
8. Tapis Potong Bawah (Low-Pass Filter); merupakan filter pada instrumen perekam
untuk memotong amplitudo frekuensi gelombang seismik/trace yang rendah.
9. Frekuensi Perekam; merupakan karakteristik instrumen perekam dalam merespon
suatu gelombang seismik.
10. Panjang Perekaman (Record Length); merupakan lamanya waktu perekaman
gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman sasaran.
11. Rangkaian Penerima (Receiver Group); merupakan suatu kumpulan instrumen
sensor penerima/receiver yang disusun sedemikian hingga, sehingga noise dapat
diredam seminimal mungkin.
12. Panjang Lintasan; panjang lintasan survey ditentukan dengan mempertimbangkan
luas sebaran/panjang target di bawah permukaan terhadap panjang lintasan
survey di permukaan.
13. Larikan Bentang Penerima (Receiver Array); bentang penerima menentukan
informasi kedalaman rambatan gelombang seismik, nilai kelipatan cakupan, dan
alternatif skenario peledakan sumber seismik, seperti ketika lintasan melalui
sungai yang lebar.
14. Arah Lintasan; ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan terhadap
target.
15. Spasi Antar Lintasan; jarak antar satu lintasan ke terhadap lintasan yang lain
DATA PROCCESING
Pengolahan data seismik dititik beratkan pada koreksi koreksi terhadap sesuatu yang
dapat mengganggu data. Tujuan utama dari pengolahan data seismik adalah untuk
memerperoleh gambaran lapisan lapisan bawah bumi dari data akuisisi yang dimiliki.
Selain itu beberapa tujuan penting lainnya dalam pengolahan data seismik, yaitu:
■ Untuk meningkatkan signal to noise ratio (s/n)
■ Untuk mempertajam resolusi dengan mengadatasi dari bentuk gelombang sinyal
■ Mengisolasi sinyal sinyal yang tidak diinginkan (sinyal refleksi dari multiple dan
gelombang permukaan (S wave))
■ Untuk memperoleh gambaran realistik dengan koreksi geometri
■ Untuk memperoleh informasi – informasi mengenai bawah permukaan (nilai kecepatan,
koefisien reflektivitas, dll)
Secara garis besar urutan pengolahan data seismik dibagi menjadi 3, yaitu:
■ Pre-processing adalah tahapan awal pengolahan data seismic yang bertujuan untuk
merekondisi sinyal seismic yang terekam. Terdiri dari Demultiplex, True Amplitude
Recovery (TAR), Editing, Dekonvolusi, Filtering, Koreksi Statik.
■ Processing atau Analyzing adalah tahapan lanjut dalam pengolahan data seismic
yang bertujuan untuk menganalisis kecepatan gelombang seismik yang melewati
suatu reflector. Gelombang seismic yang terekam dianalisis kecepatannya dengan
cara memunculkan spectrum amplitude hasil NMO dan Stacking. Kecepatan yang
tepat akan menghasilkan penampang seismic yang tepat.
■ Post-processing adalah tahapan akhir dalam pengolahan data seismic yang terdiri
dari koreksi residual static dan migrasi.
Beberapa tahapan dalam processing data,
diantaranya:
■ Pendefinisian geometri
■ Editing
■ Filter
■ Koreksi Statik
■ Dekonvolusi
■ Analisis Kecepatan
■ Residual static
■ Koreksi DMO
■ Migrasi
■ Raw data input adalah process input data mentah dari hasil akuisisi seismik yang
tersimpan didalam pita magnetik dengan format SEG(society of Exploration
Geophysics). Rekaman gelombang seismic yang terekam dalam field tape terdiri
dari header dan amplitude.
Dalam raw data terekam informasi header yang berupa gelombang yang merambat
ke dalam bumi dan diterima oleh receiver, yaitu gelombang langsung (direct wave),
gelombang bias (refraction wave), gelombang pantul (reflection wave) dan ground
roll serta parameter yang digunakan dalam akuisisi
■ Pendefinisian geometri adalah proses memasukkan parameter lapangan kedalam
dataset yang dimiliki. Hasil keluaran dari field geometry berupa stacking chart atau
stacking diagram dengan geometri penembakan saat akuisisi data.
■ Editing adalah proses menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan mute
adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal
gangguan seperti ground roll, first break dan yang lainnya yg dapat mengganggu data.
Analisis kecepatan merupakan kunci pada processing data seismic, analisis ini
dapat dilakukan berulang kali sampai hasil stacking benar benar menunjukkan
penampang bawah permukaan secara benar. Hasil dari analisis kecepatan
berkelanjutan karena akan digunakan untuk proses stacking dan residual static
■ Normal Moveout (NMO) adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset
tertentu dengan TWT pada zero offset.
Koreksi NMO juga bisa disebut pemilihan model kecepatan (Vrms maupun Vstack)
merupakan hal yang sangat penting
■ Stacking adalah proses menjumlahkan trace-trace seismik dalam satu CDP setelah koreksi NMO (Normal Move Out).
Stacking bertujuan mempertinggi signal to noise ratio (S/N).
■ Residual static atau koreksi static sisa adalah proses yang dilakukan setelah analisis kecepatan, yang hanya digunakan
untuk menyempurnakan koreksi static yang awal sudah dilakukan.