Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI METODE GEOMAGNET UNTUK


MENGETAHUI MANIFESTASI PANAS BUMI DI DAERAH
TALUN KENAS DAN SEKITARNYA

Disusun Oleh :
ALAN AMIN
14307025

JURUSANTEKNIKGEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
MEDAN
2018
2
IDENTIFIKASI METODE GEOMAGNET UNTUK
MENGETAHUI MANIFESTASI PANAS BUMI DI DAERAH
TALUN KENAS DAN SEKITARNYA

LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademis
Tingkat Sarjana Untuk Melaksanakan Tugas Akhir
Pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Medan
Disusun Oleh :
ALAN AMIN
14307025

Mengetahui Disetujui
Ketua Jurusan Koordinator Tugas Akhir

Dr. Ir. Said Muzambiq, M.Si Edi Yasa Ardiansyah, ST.MT


NIDN : 0103046001 NIDN : 0119057302

PROPOSAL USULAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

3
DIAJUKAN BALAI BESAR METEOROLOGI
KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH 1
MEDAN
1.NAMA PEMOHON ALAN AMIN
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Medan
2. DIAJUKAN KEPADA BMKG
3. JUDUL ATAU TEMA 1. 1. Bidang yang diminati :
2. Mengetahui Manifestasi Panas Bumi
MAGANG
3. 2. Judul yang ditawarkan :
IDENTIFIKASI METODE GEOMAGNET
UNTUK MENGETAHUI MANIFESTASI
PANAS BUMI DI DAERAH TALUN KENAS
DAN SEKITARNYA
4. *judul dapat berubah disesuaikan oleh kesepakatan
dan ketentuan dari pembimbing BMKG
4. DATA MAHASISWA Magang ini ajukan oleh :
Nama : ALAN AMIN
PENELITI
NIM : 14307025
IPK : 3,4 ( 4,00 )
Semester : 7 ( Tujuh)
Jurusan : Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Teknologi Medan.
Jl. Gedung Arca No. 52 Medan
20217 Telpn : (061) 7363771, Fax:
(061) 7347954, E-mail :
itm@itm.ac.id – http : //www.itm/ac.id
Alamat : Jl Air Bersih Ujung Gg Aman No. B-02
Kec.Medan Kota, Medan
HP : 081260198755
E-mail : alanaminselian@gmail.com
*CV lengkap dan transkip nilai terlampir
5. JANGKA WAKTU Sesuai dengan program Tugas Akhir dan jadwal
kuliah di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
TUGAS AKHIR
Teknologi Mineral, Institut Teknologi Medan selama
± 3 bulan.

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.

Adapun maksud dan tujuan dari proposal ini disusun untuk melakukan penelitian

Tugas Akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknik pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut

Teknologi Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang Tua penulis yang selalu membantu baik secara moril maupun materil.

2. Bapak Dr. Ir. Said Muzambiq, M.si, Ketua Jurusan Teknik Geologi.

3. Bapak Edi Yasa Ardiansyah, ST. MT, Koordinator tugas akhir.

4. Bapak Retno Agung PK. S.Si. M.si, Dosen Pembimbing I Tugas Akhir

penulis.

5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan hingga

terselesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kesalahan dan

kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

penyempurnaan proposal ini.

Medan, 8 Juni 2018


Hormat Saya,

ALAN AMIN
14.307.025

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode Geomagnet adalah metode geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi (Nuha, 2012). Metode geomagnet didasarkan pada pengukuran
variasi intensitas medan magnet di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya
variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi atau disebut
juga suseptibilitas magnetik.
Metode geomagnet banyak digunakan dalam eksplorasi panas bumi, pencarian
mineral dalam bumi, mencari nilai suseptibilitas magnetik tanah dan lain
sebagainya. Kelebihan dari metode geomagnet salah satunya adalah penerapan
dan penggunaan alat yang relatif mudah, sehingga banyak digunakan untuk proses
eksplorasi bumi. Sedangkan pada hasil penelitian metode geomagnet masih dirasa
kurang, karena memerlukan proses pengolahan data yang cukup banyak dan perlu
ketelitian yang sangat tinggi. Sehingga masih diperlukan metode geofisika lain
untuk mendukung hasil dari penelitian metode geomagnet.
Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Identifikasi metode geomagnet
untuk mengetahui manifestasi panas bumi di daerah Talun Kenas dan sekitarnya”
Penerapan metode geomagnet yang dilakukan untuk mengetahui nilai
suseptibilitas magnetik tersebut adalah dengan menggunakan alat Magnetometer.
Dari pengukuran menggunakan magnetometer akan didapatkan data magnetik
berupa anomali medan magnet total. Pada data magnetik yang diperoleh,
dilakukan pengolahan dan analisis sehingga didapatkan nilai suseptibiltas
magnetik setiap lapisan tanah pada lokasi penelitian. Data suseptibilitas magnetik
yang diperoleh dibuat grafik dan dibandingkan pola bentuk grafiknya terhadap
hasil pengukuran suseptibilitas magnetik dari susceptibility meter.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Geologi Institut
Teknologi Medan.

6
2. Menerapkan ilmu geologi yang telah diperoleh selama masa perkuliahan ke
dalam suatu kegiatan penelitian di lapangan.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sebaran anomali medan magnet pada daerah penelitian
2. Mengetahui litologi dan struktur bawah permukaan di daerah penelitian
3. Mengetahui jalur magmatic yang menyebabkan manifestasi pada daerah
penelitian

1.3. Perumusan Masalah


Adapun masalah yang dihadapi oleh mahasiswa tugas akhir ialah bagaimana
mengetahui jalur manifestasi panas bumi pada daerah penelitian dengan
menggunakan metode Geomagnet. sehingga tugas akhir bisa membuat peta yang
menggambarkan sebaran anomali magnetik, susunan litologi dan pemodelan
bawah permukaan pada daerah penelitian tugas akhir.

1.4. Batasan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah batasan pembahasan dalam penelitian ini:
1. Lokasi penelitian terletak di desa Talun Kenas dan sekitarnya.
2. Menggunakan alat Magnetometer dengan metode geomagnet.
3. Menggunakan Software Surfer 9, Magpick dan Mag2dc.

BAB II

7
LANDASAN TEORI

2.1. Geologi Regional Daerah Penelitian


Daerah penelitian merupakan salah satu daerah yang menarik untuk dibahas
karena, terdapatnya manifestasi panas bumi yang terbentuk akibat struktur geologi
(sesar). Sehingga, penulis memutuskan untuk membuat judul tersebut. Lokasi
daerah penelitian terletak di 98˚38’00” - 98˚43’00” BT dan 3˚18’00”- 3˚22’00”
LU ( lokasi masih diambil secara luas tidak mendetail ). Didalam lokasi penelitian
terdapat beberapa struktur sesar diperkirakan, dan terdapat beberapa formasi yaitu
Tmb (Baong formation), Qh (aluvium), Qvt (tuff toba), QTvm (Mentar
formation).

Gambar 5. Peta geologi region lembar medan, kotak merupakan daerah penelitian
(sumber : N.R. Camerron, dkk 1982).

2.2. Suseptibilitas Magnet


Suseptibilitas magnet adalah kemampuan suatu bahan magnet untuk dimagnetisasi
yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas magnet yang ditunjukkan oleh
persamaan: …………………………………………………………(2.1)
dengan adalah intensitas magnet dalam A/m, k adalah nilai suseptibilitas suatu
bahan dan tidak memiliki dimensi serta adalah kuat medan magnet dalam A/m.

8
Nilai k adalah parameter dasar yang digunakan dalam metode magnet. Nilai
suseptibilitas batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut dijumpai banyak
mineral yang bersifat magnet. Litologi (karakteristik) dan kandungan mineral
batuan adalah faktor yang mempengaruhi harga suseptibilitas suatu bahan (Telford
et al, 1990).
Tabel 1. Suseptibilitas Batuan Beku (Telford, et al, 1990).
Suseptibilitas
Tipe Batuan
Nilai Rata-rata
Batuan Beku
Granite 0-50 2.5
Rhyolite 0.2-35
Dolorite 1-35 17
Augite-Syenite 30-40
Olivine-Diabase 25
Diabase 1-160 55
Phorpyry 0.3-200 60
Gabbro 1-90 70
Basalt 0.2-175 70
Diorite 0.6-120 85
Pyroxenite 125
Peridotite 90-200 150
Av. Acidic Igneous 0-80 8
Av. Basic Igneous 0.5-97 25
Berdasarkan nilai suseptibilitas magnet, material dibedakan menjadi:
1. Ferromagnet Suseptibilitas material ferromagnet memiliki nilai antara 10-4
sampai 1.6 emu. Nilai k positif dan tidak bergantung pada temperatur Curie
karena material penyusun atomnya mempunyai momen magnet dan interaksi
antara atom terdekatnya sangat kuat. Kombinasi antara orbit elektron dan
gerak spinnya menghasilkan medan magnet yang kuat. Material ferromagnet
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: ferromagnet seperti besi, nikel dan kobalt;
antiferromagnet (hermatite Fe2O3) biasanya terdapat di superkonduktor
URu2 Si2, logam Chromium Cr, alloy FeMn, dan NiO; dan ferrimagnet
(magnetite Fe3O4 x ilemine FeTiO3) yang muncul dalam bentuk gamet ferrit
dan magnet.
2. Paramagne. Nilai suseptibilitas dari bahan ini antara 4 x 10 -6 & 3,6 x 10-4
sampai emu dan berbanding terbalik dengan temperatur Curie. Medan magnet
pada material ini hanya ada jika termagnetisasi oleh medan magnet dari luar.
Jika pengaruh ini hilang maka medan magnet pada material ini pun akan ikut

9
menghilang. Akibat adanya pengaruh termal gerakan momen dipolenya
menjadi acak dan nilai induksi magnetnya kecil. Hal tersebut terjadi karena
jumlah elektronnya ganjil dan hanya sebagian kecil spin yang dapat
berpasangan.
3. Diamagnet. Nilai suseptibilitas material ini antara -8 x 10 -6 & 3 x 10-4 sampai
emu. Intensitas induksi dari bahan diamagnet berlawanan arah dengan gaya
magnet atau medan polarisasi karena k bernilai negatif. Semua material
menunjukkan respon sebagai diamagnet ketika berada di dalam medan magnet.
Contohnya adalah batuan kuarsa, marmer graphite, rock salt, anhydrite, gypsum,
air, kayu, dan beberapa bahan organik seperti minyak dan plastik serta beberapa
logam, salah satunya adalah tembaga.

2.3. Metode Penelitian


metode geomagnetik adalah Gaya Coulomb (Nuha,2012). Jika dua buah benda
atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m1 dan
m2, maka gaya magnetik yang dihasilkan adalah (Rusli,2007):
………...…….…………………………………………………(2.2)
Dimana : F adalah gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan kuat medan
magnet m1 dan m2. μ adalah permeabilitas medium yang melingkupi kedua
magnet. r adalah jarak kedua magnet. m1 adalah kuat kutub magnet 1. m2 adalah
kuat kutub magnet 2
Kuat Medan Magnetik
Kuat medan magnetik pada suatu titik dengan jarak r dari muatannya dapat
dinyatakan sebagai (Syirojudin,2010): ……………………...….(2.3)

Intensitas magnetik.
Suatu benda magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet dengan kuat
medan H, maka akan terjadi polarisasi atau intensitas magnetik pada benda
tersebut yang besarnya adalah (Syirojudin,2010): M = χ H ………………….(2.4)
Dimana : M adalah intensitas magnetik. χ adalah suseptibilitas magnetik. H adalah
kuat medan magnetik

Induksi Magnetik

10
Adanya medan magnetik regional yang berasal dari bumi dapat menyebabkan
terjadinya induksi magnetik pada batuan yang mempunyai suseptibilitas baik.
Total medan magnetik yang dihasilkan pada batuan ini dinyatakan sebagai induksi
magnetik(Syirojudin,2010). Apabila suatu benda magnetik diletakkan dalam suatu
medan magnetik H maka benda tersebut akan termagnetisasi dan menghasilkan
medan sendiri H’, sehingga medan magnet total yang terukur oleh magnetometer
disebut sebagai Induksi Magnetik B yang merupakan jumlah dari medan magnetik
pada benda dengan medan magnet utama, yang dinyatakan sebagai:

B = H+H’ = μ0 (H + M) = μ0 (1+ χ ) H ……….…………………………......(2.5)

Dimana : μ0 adalah permeabilitas magnetik ruang hampa. μ0 = (1+ χ ) adalah


permeabilitas magnetik relatif, sehingga persamaan
tersebut dapat ditulis: B = μ0 μ H………………………………..……………(2.6)
Persamaan ini menunjukkan bahwa jika medan magnetik remanen dan luar bumi
diabaikan, medan magnet total yang terukur oleh magnetometer
di permukaan bumi adalah penjumlahan dari medan bumi utama H dan variasinya
(M). M adalah anomali magnet dalam eksplorasi magnetik (Syirojudin,2010).
Dalam satuan CGS induksi magnetik B dinyatakan dalam Gauss. Namun dalam
prakteknya terukur dalam satuan Gamma (γ) dengan 1 γ setara dengan 1 nano
tesla setara dengan 10 Gauss.

Suseptibilitas Kemagnetan
Kemudahan suatu benda magnetik untuk termagnetisasi ditentukan oleh
suseptibitas kemagnetan χ (Kahfi,2008) yang dirumuskan dengan persamaan:
M = χ H ...........................................................................................................(2.7)
Suseptibilitas dalam satuan SI dan emu dinyatakan dengan persamaan :
χ = 4π χ’………………………………………………………………………..(2.8)
χ adalah suseptibilitas magnetik dalam satuan SI dan χ’ adalah suseptibilitas
magnetik dalam satuan emu(Syirojudin,2010). Suseptibilitas magnetik dapat
diartikan sebagai derajat kemagnetan suatu benda. Nilai suseptibilitas magnetik
untuk setiap bahan berbeda-beda, hal ini bergantung dengan jenis bahan.
Suseptibilitas magnetik ini akan menentukan sifat magnetik pada setiap bahan.
Harga χ pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak

11
dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Berdasarkan harga
suseptibilitas χ, benda-benda magnetik dapat digolongkan menjadi diamagnetik,
paramagnetik, ferromagnetic, antiferomagnetic dan ferromagnetic (Rosanti,
2012).
1. Diamagnetik adalah benda yang mempunyai niai χ kecil dan negatif.
2. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ kecil dan positif.
3. Ferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ positif dan
besar.
4. Antiferromagnetik adalah benda magnetic yang mempunyai nilai χ sangat kecil,
yaitu mendekati nilai χ pada benda paramagnetik.
5. ferrimagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ tinggi tetapi jauh
lebih rendah dari bahan ferromagnetik.

2.4. Medan Magnet Bumi


Komponen medan magnet yang berasal dari medan bumi merupakan efek yang
timbul karena sifat inti bumi yang cair sehingga memungkinkan adanya gerak
relatif antara kulit bumi dengan inti bumi yang disebut dengan efek dinamo.
Komponen medan magnet bumi biasa disebut elemen medan magnet bumi yang
mempunyai tiga arah utama yaitu komponen arah utara, komponen arah timur,
dan komponen arah bawah atau dalam koordinat kartesian dinyatakan dalam X, Y,
dan Z. Elemen-elemen tersebut adalah:
a. Deklinasi (D), merupakan sudut utara magnet bumi dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur (sudut antara utara
geomagnet dan utara geografis). Peta deklinasi medan magnet bumi
ditunjukkan oleh Gambar 1.

12
Gambar 1. Peta Deklinasi Medan Magnet Bumi (NOAA, 2015).
b. Inklinasi (I), merupakan sudut antara medan magnet total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari horizontal menuju vertikal ke bawah (sudut
antara bidang horizontal dan vektor medan total) diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Inklinasi Medan Magnet Bumi (NOAA, 2015).


c. Intensitas horizontal (H), merupakan besar medan magnet total pada arah
horizontal.
d. Medan magnet total, merupakan besar medan vektor magnet total.
Deklinasi juga bisa disebut variasi harian kompas dan inklinasi disebut dengan
dip. Bidang vertikal yang berhimpit dengan arah dari medan magnet disebut
meridian magnet (Telford et al,1990). Hubungan dari komponen-komponen
tersebut ditunjukkan oleh Gambar 3.

13
Gambar 3. Komponen-Komponen Medan Magnet Bumi (Telford et al, 1990).
Berdasarkan Gambar 5, intensitas komponen horizontalnya adalah:
…………………..……………………………………………(2.9)
Medan magnet total bumi adalah:
………………………………………………..(2.10)
Sudut inklinasinya adalah:
……………...………………………………………...(2.11)
Sudut deklinasinya adalah:
………………………………..………………………(2.12)

2.5. Faktor Topografi Terhadap Medan Magnet


Topografi dapat mempengaruhi medan magnet suatu daerah. Pengaruh tersebut
dapat dilihat dari korelasi antara kontur daerah dengan medan magnet daerah
tersebut. Jika kontur daerah dan nilai medan magnet pada daerah tersebut
bersesuaian maka diperlukan koreksi topografi untuk menghilangkan pengaruh
tersebut. Koreksi topografi dalam metode geomagnet dilakukan ketika pengaruh
topografi terhadap medan magnet sangat kuat. Koreksi topografi dalam metode
medan magnet tidak memiliki aturan yang jelas. Salah satu metode untuk melakukan
koreksi topografi adalah menggunakan transformasi pseudogravitasi dan gradient
horizontal (Nurdiyanto et al, 2004). Transformasi tersebut digunakan untuk
menghilangkan pengaruh topografi terhadap medan magnet suatu daerah.

2.6. Medan Magnet Luar


Medan magnet bumi juga dipengaruhi oleh medan magnet luar. Sumber dari
medan magnet luar ini berasal dari luar bumi atau hasil ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Sumbangan medan ini hanya
sekitar 1% dari total medan bumi.
Perubahan medan luar terhadap waktu jauh lebih cepat dibandingkan medan
permanen karena sumber medan luar berhubungan dengan arus listrik yang
mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer luar akibat aktivitas matahari.

14
Perubahan medan magnet dalam waktu yang singkat dengan periode harian
dikenal dengan variasi harian (diurnal variation).
Selain variasi harian, badai magnet (magnetic storm) juga menjadi sumber medan
magnet luar. Badai magnet terjadi karena adanya aktivitas matahari terutama saat
munculnya bintik matahari (sunspot). Jangkauan badai magnet bisa mencapai
ratusan hingga ribuan gamma dan berlangsung dalam beberapa jam. Pengukuran
saat terjadi badai magnet tidak bisa dilakukan jika menggunakan metode magnet
karena besar medan magnet yang dihasilkan oleh badai tersebut dapat
mengganggu pengukuran (Telford et al, 1990).
Indikasi terjadinnya badai magnet dapat dilihat dari indeks Dst (Disturbanced
strom time). Indeks Dst adalah suatu ukuran aktivitas geomagnetyang menjadi
indikator terjadinya gangguan geomagnet atau dikenal dengan badai geomagnet.
Badai geomagnet ditandai dengan menurunnya pergerakan intensitas pada indeks
Dst. Variasi komponen H adalah medan magnet lokal yang diterima di bumi dari
setiap pengamatan geomagnet. Variasi komponen H juga bisa dikatakan sebagai
indeks Dst karena memiliki pola yang sama (Rachyany, 2009). Gambar 4
menunjukkan grafik Dst selama penelitian dan Tabel 2 menunjukkan klasifikasi
badai geomagnet.

Gambar 4. Grafik Dst Penelitian (ISGI, 2015 Sumber


http://www.scribd.com/ISGI/klasifikasibadaigeomagnet).

15
Tabel 2. Klasifikasi Badai Geomagnet Berdasarkan Nilai Indeks Dst (Rachyany,
2009)
Intensitas Dst (nT) Klasifikasi Dst
-50 ≤ Dst ˂ -30 Lemah
-100 ≤ Dst ˂ -50 Sedang
-200 ≤ Dst ˂ -100 Kuat
Dst ˂ -200 Sangat Kuat

2.7. Medan Magnet Utama


Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses ini tidak akan
menghilangkan medan periodik yang berasal dari luar, begitu juga spektrum
panjang gelombang, medan magnet utama, dan medan magnet lokal. Adanya
perubahan medan magnet bumi terhadap waktu mengakibatkan ketidakseragaman
nilai medan magnet bumi, sehingga untuk menyeragamkan nilai-nilai medan
magnet bumi dibuatlah standar nilai yang disebut dengan International
Geomagnetics Reference Field (IGRF). Nilai medan magnet ini ditentukan
berdasarkan kesepakatan internasional di bawah pengawasan International
Association of Geomagnetic and Aeronomy (IAGA). Nilai IGRF selalu
diperbaharui setiap 5 tahun sekali yang didapatkan dari hasil rata-rata pengukuran
selama satu tahun pada daerah dengan luasan sekitar 1 km2 (Telford et al, 1990)
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta Intensitas Total Medan Magnet Bumi (NOAA, 2015).

16
2.8. Medan Magnet Lokal (Anomali)
Medan magnet lokal sering disebut dengan anomali medan magnet (crustal field).
Anomali medan magnet total bumi adalah medan magnet yang dihasilkan oleh
anomali atau batuan termagnetisasi pada kerak bumi akibat induksi medan utama
magnet bumi. Nilai anomali dapat dihitung dari pengukuran medan magnet total
dikurangi medan magnet bumi melalui nilai IGRF yang sesuai dengan tempat
penelitian (Telford et al, 1990).

2.9. Transformasi Medan Magnet


1. Reduksi Ke Kutub
Metode reduksi ke kutub magnet bumi berguna untuk mengurangi tahap yang
sulit dalam proses interpretasi data dengan menunjukkan anomali medan
magnet pada posisi benda tersebut. Reduksi dilakukan dengan mengubah sudut
inklinasi dan sudut deklinasi menjadi 90o dan 0o seperti ditunjukkan pada
Gambar 6.

Gambar 6. Anomali Medan Magnet Hasil Reduksi ke Kutub (Blakely, 1995).


Proses transformasi reduksi ke kutub dilakukan dengan mengubah arah distribusi
magnetisasi dan medan utama dalam arah vertikal.
2. Kontinuasi ke Atas
Kontinuasi ke atas dilakukan dengan mentransformasikan medan potensial yang
diukur di permukaan tertentu ke medan magnet potensial pada permukaan lain
yang lebih jauh dari sumber. Transformasi ini memperlemah anomali-anomali
sebagai fungsi panjang gelombang, dimana semakin pendek panjang

17
gelombangnya maka semakin besar atenuasinya. Konsep dasar kontinuasi ke atas
berasal dari identitas ketiga teorema Green. Teorema ini menjelaskan apabila
suatu fungsi U bersifat harmonik, kontinyu, dan mempunyai turunan
yangkontinyu di sepanjang daerah R, maka nilai U pada suatu titik P di dalam
daerah R dapat dinyatakan dengan persamaan (Blakely, 1995):

………………………………………..(2.13)

dengan S adalah permukaan daerah R, n menunjukkan arah normal keluar dan r


adalah jarak antara titik P ke suatu titik pada permukaan S. Persamaan pada
Gambar 7 menjelaskan prinsip dasar dari kontinuasi ke atas, dimana medan
potensial dapat dihitung pada setiap titik dalam suatu daerah berdasarkan sifat
medan pada permukaan yang melingkupi daerah tersebut.

Gambar 7. Kontinuasi ke Atas dari Permukaan Horizontal (Blakely, 1995).


2.10. Panas Bumi atau Geotermal
1. Sistem Panas Bumi
Sistem panas bumi atau sistem geotermal terdiri atas 4 elemen utama, yaitu batuan
reservoir permeable, sistem hidrologi yang membawa air dari reservoir ke
permukaan, sumber panas (heat source), dan cap rock atau clay cap (lapisan
penutup) seperti diperlihatkan pada Gambar 8. Dalam sudut pandang geologi,
magma yang berada di dalam bumi merupakan sumber energi panas bumi yang
berfungsi sebagai kompor yang menyala. Magma tersebut menghantarkanpanas
secara konduktif pada batuan yang ada di sekitarnya. Akibat panas tersebut terjadi
aliran konveksi fluida hidrotermal di dalam pori-pori batuan. Fluida hidrotermal
ini akan bergerak ke atas menuju permukaan namun tidak sampai karena terhalang
oleh lapisan batuan yang bersifat impermeable (Lita, 2012). Fluida hidrotermal
yang tertahan akan menjadi lebih dingin dan akan turun kembali. Fluida
hidrotermal akan berakumulasi di reservoir sehingga menyebabkan tekanan akan

18
semakin besar dan mengakibatkan fluida tersebut bergerak ke atas dan
menimbulkan rekahan-rekahan dan muncul di permukaan sebagai manifestasi
panas bumi (Winarsih, 2014).

Gambar 8. Sistem Ideal Panas Bumi (Prihadi, 2010)

2. Model Geologi Panas Bumi


Kondisi geologi sumber-sumber panas bumi dunia sangat beragam.
Pengelompokan geologi daerah panas bumi dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu sistem magmatik vulkanik aktif dan sistem selain magmatik vulkanik
aktif. Sebagian besar sistem magmatik aktif memiliki temperatur yang tinggi
(lebih dari 180oC) dan bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Pemanfaatan
energi panas bumi secara langsung (direct use) bisa diperoleh dari kedua sistem
(Marini, 2000). Sistem magmatik vulkanik aktif yang bertemperatur tinggi
umumnya terdapat di sekitar pertemuan lempeng samudera dan lempeng benua.
Posisi Indonesia berada di batas antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia
sehingga Indonesia memiliki potensi panas bumi yang cukup tinggi (Suparno,
2009).

19
Gambar 9. Penampang Vertikal Sistem Magnet Vulkanik Aktif (DiPippo, 2012)
Gambar 9 merupakan penampang vertikal geologi daerah magnet vulkanik aktif
akibat tumbukan antara lempeng samudera (oceanic crust) danlempeng benua
(continental crust) dimana lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng
benua. Temperatur yang sangat tinggi pada kerak bumi menyebabkan lempeng
samudera meleleh. Lokasi lelehan (zone of partial melting) diperkirakan berada
pada kedalaman 100 km dari permukaan bumi di antara kerak bumi dan bagian
luar mantel bumi. Densitas lelehan akan lebih rendah dari sumbernya sehingga
lelehan tersebut akan cenderung naik ke atas dan menjadi magma. Magma tidak
pernah ditemukan dalam bentuk cair murni. Semua magma adalah lelehan batuan
panas dengan campuran antara silikat cair, kristal mineral, gas karbondioksida
serta senyawa beracun lainnya yang membentuk campuran kompleks. Proses
vulkanik melibatkan unsur-unsur gas yang terkadung dalam magma sehingga
mengakibatkan komposisi batuan beku tidak selalu sama dengan komposisi
magma aslinya (Suparno, 2009).

3. Manifestasi Panas Bumi


Suatu sistem hidothermal bawah permukaan di suatu wilayah seringkali
ditunjukkan dengan adanya manifestasi panas bumi di permukaan (geothermal
surface manifestation). Beberapa manifestasi panas bumi adalah sebagai berikut
1. Tanah hangat (Warm Ground)
Tanah hangat merupakan salah satu manifestasi panas bumi yang ditandai dengan
adanya tanah yang memiliki temperatur lebih tinggi dari pada temperatur tanah di
sekitarnya.
2. Tanah beruap (Steaming Ground)
Tanah beruap ditandai dengan adanya uap panas (steam) yang keluar dari dalam
tanah.
3. Mata air panas atau hangat (Hot or Warm Spring)
Mata air panas terbentuk akibat adanya aliran panas dari bawah permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan

20
4. Furamole
Furamole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry steam)
atau uap panas yang mengandung air (wet steam). Apabila uap tersebut
mengandung H2S maka manifestasi permukaan disebut solfatara.
5. Geyser
Geyser adalah mata air panas yang menyembur ke udara secara intermitten (pada
selang waktu tak tentu) dengan ketinggian tertentu.
6. Kubangan Lumpur Panas (Mud Pools)
Kubangan lumpur panas umumnya mengandung CO2 dengan sejumlah kecil uap
panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi uap panas,
sedangkan letupan terjadi karena pancaran CO2.
7. Sinter Silika
Sinter silika merupakan endapan silika di permukaan yang memiliki warna
keperakan. Sinter silika umumnya dijumpai di sekitar mata air panas dan lubang
geyser.
8. Batuan Teralterasi
Alterasi hidrotermal adalah proses yang terjadi karena adanya reaksi antara batuan
dengan fluida panas bumi (mengandung klorida) yang berasal dari reservoir panas
bumi yang terdapat di bawah permukaan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
pengendapan dan pertukaran elemen-elemen batuan dengan fluida.

2.11. Prinsip Kerja Proton Precession Magnetometer (PPM)


Proton Precession Magnetometer (PPM) merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur medan magnet bumi berdasarkan terjadinya frekuensi presesi
(frekuensi Larmor) dengan sensor berbentuk silinder dimana di dalamnya terisi
cairan yang kaya akan proton. Proton ini berputar pada sumbunya (spin), sehingga
menimbulkan suatu momen magnet lemah yang dipengaruhi dan diarahkan oleh
medan magnet bumi di lokasi pengukuran.
Medan magnet yang kuat pada target pengukuran akan menyebabkan kedudukan
momen magnet proton target akan bergeser dari posisi semula. Proton akan
berpresesi dan berusaha kembali pada posisi semula jika medan magnet tersebut

21
dihilangkan, sehingga menyebabkan munculnya frekuensi presesi yang dapat
diukur untuk menentukan besar medan magnet yang mempengaruhi.
Gambar 13 menunjukkan prinsip kerja alat PPM dengan blok diagram kerja.
Prinsip kerja tersebut didasarkan pada frekuensi presesi yang dihasilkan oleh
momen gaya dan momentum sudut poton. Momen magnet yang disebabkan oleh
sebuah proton yang berada dalam medan magnetik adalah: …...(2.13)

hubungan antara momen magnet spin dan momentum sudut ……(2.14)

sehingga ……………………………………………..…(2.15)

sedangkan momentum sudut menurut Hukum Newton d: ..…...…(2.16)

sehingga ……………………………………..………(2.17)

dengan tegak lurus terhadap sehingga besarnya adalah tetap dan selama
perubahan waktu dt, I bergerak sejauh dØ

……………………………..………………(2.18)

sehingga ……………………………………………………….(2.19)

dengan γ adalah gyromagnetic ratio (23.4868 Hz/gamma), B adalah medan


magnet, f adalah frekuensi presesi.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Tahapan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan metode deskriptif
yaitu pengolahan data histori atau data sekunder dengan metode Geomagnet.
A. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap yang paling awal sebelum melakukan kegiatan
penelitian. Persiapan yang dilakukan yaitu :
 Studi Pustaka Awal

22
Pemahaman tentang kondisi geologi regional serta batuan dan mengenai
suseptibilitas lapisan tanah, struktur dan litologi daerah penelitian serta kondisi
tektonik geologi daerah penelitian.
 Penyusunan Proposal
Dalam penyusunan proposal skripsi ini merupakan tahapan yang telah
ditempuh setelah topik dan judul penelitian.
B. Tahap Penelitian
Tahap penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan utama yaitu, studi
pustaka lanjut, pengumpulan data, kegiatan studio dan analisa data serta tahapan
penulisan laporan.
C. Tahapan kegiatan studio
Pada tahap ini dilakukan kegiatan studio yaitu tahapan yang dilakukan dengan
menganalisa data-data yang didapat dari hasil kegiatan lapangan untuk
mengetahui nilai suseptibilitas tanah dan daerah terdapatnya manifestasi panas
bumi pada daerah penelitian.
D. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh baik dilapangan maupun dari hasil kegiatan studio
kemudian di analisa untuk menjawab tujuan dari penilitian yaitu untuk
mengetahui nilai suseptibilitas tanah dan manifestasi panasbumi pada daerah
penelitian.

E. Tahap Penulisan Tugas akhir


Pada tahap terakhir ini seluruh tahapan yang dimulai dari studi pendahuluan
hingga hasil pengolahan dan analisis data akan ditulis dalam bentuk tugas akhir
yang akan dipresentasikan dalam kolokium dan sidang sarjana.

23
Gambar 12. Diagram Alir Tahapan Penelitian

3.2. Jadwal Penelitian


Penelitian dilakukan selama lima bulan yang terdiri dari persiapan, pengambilan
data di lapangan, analisa data laboratorium, analisa dan interpretasi data dan
penulisan laporan dan seminar.
Persiapan dilakukan selama dua minggu, pengambilan data lapangan dan analisa
laboratorium selama dua bulan. Analisa dan interpretasi data dilakukan sejak
awal pengambilan data, sehingga kegiatan ini dilakukan selama tiga bulan.
Sedangkan untuk penulisan laporan dan seminar dilakukan selama satu bulan
setengah. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel dibawah ini :

Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan

PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA


Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
Tahap
Pengambilan

Tahap Analisa
data

Tahap Analisa
dan

24
Tahap Penulisan

laporan dan

BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal ini disusun sebagaimana mestinya untuk dijadikan bahan


pertimbangan untuk diberikan kesempatan belajar dan melakukan penelitian
Tugas Akhir.

Pada akhirnya diharapkan Tugas Akhir ini dapat menambah wawasan mahasiswa
tentang apa yang telah dipelajari selama ini dan menjadi bekal menghadapi hari
esok di dunia kerja.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ismail. 2010 .Metode Geomagnetik. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.(online)


(http://www.scribd.com/doc/47436981/METODE-GEOMAGNETIK) diakses, 11
februari 2013.
(http://ejournal.universitasDiponegoro.ac.id/index.php/BerkalaFisika/artikel/down
load/pdf), diakses 22 Maret 2013.
Nenny, Saptadji. 2012. Energi Panasbumi di Indonesia. ITB. Bandung
Nurmayani, 2011. Penelitian Geomagnetik di Daerah Panasbumi Bora Kecamatam
Biromaru Kabupaten Sigi Biromaru Provinsi Sulawesi Tengah. http:

26
//haeranbessedalawati. blogspot.com /2011/07/penelitian-magnetik-panas-bumi-
bora.html. Tanggal akses : 13 Juli 2013
Nurdiyanto S., Boko, Wahyudi, dan Imam Suyanto. 2004. Analisis Data Magnetik Untuk
Mengetahui Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Air Panas Di
Lereng Utara
GunungapiUngara.http://geothermal.ft.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/2012/12/0
4_Analisis-Data-Magnetik- 2004-Wahyudi-et-al.pdf. Tanggal akses : 13 Juli
2013
Prouty, Mark. Geometrics, Operation Manual, G-856 Memory-MagTM Proton
Precession Magnetometer, P/N 18101-02 Rev.A. San Jose, CA, USA.
Rusli, Muhammad. 2009. Penelitian Potensi Bahan Magnet Alam Di Desa Uekuli
Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Unauna Provinsi Sulawesi Tengah. Hlm
14-19,(Online). dalam jurnal Sains Materi Indonesia Edisi Khusus
Desember 2009. Diakses 22 juli 2013.
Tim Geomagnet. 1990. Survei Geomagnet. ITB. Bandung
Yehuda, P. M. 2012. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Sekitar Manifestasi
Air Panas, Desa Segaran, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo dengan
Meggunakan Metode Magnetik. Skripsi. ITS. Surabaya

27

Anda mungkin juga menyukai