SEISMOLOGI MIGAS
MODUL KE-07
OLEH :
ASISTEN :
TEKNOLOGI SUMATERA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.2.Tujuan.................................................................................................................................. 1
4.1.Hasil ................................................................................................................................. 11
4.2.Pembahasan ...................................................................................................................... 14
.
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Dapat emmbuat penampang time depth conversion di HRS.
Dapat membuat peta time depth conversion pada PETREL.
BAB II TEORI
DASAR
`
Gambar 1. Hubungan Gardner
Nilai a dan b dapat ditentukan dengan menggunakan regresi linier. Meskipun persamaan
diata adalah persamaan non-linier, kita dapat linearkan dengan bentuk logaritmik sehingga
hubungannya menjadi persamaan dibawah ini :
Persamaan Gardner ini sangat popular dalam eksplorasi minyak bumi karena dapat
memberikan informasi tentang litologi dari kecepatan interval yang diperoleh dari data
seismik.
Keunggulan dari Transformasi Gardner ini adalah meskipun bacaannya sensitive terhadap
lubang bor, namun dapat menggambarkan adanya anomali hidrokarbon yang tidak ada
pada Transformasi Faust.
Konversi data seismik ataupun peta struktur dari domain waktu menjadi domain kedalaman
merupakan hal yang sangat penting didalam dunia eksplorasi migas. Pengambilan
keputusan untuk program pengeboran didalam domain waktu merupakan hal yang sangat
membahayakan. Karena, seringkali interpretasi didalam domain waktu akan menghasilkan
penafsiran yang menyesatkan terutama pada zona di bawah kecepatan tinggi seperti sub- salt
taupun sub-carbonate. Dibawah zona ini, akan diperoleh pull up velocity anomaly atau
antiklin semu padahal pada keadaan sesungguhnya hanyalah datar-datar saja atau bahkan
sinklin, seperti yang terlihat pada sketsa dibawah ini :
Gambar 3. Apparent Structure dan True Structure
Sebaliknya, pada zona dibawah kecepatan rendah seperti water bottom dengan kemiringan
yang tajam atau fluktuatif (canyon), loose material overburden atau rapid sedimentation,
dibawah detached listric normal faults dan shale diapir akan diperoleh push down velocity
anomaly atau sinklin semu, padahal pada keadaan sesungguhnya adalah antiklin.
Disamping itu, interpretasi struktur pada domain kedalaman akan sangat mempengaruhi
keputusan serta perencanaan eksplorasi. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh peta
struktur dalam domain waktu dan domain kedalaman.
Gambar 4. Time Structure Map
Dalam praktiknya, terdapat beberapa metode yang dilakukan untuk melakukan konversi
waktu ke kedalaman, diantaranya dengan menggunakan Time Depth Curve. Kurva
dibangun dari data sonic, check-shot, VSP, dll. Disamping Time Depth Curve, digunakan
juga hubungan well tops-time, migration velocity, kecepatan dari PSTM (Pre-Stack
Migration), kecepatan dari PSDM (Pre-Stack Depth Migration), velocity tomography,
horizon keyed velocity analysis (HVA) baik dari PSTM ataupun PSDM.
Pemilihan metode-metode diatas didasarkan pada keperluan serta asumsi yang digunakan.
Sebagai contoh, time depth curve adalah metode yang paing murah, cepat tetapi kurang
akurat, dan hanya cocok jika tidak ada variasi kecepatan secara lateral karena sesar, facies,
dll.
Untuk kasus lapisan-lapisan dibawahnya setelah lapisan pertama, kecepatan yang
digunakan tidak lagi kecepatan average, namun kecepatan interval.
Lalu klik File Data Manager Export Data Seismic Trace lalu akan muncul window
Export Trace, maka pada Trace Location isikan inline dan xline nya dengan yang sudah
dicatat dari basemap sebelumnya dan pada Output Format pilih Write to an ASCII text
file OK. Lakukan sampai titik sample inline dan xline yang terakhir.
Gabungkan file ASCII yang telah di export menjadi satu didalam Excel, save dalam
format .txt tanpa header.
Kembali ke HRS, buka penampang seismik.
Klik Process Utility Time to Depth Conversion maka akan muncul tampilan
Depth Conversion Menu. Isikan Output Volume File dengan nama file yang diinginkan
Next.
Lalu pilih Use Time-Velocity Table klik Open TV Table lalu akan muncul Time-
Velocity Entry Menu. Lalu akan muncul tampilan sebagai berikut
Isikan seperti gambar diatas, lalu klik import lalu akan muncul tampilan Time- Velocity
Read ASCII Menu lalu klik Open ASCII File, pilih file ASCII yang telah disimpan
sebelumnya Open pada ASCII Format, pilih Free Column Next OK.
Lalu isikan Domain Range pada Depth Conversion Menu dengan 0-7000 m Next
Next OK.
Lalu akan muncul tampilan Time Depth Conversion di HRS.
4.1. Hasil
4.1.1. Basemap (Titik Sample 3x5)
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
• Konversi kedalaman merupakan cara untuk menghilangkan ambiguitas struktural yang
melekat dalam domain waktu dan memastikan kondisi struktur yang ada.
• Kecepatan interval menetapkan kecepatan konstan untuk setiap lapisan dalam suatu sumur
yang diberikan. Menggunakan kecepatan rata-rata atau interval memberi peluang terhadap
variasi kecepatan spasial antara lokasi sumur
DAFTAR PUSTAKA