Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

PEMBORAN, PEMETAAN DAN GEOLISTRIK

Oleh :

Annisa safira 073818110—

Assyifa Kurnianda S.P 07381811018

Iksan M Adam 073818110—

Irla Masila 073818110—

Indah Oksa Rendra 073818110—

Julkifli Ali 073818110—

Sarti Wanda Soamole 073818110—

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021

Abstrak
Secara geografis kota ternate terletak pada posisi 0 - 2 Lintang Utara dan 126-128
Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang beragam dan
disederhanakan/dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu ; rendah (0-499 M), sedang (500-699 M),
tinggi (lebih dari 700 M). luas wilayah kota ternate adalah 5.795,4 km 2 dan lebih didominasi oleh
wilayah laut 5.633,34 km2 sedangkan luas daratan 162,069 km2. Kota ternate secara umum
memiliki topografi perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan lereng bervariasi dari 8% di
lereng bawah hingga 40% ke arah puncak Gunung api Gamalama.
Hasil penelitian untuk geolistrik didapat , pada lintasan 1 akuisisi dilakukan dengan
panjang lintasan 100 m ke arah timur dari hasil yang didapat terdapat anomali baik itu pada data
Real maupun imaginer, anomali terjadi pada jarak 50 – 100 m pada lintasan. Anomali
menandakan adanya beda nilai konduktifitas Pada bawah permukaan. Nilai resistivity bernilai
rendah berkisar 10-200 ohm. Terdapat kontras densitas pada anomali residual, yang
kemungkinan besar diakibatkan dari beda litologi yang didominasi oleh batuan pasir , lempung
dan shale .Sedangkan untuk data hasil penelitian pemboran dan theodolit , didapat dari
kedalaman 0 – 1,65 m yaitu tanah liat, lempung , lempung pasiran , lempung berlanau dan
lempung berpasir . Untuk hasil pengukuran theodolit digunakan poligon tertutup dengan 5
patok .

Kata Kunci : Geografis , Geolistrik , Pemboran , Theodolit


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puji syukur atas berkat Rahmat, Karunia, serta Hidayahnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan “Pemboran, Pemetaan, dan Geolistrik” dalam tepat
waktu.

Harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, masih banyak kekurangan


dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Terima kasih.

Ternate, 25 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaaat
BAB II KONDISI GEOLOGI
2.1 Topografi
2.2 Geomorfologi
2.3 Vegetasi
BAB III KEGIATAN LAPANGAN
3.1 Hari Pertama
3.2 Hari Kedua
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah lapangan merupakan salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat dalam
mempelajari keadaan geologi secara langsung dan memadukannya dengan sifat-sifat
fisisnya. Serta mengetahui secara langsung keadaan lapangan yang sesungguhnya yang
akan berbeda dengan teori-teori yang didapatkan selama di kelas. Pengamatan geologi
secara langsung merupakan salah satu tujuan dari kuliah lapangan struktur geologi yang
terbentuk akan mengisahkan banyak hal.
Geofisika, perpetaan dan ilmu ukur tambang merupakan salah satu cabang ilmu
yang bertujuan untuk mempelajari aspek geologi berupa penjalaran gelombang, besarnya
percepatan gravitasi, lokasi kegiatan , permodelan bawah tanah dan sebagainya, yang
didapatkan dari respon bumi untuk mengetahui kondisi bawah permukaan tanpa harus
menggalinya. Perkembangan komputer membuat perkembangan dalam perhitungan
geofisika juga semakin maju. Oleh Karena itu geosifika , perpetaan dan ilmu ukur
tambang merupakan perpaduan dari ilmu geologi, komputasi, matematika dan fisika.
Oleh karena itu pelaksaan kuliah lapangan menjadi sangat penting untuk mengetahui
keadaan geologi setempat serta melihat respon fisiknya dengan melakukan pengukuran
Geofisika, perpetaan dan ilmu ukur tambang secara langsung dan membandingkan
kesesuaian data yang didapat dengan kondisi geologinya sehingga ilmu ini dan geologi
sulit untuk dipisahkan. Pemahaman tentang geologi dan geofisika,perpetaan dan ilmu
ukur tambang sangat diuji saat dilapangan sehingga kegiatan kuliah lapangan sangat
bermanfaat bagi mahasiswa.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari kuliah lapangan Karangsambung ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami cara melakukan observasi geologi, baik pengamatan singkapan batuan
maupun pengamatan bentang alam.
2. Mampu melakukan interpretasi data geofisika dan dapat memadukannya dengan
data geologi.
3. Dapat mengetahui litologi dari sebuah perlapisan tanah yang di bor
4. Dapat mengetahui bagaimana proses penggunaan theodolite dan juga proses
pengolahan datanya
5. Dapat mengetahui resistivitas atau tahanan jenis dari batuan.
1.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu Pemboran pada tanggal 21 Februari
2021bertempat pada daerah Kayu Merah , Ternate Selatan Maluku Utara dan
pengamatan geologi serta pengambilan data Geofisika dan Theodolit dilakukan pada
tanggal 22 Februari 2021 , bertempat pada daerah Kelurahan Sasa, Ternate Selatan .
Maluku Utara (0°45'51.7"N 127°19'29.2"E).

1.4 Metodologi
Metodelogi yang dilakukan antara lain :
1. Pengamatan Geologi Pengamatan geologi meliputi observasi dan pengambilan
koordinat dengan GPS serta pengamatan geomorfologi.
2. Survey Geofisika dilakukan akuisisi data geofisika pada daerah – daerah yang
telah ditentukan, survey yang dilakukan berupa Resistivity Schlumberger.
3. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan Auger Iwan dengan kedalaman 0-
1,65 m
4. Pengukuran lokasi dengan Theodolit di daerah atau area yang telah ditentukan
dengan menggunakan Theodolit Elektro Optis.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Geomorfologi Ternate


Kondisi geomorfologi Pulau Ternate dapat digambarkan melalui keragaman bentuk lahan
yang dimilikinya. Berdasarkan hasil interpretasi citra dan pengecekan lapangan terdapat 12 tipe
bentuk lahan yang didominasi oleh bentuk lahan asal proses vulkanik, seperti disajikan pada
Tabel 1.

No Jenis bentuk lahan Luas (ha) Luas (%)


(landform)
1 Kawah 1.9 0.02
2 Lereng puncak 146 1.40
kerucut vulkanik
3 Lereng atas kerucut 899 8.90
vulkanik
4 Lereng tengah 2,690 26.5
kerucut vulkanik
5 Lereng bawah 3,160 31.2
kerucut vulkanik
6 Lereng kaki fluvio- 2,650 26.1
vulkanik
7 Aliran lava 271 2.70
8 Maar laguna 16.6 0.16
9 Maar Tolire besar 24.3 0.24
10 Maar Tolire kecil 2.1 0.02
11 Gisik pantai (beach) 253 2.50
12 Daratan pantai 25.1 0.25
antropogenik
Jumlah 10,130 100

Tabel 2.1 Geomorfologi Kota Ternate (Sumber : BPS Maluku Utara , 2005)
Bentuk lahan kawah mempunyai luasan sekitar 1.9 ha dan merupakan kawah Gunungapi
Gamalama. Menurut Direktorat Vulkanologi (1979) kawah ini terdiri dari 4 kawah yang
mencerminkan suksesi peristiwa letusan, yaitu Kawah 1 (K1) dengan ukuran 300 m x 250 m
berada pada ketinggian 1,715–1,666 m, Kawah 2 (K2) dengan ukuran 180 x 150 m berada pada
ketinggian 1,670– 1,663 m, Kawah 3 (K3) dengan ukuran 70 x 50 m berada pada ketinggian
1663 m, dan Kawah 4 (K4) dengan ukuran 30 m berada pada ketinggian 1,680–1,666 m.
Aliran lava Gunungapi Gamalama dari citra terlihat dengan pola berkelok yang
mencerminkan suatu aliran. Akumulasi leleran lava yang tampak jelas pada citra merupakan
hasil erupsi Gunungapi Gamalama pada tahun 1737, 1763, 1840, 1897, dan 1907 ke arah timur
laut yangmencapai pantai Kulaba dan Batu Angus (Pratomo et al., 2011). Dari citra GeoEye
bentuk lahan ini tampak berwarna hijau muda, karena telah bervegetasi semak belukar, dan
bertekstur halus di bagian lereng atas (tertutup oleh lapisan piroklastik), namun pada bagian
lereng bawah tampak berwarna agak kehitaman, bertekstur kasar, yang mencirikan batuan lava
yang belum ditumbuhi oleh vegetasi.

2.2 Topografi Ternate


Kota ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi maluku utara, terdiri dari 8
(delapan) pulau, yaitu : pulau ternate, pulau moti, pulau hiri, pulau tifure, pulau mayau, pulau
gurida, pulau makka dan mano.
Secara geografis kota ternate terletak pada posisi 0 - 2 Lintang Utara dan 126-128 Bujur
Timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang beragam dan
disederhanakan/dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu ; rendah (0-499 M), sedang (500-699 M),
tinggi (lebih dari 700 M). luas wilayah kota ternate adalah 5.795,4 km 2 dan lebih didominasi oleh
wilayah laut 5.633,34 km2 sedangkan luas daratan 162,069 km2.
1. Sebelah utara berbatasan dengan laut maluku
2. Sebelah selatan berbatasan dengan laut maluku
3. Sebelah timur berbatasan dengan selat Halmahera
4. Sebelah barat berbatasan dengan laut maluku

Kota ternate mempunyai mempunyai ciri daerah kepulauan dimana wilayah terdiri dari 7
buah pulau, lima diantaranya berukuran sedang merupakan pulau yang dihuni penduduk
sedangkan tiga lainya berukuran kecil dan hingga saaat ini belum berpenghuni. Kecamatan
ternate selatan luas wilayah berdasarkan data digitasi peta citra sebesar 2.100:20.

2.3 Teori Dasar Pemboran


Pemboran(Drilling) merupakan suatu kegiatan untuk membuat lubang di permukaan
tanah sampai ke target di bawah permukaan, sehingga minyak, gas dan panas bumi dapat
diproduksikan. Kegiatan pemboranmerupakan kelanjutan dari analisa geologi, geofisika dan
simulasi reservoir sebagai pembuktian adanya kandungan hidrokarbonpada daerah tertentu.
Kegiatan pemboranumumnyadiharapkan berupa pemboran vertikal, karena biaya operasidari
kegiatan pemboran tersebutlebih murah dan lebih mudahuntuk dilaksanakan.
Akantetapidikarenakan alasan-alasan tertentutidak semua pemboran dapat dilakukan secara
vertikal, sehingga harus dilakukan pemboran berarah.
2.3.1 Pengambilan Conto Tanah
Contoh tanah diperlukan untuk identifikasi dan penentuan soil properties yang diperlukan
dalam teknik pondasi. Setiap penyelidikan tanah hampir selalu memerlukan contoh tanah.
Contoh tanah dapat berupa yang asli (undisturb) atau juga yang sekadar mewakili jenis tanahnya
(representative atau disturb).Contoh tanah asli sangat diperlukan untuk mendapatkan parameter
kekuatan, sifat deformasi, ataupun sifat permeabilitas dari tanah. Parameter desain seperti
tersebut di atas harus benar benar didapat dari contoh tanahyang mempunyai kadar air, kerapatan
ataupun struktur yang sama dengan yang asli di lapangan.Teknik pengambilan harus dibedakan
antara pengambilan tanah yang kohesif dan tanah yang non-kohesif. Pada tanah yang kohesif
(kelempungan) atau cemented, contoh tanah asli masih dapat diperoleh dengan mudah.
Banyak teknik pengambilan yang dapat diterapkan dengan sukses dalam pengambilan
contoh tanah kelembungan yang asli.Dalam tanah yang kepasiran jarang sekali dapat diperoleh
contoh yang benar-benar asli. Kesulitan dalam pengambilan contoh tanah kepasiran adalah
antara lain:Karena tanah sejenis ini mudah mengalami perubahan volume, yakni mungkin terjadi
sewaktu proses pengeboran, penanganan pengambilan itu sendiri, dan bahkan dari getaran
selama transportasi ke laboratoriumTanah sejenis ini berbutir lepas, dan karenanya mudah
longsor bila tak ada yang menahanKasarnya butir menimbulkan gesekan yang besar sewaktu
memasuki tabung, dan hal ini akan merubah kerapatan tanah tersebut, sedangkan sifat teknis dari
tanah kepasiran sangan tergantung dari kerapatannya.
2.4 Teori Dasar Geolistrik
Haryoto (2006), menyatakan bahwa penyelidikan geolistrik salah satunya untuk
mengukur tahanan jenis batuan dilakukan berdasarkan sifat-sifat batuan terhadap arus listrik
sebagai bidang penghantar. Secara prinsip jika arus searah (pada frekuensi sangat rendah)
dialirkan kedalam tanah, maka sebagai akibatnya akan terbentuk medan listrik yang
komposisinya tergantung dari konfigurasi dan sifat listrik batuan yang ada dalam media
tersebut.Halik (2008), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa prinsip kerja pendugaan
geolistrik adalah mengukur tahanan jenis (resistivity)dengan mengalirkan arus listrik kedalam
batuan atau tanah melalui elektroda arus(current electrode), kemudian arus diterima oleh
elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda tersebut diukur dengan volt meterdan
dari harga pengukuran tersebut dapat dihitung tahanan jenissemu batuan.
Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau Vertikal Electrical Sounding
(VES)merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan perubahan
resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas
batuan dibawah permukaan bumi secara vertikal.Wuryanto (2007) dalam penelitiannya
menyebutkan Metode tahanan jenis didasari oleh hukum Ohm, bertujuan mengetahui jenis
pelapisan batuan didasarkan pada distribusi nilai resistivitas pada tiaplapisan. Dengan
menginjeksikan arus melalui dua elektroda arus maka bedapotensial yang muncul dapat terukur
dari elektroda potensial. Variasi hargatahanan jenis akan didapatkan jika jarak masing-masing
elektroda diubah, sesuaidengan konfigurasi alat yang dipakai (metode Schlumberger). Pada
metodetahanan jenis diasumsikan bahwa bumi bersifat Homogen Isotropik,dimana nilaitahanan
jenis yang terukur bukan merupakan harga sebenarnya akan tetapi merupakan nilai tahanan jenis
semu (apparent Resistivity).Data hasil pengukuran di lapangan berupa beda potensial dan arus
dapatdigunakan untuk menghitung harga resistivitas semu.
Mutowal dalam penelitiannya menyebutkan Pengukuran karakteristik air tanah dilakukan
dengan menggunakan alat resistivitymeter/terameter. Pengukuran dilakukan di lapangan dengan
menentukan titik deteksi terameter berdasarkan jenis tanah, kondisi geologi, dan
hidrogeologinya. Untuk ketepatan penentuan titik dan mempermudah deteksi terlebih dahulu
dilakukan penentuan posisi titik menggunakan GPS (Geo Posizioning System)selanjutnya
dilakukan deteksi untuk menentukan ketahanan jenis semu dan kedalaman overburden dan
akuifernya di lapangan. Titik yang dideteksi adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: (a)
berada pada hamparan 600 m dengan topografi datar, (b) jauh dari kawat berduri dan besi dalam
tanah, dan (c) jauh dari tegangan tinggi.
2.4.1 Resistivitas Batuan
Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, tahanan jenis memperlihatkan variasi nilai
yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam, nilainya berkisar pada 10-8Ωm hingga
107Ωm. Begitu juga pada batuan-batuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam akan
menghasilkan range tahanan jenis yang bervariasi pula (Telford, 1982).Konduktor biasanya
didefinisikan sebagai bahan yang memiliki tahanan jenis kurang dari 10-8Ωm, sedangkan
isolator memiliki resistivitas lebih dari 107Ωm. Dan diantara keduanya adalah bahan
semikonduktor. Di dalam konduktor berisi banyak elektron bebas dengan mobilitas yang sangat
tinggi. Sedangkan pada semikonduktor, jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan
oleh ikatan ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak (Telford, 1982).
Setiap macam batuan pada akuifer yang terdiri atas material lepas mempunyai harga
tahanan jenis yang berkurang apabila makin besar kandungan air tanahnya atau makin besar
kandungan garamnya (misal air asin). Mineral lempung bersifat menghantarkan arus
listriksehingga harga tahanan jenis akan kecil.Beberapa nilai tahanan jenis dari masing-masing
batuan dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini
Tabel 2.2 Variasi NilaiTahanan Spesifik Batuan (Suryono,1976)
2.5 Teori Dasar Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk
topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-
pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya
seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Alat yang sering digunakan
dalam ilmu ukur tanah theodolit. Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur jarak dan sudut, baik sudut vertical maupun horizontal.

Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan
dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu
dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang
pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Yang dimaksud dengan sudut vertical adalah
sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut horizontal adalah sudut yang
diukur pada skala mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca
merupakan nilai dimana theodolit itu ditempatkan.
2.6 Geostatistika

Dalam dunia ilmu pengetahuan, antara satu ilmu dengan ilmu yang lainnya memiliki
sebuahhubungan, misalnya ilmu alam yang berkaitan erat dengan matematika karena
keduanya berasal dari rumpun yang sama, yakni sains. Salah satu ilmu alam adalah ilmu
kebumian, yakni sebuah ilmu yang mempelajari struktur bumi beserta keragamannya. Ilmu
kebumian berkaitan erat dengan matematika, khususnya pada cabang statistika yang
digunakan untuk mengolah data ilmu kebumian, seperti geologi dan geofisika yang sering
disebut dengan geostatistika. (Puspita, 2002).Proses pengolahan suatu data yang berukuran
besar,yaitu populasi tentu tidak sesederhanamengolah data sampelyang ukurannya relatif
lebih kecil dibandingkan dengan populasi dan seringkali menimbulkan kerumitan dalam
pengerjaannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses untuk menyederhanakan bentuk
pengolahan yang rumit tersebut, yaitu dengan menaksir (mengestimasi) parameter baik
penaksirantitik maupun interval.

2.6.1 Pengolahan Data Geolistrik (Inversi dengan bantuan SoftwareIP2WIN)

IP2WIN merupakan sebuah software yang didesain untuk mengolah data vertical electric
soundingdan atau induced polarizationsecara otomatis dan semi otomatis dengan berbagai
macam vaiasi dari konfigurasi rentangan yang umum dikenal dalam pendugaan geolistrik
(Broto, 2006). IP2WIN adalah program komputer yang berfungsi sama seperti kurva
matching, yaitu mencocokkan data yang didapat dari lapangan dengan kurvainduk dan kurva
bantu sebagai acuan untuk mencari resistivitas dan kedalaman daerah penelitian. Dengan
target mendapatkan hasil yang dapat diinterpretasikan secara geologi merupakan keunggulan
IP2WIN daripada program-program inversi lainnya.
BAB III
KEGIATAN LAPANGAN

3.1 Hari Pertama


Pada tanggal 20 Februari 2021, Mahasiswa Universitas Khairun Ternate Prodi
Pertambangan melakukan kuliah lapangan di Hari pertama berlokasi di Kayu Merah ,
Ternate Selatan .aluku Utara (0°46'00.8"N 127°21'51.6"E).Kegiatan utama yang
dilakukan ialah untuk mendapatkan atau mendiskripsikan susunan lapisan tanah. dengan
menggunakan metode Mesin Bor.

Gambar 3.1 Kayu Merah , Ternate Selatan . Maluku Utara

3.1.1 Alat dan Bahan

Gambar 3.2 Kunci Inggris Gambar 3.3 Tabung Bor

Gambar 3.4 Hammer Gambar 3.5 Oli


Gambar 3.8 Kepala Pemutar Gambar 3.9 Batang Pemegang Mata
Bor

Gambar 3.10 Socket


3.1.2 Mesin Bor

Mesin bor ialah alat bor yang dilakukan menggunakan tenaga mesin dengan cara
memutar dan menekan mata bor ke dalam tanah agar membuat lubang pada tanah agar dapat
mendiskripsikan susunan lapisan tanah.

Langkah – langkah :

1. Tentukan titik koordinat dan elevasi


2. Persiapan alat bor
3. Pemasangan alat bor, pertama sambungkan mata bor dengan stang bor setelah itu kunci T
Pemutar dan stang pemutar menggunakan kunci pipa.
4. Setelah semua terpasang, alat diletakkan pada titik bor pertama yang sudah ditentukan.
5. Lakukan Pengeboran .
6. Setelah mata bor penuh sampai 50 cm alat dapat diangkat
7. Sampel diambil dan dimasukkan dalam kertas sampel dengan diberi tanda.
8. Catat kedalaman pengeboran dan deskripsi.
9. Lakukan pekerjaan ini berulang kali sesuai kedalaman yang diinginkan.
3.2 Hari Kedua

Pada tanggal 21 Februari 2020, Mahasiswa Universitas Khairun Ternate Prodi


Pertambangan melakukan kuliah lapangan di Kelurahan Sasa , Ternate Selatan. Maluku Utara
(0°45'51.7"N 127°19'29.2"E). Kegiatan utama yang dilakukan ialah :

1. Pemetaan dengan Theodolite (Theodolit Elektro Optis)


2. Pengamatan struktur pelapisan tanah
a. Secara langsung ( kasat mata)
b. Menggunakan alat (Geolistrik)
3.2.1 Pemetaan dengan Theodolite

Pemetaan dengan Theodolite digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut
baik sudut mendatar ataupun sudut tegak dan jarak optis, pemetaan dengan theodolite untuk
mendapatkan data untuk membuat suatu gambaran secara planimetris dan topografis.
3.2.1.1 Komponen Theodolit

Komponen-komponen dari alat theodolit adalah sebagai berikut :


1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong
7. Penggerak halus teropong
8. Klem alhidade horisontal
9. Penggerak halus horisontal
10. Nivo kotak alhidade horisontal
11. Plat dasar instrumen
12. Nivo tabung alhidade horizontal

3.2.1.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam pelaksanaan praktikun ini yaitu:

Gambar 3.11 Teodholit dengan Statif Gambar 3.12 Rambu Ukur

Gambar 3.13 Meteran


Gambar 3.14 GPS (Garmin , Global
Positioning System)
3.2.2 Pengamatan Struktur Lapisan Tanah
3.2.2.1 Secara langsung ( Kasat Mata)
Pengamatan topografi pada lokasi kuliah lapangan (KL) terlihat tidak terlalu landai dan
tidak terlalu curam serta memiliki kondisi tanah yang subur.
3.2.2.2 Menggunakan Alat ( Geolistrik )
Geolistrik adalah sala satu alat yang di gunakan untuk mendeteksi struktur perlapisan di
dalam tanah dengan mengaliri listrik ke permukaan tanah.
3.2.2.3 Komponen Resistivity Meter Naniura NRD 300 HF

Tabel 3.1. Spesifikasi alat geolistrik (resistivity meter) Naniura


3.2.2.4 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam pelaksanaan praktikun ini yaitu:

Gambar 3.15Gambar
Alat Geolistrik
3.16 GPS Garmin

Gambar 3.18 ACCU 12 Volt


Gambar 3.17 Alat Geolistrik Tampak
Muka

Gambar 3.19Gambar
Kabel dan3.20
Elektroda
Bentangan Kabel
Langkah – langkah :

1. Siapakan alat geolistrik


2. Tentukan titik sentral
3. Pengambilan titik koordinat dan elevasi menggunakan GPS
4. Ukur lintasan yang ingin di tancapkan elektroda tembaga dan elektroda besi.
5. Tancapkan elektroda tembaga dan elektroda besi pada daerah yang telah di ukur
6. Selanjutnya sambungkan kabel elektroda,tembaga, dan ACCU ke alat Resestivitas
7. Hidupkan alat resistivitasnya
8. Lihat angka yang timbul pada alat resistivitas
9. Catat angka yang muncul pada alat resistivitas
10. Turunkan tegangan dan matikan alat serta cabut kabel tegangan konduktor dari ACCU
11. Komunikasi dengan operator elektroda menggunakan HT untuk maju setiap berapa meter
12. Ulangi langkah diatas.

Berikut rancangan/desain penelitian yang akan dilakukan:

Analisis

Anda mungkin juga menyukai