Disusun Oleh :
ALAN AMIN
14307025
JURUSANTEKNIKGEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
MEDAN
2018
2
IDENTIFIKASI METODE GEOMAGNET UNTUK
MENGETAHUI MANIFESTASI PANAS BUMI DI DAERAH
TALUN KENAS DAN SEKITARNYA
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademis
Tingkat Sarjana Untuk Melaksanakan Tugas Akhir
Pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Medan
Disusun Oleh :
ALAN AMIN
14307025
Mengetahui Disetujui
Ketua Jurusan Koordinator Tugas Akhir
3
DIAJUKAN BALAI BESAR METEOROLOGI
KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH 1
MEDAN
1.NAMA PEMOHON ALAN AMIN
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Medan
2. DIAJUKAN KEPADA BMKG
3. JUDUL ATAU TEMA 1. 1. Bidang yang diminati :
2. Mengetahui Manifestasi Panas Bumi
MAGANG
3. 2. Judul yang ditawarkan :
IDENTIFIKASI METODE GEOMAGNET
UNTUK MENGETAHUI MANIFESTASI
PANAS BUMI DI DAERAH TALUN KENAS
DAN SEKITARNYA
4. *judul dapat berubah disesuaikan oleh kesepakatan
dan ketentuan dari pembimbing BMKG
4. DATA MAHASISWA Magang ini ajukan oleh :
Nama : ALAN AMIN
PENELITI
NIM : 14307025
IPK : 3,4 ( 4,00 )
Semester : 7 ( Tujuh)
Jurusan : Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Teknologi Medan.
Jl. Gedung Arca No. 52 Medan
20217 Telpn : (061) 7363771, Fax:
(061) 7347954, E-mail :
itm@itm.ac.id – http : //www.itm/ac.id
Alamat : Jl Air Bersih Ujung Gg Aman No. B-02
Kec.Medan Kota, Medan
HP : 081260198755
E-mail : alanaminselian@gmail.com
*CV lengkap dan transkip nilai terlampir
5. JANGKA WAKTU Sesuai dengan program Tugas Akhir dan jadwal
kuliah di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
TUGAS AKHIR
Teknologi Mineral, Institut Teknologi Medan selama
± 3 bulan.
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
Adapun maksud dan tujuan dari proposal ini disusun untuk melakukan penelitian
Tugas Akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Medan.
1. Orang Tua penulis yang selalu membantu baik secara moril maupun materil.
2. Bapak Dr. Ir. Said Muzambiq, M.si, Ketua Jurusan Teknik Geologi.
4. Bapak Retno Agung PK. S.Si. M.si, Dosen Pembimbing I Tugas Akhir
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
ALAN AMIN
14.307.025
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
2. Menerapkan ilmu geologi yang telah diperoleh selama masa perkuliahan ke
dalam suatu kegiatan penelitian di lapangan.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sebaran anomali medan magnet pada daerah penelitian
2. Mengetahui litologi dan struktur bawah permukaan di daerah penelitian
3. Mengetahui jalur magmatic yang menyebabkan manifestasi pada daerah
penelitian
BAB II
7
LANDASAN TEORI
Gambar 5. Peta geologi region lembar medan, kotak merupakan daerah penelitian
(sumber : N.R. Camerron, dkk 1982).
8
Nilai k adalah parameter dasar yang digunakan dalam metode magnet. Nilai
suseptibilitas batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut dijumpai banyak
mineral yang bersifat magnet. Litologi (karakteristik) dan kandungan mineral
batuan adalah faktor yang mempengaruhi harga suseptibilitas suatu bahan (Telford
et al, 1990).
Tabel 1. Suseptibilitas Batuan Beku (Telford, et al, 1990).
Suseptibilitas
Tipe Batuan
Nilai Rata-rata
Batuan Beku
Granite 0-50 2.5
Rhyolite 0.2-35
Dolorite 1-35 17
Augite-Syenite 30-40
Olivine-Diabase 25
Diabase 1-160 55
Phorpyry 0.3-200 60
Gabbro 1-90 70
Basalt 0.2-175 70
Diorite 0.6-120 85
Pyroxenite 125
Peridotite 90-200 150
Av. Acidic Igneous 0-80 8
Av. Basic Igneous 0.5-97 25
Berdasarkan nilai suseptibilitas magnet, material dibedakan menjadi:
1. Ferromagnet Suseptibilitas material ferromagnet memiliki nilai antara 10-4
sampai 1.6 emu. Nilai k positif dan tidak bergantung pada temperatur Curie
karena material penyusun atomnya mempunyai momen magnet dan interaksi
antara atom terdekatnya sangat kuat. Kombinasi antara orbit elektron dan
gerak spinnya menghasilkan medan magnet yang kuat. Material ferromagnet
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: ferromagnet seperti besi, nikel dan kobalt;
antiferromagnet (hermatite Fe2O3) biasanya terdapat di superkonduktor
URu2 Si2, logam Chromium Cr, alloy FeMn, dan NiO; dan ferrimagnet
(magnetite Fe3O4 x ilemine FeTiO3) yang muncul dalam bentuk gamet ferrit
dan magnet.
2. Paramagne. Nilai suseptibilitas dari bahan ini antara 4 x 10 -6 & 3,6 x 10-4
sampai emu dan berbanding terbalik dengan temperatur Curie. Medan magnet
pada material ini hanya ada jika termagnetisasi oleh medan magnet dari luar.
Jika pengaruh ini hilang maka medan magnet pada material ini pun akan ikut
9
menghilang. Akibat adanya pengaruh termal gerakan momen dipolenya
menjadi acak dan nilai induksi magnetnya kecil. Hal tersebut terjadi karena
jumlah elektronnya ganjil dan hanya sebagian kecil spin yang dapat
berpasangan.
3. Diamagnet. Nilai suseptibilitas material ini antara -8 x 10 -6 & 3 x 10-4 sampai
emu. Intensitas induksi dari bahan diamagnet berlawanan arah dengan gaya
magnet atau medan polarisasi karena k bernilai negatif. Semua material
menunjukkan respon sebagai diamagnet ketika berada di dalam medan magnet.
Contohnya adalah batuan kuarsa, marmer graphite, rock salt, anhydrite, gypsum,
air, kayu, dan beberapa bahan organik seperti minyak dan plastik serta beberapa
logam, salah satunya adalah tembaga.
Intensitas magnetik.
Suatu benda magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet dengan kuat
medan H, maka akan terjadi polarisasi atau intensitas magnetik pada benda
tersebut yang besarnya adalah (Syirojudin,2010): M = χ H ………………….(2.4)
Dimana : M adalah intensitas magnetik. χ adalah suseptibilitas magnetik. H adalah
kuat medan magnetik
Induksi Magnetik
10
Adanya medan magnetik regional yang berasal dari bumi dapat menyebabkan
terjadinya induksi magnetik pada batuan yang mempunyai suseptibilitas baik.
Total medan magnetik yang dihasilkan pada batuan ini dinyatakan sebagai induksi
magnetik(Syirojudin,2010). Apabila suatu benda magnetik diletakkan dalam suatu
medan magnetik H maka benda tersebut akan termagnetisasi dan menghasilkan
medan sendiri H’, sehingga medan magnet total yang terukur oleh magnetometer
disebut sebagai Induksi Magnetik B yang merupakan jumlah dari medan magnetik
pada benda dengan medan magnet utama, yang dinyatakan sebagai:
Suseptibilitas Kemagnetan
Kemudahan suatu benda magnetik untuk termagnetisasi ditentukan oleh
suseptibitas kemagnetan χ (Kahfi,2008) yang dirumuskan dengan persamaan:
M = χ H ...........................................................................................................(2.7)
Suseptibilitas dalam satuan SI dan emu dinyatakan dengan persamaan :
χ = 4π χ’………………………………………………………………………..(2.8)
χ adalah suseptibilitas magnetik dalam satuan SI dan χ’ adalah suseptibilitas
magnetik dalam satuan emu(Syirojudin,2010). Suseptibilitas magnetik dapat
diartikan sebagai derajat kemagnetan suatu benda. Nilai suseptibilitas magnetik
untuk setiap bahan berbeda-beda, hal ini bergantung dengan jenis bahan.
Suseptibilitas magnetik ini akan menentukan sifat magnetik pada setiap bahan.
Harga χ pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak
11
dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Berdasarkan harga
suseptibilitas χ, benda-benda magnetik dapat digolongkan menjadi diamagnetik,
paramagnetik, ferromagnetic, antiferomagnetic dan ferromagnetic (Rosanti,
2012).
1. Diamagnetik adalah benda yang mempunyai niai χ kecil dan negatif.
2. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ kecil dan positif.
3. Ferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ positif dan
besar.
4. Antiferromagnetik adalah benda magnetic yang mempunyai nilai χ sangat kecil,
yaitu mendekati nilai χ pada benda paramagnetik.
5. ferrimagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ tinggi tetapi jauh
lebih rendah dari bahan ferromagnetik.
12
Gambar 1. Peta Deklinasi Medan Magnet Bumi (NOAA, 2015).
b. Inklinasi (I), merupakan sudut antara medan magnet total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari horizontal menuju vertikal ke bawah (sudut
antara bidang horizontal dan vektor medan total) diperlihatkan pada Gambar 2.
13
Gambar 3. Komponen-Komponen Medan Magnet Bumi (Telford et al, 1990).
Berdasarkan Gambar 5, intensitas komponen horizontalnya adalah:
…………………..……………………………………………(2.9)
Medan magnet total bumi adalah:
………………………………………………..(2.10)
Sudut inklinasinya adalah:
……………...………………………………………...(2.11)
Sudut deklinasinya adalah:
………………………………..………………………(2.12)
14
Perubahan medan magnet dalam waktu yang singkat dengan periode harian
dikenal dengan variasi harian (diurnal variation).
Selain variasi harian, badai magnet (magnetic storm) juga menjadi sumber medan
magnet luar. Badai magnet terjadi karena adanya aktivitas matahari terutama saat
munculnya bintik matahari (sunspot). Jangkauan badai magnet bisa mencapai
ratusan hingga ribuan gamma dan berlangsung dalam beberapa jam. Pengukuran
saat terjadi badai magnet tidak bisa dilakukan jika menggunakan metode magnet
karena besar medan magnet yang dihasilkan oleh badai tersebut dapat
mengganggu pengukuran (Telford et al, 1990).
Indikasi terjadinnya badai magnet dapat dilihat dari indeks Dst (Disturbanced
strom time). Indeks Dst adalah suatu ukuran aktivitas geomagnetyang menjadi
indikator terjadinya gangguan geomagnet atau dikenal dengan badai geomagnet.
Badai geomagnet ditandai dengan menurunnya pergerakan intensitas pada indeks
Dst. Variasi komponen H adalah medan magnet lokal yang diterima di bumi dari
setiap pengamatan geomagnet. Variasi komponen H juga bisa dikatakan sebagai
indeks Dst karena memiliki pola yang sama (Rachyany, 2009). Gambar 4
menunjukkan grafik Dst selama penelitian dan Tabel 2 menunjukkan klasifikasi
badai geomagnet.
15
Tabel 2. Klasifikasi Badai Geomagnet Berdasarkan Nilai Indeks Dst (Rachyany,
2009)
Intensitas Dst (nT) Klasifikasi Dst
-50 ≤ Dst ˂ -30 Lemah
-100 ≤ Dst ˂ -50 Sedang
-200 ≤ Dst ˂ -100 Kuat
Dst ˂ -200 Sangat Kuat
16
2.8. Medan Magnet Lokal (Anomali)
Medan magnet lokal sering disebut dengan anomali medan magnet (crustal field).
Anomali medan magnet total bumi adalah medan magnet yang dihasilkan oleh
anomali atau batuan termagnetisasi pada kerak bumi akibat induksi medan utama
magnet bumi. Nilai anomali dapat dihitung dari pengukuran medan magnet total
dikurangi medan magnet bumi melalui nilai IGRF yang sesuai dengan tempat
penelitian (Telford et al, 1990).
17
gelombangnya maka semakin besar atenuasinya. Konsep dasar kontinuasi ke atas
berasal dari identitas ketiga teorema Green. Teorema ini menjelaskan apabila
suatu fungsi U bersifat harmonik, kontinyu, dan mempunyai turunan
yangkontinyu di sepanjang daerah R, maka nilai U pada suatu titik P di dalam
daerah R dapat dinyatakan dengan persamaan (Blakely, 1995):
………………………………………..(2.13)
18
semakin besar dan mengakibatkan fluida tersebut bergerak ke atas dan
menimbulkan rekahan-rekahan dan muncul di permukaan sebagai manifestasi
panas bumi (Winarsih, 2014).
19
Gambar 9. Penampang Vertikal Sistem Magnet Vulkanik Aktif (DiPippo, 2012)
Gambar 9 merupakan penampang vertikal geologi daerah magnet vulkanik aktif
akibat tumbukan antara lempeng samudera (oceanic crust) danlempeng benua
(continental crust) dimana lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng
benua. Temperatur yang sangat tinggi pada kerak bumi menyebabkan lempeng
samudera meleleh. Lokasi lelehan (zone of partial melting) diperkirakan berada
pada kedalaman 100 km dari permukaan bumi di antara kerak bumi dan bagian
luar mantel bumi. Densitas lelehan akan lebih rendah dari sumbernya sehingga
lelehan tersebut akan cenderung naik ke atas dan menjadi magma. Magma tidak
pernah ditemukan dalam bentuk cair murni. Semua magma adalah lelehan batuan
panas dengan campuran antara silikat cair, kristal mineral, gas karbondioksida
serta senyawa beracun lainnya yang membentuk campuran kompleks. Proses
vulkanik melibatkan unsur-unsur gas yang terkadung dalam magma sehingga
mengakibatkan komposisi batuan beku tidak selalu sama dengan komposisi
magma aslinya (Suparno, 2009).
20
4. Furamole
Furamole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry steam)
atau uap panas yang mengandung air (wet steam). Apabila uap tersebut
mengandung H2S maka manifestasi permukaan disebut solfatara.
5. Geyser
Geyser adalah mata air panas yang menyembur ke udara secara intermitten (pada
selang waktu tak tentu) dengan ketinggian tertentu.
6. Kubangan Lumpur Panas (Mud Pools)
Kubangan lumpur panas umumnya mengandung CO2 dengan sejumlah kecil uap
panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi uap panas,
sedangkan letupan terjadi karena pancaran CO2.
7. Sinter Silika
Sinter silika merupakan endapan silika di permukaan yang memiliki warna
keperakan. Sinter silika umumnya dijumpai di sekitar mata air panas dan lubang
geyser.
8. Batuan Teralterasi
Alterasi hidrotermal adalah proses yang terjadi karena adanya reaksi antara batuan
dengan fluida panas bumi (mengandung klorida) yang berasal dari reservoir panas
bumi yang terdapat di bawah permukaan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
pengendapan dan pertukaran elemen-elemen batuan dengan fluida.
21
dihilangkan, sehingga menyebabkan munculnya frekuensi presesi yang dapat
diukur untuk menentukan besar medan magnet yang mempengaruhi.
Gambar 13 menunjukkan prinsip kerja alat PPM dengan blok diagram kerja.
Prinsip kerja tersebut didasarkan pada frekuensi presesi yang dihasilkan oleh
momen gaya dan momentum sudut poton. Momen magnet yang disebabkan oleh
sebuah proton yang berada dalam medan magnetik adalah: …...(2.13)
sehingga ……………………………………………..…(2.15)
sehingga ……………………………………..………(2.17)
dengan tegak lurus terhadap sehingga besarnya adalah tetap dan selama
perubahan waktu dt, I bergerak sejauh dØ
……………………………..………………(2.18)
sehingga ……………………………………………………….(2.19)
BAB III
METODE PENELITIAN
22
Pemahaman tentang kondisi geologi regional serta batuan dan mengenai
suseptibilitas lapisan tanah, struktur dan litologi daerah penelitian serta kondisi
tektonik geologi daerah penelitian.
Penyusunan Proposal
Dalam penyusunan proposal skripsi ini merupakan tahapan yang telah
ditempuh setelah topik dan judul penelitian.
B. Tahap Penelitian
Tahap penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan utama yaitu, studi
pustaka lanjut, pengumpulan data, kegiatan studio dan analisa data serta tahapan
penulisan laporan.
C. Tahapan kegiatan studio
Pada tahap ini dilakukan kegiatan studio yaitu tahapan yang dilakukan dengan
menganalisa data-data yang didapat dari hasil kegiatan lapangan untuk
mengetahui nilai suseptibilitas tanah dan daerah terdapatnya manifestasi panas
bumi pada daerah penelitian.
D. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh baik dilapangan maupun dari hasil kegiatan studio
kemudian di analisa untuk menjawab tujuan dari penilitian yaitu untuk
mengetahui nilai suseptibilitas tanah dan manifestasi panasbumi pada daerah
penelitian.
23
Gambar 12. Diagram Alir Tahapan Penelitian
Tahap Analisa
data
Tahap Analisa
dan
24
Tahap Penulisan
laporan dan
BAB IV
PENUTUP
Pada akhirnya diharapkan Tugas Akhir ini dapat menambah wawasan mahasiswa
tentang apa yang telah dipelajari selama ini dan menjadi bekal menghadapi hari
esok di dunia kerja.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
//haeranbessedalawati. blogspot.com /2011/07/penelitian-magnetik-panas-bumi-
bora.html. Tanggal akses : 13 Juli 2013
Nurdiyanto S., Boko, Wahyudi, dan Imam Suyanto. 2004. Analisis Data Magnetik Untuk
Mengetahui Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Air Panas Di
Lereng Utara
GunungapiUngara.http://geothermal.ft.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/2012/12/0
4_Analisis-Data-Magnetik- 2004-Wahyudi-et-al.pdf. Tanggal akses : 13 Juli
2013
Prouty, Mark. Geometrics, Operation Manual, G-856 Memory-MagTM Proton
Precession Magnetometer, P/N 18101-02 Rev.A. San Jose, CA, USA.
Rusli, Muhammad. 2009. Penelitian Potensi Bahan Magnet Alam Di Desa Uekuli
Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Unauna Provinsi Sulawesi Tengah. Hlm
14-19,(Online). dalam jurnal Sains Materi Indonesia Edisi Khusus
Desember 2009. Diakses 22 juli 2013.
Tim Geomagnet. 1990. Survei Geomagnet. ITB. Bandung
Yehuda, P. M. 2012. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Sekitar Manifestasi
Air Panas, Desa Segaran, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo dengan
Meggunakan Metode Magnetik. Skripsi. ITS. Surabaya
27