Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Deo Danes Else Rahayu 5017201002
2. Ahmad Faqih 5017201004
3. Tatang Prabowo 5017201038
4. Muh Mushollin Fahdian 5017201056
5. Ester Hotmaria 5017201062
DAFTAR ISI 1
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Geologi Regional 4
2.2 Well Seismic Tie 6
2.3 Picking Horizon 6
2.4 Time to Depth Conversion 7
2.5 Analisa Cross Plot 8
2.6 Inversi Impedansi Akustik 8
2.6.1 Model Based 8
2.6.2 Bandlimited 9
2.7 Atribut RMS Amplitudo 9
2.8 Atribut Variance 10
BAB III 11
METODOLOGI 11
3.1 Alat dan Bahan 11
3.2 Langkah Kerja Pengolahan 11
3.3 Diagram Alir 14
BAB IV 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
4.1 Peta Struktur Waktu 15
4.2 Peta Struktur Kedalaman 16
4.3 Analisis Sensitivitas 17
4.4 Analisis Inversi Impedansi Akustik 19
4.4.1 Model Based 19
4.4.2 Bandlimited 21
4.5 Peta Atribut RMS Amplitudo 22
4.6 Peta Atribut Variance 24
4.7 Interpretasi 25
BAB V 26
KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan sumber energi minyak dan gas bumi masih menjadi energi utama dalam
mendukung kegiatan manusia. Potensi sumber minyak dan gas masih terus dikembangkan guna
mencukupi kebutuhan pasar. Untuk itu kegiatan eksplorasi terus dikembangkan. Dalam
eksplorasi hidrokarbon yang menjadi perhatian utama dalam dunia eksplorasi adalah
menentukan keberadaan posisi zona reservoar yang berada di bawah lapisan permukaan bumi.
Seismik refleksi merupakan metode eksplorasi yang proporsional dalam mencari zona
hidrokarbon dikarenakan mampu memberikan resolusi tinggi untuk menggambarkan struktur
bawah permukaan.
Salah satu tahapan dalam eksplorasi seismik refleksi adalah interpretasi data seismik
yang mana melakukan sebuah pengkajian, evaluasi, dan pembahasaan data seismik dengan
pendekatan kondisi geologi bawah permukaan sebenarnya agar lebih mudah untuk dipahami.
Metode inversi impedansi akustik dan seismik atribut merupakan tahapan dalam interpretasi
data seismik untuk analisa reservoir untuk memperkuat resolusi data seismik sehingga dalam
melakukan interpretasi dapat lebih akurat. Inversi seismik merupakan suatu teknik untuk
membuat model geologi bawah permukaan dengan menggunakan data seismik sebagai input
dan data sumur sebagai kontrol, hasil akhir dari suatu proses inversi seismik adalah berupa data
impedansi akustik yang memiliki informasi lebih lengkap dibandingkan data seismik. Metode
inversi seismik impedansi akustik dapat membaca properti fisis dari data seismik karena dapat
membedakan karakter tiap lapisan litologi sehingga akan meningkatkan justifikasi saat
penentuan zona reservoir hidrokarbon. Perpaduan antara atribut dan inversi seismik merupakan
metode efektif dalam memberikan informasi geologi bawah permukaan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui korelasi antara peta struktur waktu dengan struktur kedalaman.
2. Mengetahui hasil analisis sensitivitas pada lapangan penelitian.
3. Mengetahui hasil dan perbandingan dari hasil inversi impedansi akustik model based
dengan bandlimited.
4. Memperkirakan zona patahan berdasarkan peta seismik dengan peta variance.
5. Mengetahui persebaran zona prospek hidrokarbon dari hasil Inversi dan Atribut
Seismik berdasarkan geologi regional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional
Cekungan Sumatra Tengah terletak di lima graben produktif (Bengkalis, Aman, Balam,
Tanjung Medan, dan Kiri/Rangau) dengan formasi stratigrafi yang serupa dengan asosiasi
proximal facies. Daerah ini terbentuk sepanjang tren struktural pra-Terier (utara-selatan dan
WNW-ESE) serta berasal sebagai half-graben pada rezim tegangan oblique extension.
Cekungan ini memiliki empat tahap sejarah pembentukan, yaitu:
a. Synrift Awal (Eosen Akhir hingga Oligosen): Formasi Pematang dan Kelesa. Terdiri
dari asosiasi fasies alluvial, lakustrin dangkal hingga dalam, dan fluvio-delta yang digambarkan
sebagai shale berlaminasi, silts, dan sands dengan coals serta interval konglomerat. Danau
dalam kaya akan lapisan organik yang mengandung material alga/amorf dengan pasir tipis
(Formasi Shale Coklat), danau dangkal terdiri dari lapisan shale abu-abu terang dengan batu
bara humik dapat dipastikan bahwa cadangan dari masa awal sinrift adalah campuran dari
danau dan daratan, terutama tipe I/II, memiliki empat klasifikasi oil family yang dibedakan
(Katz, 1995). Reservoir terbaik ditemukan dalam pasir fluvio-deltaik, di mana porositas dan
permeabilitasnya dapat mencapai 17% dan 100 mD.
b. Synrift Akhir - Postrift Awal (Oligosen Akhir hingga Miosen Awal): Sequence ini
setara dengan sebagian besar Grup Sihapas, mencakup beberapa fasies paralik yang mencatat
transgresi bertahap: Formasi Menggala masih fluvial, tetapi ditindih oleh fasies shallow marine
sandy (Formasi Bekasap) dan berlempung (Formasi Bangko), yang terakhir membentuk
regional seal. Formasi Bekasap dan Formasi Menggala mengandung reservoir cekungan
terbaik, dengan porositas 25% dan permeabilitas hingga empat Darcy.
c. Postrift Awal (Miosen Awal hingga Miosen Tengah): Hal ini termasuk fasies laut distal
dari Grup Sihapas, yang mencatat tahap terakhir transgresi (Formasi Duri delta front sands dan
shales). Diikuti oleh periode banjir Tersier maksimum (Formasi Telisa shale dan silt).
d. Postrift Akhir (Miosen Tengah hingga Kuarter): Tahapan ini merepresentasikan
pengisian sedimen Tersier Akhir dari cekungan, dan mencakum sedimen deltaik dan aluvial
regresif yang diselingi oleh unconfomities. Hanya bagian terdalam (Formasi Petani dengan
marine shales, sands, dan batu bara) yang memiliki signifikansi sebagai tempat akmulasi
minyak bumi.
2.6.2 Bandlimited
Inversi bandlimited atau rekursif merupakan inversi yang mengabaikan efek wavelet
seismik dan memperlakukan seolah-olah trace seismik merupakan kumpulan koefisien refleksi
yang telah di filter oleh wavelet berfasa nol. Metode ini merupakan metode paling sederhana
dari semua macam metode inversi seismik (Simanjuntak, 2014). Dalam arti lain, nilai
impedansi satu lapisan dengan lapisan lain memiliki hubungan yang sangat bergantung.
Kelemahan dari metode inversi bandlimited, yaitu: (1) nilai impedansi lapisan yang paling atas
harus ditemukan atau diasumsikan terlebih dahulu, (2) frekuensi data masih sama dengan
frekuensi input awal, tidak adanya data frekuensi rendah membuat hasil inversi ini sama saja
dengan forward modelling, dan (3) antar nilai impedansi yang ditemukan sangat saling
bergantung tanpa adanya pengkoreksi, kesalahan dari lapisan atas akan terus terbawa hingga
lapisan berikutnya (Arifien, 2010).
Dengan N adalah jumlah amplitudo pada jangkauan tertentu dan r adalah nilai dari amplitudo
(Hadji et al., 2006).
Dimana :
S = variance attribute
N = jumlah sampel data dari jendela atribut
Xi = besarnya sampel
(Waluyo, 2006)
Atribut variance menginterpretasikan variasi vertikal pada impedansi akustik. Atribut
ini membandingkan jejak samping satu sama lain pada setiap posisi sampel. Jika terdapat
perbedaan, hal tersebut dapat terjadi karena adanya noise. Penggunaan atribut diasosiasikan
dengan structural smooth atribut untuk mengurangi noise.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Data yang digunakan pada praktikum pengolahan ini berupa data sekunder dari wilayah
Cekungan Sumatera Tengah, sehingga dalam proses pengolahan dibutuhkan alat dan bahan
sebagai berikut:
1. Data Seismik (data_seismik.sgy)
2. Data well (terdiri dari 2 data well yaitu Well_01 dan Well_2)
3. Data Checkshot (terdiri dari 2 data checkshot yaitu Checkshot_Well_01 dan
Checkshot_Well_02)
4. Software Petrel 2018
5. Software Hampson Russell (HRS)
6. Software Microsoft Excel
Pada proses picking horizon, didapatkan output berupa Time Structure Map yang dapat
dilihat pada gambar 4.1, Well 1 dan Well 2 terletak di tengah peta yang ditunjukkan dengan
titik merah. Warna kuning-merah menunjukkan elevasi waktu yang lebih tinggi, sedangkan
biru muda-hijau menunjukkan elevasi waktu yang lebih rendah. Berdasarkan gambar tersebut,
daerah yang menunjukkan ketinggian berada di Utara, sedangkan yang menunjukan daerah
lebih rendah berada di Tenggara dan Barat Daya. Di Selatan, menunjukkan daerah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah Tenggara dan Barat Daya. Hal ini dapat diinterpretasikan
sebagai struktur antiklin dengan arah Selatan ke Utara. Struktur antiklin berpotensi sebagai
penjebak hidrokarbon. Sehingga dapat dikatakan bahwa jebakan hidrokarbon di daerah ini
adalah jebakan dengan tipe struktural.
4.2 Peta Struktur Kedalaman
Peta kedalaman pada gambar 4.2 adalah dengan menggunakan metode velocity
modelling. Velocity model adalah model yang menjelaskan kecepatan rambat gelombang
seismik di dalam lapisan bumi yang digunakan untuk memperkirakan kedalaman sebenarnya
dari fitur geologi di bawah permukaan. Velocity yang digunakan adalah velocity dari data
checkshot. Velocity model dari data checkshot akan mengkalkulasi time structure map
sehingga akan menjadi depth structure map. Model digambarkan dengan kecepatan (V) dengan
persamaan yang digunakan adalah:
V = V0 + K (Z-Z0)
Kemudian pada peta struktur kedalaman dilakukan koreksi penyamaan kedalaman oleh marker
sumur yang telah dilakukan picking horizon pada proses sebelumnya. Dimana pada Well 1, top
marker berada pada kedalaman 1243 m dan pada Well 2 berada pada kedalaman 1243 m.
Hasil peta kedalaman sudah sesuai dengan kedalaman top marker pada Well 1 dan Well
2. Hal ini ditandai dengan warna hijau tosca yang memiliki kedalaman 1220-1260 m. Peta
kedalaman menggunakan metode velocity modelling memiliki akurasi baik dalam menentukan
kondisi kedalaman Well 1 dan Well 2.
Analisa cross plot berikutnya antara log impedansi akustik, NPHI, dan gamma ray
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4. Hasil cross plot berbentuk linier sehingga apabila
nilai impedansi akustik tinggi, maka NPHI rendah. Terdapat tiga zona yang teridentifikasi,
yaitu sand (kuning), shaly sand (hijau), dan shale (biru). Zona shaly sand memiliki impedansi
akustik yang rendah sekitar (2000-6000 m/s*g/cc), densitas NPHI tinggi sekitar (40-60 %), dan
gamma ray transisi rendah ke tinggi sekitar (75-120 API). Zona sand memiliki impedansi
akustik sedang sekitar (6000-9000 m/s*g/cc), NPHI rendah sekitar (10-30 %), gamma ray
rendah sekitar (45-75 API). Serta zona shale memiliki impedansi akustik sedang sekitar (5000-
9000 m/s*g/cc), NPHI sedang sekitar (20-50 %), dan gamma ray tertinggi sekitar (120-150
API).
Gambar 4.4 Crossplot P-Impedance vs NPHI
Analisa cross plot terakhir antara log impedansi akustik, depth-time, dan gamma ray
pada gambar 4.5. Terdapat tiga zona yang teridentifikasi, yaitu sand (kuning), shaly sand
(hijau), dan shale (biru). Zona shaly sand memiliki impedansi akustik yang rendah sekitar
(2000-6000 m/s*g/cc), depth-time rendah sekitar (300-900 ms), dan gamma ray transisi rendah
ke tinggi sekitar (75-120 API). Zona sand memiliki impedansi akustik sedang sekitar (6000-
9000 m/s*g/cc), depth-time sedang sekitar (900-1250 ms), gamma ray rendah sekitar (45-75
API). Serta zona shale memiliki impedansi akustik sedang sekitar (5000-9000 m/s*g/cc),
depth-time tinggi sekitar (1100-1280 ms), dan gamma ray tertinggi sekitar (120-150 API).
Inversi impedansi akustik model based dilakukan setelah mendapatkan inisial model
terbaik. Gambar 4.6 adalah inisial model yang digunakan dalam proses inversi ini. Parameter
yang digunakan dalam pembuatan model awal adalah high cut frequency 10/15 Hz. Penentuan
frekuensi ini dimaksudkan untuk menghilangkan frekuensi tinggi yang lebih dari skala 10-15
Hz, sehingga model awal dapat menggambarkan nilai impedansi akustik secara umum pada
Lapangan Cekungan Sumatera Tengah. Dapat dilihat dari inisial model, lapisan Horizon_3
hingga Horizon_5_1 belum dapat tergambarkan dengan jelas pemisah antar tiap-tiap horizon
olehi warna dari impedansi akustik.
Gambar 4.7 Parameter Pra-Inversi dengan Soft Constraint Well 1 dan Well 2
Pada gambar 4.7 adalah hasil analisis parameter sebelum inversi metode model based
pada Well 1 dan Well 2. Kurva merah menunjukkan nilai impedansi hasil inversi. Kurva biru
merupakan impedansi pada data log. Kurva hitam adalah impedansi pada inisial model.
Semakin berhimpit antar kurva, maka nilai impedansi hasil inversi memiliki nilai yang sama
dengan impedansi pada sumur dan inisial model. Well 1 memiliki nilai error terkecil yaitu
0.167444 dan korelasi sebesar 0.992491, sedangkan Well 2 memiliki error 0.366463 dan
korelasi sebesar 0.953387.
Respon parameter yang dihasilkan dari proses inversi ini dapat menunjukkan bahwa
inversi impedansi akustik kurang efektif untuk menggambarkan nilai impedansi akustik pada
Lapangan Cekungan Sumatera Tengah. Hal ini terjadi karena pada kurva log yang diinversi
dengan log asli impedansi akustik, tidak terdapat perubahan yang signifikan atau sensitif
terhadap perubahan litologi dari Horizon _3 hingga Horizon _5_1. Hal ini dapat terjadi karena
pengaruh zona reservoir masih bercampur antara sand dan shale, serta jarak antar horizon yang
dangkal dapat berpengaruh karena dapat dimungkinkan masih dalam satu litologi yang sama.
Gambar 4.8 adalah hasil inversi impedansi akustik model based dengan impedansi
akustik dari sumur sebagai pengontrol. Dari hasil tersebut, secara kualitatif masih terdapat
ketidak sesuaian warna antara hasil inversi dengan Well 1 seperti yang ditunjukkan pada kotak
merah. Nilai impedansi Horizon_3 hingga Horizon_5_1 adalah berkisar antara 6600-9600
m/s*g/cc ditandai dengan warna biru muda-ungu. Nilai tersebut masih sesuai dengan nilai pada
analisa cross plot. Zona hidrokarbon dicirikan dengan nilai impedansi akustik dan densitas
yang rendah seperti pada garis berwarna hitam. Zona tersebut memiliki warna kuning-orange
dengan impedansi berkisar antara 4700-6200 m/s*g/cc. Kecepatan gelombang yang melewati
batuan dengan porositas tertentu akan melambat, sehingga densitas rendah akan berpengaruh
dan memberikan nilai impedansi akustik yang rendah. Begitu pula sebaliknya, nilai densitas
tinggi akan memberikan nilai impedansi akustik yang tinggi.
4.4.2 Bandlimited
Inversi Bandlimited adalah inversi dengan mengabaikan efek wavelet seismik dan
memperlakukan seolah-olah trace seismik merupakan kumpulan koefisien refleksi yang telah
di filter oleh wavelet berfasa nol. Untuk membuat model impedansi akustik, high cut filter yang
digunakan adalah 10 Hz. Hal ini dimaksudkan untuk menerapkan low-pass filter yang memiliki
dua tujuan. Tujuan pertama adalah, membuat trend dari low impedance frekuensi yang
diperlukan untuk merecovery low frekuensi yang hilang saat proses stacking data seismik.
Kedua adalah nilai frekuensi impedance di atas 10 Hz sudah diperoleh dari data seismik. Oleh
karena itu, frekuensi tersebut harus dihilangkan pada data well log saat membuat model
impedance. Berikut ini adalah hasil dari inversi bandlimited dengan Well 1 sebagai
pengontrolnya dan digunakan Horizon_3 hingga Horizon_5_1.
Hasil inversi bandlimited seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.9. Jika diamati secara
kualitatif, masih terdapat perbedaan antara hasil inversi dengan control well (Well 1) yang
ditandai dengan kotak merah. Nilai impedansi Horizon_3 hingga Horizon_5_1 adalah berkisar
antara 6600-9600 m/s*g/cc ditandai dengan warna biru muda-ungu yang masih berkorelasi
dengan nilai pada analisa cross plot. Pada zona hidrokarbon, wana hasil inversinya adalah
merah-orange dengan nilai impedansi berkisar 5100-6200 m/s*g/cc (kotak hitam).
Perbandingan inversi model based dan bandlimited adalah berada pada hasil inversinya.
Hasil inversi pada model based secara kualitatif menunjukkan banyak perbedaan dengan
control wellnya (Well 1). Kemudian dari hasil inversinya juga, model based memberikan
kontras impedansi akustik yang lebih banyak daripada bandlimited pada Horizon_3 hingga
Horizon_5_1. Sehingga, reservoir yang terdapat pada metode model based memiliki nilai
impedansi akustik yang lebih rendah dibandingkan dengan metode bandlimited. Berikut ini
adalah komparasi kedua metode seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.10
Jika dibandingkan dengan penampang seismik inline seperti pada gambar 4.13, atribut
variance berkorelasi dengan patahan ditandai dengan kotak merah dan hijau.
4.7 Interpretasi
Interpretasi dengan mengintegrasikan peta struktur waktu, hasil inversi, dan RMS
Amplitudo, peta-peta tersebut saling berkorelasi satu sama lain. Dapat dilihat pada peta bahwa
daerah rendahan yang berada pada peta waktu di daerah Selatan (warna kuning sampai dengan
merah) tidak memiliki potensi hidrokarbon yang ditunjukkan dengan nilai RMS Amplitudo
rendah (warna ungu). Daerah tinggian yang berada pada Utara peta struktur waktu
menunjukkan sedikit persebaran hidrokarbon. Sedangkan pada daerah sekitar well yaitu Timur
ke Barat, terdapat potensi hidrokarbon yang tinggi dengan ditandai RMS Amplitudo tinggi
(warna kuning sampai merah). Hasil inversi di kedalaman 1100-1300 ms yang menunjukkan
Group Sihapas berada pada perbatasan Formasi Bangko dan Bekasap. Formasi Bangko terdiri
dari litologi serpih karbonatan dengan sisipan batupasir dan sedikit gamping. Formasi Bekasap
terdiri dari litologi batupasir berbutir sedang hingga kasar dan sedikit serpih. Hidrokarbon
terjebak di sisipan pasir pada Formasi Bangko dan di litologi batupasir pada Formasi Bekasap.
Hasil inversi memberikan informasi bahwa hidrokarbon ditunjukkan dengan nilai P-impedance
rendah (kuning hingga merah) berkisar antara 4700-6200 m/s*g/cc pada inversi model based
dan 5100-6200 m/s*g/cc pada bandlimited. Nilai tersebut sesuai dengan analisa sensitivitas
crossplot. Selanjutnya adalah menentukan patahan pada lapangan penelitian seperti yang
digambarkan pada gambar 4.12. Terdapat dua patahan besar dari hasil peta atribut variance
yang kemudian diasosiasikan dengan penampang inline seismik.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Time Structure Map dan Depth Structure Map memiliki korelasi yang sama yaitu
digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan domain waktu
atau kedalaman. Sehingga keduanya dapat mengetahui adanya struktur antiklin
sebagai identifikasi jebakan hidrokarbon dan kesesuaian kedalaman antara top
marker dengan Well 1 dan Well 2.
2. Hasil persebaran antara log impedansi akustik, depth-time, dan gamma ray,
diketahui bahwa cross plot impedansi akustik tidak terlalu sensitif terhadap
perubahan nilai densitas dan NPHI. Respon Parameter tersebut menunjukkan bahwa
inversi impedansi akustik kurang efektif untuk menggambarkan nilai impedansi
akustik pada Lapangan Cekungan Sumatera Tengah.
3. Hasil Inversi Model Based dapat diidentifikasi adanya zona hidrokarbon dengan
nilai impedansi berkisar antara 4700-6200 m/s*g/cc. Sedangkan pada hasil Inversi
Bandlimited dapat diidentifikasi adanya zona hidrokarbon nilai impedansi berkisar
5100-6200 m/s*g/cc. Sehingga perbandingan dari kedua metode tersebut terlihat
pada hasil model based yang secara kualitatif menunjukkan banyak perbedaan
dengan control wellnya (Well 1). Selain itu juga model based juga memiliki kontras
impedansi akustik yang lebih banyak daripada bandlimited pada Horizon_3 hingga
Horizon_5_1.
4. Hasil atribut variance terlihat adanya dua patahan besar dan jika dibandingkan
dengan penampang seismik inline, keduanya berkorelasi satu sama lain.
5. Hasil Peta Atribut RMS Amplitudo terlihat dari kontras warna di sekitar Well 1 dan
Well 2 dengan nilai amplitudo yang tinggi berkisar antara 3.75-5 dengan sebaran
dari arah Timur-Barat, diinterpretasikan sebagai litologi pasir yang terisi fluida
hidrokarbon atau biasa disebut sebagai brightspot. Sehingga jika ditinjau dari
geologi regional, hidrokarbon terjebak di sisipan pasir pada Formasi Bangko dan di
litologi batupasir pada Formasi Bekasap. Hasil tersebut diperkuat berdasarkan hasil
inversi dan hasil analisa sensitivitas crossplot.
DAFTAR PUSTAKA
AGFA, C. I., (2018). APLIKASI METODE INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN
SEISMIK MULTIATRIBUT UNTUK KARAKTERISASI ZONA RESERVOIR
HIDROKARBON PADA LAPANGAN “CVN” - CEKUNGAN SUMATERA
TENGAH. Surabaya: DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA ITS.
Alawy, H. (2020). PENERAPAN INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE DAN ATRIBUT
SEISMIK UNTUK MEMPREDIKSI PENYEBARAN RESERVOAR BATUPASIR
KONGLOMERATAN PADA FORMASI TALANGAKAR BAWAH DI LAPANGAN
TABAH, SUB-CEKUNGAN JAMBI, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN (Doctoral
dissertation, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta).
Alifudin, R. F. (2016). Karakterisasi Reservoir Karbonat Dengan Aplikasi Seismik Atribut Dan
Inversi Seismik Impedansi Akustik Pada Lapangan “Rf”, Job Pertamina Petrochina
East Java.
Alifudin, R. F., Lestari, W., Syaifuddin, F., & Haidar, M. W. (2016). Karakterisasi reservoir
karbonat dengan aplikasi seismik atribut dan inversi seismik impedansi akustik. Jurnal
Geosaintek, 2(2), 107-112.
Arifien, H. (2010). Inversi Seismik Berbasik Model Untuk Karakterisasi Reservoir: Studi
Kasus Haurgeulis.
Bahar, M. F. (2016). Penggunaan metode inversi Impedansi Akustik (IA) untuk menentukan
sebaran reservoarkarbonat: Studi kasus formasi petrel member pada lapangan
Penobscot Kanada (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).
Brown, R.A., 2000, Interpretation of ThreeDimensional Seismic Data Fifth Edition, AAPG
Memoir 42
Etris, E. L., Crabtree, N. J., Dewar, J., & Pickford, S. (2001). True depth conversion: more than
a pretty picture. CSEG recorder, 26(9), 11-22.
GINTING, H. B. (2018). KARAKTERISTIK RESERVOIR MENGGUNAKAN METODE
SEISMIK INVERSI AKUSTIK IMPEDANSI DAN ATRIBUT SEISMIK DI
LAPANGAN “RST” CEKUNGAN TARANAKI, NEW ZEALAND.
Hadi, J. M., Nurwidyanto, M. I., & Yulianto, G. (2006). Analisis Atribut Seismik untuk
Identifikasi Potensi Hidrokarbon. BERKALA FISIKA, 9(4), 165-170.
Herlambang, N., Sapto Mulyanto, B., Dewanto, O., & Boetje Sinartio, F. (2017).
IDENTIFIKASI PATAHAN DAN KARAKTERISASI RESERVOAR
MENGGUNAKAN METODE SEISMIK ATRIBUT DAN METODE SEISMIK
INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK PADA LAPANGAN TEAPOT DOME USA.
Jurnal Geofisika Eksplorasi.
Juventa, J., & Fatkhan, F. (2021). KARAKTERISASI RESERVOIR UNTUK
MENENTUKAN PERSEBARAN BATUPASIR PEMBAWA HIDROKARBON
MENGGUNAKAN INVERSI SIMULTAN. JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi), 7(1),
5-16.
Ogbamikhumi, A., & Igbinigie, N. S. (2020). Rock physics attribute analysis for hydrocarbon
prospectivity in the Eva field onshore Niger Delta Basin. Journal of Petroleum
Exploration and Production Technology, 10, 3127-3138.
Prastika, N., Sapto Mulyanto, B., Dewanto, O., & Wijaksono, E. (2018). ANALISIS
PERBANDINGAN METODE SEISMIK INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK MODEL
BASED, BAND LIMITED, DAN SPARSE SPIKE UNTUK KARAKTERISASI
RESERVOAR KARBONAT LAPANGAN “NBL” PADA CEKUNGAN NIAS.
Jurnal Geofisika Eksplorasi.
Purba, D. F. (2022). KARAKTERISASI RESERVOIR MENGGUNAKAN INVERSI SEISMIK
IMPEDANSI AKUSTIK DI SUB CEKUNGAN JAMBI, CEKUNGAN SUMATRA
SELATAN (Doctoral dissertation, Teknik Geofisika).
Rizqi, M. I. F., & Firdaus, R. (2021). Karakterisasi reservoir menggunakan metode Seismik
Inversi Acoustic Impedance (AI) dan Seismik Multiatribut dengan Probabilistic Neural
Network (PNN) pada lapangan Blok F3, North Sea Netherland. Journal of Science and
Applicative Technology, 5(2), 274-284.
Simanjuntak, A. S. (2014). Karakterisasi Reservoar Hidrokarbon Pada Lapangan “TAB”
dengan Menggunakan Pemodelan Inversi Impedansi Akustik. JGE (Jurnal Geofisika
Eksplorasi), 2(01), 2-13.
Thirafi, E. H., & Yatini, Y. (2019). Interpretasi Fault dan Horizon pada Reservoar Berdasarkan
Penampang Seismik 2D dan Structure Map di Lapangan" T" Cekungan Jawa Timur
Utara. Jurnal Mineral, Energi, dan Lingkungan, 3(1), 11-19.
Waluyo, 2006, Analisa Atribut Seismik dan Inversi pada Lapangan Indah, Universitas
Indonesia, Jakarta.
LOGBOOK
Tanggal Nama Kegiatan Bukti Catatan
Muh. Mushollin
04/06/2023 Membuat alat dan bahan, langakah kerja
Fahdian
Muh. Mushollin
05/06/2023 Membuat Flowchart
Fahdian
Muh. Mushollin
05/06/2023 Membuat Kesimpulan
Fahdian