Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN

MINERALOGI

PRAKTIKUMKE : 1 (SATU)
JUDULPRAKTIKUM : SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
HEXAGONALL
HARI/TANGGAL : KAMIS/ 2MARET2018
LOKASIPRAKTIKUM : LABORATORIUM LINGKUNGAN DAN
GEOKIMIA II
KELOMPOK : B (GENAP)

BAIHAQI NASUTION

F1D117028

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Di alam mineral di jumpaibermacam-macamdenganbentuk yang bervariasi,
terkadanghanyaterdiridarisebuahkristalataugugusankristal-kristaldalamrongga-
ronggaataupuncelahbatuan, tetapiumumnya mineral di
jumpaisebagaibutirankristal yang tumbuhbersamamembentukbatuan.Ada
beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai Kristal, diantaranya adalah padat,
tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan proses
fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang serta sudut inklimasi pada setiap kristal
tertentu. Meskipun istilah kristal memiliki makna yang sudah ditentukan dalam
ilmu material dan fisikazat padat, dalam kehidupan sehari-hari kristal merujuk
pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu. Berbagai bentuk
kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung
pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan
juga keadaan terciptanya kristal tersebut.Di alam jarang dijumpai mineral yang
berbentuk kristal ideal, kemungkinan dijumpa tidak dalam bentuk kristal akan
tetapi dinamakan kristal; sebab susunan atomnya teratur. Apabila gambaran
tersebut teratur dan simetris maka mineral tersebut berbentuk kristal, tetapi
apabila tidak demikian dikatakan bukan kristal. Mata kuliah mineralogi dan
kristalografi mempelajari tentang penjajaran mineral-mineral penyusun yang
terkandung dalam penelitian atau penerimaannya dengan mata telanjang, tanpa
menggunakan alat bantu seperti mikroskop polarisasi.

1.2 Tujuan
Adapuntujuandilakukanpraktikumadalahuntuk :
1. Mengenalbentukdarisistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal.
2. DapatMenggambarkansistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal
denganproyeksiOrthogonal.
3. Dapat Menentukanpembagiankelassimetridarisistem Kristal Hexagonal
dan tetragonal.
4. Mengetahuicontoh mineral-mineral yang termasukdalamsistem Kristal
Tetragonal dan Hexagonal.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 1


5. Dapatmenentukanposisisumbudanbidang yang adapadasistem Kristal
Tetragonal dan Hexagonal.
1.3 AlatdanBahan
a. Alat
Alat yang digunakandalampraktikum, antara lain:
1. Alattulis.
2. Jangka.
3. Busur.
4. PensilWarna.
5. SpidolWarna.
6. LembarKerjaSementara.
7. PenggarisPanjang.
8. PenggarisSegitigaSiku-SikudanSama Kaki.
b. Bahan
Bahan yang digunakandalampraktikum, antara lain:
1. Maketsistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal.

1.4 ProsedurKerja
a. Sistem kristal Hexagonal
1. Disiapkansemuaalatdanbahanpraktikumtermasuklembarkerjasementara
.
2. Dilipatkanlembarkerjasementarasecaravertikal dan horizontal
hinggadidapatkantitiktengah yang akandijadikansebagaititikpusat.
3. Diperpanjangsumbuutamadari yang perbandingan
1:3:6denganmengalikanskalaperbandinganmenjadi 2 kali lipatnya,
yaitu 2:6:12, sehingga a= mengikutikesejajarandarisumbu d, b=2cm,
c=6cm dand=12cm.
4. Dibuatsudutsebesar 20˚ antarasumbu a+ terhadapsumbu b-.
5. Dibuatlagisudutsebesar 40˚ antarasumbu d- terhadapsumbu b+.
6. Dihubungkantitik-titikdarisumbu a, bdansumbu
dmenjadibentuksegienamsebagaibidangbagiantengahdarikristal.
7. Diulangilangkah 3, 4, 5 dan 6 padaunjungsumbu c+ dan c-
untukmembuatbidang yang samasepertibidangditengah.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 2


8. Ditarikgaris dengan panjang 12 cm
daritiapujungsumbuataudaritiapsudutsumbu c+ hinggakesumbu c-.
9. Dibagiduabidang yang
adamenjadisamabesardenganmembuatgaristengah.
10. Diberidiagonal bidangpadabidangutamasesuaisudut yang berhadapan.
11. Diberiwarna sesuai dengan bidangnya masing-masingdan
pewarnaanberdasarkan garissumbu yang telah dibentuk.
b. Sistem kristal Tetragonal
1. Disiapkansemuaalatdanbahanpraktikumtermasuklembarkerjasementar
a.
2. Dilipatkanlembarkerjasementarasecaravertikal dan horizontal
hinggadidapatkantitiktengah yang akandijadikansebagaititikpusat.
3. Diperpanjangsumbuutamadari yang perbandingan 1:3:6
denganmengalikanskalaperbandinganmenjadi 2 kali lipatnya, yaitu
2:6:12, sehingga a=2cm, b=6cm dan c=12cm.
4. Dibuatsudutsebesar30˚ antarasumbu a+ terhadapsumbu b-.
5. Dihubungkantitik-titikdarisumbu a, b
dansumbucmenjadibentukpersegipanjangsebagaibidangbagiantengahd
arikristal.
6. Diulangilangkah 3, 4, 5 dan 6 padaunjungsumbu c+ dan c-
untukmembuatbidang yang samasepertibidangditengah.
7. Ditarikgaris dengan panjang 12 cm
daritiapujungsumbuataudaritiapsudutsumbu c+ hinggakesumbu c-.
8. Diberidiagonal bidangpadabidangutamasesuaisudutdansisi yang
berhadapan.
9. Diberiwarna sesuai dengan bidangnya masing-masingdan
pewarnaanberdasarkan garissumbu yang telah dibentuk.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 3


BAB II
DASAR TEORI

Kristal adalah zat padat homogen yang bersifat anisotrop dan tembus air
serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidang-bidang datar
ataupun polieder (bidang banyak) yang teratur. Bidang-bidang inilah yang disebut
sebagai bidang muka Kristal. Sudut antara bidang-bidang muka Kristal yang
saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu Kristal. Bidang muka itu baik
letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
Kristal. Dalam sebuah Kristal, sumbu Kristaldapat berupa garis bayangan yang
lurus yang menembus Kristal melalui pusat Kristal. Sumbu Kristal tersebut
mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter (Suminta. 2003).
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk
bilamana terjadi penurunan suatu energi potensial dari sistem ion atau molekul
yang akan dihasilkan dengan penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih
rendah. Kristalografi dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi yang
mempelajari bentuk luar kristal serta cara penggambarannya.Komposisi kimia
suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat-sifat mineral
atau kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral atau kristal tidak hanya
tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom
penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal atau mineral.Kristal
tunggal juga disebut sebagai monokristalin, yaitu suatu padatan kristal yang
mempunyai kisi kristal yang susunannya teratur secara kontinyu dan kisi-kisi
kristal yang membentuk bingkai tersebut tidak rusak atau tetap strukturnya.
Kristaltunggal adalah suatu padatan yang atom-atom dalam molekul-
molekulnya diatur dalam keterulangan dimana sebagian padatan kristal tersusun
dari jutaan kristal tunggal yang disebut dengangrain. Dalam proses pembentukan
struktur kristal tersebut, dalam ilmu kristalografi dijelaskan dengan dua jalan
antara lain hcp (hexagonal close-packed) dimana kristal terbentuk dengan urutan
atom ABABAB dan seterusnya serta urutan pembentukan kristal lainnya adalah
ccp (cubic close-packed) dimana urutan atom pembentuknya adalah ABCABC
dan seterusnya (Barmawi. 2012).

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 4


Kristalografi sangatlah penting dalam bidang geologi, terutama kita
sebagai ahli tambang harus mengenal ilmu geologi sekaligus mendalaminya dengan
mempelajari kristalografi. Dalam kristalografi kita dapat mengetahui kristal-
kristal mana yang memiliki tingkat kekerasan tertentu. Dengan mempelajari ilmu
kristalografi, kita juga dapat mengetahui dimana sebaran-sebaran kristal tertentu
yang ingin kita ambil (Barmawi. 2012).
Sama dengan sistem Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.Sistem tetragonal
dibagi menjadi 7 kelas yaitu Piramid, Bipiramid, Bisfenoid, Trapezohedral,
Ditetragonal Piramid, Skalenohedral dan Ditetragonal Bipiramid.

Gambar1.Sistem Kristal Tetragonal


(sumber: http://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?)

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 5


Sistemkristal Tetragonal memilikikelassimetriantara lain
Dihexagonalbipyramidal, tetragonatrapexohedral, ditetragonal pyramidal,
tetragonal scalenohedral, tetragonal bipyramidal, tetragonal pyramidal dan
tetragonal bisphenoidal.Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal
ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris.
1992).
Sistem Kristal Hexagonal merupakanSistem yang mempunyai 4 sumbu
kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b,
dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b,
dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem
kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ
= 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk
sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Gambar1.Sistem Kristal Hexagonal


(sumber: http://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?)

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 6


Sistem ini dibagi menjadi 7 kelas simetri antara lain seperti Hexagonal
Piramid, Hexagonal Bipramid, Dihexagonal Piramid, Dihexagonal Bipiramid,
Trigonal Bipiramid, Ditrigonal Bipiramid, Hexagonal Trapezohedral.Beberapa
contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite (Mondadori, Arlondo. 1977).
Pada proyeksi orthogonal benda ditampilkan secara dua dimensi dengan
beberapa pandangan. Oleh karena itu proyeksi ortogonal sering disebut juga
sebagai proyeksi pandangan jamak (multiview projection). Jadi proyeksi
orthogonal adalah proyeksi dua dimensi yang digunakan sebagai gambar kerja
atau gambar desain, karena proyeksi ini didapatkan dengan cara memproyeksikan
setiap sisi benda atau objek gambar dari arah tegak lurus bidang yang
diproyeksikan, sehingga menghasilkan bentuk dan ukuran yang sama persis
dengan aslinya.Oleh karena itu diambil beberapa bidang proyeksi. Biasanya
diambil tiga bidang tegak lurus, dan dapat ditambah dengan bidang bantu dimana
diperlukan.Bendanya diproyeksikan secara orthogonal pada tiap-tiap bidang
proyeksi untuk memperlihatkan benda tersebut pada bidang- bidang dua dimensi.
Gambar proyeksi orthogonal memberikan informasi yang tepat dan lengkap
mengenai bentuk dan ukuran suatu benda, karena cara ini dapat menampilkan
gambar hasil pandangan dari beberapa arah yaitu: depan, belakang, atas, bawah,
kiri, dan kanan. Dengan menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut
dapatlah diperoleh gambaran jelas dari benda yang dimaksud(Warmada. 2014).

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 7


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistemkristal hexagonal adalah uniaksial, yang berarti itu didasarkan pada
satusumbu utama, dalam hal ini sumbu rotasi enam kali lipat, yang unik untuk
sumbu lainnya. Sistem hexagonal adalah analog dengan sistem tetragonal. Sistem
hexagonal mengandung kelas yang mencerminkan kelas sistem tetragonal dengan
perbedaan yang jelas menjadi sumbu lipatan enam bukannya sumbu lipat empat.
Sistem Kristal Hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuhbuah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama
dengan bentukdasar dari hexagonal. Sistem kristal ini mencakup semua kristal
yang mempunyaiempat buah sumbu. Tiga di antaranya sama panjang dan terletak
di bidanghorizontal serta perpotongan antara masing-masing sumbu membentuk
sudut60˚. Mereka dinamai sumbu lateral dan diberi tanda huruf a dan dapat
salingditukar-tukar. Sumbu keempat tegak lurus terhadap bidang yang terbentuk
darisumbu lateral dan disebut dengan sumbu c, panjang nya bisa lebih panjang
ataulebih pendek dari sumbu lateral.
Sistem ini dibagi menjadi 7 kelas simetri antara lain seperti Hexagonal
Piramid, Hexagonal Bipramid, Dihexagonal Piramid, Dihexagonal Bipiramid,
Trigonal Bipiramid, Ditrigonal Bipiramid, Hexagonal Trapezohedral. Beberapa
contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite.
Padapraktikuminikelassimetri yang digunakanpada system Kristal
hexagonal adalahkelasdihexagonalbipyramidal, denganketentuan Herman
mauginyaitu 6/m, 2/m, 2/m, danketentuanSchoenflish Dh.Penentuan Herman
maugin ditentukan dengan Bagian pertama menerangkan nilai sumbu c (mungkin
6 ,6, 3, 3) dan ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c,
Bagian ini dinotasikan dengan6 ,6 ,6 ,3 ,3. Bagian kedua menerangkan nilai
sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak
lurus, Bagian ini dinotasikan dengan 2/m, 2, m atau tidak ada. Bagian ketiga
menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 8


simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut, Bagian ketiga
dinotasikan dengan 2/m , 2 , m atau tidak ada.
Sedangkan Menurut Schoenflish penentuannya dengan Bagian petama
Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu
a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan Jika sumbu tersebut bernilai
2 di notasikan dengan D (Diedrish), Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan
dengan C (Cyklich). Bagian kedua menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini
di tuliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi D atau C, Contoh D2, C2, D3,
C3 dan sebagainya. Bagian ketiga menerangkan kandungan bidang simetrinya,
Jika memiliki bidang simetri horisontal (h),bidang simetri vertikal (v), bidang
simetri diagonal (d), dinotasikan dengan h.Jika memiliki bidang simetri horisontal
(h), bidang simetri vertikal (v), dinotasikan dengan h.Jika memiliki bidang simetri
diagonal(d), bidang simetri vertikal (v), dinotasikan dengan v. Jika memiliki
bidang simetri diagonal (d) dinotasikan dengan d.
Dalam kristalografi, sistem kristal tetragonal adalah salah satu dari 7
kelompok kisi titik.Kristal tetragonal kisi hasil dari peregangan kisi kubik
sepanjang salah satu vektor kisi,sehingga menjadi kubus prisma empat persegi
panjang dengan dasar persegi (dengan a) dantinggi (c, yang berbeda dari). Ada
dua tetragonal kisi Bravais yaitu Tetragonal Sederhana (dari peregangan kisi
sederhana-kubik) dan Tetragonal Berpusat (dari peregangan baik wajah-berpusat
atau berpusat badan kisi kubik).
Padapraktikuminikelassimetri yang digunakanpadasistem Kristal
tetragonal adalahkelasditetragonalbipyramidal, denganketentuan Herman
mauginyaitu 4/m, 2/m, 2/m, danketentuanSchoenflish Dh Menurut Herman
Mauguin Bagian pertama menerangkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau
tidak bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c. Bagian
4
ini dinotasikan dengan , , 4.Bagian Kedua menerangkan ada tidaknya sumbu
𝑚 4

lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral
2
tersebut.Bagian ini dinotasikan dengan , 2, 2 atau tidak ada.Bagian Ketiga
𝑚

menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 9


simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut.Bagian ketiga
dinotasikan dengan : 2, 2, 𝑚 , atau tidak ada.
Sedangkan menurut Schoenflish penentuannya dengan bagian petama
menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu
a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan jika sumbu tersebut bernilai
2 di notasikan dengan D (Diedrish), jika sumbu tersebut tidak bernilai
dinotasikan dengan C (Cyklich). Bagian kedua menerangkan nilai sumbu c. Nilai
sumbu c ini di tuliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi D atau C, Contoh
D2, C2, D3, C3 dan sebagainya. Bagian ketiga menerangkan kandungan bidang
simetrinya, Jika memiliki bidang simetri horisontal(h),bidang simetri vertikal (v),
bidang simetri diagonal (d), dinotasikan dengan h.Jika memiliki Bidang simetri
horisontal(h), bidang simetri vertikal (v), dinotasikan dengan h.Jika memiliki
Bidang simetri diagonal(d), bidang simetri vertikal (v), dinotasikan dengan v. Jika
memiliki bidang simetri diagonal (d) dinotasikan dengan d.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 10


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Sistemkristal heksagonal adalah uniaksial, yang berarti itu didasarkan pada
satusumbu utama, dalam hal ini sumbu rotasi enam kali lipat, yang unik
untuk sumbulainnya. Sedangkansistem kristal tetragonal adalah salah satu
dari 7 kelompok kisi titik.Kristal tetragonal kisi hasil dari peregangan kisi
kubik sepanjang salah satu vektor kisi.
2. Dalampenggambaran menggunakanproyeksi orthogonal.
3. Sistemkristal Tetragonal memilikikelassimetriantara lain
Dihexagonalbipyramidal, tetragonatrapexohedral, ditetragonal pyramidal,
tetragonal scalenohedral, tetragonal bipyramidal, tetragonal pyramidal dan
tetragonal bisphenoidal. Sedangkansistem kristal hexagonal dibagi
menjadi 7 kelas simetri antara lain seperti Hexagonal Piramid, Hexagonal
Bipramid, Dihexagonal Piramid, Dihexagonal Bipiramid, Trigonal
Bipiramid, Ditrigonal Bipiramid, Hexagonal Trapezohedral.
4. Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah
quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.Sedangkanbeberapa
contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite.
5. Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ =
90˚.Sedangkansistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu
b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚.
4.2 Saran

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 11


Sebaiknyawaktudalampelaksanaankegiatanpraktikumdapatdiperpanjangag
arpraktikandapatlebihmemahamimateridanpenjelasanmengenai sistem kristal.

DAFTAR PUSTAKA

Barmawi, Desi. 2012. KristalografidanMineralogi. JurnalIlmiah MTG. Vol 5. No


1 : 1-10
Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks andMinerals. Milan :
Simons & Schuster’s Inc.
Pellant, chris: 1992.Rocks and Minerals. Dorling Kinderslay. London.
Suminta, Supandi.2003.Simulasi Pola Difraksi Sinar-X Berbagai Jenis Mineral
Zeolit Alamdengan Program Rietan.Jurnal zeolit Indonesia. Vol. 2 No.1 :
45-54.
Warmada.I.W. 2004. Agromineralogi. FakultasteknikUGM.Yogyakarta.

Sistem Kristal Tetragonal dan Hexagonal 12

Anda mungkin juga menyukai