Oleh:
Desrina Nadeak
Nim: 4161240003
Program Studi Fisika
Penyusunan Skripsi
JURUSAN FISIKA
MEDAN 2020
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Daftar Isi i
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Masalah 4
1.4 Batasan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
i
ii
DAFTAR PUSTAKA 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Aceh tamiang 7
Gambar 2.2 Pengaturan elektroda wenner - schlumberger 13
Gambar 2.3 Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner 14
Gambar 2.4 Konfigurasi Dipole-dipole 15
Gambar 2.5 Konfigurasi Pole - pole 16
Gambar 2.6 Medium Homogen Isotropis Dialiri Arus Listrik 17
Gambar 2.7 Aliran Arus Listrik Pada Permukaan Medium Homogen 17
Gambar 2.8 Skema Elektroda Arus dan Elektroda Potensial 18
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian 27
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian 31
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai Resistivitas Batuan Berdasarkan Jenis Batuan 22
Tabel 2.2 Variasi resistivitas Batuan dan Mineral 22
Tabel 2.3 Resistivitas Batuan beku dan Batuan Metamorf 23
Tabel 2.4 Resistivitas batuan Sedimen 23
Tabel 2.5 Alat Penelitian Geolistrik 27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan
peninggalan-peninggalan bersejarah. Peninggalan sejarah dapat berupa tulisan,
bangunan, benda-benda, monumen, tugu, makam, karya seni, adat istiadat, dan
situs. Situs adalah daerah atau lokasi ditemukannya benda-benda purbakala. Situs
merupakan peninggalan bersejarah yang sangat berharga sehingga perlu dan wajib
dijaga, dirawat, dan dilestarikan agar tidak rusak/punah dan tetap ada sebagai
bukti sejarah suatu daerah. Salah satu peninggalan sejarah berupa situs budaya
berada di wilayah Aceh (Handoko, 2018).
Aceh merupakan provinsi paling utara Sumatera, terletak pada 01 ֯58’37,2’’-
06֯ 04’33,6’’Lintang Utara dan 94֯57’57,6’’- 98֯ 17’13,2’’ Bujur Timur. Provinsi
Aceh terbagi menjadi 18 kabupaten, salah satunya Aceh Tamiang. Kabupaten
Aceh Tamiang adalah daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur,
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada
koordinat 03֯ 53’ - 04֯ 32’ Lintang Utara dan 97֯ 43’- 98֯ 14’ Bujur Timur, dengan
luas wilayah 1.957,025 Km2 (BPS Aceh Tamiang, 2019).
Kabupaten Aceh Tamiang tepatnya di Kecamatan Bendahara memiliki
sebuah peninggalan situs purba berupa kumpulan cangkang kerang yang
diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Situs peninggalan sejarah Bukit
Kerang Aceh Tamiang awalnya tidak begitu menarik minat masyarakat, namun
semakin berjalannya waktu situs peninggalan sejarah Bukit Kerang Aceh
Tamiang mulai diketahui masyarakat luas. Kabupaten Aceh Tamiang memiliki
banyak potensi alam, komoditas utama daerah berasal dari perkebunan kelapa
sawit. Kabupaten Aceh Tamiang berdekatan dengan laut sehingga daerah Aceh
Tamiang merupakan daerah dataran rendah, yang berada pada ketinggian antara 0
m sampai 1000 m dari permukaan laut (BPS Aceh Tamiang, 2019).
Situs Bukit Kerang yang berada di Kecamatan Bendahara merupakan sisa
sampah makanan manusia prasejarah era Mesolitikum yang diperkirakan datang
ke Aceh Tamiang sekitar 5000 hingga 7000 tahun yang lalu. Manusia prasejarah
1
2
dibagi menjadi empat metode utama yaitu metode seismik, metode gravitasi,
metode magnetik dan metode elektrik. Metode elektrik kemudian terbagi menjadi
lima bagian diantaranya metode geolistrik (Kearey, 2002).
Metode geolistrik tahanan jenis yang dikenal juga dengan sebutan metode
resistivitas merupakan metode yang bersifat aktif, karena menggunakan gangguan
aktif berupa injeksi arus yang dipancarkan ke bawah permukaan bumi yang
digunakan untuk mendeteksi keberadaan benda purbakala (Rusmin, 2013).
Metode geolistrik telah banyak digunakan untuk menentukan ketebalan dan
resistivitas media berlapis (Muchingami, 2012). Resistivitas lapisan batuan di
bawah permukaan tanah dalam metode geolistrik dieksplorasi dengan cara
mengalirkan arus listrik DC bertegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus
menggunakan 2 elektroda arus yang di tancapkan ke dalam tanah dengan jarak
tertentu. Tegangan istrik yang terdapat di permukaan tanah diukur dengan
menggunakan 2 elektroda tegangan (Hewaidy, 2015). Metode geolistrik bertujuan
untuk memperkirakan formasi batuan bawah permukaan terutama kemampuannya
untuk menghantarkan atau menghambat listrik (konduktivitas atau resistivitas)
dengan cara mengalirkan sumber kesuatu beban listrik sehingga besarnya
resistansi dapat diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber dan besarnya
arus yang mengalir (Juliani, 2014).
Penelitian yang akan dilakukan pada Bukit Kerang Aceh Tamiang
menggunakan metode geolistrik untuk mengetahui kandungan batuan dan mineral
pada lapisan bukit tersebut. Penelitian meliputi pengukuran beda potensial (V) dan
pengukuran arus (I) yang terjadi baik secara alamiah, disebut metode pasif
maupun akibat injeksi arus listrik ke dalam bumi yang disebut metode aktif
(Hendrajaya, 1990). Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menggunakan
metode geolistrik untuk menentukan persebaran jenis batuan di bawah permukaan
bumi yakni di Candi Sitopayan Kecamatan Portibi (Juliani, 2019). Identifikasi
struktur bawah permukaan batuan antara Lau Ketuken dan Lau Bekerah di Desa
Sulkam Kabupaten Langkat (Juliani, 2014).
Penelitian dengan metode geolistrik juga dilakukan oleh Indriani Sutama
tahun 2017 yakni mengidentifikasi sebaran situs purbakala di Desa Lobu Tua
Kabupaten Tapanuli Tengah untuk menentukan nilai resistivitas bawah
4
6
7
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil kumpulan mineral
silikat hasil dari hamburan magma yang telas dingin dan keras. Pembekuan
magma menjadi batuan terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapur
magma atau inti. Lebih dari 700 jenis batuan beku yang dapat dideskripsikan,
sebagian besar batu tersebut terbentuk di bawah permukaan magma sebul magma
keluar dari dapur magma. Berdasarkan tempat proses pembentukannya batuan
beku dibedakan menjadi batuan beku intrusif dan ekstrusif .
10
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme yang kemudian mengalami pembatuan (Endarto, 2005). Sedimen
biasanya didepositkan lapis per lapis yang disebut lapisan (strata), apabila
dipadatkan dan tersementasi menjadi satu akan membentuk batuan sedimen
(proses dipadatkan dan tersedimentasi disebut pembatuan (lithification). Batuan-
batuan yang paling banyak adalah serpih, batu-pasir, dan batu-gamping,
merupakan 75 persen dari seluruh batuan yang tersingkap di permukaan bumi
(Bowles, 1989).
Batuan sedimen bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya
batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia, dan batuan sedimen organik.
Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-
material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sedimen
klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau
bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).
Contohnya: batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sedimen
kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut
menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya:
anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sedimen organik terbentuk dari gabungan
sisa-sisa makhluk hidup. Batuan sedimen biasanya menjadi batuan induk (source)
atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batu gamping dan terumbu.
11
Bumi tersusun atas lapisan-lapisan tanah yang nilai resistivitas suatu lapisan
tanah atau batuan tertentu memiliki perbedaan dengan lapisan tanah atau batuan
lainnya. Nilai tahanan jenis dapat diketahui dengan menghubungkan baterai
dengan sebuah ammeter atau elektroda arus yang mengalir kedalam tanah,
kemudian ditempatkan dua elektroda potensial dengan jarak a (jarak antar
elektroda potensial) untuk mengukur perbedaan potensial antara dua lokasi
(Utama, 2005).
Metode geolistrik merupakan suatu metode yang digunakan dalam bidang
geofisika untuk memelihat dan mempelajari pola aliran listrik di dalam bumi
dilakukan dengan cara menginjeksi arus kedalam bumi melalui dua elektroda,
dalam metode geolistrik beda potensial yang terukur dan arus dikaitkan dengan
jenis konfigurasi elektroda yang digunakan sehingga dihasilkan nilai resistivitas
atau tahanan jenisnya. Survei geolistrik metode resistivitas mapping dan sounding
menghasilkan informasi perubahan variasi nilai resistivitas baik arah lateral
maupun arah vartikel (Loke, 1999). Metode resistivitas mencakup besaraan medan
potensial, medan elektromagnetik yang terjadi akibat aliran arus listrik yang
alamiah (pasif) maupun listrik buatan (aktif). Sejumlah metode yang termasuk
dalam kelompok adalah tahanan jenis, tahanan jenis head on, potensial diri,
polarisasi terrimbas, EM VLF, magnetotelluric, arus telluric dan elektromagnetik
(Santoso, 2002).
Metode geolistrik pertama kali digunakan oleh Congrad Schlumberger pada
tahun 1992. Metode geolistrik digunakan untuk mengetahui perubahan resistivitas
lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengaliri arus listrik DC
(direct current) yang memiliki tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik
menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan kedalam tanah
dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB maka aliran arus
listrik yang menembus lapisan batuan akan lebih dalam. Dengan adanya aliran
arus listrik, maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan
listrik yang timbul di permukaan tanah kemudian diukur dengan menggunakan
multimeter yang terhubung melalui dua elektroda tegangan M dan N yang
jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda
13
AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda
MN akan berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi pada
kedalaman yang lebih besar (Smith and Silver, 1991).
Macam-macam konfigurasi elektroda yang sering digunakan diantaranya
konfigurasi Wenner, konfigurasi Wenner-Schlumberger, konfigurasi Dipole-
dipole, konfigurasi Pole-pole, Rectangle Line Source ,dan lainnya (Anggraeni,
2004).
2.5.1 Konfigurasi Wenner – Schlumberger
Pada konfigurasi Wenner, jarak antar elektroda memiliki nilai yang sama,
yaitu AM NB a dan AN NB 2a seperti terlihat berikut.
2
K
1 1 1 1
a 2a 2a a
(2.2)
K= 2πa (2.3)
Konfigurasi Wenner sangat baik untuk lateral profiling atau lateral
mapping, yaitu pemetaan untuk mengetahui variasi resitivitas secara lateral atau
horizontal. Dikarenakan pada konfigurasi Wenner, jarak antar elektroda memiliki
jarak yang tetap. Jarak antar elektroda arus listrik yang dibuat tetap menghasilkan
aliran arus listrik yang maksimal pada kedalaman tertentu sehingga kontras
resitivitas lateral atau horizontal dapat diperkirakan.
15
k dd an(1 n)(2 n)
(2.5)
2.5.4 Konfigurasi pole-pole
Gambar 2.5 Harga resistivitas semu yang didapatkan dengan konfigurasi pole-
pole dinyatakan dengan persamaan berikut :
r = 2πaR (2.6)
Dengan r adalah resistivitas semu, a adalah spasi elektroda, yaitu jarak
antara elektroda C1 dan P1, dan R adalah resistivitas yang terukur langsung di
lapangan. Dari persamaan di atas 2πa merupakan faktor geometri dari konfigurasi
pole-pole (Geotomo Software, 2007).
Pada gambar 2.7 dapat diketahui bahwa aliran arus listrik selalu tegak lurus
terhadap bidang ekuipotensial. Untuk elektroda arus yang ditempatkan di
permukaan medium homogen isitropis mempunyai konduktifitas nol, besarnya
potensial yang dapat diukur (Telford, 1976). Harga resistivitas listrik suatu
formasi bawah permukaan dapat ditentukan menurut persamaan (Mudiarto, 2013):
V(r) = Iρ/(4π r) (2.7)
18
Karena permukaan yang dialiri arus adalah permukaan setengah bola yang
mempunyai luas 2r 2 , maka :
I 1 2rV
V atau
2 r I (2.8)
Apabila dipasang empat buah elektroda seperti gambar 2.8 dan jarak antara
dua elektroda arus tidak terlalu besar, potensial disetiap titik dekat permukaan
akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut, sehingga ekuipotensial yang
dihasilkan dari kedua titik sumber bersifat lebih kompleks dibandingkan sumber
arus tunggal, akan tetapi pada daerah dekat sumber arus mendekati bola. bila
dibuat penampang melalui sumber A dan B, maka terlihat pola distribusi bidang
ekuipotensial seperti pada gambar 2.8.
4. Potensial Mineralisasi
Potensial Mineralisasi timbul apabila dua elektroda logam dimasukkan
kedalam larutan homogen.
Batuan dan mineral memiliki banyak elektron bebas sehingga arus listrik
dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas. Maka konduksi
secara elektronik akan terjadi, aliran elektronik juga dipengaruhi oleh sifat atau
karakteristik dari batuan yang dilewati listrik. Salah satu karakteristik dari batuan
adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan suatu bahan
atau mineral untuk menghantarkan arus listrik. Tahanan jenis berbanding terbalik
dengan resistansi (hambatan) dimana resistansi tidak hanya bergantung pada
mineral tetapi juga tergantung pada faktor geometri atau bentu material.
Sedangkan resistivitas atau tahanan jenis tidak bergantung pada faktor geometri
(Lowrie, 2007).
2.9.2 Konduksi Secara Elektrolitik
Batuan pada umumya adalah konduktor atau penghantar yang tidak baik dan
memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan
sebagian besar bersifat porus dan berpori-pori yang terisi oleh fluida. Akibatnya
batuan-batuan bersifat konduktor elektrolitik, yakni kondisi dimana konduksi arus
listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas
batuan forus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. konduktivitas
akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak dan
sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan
berkurang (Lowrie, 2007).
22
Batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya
batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, maka jenis
konduksi secara dielektrik akan terjadi. Elektron dalam batuan berpindah dan
berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di luar,
sehingga terjadi polarisasi (Lowrie, 2007).
Sifat kelistrikan batuan merupakan karakterisasi dari batuan yang dialirkan
arus listrik kedalamnya. Arus listrik yang mengalir pada batuan dapat berasal dari
alam yang disebabkan oleh interaksi antar atom-atom penyusun kerak bumi akibat
ketidak seimbangan muatan atau berasal dari arus listrik yang sengaja di
injeksikan. Atom-atom pada batuan yang terikat mengakibatkan batuan mampu
menghantarkan listrik sehingga mempunyai resistivitas. Besarnya resistivitas
suatu batuan dituliskan dengan Ωm (ohm meter). Resistivitas batuan merupakan
kemampuan batuan tersebu untuk menghambat arus listrik. Besarnya nilai-nilai
resistivitas mineral dan batuan tertera pada tabel.
2.10 Res2Dinv
finite element forward modeling, keduanya cocok digunakan untuk survei normal
dengan berbagai konfigurasi elektroda seperti wenner-schlumberger. Selain survei
normal dengan elektroda-elektroda program res2dinv juga mendukung survei
underwater (air bawah tanah) dan cros-borehole (pembuatan lobang bor).
Pengerjaan dalam inversi modeling pada software Res2Dinv pada umumnya
terdiri atas dua tahap yaitu inversi secara otomatis dan tahap menghilangkan efek
yang jauh dari dalam (titik-titik hasil pengukuran yang tidak sesuai). Model 2D
yang digunakan oleh program inversion, yang terdiri dari sejumlah blok segi
empat, dimana pengaturan dari setiap blok merupakan hubungan distribusi dari
titik data sebaga titik acuan. Survei biasanya dilakukan dengan sistem dimana
elektroda disusun sepanjang satu baris dengan satu pengaturan jarak yang telah
tetap diantara elektroda berdekatan, akan tetapi program res2dinv juga tidak hanya
mengolah sebuah data tetapi juga kumpulan data dengan beberapa pengaturan
jarak elektroda (Loke, 2014).
Data hasil survei geolistrik di simpan dalam bentuk file *.dat dengan data
dalam file tersebut tersusun dalam order sebagai berikut:
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan
peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat
lunak surfer melakukan plotting data tabular xyz tidak beraturan menjadi lembar
titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid merupakan serangkaian garis
vertikal dan horizontal yang didalam surfer berbentuk segi empat yang digunakan
senagai dasar dasar pembentukan konturdan surface tiga dimensi. Garis vertikal
dan horizontal memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan disimpan
nilai z yang merupakan titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan
proses pembentukan rangkaian nilai z yang teratur dari sebuah data xyz. Hasil dari
proses gridding berupa file grid yang tersimpan pada file.grd ( Saleh, 2011).
Lembar kerja surfer terdiri terdiri dari tiga bagian yaitu surface plot,
worksheet, editor. Surface flot merupakan lembar kerja yang digunakan untuk
membuat peta atau file grid pada saat awal dibuka, lembar kerja berada pada
kondisi yang masih kosong. Pada lembar plot peta dibentuk dan diolah untuk
membuat peta atau file grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja masih kosong.
26
Pada lembar plot peta dibentuk dan diolah untuk selanjutnya diolah disajikan.
Lembar plot digunakan untuk mengolah dan membentuk peta dalam dua dimensi
dan peta tiga dimensi (Saleh, 2011).
Rockwork merupakan salah satu software yang digunakan untuk mengolah
data geologi, analisis dan visualisasi. Rockwork mampu memodelkan kondisi
bawah permukaan bumi dengan sangat baik, sehingga rockwork sering digunakan
untuk pembuatan log sumur, kolerasi sumur, diagram pagar, model padat, struktur
dan peta dalam 2D dan 3D yang dinamis (Rasyidin, 2014).
1. Membuat data Excel dari hasil penelitian berupa data koordinat dan
ketinggian.
2. Menjalankan Software Surfer, kemudian mengklik menu Grid untuk
menambahkan data.
3. Melakukan map data untuk mendapatkan peta kontur maupun data topografi
dengan cara mengklik Contour Map dan Surface.
4. Melakukan penyimpanan data dan gambar.
Lokasi penelitian
2 Elektroda - 64 buah
3 Kabel - 8 gulungan
4 Aki 12 v 2 buah
5 GPS (Global Positioning Garmin 2 buah
System)
6 Palu - 2 buah
7 Handy Talky (HT) Motorola 3 buah
27
28
batuan dari berbagai referensi, sehingga dapat diketahui jenis litologi bawah
permukaan dan sebaran batuan dan mineral pada daerah penelitian.
31
Mulai
Data lapangan
Selesai
33
34
Hendrajaya, Lilik dan Idham Arif. (1990). Geolistrik Tahanan Jenis, Monografi
Metoda Eksplorasi. Bandung: Laboratorium Fisika Bumi ITB.
Juliani, Rita dan Sembiring, Hengki, (2014). Identifikasi Batu Gamping Bawah
Permukaan Dan Uji Mekanik di Daerah Pamah Paku Kutambaru Kabupaten
Langkat, Prosiding seminar Nasional inovasi dan Teknologi Informasi 2014,
21-25.
Loke, M.H. (1999). Electrical Imaging Surveys For Enviromental and Enginering
Studies , Geophysics, penang
Nandi. (2010). Batuan, Mineral dan Batubara. Jurusan Pendidikan Geografi UPI,
Bandung.
Nasution, Indra. (2019). Situs Purbakala Bukit Kerang Aceh Tamiang. Diakses
pada 21 April 2019 dari http://tamiangtraveller.com/situs-purbakala-aceh-
tamiang.
Sakka. (2002). Metode Geolistrik Tahanan Jenis . Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. UNHAS, Makassar.
Smith, R.B. dan Silver, A.E. (1991). Geology of a Mioecene collision complex,
Buton, Eastern Indonesia. Geological Society of America Bulletin.