Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

PRAKTIKUMKE : 2(DUA)
JUDULPRAKTIKUM : SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
HEXAGONAL
HARI/TANGGAL : SABTU/ 23 MARET 2019
LOKASIPRAKTIKUM : LABORATORIUM ENERGI DAN
REKAYASA MINERAL
KELOMPOK : 3 (GANJIL)

IMAM FERDIANSYAH

F1D118018

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi tersusun dari berbagai jenis material pembentuknya sehingga menjadi
bentuk saat ini. Batuan merupakan material utama dari pembentuk bumi ini, karena
mantel bumi yang berkomposisi magma keluar kepermukaan, yang pada akhirnya
membeku dan membentuk batuan. Dimana batuan sendiri adalah kumpulan dari
satu atau lebih mineral yang berasal dari peluruhan magma yang membentuk satu
kesatuan berbentuk kristal-kristal. Sehingga untuk mempelajari ilmu batuan ini kita
perlu mempelajari tentang kristalografi. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-
bentuk dan gambaran bentuk dari susunan kristal, inilah yang disebut Kristalografi.
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga
mempunyai bentuk tertentu yang disebut bentuk kristal. Di alam kristal terbentuk
berdasarkan penyusun molekuler atom-atom, yang membentuk sebuah struktur dan
bentuk dari kristal tersebut. Sedangkan sistem kristal dapat diartikan sebagai
pengelompokan kristal yang memiliki bermacam macam bentuk ataupun jenis
untuk mempermudah dalam mengamati jenis-jenis kristal. Sitem kristal ini
dikelompokan menjadi 7 macam , yaitu isometrik , tetragonal, hexagonal, trigonal,
orthorombik , monoklin dan triklin. Dan pada praktikum ini, dilakukan praktikum
tentang sistem kristal isometrik. Pada praktikum ini struktu kristal yang akan
dipelajari adalah sistem kristal tetragonal dan hexagonal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum adalah untuk :
1. Mengenal bentuk dari sistem kristal Tetragonal dan Hexagonal.
2. Dapat Menggambarkan sistem kristal Tetragonal dan Hexagonal dengan
proyeksi orthogonal.
3. Dapat Menentukan pembagian kelas simetri dari sistem kristal Tetragonal
dan Hexagonal.
4. Mengetahui contoh mineral-mineral yang termasuk dalam sistem kristal
Tetragonal dan Hexagonal.
5. Dapat menentukan posisi sumbu dan bidang yang ada pada sistem kristal
Tetragonal dan Hexagonal.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 1


1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Alat tulis.
2. Jangka.
3. Busur.
4. Pensil Warna.
5. Spidol Warna.
6. Penggaris Panjang.
7. Penggaris Segitiga Siku-Siku dan Sama Kaki.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Maket sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal.
2. Lembar kerja sementara
1.4 Prosedur Kerja
A. Sistem Kristal Tetragonal
1. Disiapkan semua alat dan bahan praktikum termasuk lembar kerja
sementara.
2. Dilipatkan lembar kerja sementara secara vertical dan horizontal hingga
didapatkan titik tengah yang akan dijadikan sebagai titik pusat.
3. Diperpanjang sumbu utama dari yang perbandingan 1:3:6 dengan
mengalikan skala perbandingan menjadi 2 kali lipatnya, yaitu 2:6:12,
sehingga a=2cm, b=6cm dan c=12cm.
4. Dibuat sudut sebesar 30˚ antara sumbu a+ terhadap sumbu b-.
5. Dihubungkan titik-titik dari sumbu a, b dan sumbu c menjadi bentuk
persegi panjang sebagai bidang bagian tengah dari kristal.
6. Diulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 pada ujung sumbu c+ dan c- untuk
membuat bidang yang sama seperti bidang ditengah.
7. Ditarik garis dengan panjang 12 cm dari tiap ujung sumbu atau dari tiap
sudut sumbu c+ hingga kesumbu c-.
8. Diberi diagonal bidang pada bidang utama sesuai sudut dan sisi yang
berhadapan.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 2


9. Diberi warna sesuai dengan bidangnya masing-masing dan pewarnaan
berdasarkan garis sumbu yang telah dibentuk.
B. Sistem kristal Hexagonal
1. Disiapkan semua alat dan bahan praktikum termasuk lembar kerja
sementara.
2. Dilipatkan lembar kerja sementara secara vertikal dan horizontal hingga
didapatkan titik tengah yang akan dijadikan sebagai titik pusat.
3. Diperpanjang sumbu utama dari yang perbandingan 1:3:6 dengan
mengalikan skala perbandingan menjadi 2 kali lipatnya, yaitu 2:6:12,
sehingga a= mengikuti kesejajaran dari sumbu d, b=2cm, c=6cm dan
d=12cm.
4. Dibuat sudut sebesar 20˚ antara sumbu a+ terhadap sumbu b-.
5. Dibuat lagi sudut sebesar 40˚ antara sumbu d- terhadap sumbu b+.
6. Dihubungkan titik-titik dari sumbu a, badan sumbu d menjadi bentuk segi
enam sebagai bidang bagian tengah dari kristal.
7. Diulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 pada unjung sumbu c+ dan c- untuk
membuat bidang yang sama seperti bidang ditengah.
8. Ditarik garis dengan panjang 12 cm dari tiap ujung sumbu atau dari tiap
sudut sumbu c+ hingga kesumbu c-.
9. Dibagi dua bidang yang ada menjadi sama besar dengan membuat garis
tengah.
10. Diberi diagonal bidang pada bidang utama sesuai sudut yang berhadapan.
11. Diberi warna sesuai dengan bidangnya masing-masing dan pewarnaan
berdasarkan garissumbu yang telah dibentuk.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 3


BAB II
DASAR TEORI

Kristalografi dapat diartikan ilmu yang mempelajari mengenai sistem-sistem


kristal, geometri, perkembangan dan pertumbuhan, kenampakan luar dan struktur
dalam serta sifat fisik lainya. Wajah kristal yang lengkap merupakan suatu polieder,
dan selalu dibatasi oleh bidang datar yang disebut bidang-bidang kristal dengan
jumlah tertentu. Dari sudut pandang kristalografi sinar-x , kristal merupakan ruang
pola tiga dimensi kerapatan elektron (electron density). Berdasarkan yang diketahui
secara umum bahwasanya kristal merupakan suatu padatan dengan susunan atom
yang berulang secara tiga dimensi yang dapat difraksikan sinar X. Secara kondisi
ideal hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatanya
terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama tapi secara umum kebanyakan
kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari hari merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia
cairanya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan dan tekanan. Proses terbentuknya
struktur kristalin disebut kristalisasi. Sedangkan (Suminta, 2003).
Jumlah unsur simetri adalah notasi-notasi yang digunakan untuk menjelaskan
nilai-nilai yang ada dalam sebuah kristal, nilai sumbu-sumbunya, jumlah bidang
simetrinya, serta titik pusat dari kristal tersebut. Dengan menentukan nilai jumlah
unsur simetri, kita akan dapat mengetahui dimensi-dimensi yang ada dalam kristal
tersebut, yang selanjutnya akan menjadi patokan dalam penggambarannya. Unit sel
sendiri adalah dasar untuk titik kisi kisi . Titik- titiknya sesuai dengan sudut sudut
unit sel. Dengan pendekatan konsep unit dapat menjelaskan posisi posisi atom
dalam struktur kristal dan geometri dari bentuk bentuk kristalografi serta posisi
bidang kristal yang digambarkan dengan sistem koordinat tunggal (Michel, 1998).
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran
penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.sedangkan, jumlah
unsur simetri adalah notasi-notasi yang digunakan untuk menjelaskan nilai-nilai
yang ada dalam sebuah kristal, nilai sumbu-sumbunya, jumlah bidang
simetrinya, serta titik pusat dari kristal tersebut. Dengan menentukan nilai jumlah

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 4


unsur simetri, kita akan dapat mengetahui dimensi-dimensi yang ada dalam
kristal tersebut, yang selanjutnya akan menjadi patokan dalam penggambarannya
(Omang, 2013).
Berdasarkan yang telah diketahui, bahwasanya dasar pembagian sistem
kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, hal ini dikarenkan beberapa faktor-faktor
yang membuat sistem kristalografi dibagi atau dikelompokan dalam beberapa jenis
sistem kristal. Faktor tersebut antara lain, perbandingan panjang sumbu-sumbu
kristalografi, letak sumbu C atau sumbu vertikal.
Sumbu kristalografi ialah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristalmempunyai 3 bentuk dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau tinggi.
Tetapi dalam penggambarannya dibuat dimensi sehingga proyeksi orthogonal.
Sumbu yang tegak luruspada bidang kertas adalah sumbu a. Sumbu horizontal pada
bidang kertas adalah sumbu b.Sumbu yang vertikal pada bidang kertas adalah
sumbu c. Bidangsimetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang berada
tegak lurus terhadapsumbu c (Murdani, 2012).
sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling
tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan atau bisa dituliskan a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α
= β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β
dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).Sistem kristal Tetragonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan
nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan
nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ
= 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu bˉ.Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas yaitu Piramid, Bipiramid,
Bisfenoid, Trapezohedral, Ditetragonal Piramid, Skalenohedral dan Ditetragonal
Bipiramid.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 5


Gambar1.Sistem Kristal Tetragonal
(sumber: http://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?)
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah
Leucite, scapolite, rutil, autunite, pyrolusite.
sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai
3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Gambar2.Sistem Kristal Hexagonal


(sumber: http://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?)

Sistem ini dibagi menjadi 7 kelas simetri antara lain seperti Hexagonal
Piramid, Hexagonal Bipramid, Dihexagonal Piramid, Dihexagonal Bipiramid,
Trigonal Bipiramid, Ditrigonal Bipiramid, Hexagonal Trapezohedral.Beberapa
contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah hematite, calcite,
dolomite, quartz, corundum, apatite (Pellant, 1992).

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 6


3.2 Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan pada tanggal 23 maret 2019 ini, telah
dilakukan praktikum kristalografi yaitu sistem kristal tetragonal dan hexagonal.
Sistem kristal tetragonal ini hampir sama dengan sistem isometrik karena memiliki
3 sumbu utama yaitu a=b≠c, yang mana sumbu c bisa lebih panjang dari kedua
sumbu yaitu a dan b , atau juga bisa lebih pendek dari sumbu a dan b. Sedangkan,
sistem kristal hexagonal ini berbeda dengan 2 sistem kristal yang telah dibuat
sebelumnya, karena di sistem kristal hexagonal ini memiliki 4 sumbu utama, yaitu
a=b=d≠c. Dengan pembuatan nilai sumbu a diawal dibuat sumbu dengan nilai tak
hingga. Sistem kristal tetragonal ini memiliki perbandingan nilai sumbu 1:3:6 dan
pada praktikum ini diskalakan 2 kali lipat menjadi 2:6:12. Dengan sumbu a=2 cm,
sumbu b=6 cm dan sumbu c= 12 cm. Sedangkan pada sistem kristal hexagonal
digambarkan sumbu a=∞ (tak hingga) , sumbu b= 6 cm, sumbu c=12 cm dan sumbu
d= 2cm , yang artinya sama halnya dengan penggambaran sistem kristal tetragonal,
pada penggambaran sistem kristal hexagonal juga digunakan skala 2 kali dari skala
yang sebenarnya. Pada praktikum kali ini digunakan kelas simetri ditetragonal
bipiramid untuk sistem kristal tetragonal dan kelas simetri dihexagonal bipiramid
untuk sistem kristal hexagonal. Dan jumlah unsur simetrinya yaitu 𝐿4 4L 5PC untuk
sistem kristal tetragonal dan 𝐿6 6L 7PC.
Sistemkristal Tetragonal memiliki kelas simetri antara lain Dihexagonal
bipyramidal, tetragonal trapexohedral, ditetragonal pyramidal, tetragonal
scalenohedral, tetragonal bipyramidal, tetragonal pyramidal dan tetragonal
bisphenoidal. Sedangkan sistem kristal hexagonal dibagi menjadi 7 kelas simetri
antara lain seperti Hexagonal Piramid, Hexagonal Bipramid, Dihexagonal Piramid,
Dihexagonal Bipiramid, Trigonal Bipiramid, Ditrigonal Bipiramid, Hexagonal
Trapezohedral.Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah
rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite dan contoh mineral dengan sistem
kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.
Untuk menggambar sistem kristal isometrik ini disiapkan semua perlengkapan
antara lain Alat yang digunakan diantaranya berupa, alat tulis, jangka, busur, pensil
warna, spidol warna, penggaris panjang, serta penggaris siku-siku dan sama kaki.
LKS khusus untuk menggambar.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 7


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kristalografi sistem kristal tetragonal dan
hexagonal adalah sebagai berikut.
1. Sedangkansistem kristal tetragonal adalah salah satu dari 7 kelompok kisi
titik.Kristal tetragonal kisi hasil dari peregangan kisi kubik sepanjang salah
satu vektor kisi. Sedangkan, sistem kristal heksagonal adalah uniaksial,
yang berarti itu didasarkan pada satusumbu utama, dalam hal ini sumbu
rotasi enam kali lipat, yang unik untuk sumbulainnya.
2. Sistemkristal Tetragonal memiliki kelas simetri antara lain Dihexagonal
bipyramidal, tetragonal trapexohedral, ditetragonal pyramidal, tetragonal
scalenohedral, tetragonal bipyramidal, tetragonal pyramidal dan tetragonal
bisphenoidal. Sedangkan sistem kristal hexagonal dibagi menjadi 7 kelas
simetri antara lain seperti Hexagonal Piramid, Hexagonal Bipramid,
Dihexagonal Piramid, Dihexagonal Bipiramid, Trigonal Bipiramid,
Ditrigonal Bipiramid, Hexagonal Trapezohedral.
3. Contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite. Dan beberapa contoh mineral dengan sistem
kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite,
apatite.
4. Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ =
90˚.Sedangkansistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
4.2 Saran
Sebaiknya waktu dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dapat diperpanjang
waktunya agar praktikan dapat lebih memahami materi dan penjelasan mengenai
sistem kristal tetragonal dan hexagonal ini.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 8


DAFTAR PUSTAKA
Murdani. 2012. Penuntun kristalografi dan mineralogi. Kalimantan Tengah :
Universitas Palangkaraya
Michel,J. 1998 . Jurnal ilmiah.Vol.5. No.1. Hal:162-175
Omang,Shariff.A.K. 2013. Asas Kristalografi dan mineralogi. Malaysa : Universiti
Malaysia Sabah
Pellant, Chris. 1992.Rocks and Minerals. Dorling Kinderslay. London.
Suminta, Supandi.2003.Simulasi Pola Difraksi Sinar-X Berbagai Jenis Mineral
Zeolit Alamdengan Program Rietan.Jurnal zeolit Indonesia. Vol. 2 No.1 : 45-
54.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 9

Anda mungkin juga menyukai