Disusun Oleh :
ANDIKA HALIL
07381711048
2.2.2 Geomorfologi
Kondisi geomorfologi Pulau Ternate dapat digambarkan melalui keragaman
bentuk lahan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil interpretasi citra dan
pengecekan lapangan terdapat 12 tipe bentuk lahan (landform) yang didominasi
oleh bentuk lahan asal proses vulkanik.
Tabel 23. bentuklahan (landform) Pulau Ternate dan luasannya
No Jenis landform Luas
(ha)
1 Kawah 1,9
2 Lereng puncak kerucut vulkanik 146
3 Lereng atas kerucut vulkanik 899
4 Lereng tengah kerucut vulkanik 2.690
5 Lereng bawah kerucut vulkanik 3.160
6 Lereng kaki fluvio vulkanik 2.650
7 Aliran lava 271
8 Maar laguna 16,6
9 Maar Tolire besar 24,3
10 Maar Tolire kecil 2,1
11 Gisik pantai (beach) 253
12 Daratan pantai anthropogenik 25,1
Jumlah 10.13
0
Sumber : Geo Eye diolah (2012)
a. Kawah (Crater)
Kawah G. Gamalama merupakan hasil erupsi yang bersifat eksplosif,
terletak pada puncak kerucut vulkanik dan merupakan kawah utama sejak
letusan tahun 1538. Tipe letusan letusan G. Gamalama hampir selalu bersifat
magmatik dengan atau tanpa leleran lava. Kawah ini diberi nama Arafat
berbentuk melingkar hampir sempurna yang dikelilingi oleh material
piroklastik. Pada citra bentuklahan ini terlihat mempunyai tekstur sangat
kasar. Kawah gunungapi ini mempunyai luasan sekitar 1,9 ha atau sekitar
0,019% dari seluruh luasan daerah penelitian (G. Gamalama). Menurut
Direktorat Vulkanologi (1979) kawah ini dibagi ke dalam 4 kawah yang
mencerminkan suksesi peristiwa letusan, yaitu Kawah 1 (K1) dengan ukuran
300 x 250 m berada pada ketinggian 1715 – 1666 m, kawah 2 (K2) dengan
ukuran 180 x 150 m berada pada ketinggian 1670 – 1663 m, kawah 3 (K3)
dengan ukuran 70 x 50 m berada pada 1663 m, dan kawah 4 (K4) dengan
ukuran 30 m berada pada 1680 – 1666 m.
Lereng puncak kerucut vulkanik (peak slope volcanic cone) memiliki luas
sekitar 146 ha atau sekiat 1,4% dari luasan total G. Gamalama yang meliputi
kawah dan hamparan lahan yang ditutupi oleh material piroklastik dengan
lereng agak landai. Di atas bentuklahan ini tidak terlihat adanya vegetasi
yang tumbuh, mungkin dikarenakan oleh suhu yang tinggi pada material
endapan dan/atau belum terjadinya pelapukan terhadap material hasil erupsi.
Pada citra kenampakan bentuklahan ini mempunyai warna agak coklat tua
dengan tektur halus.
Lereng atas kerucut vulkanik (upper slope volcanic cone) memiliki luas
sekitar 899 ha (8,9%). Bentuklahan ini terlihat berwarna hijau karena tertutup
oleh vegetasi dan adanya garis rekahan. Rekahan ini muncul diduga
disebabkan oleh letusan yang sangat dahsyat pada waktu terbentuknya G.
Madiena. Di atas bentuklahan ini juga terlihat alur-alur bekas aliran lahar
(Barangka) yang menuju ke arah barat laut. Kenampakan ini diduga berasal
dari letusan Gunung Kekau atau Bukit Melayu dan dapat menjadi salah satu
bukti terjadinya perpindahan titik erupsi G. Gamalama. Bentuklahan ini
tersusun atas beberapa bagian, yaitu di sebelah barat dan selatan tersusun
oleh batuan dari Gamalama Dewasa (Gd) dengan lereng agak curam, sebelah
utara dan timur tersusun oleh batuan dari Gamalama Muda (Gm) dengan
lereng curam dan sebelah tenggara tersusun oleh batuan dari Gamalama Tua
(Gt).
Lereng bawah kerucut vulkanik (lower slope volcanic cone) memiliki luas
3.160 ha (31,2 %) dan secara umum mempunyai kemiringan lereng lebih
kecil daripada lereng tengah kerucut vulkanik. Bnetuklahan ini tersusun oleh
material beragam, di sebelah barat dan selatan tersusun oleh batuan dari
Gamalama Dewasa (Gd), di sebelah utara dan timur tersusun oleh batuan dari
Gamalama Muda (Gm) dan di sebelah tenggara tersusun oleh batuan dari
Gamalama Tua (Gt). Pada bentuklahan ini terdapat aliran lava yang sudah
ditumbuhi oleh vegetasi, sehingga pada citra terlihat warna hijau muda
dengan tekstur halus. Selain itu juga terdapat Maar Laguna. Berhubung pada
bentuklahan ini mempunyai kemiringan lereng yang agak landai, terutama di
sebelah timur, maka di atas bentuklahan ini banyak ditempati permukiman
dari sebagian besar penduduk. Kondisi ini agak berbeda dengan bagian di
sebelah barat yang mempunyai lereng miring hingga curam, sehingga pada
bagian ini sebagian besar lahan digunakan sebagai lahan perkebunan dan
hutan. Bentulahan ini dicirikan oleh warna hijau tua yang dominan, sedikit
berwarna hijau muda yang mencerminkan vegetasi dan warna coklat yang
mencerminkan lahan-lahan terbuka yang belum ditumbuhi vegetasi.
Selain itu pada wilayah pantai ini juga terdapat daratan reklamasi yang
terbentuk akibat penimbunan material batuan dan tanah oleh manusia
(anthropogenik) yang dimulai dari tahun 2006 hingga 2009, sehingga
sebagian dari perairan laut di tepi pantai menjadi daratan baru. Bentuklahan
ini memiliki luas 25,1 ha (0,2%) dan sebagian besar berada pada sebelah
timur G. Gamalama. (Gambar 2.2.2) Peta Geomorfolgi bentuk lahan
(Landform)
(Gambar 2.2.2) Peta Geomorfolgi bentuk lahan (Landform)
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke
bumi dan kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi
dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air mengalami
evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air hujan, salju, hujan
batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Air tanah dan air
permukaan merupakan sumber air yang mempunyai ketergantungan satu sama
lain, air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat penting; terutama di
daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan yang panjang
menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai dipermukaan tanah yang
sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah, sebaliknya juga aliran
sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah. Secara umum terdapat 2
sumber air tanah yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam
formasi batuan dan akhirnya mengalir mencapai permukaan air tanah.
2. Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir dan
lain sebaginya yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam lajur
jenuh.
Gambar 3.1 - Skema Daur Hidrologi global dalam aliran permukaan dan aliran air tanah
dalam sistim terbuka (Levin, 1985 dalam Toth, 1990)
3.2.1 Umum
Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air-mata air
disebut akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang
dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut
dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah,
misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga
menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah
tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang
menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan
tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di
atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan
tekanan udara luar. Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar:
1) kapasitas menyimpan air tanah dan
2) kapasitas mengalirkan air tanah.
Namun demikian sebagai hasil dari keragaman geologinya, akuifer sangat
beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume
tandonnya (ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut
akuifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan
sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau sebaliknya. Ditinjau dari kedudukannya
terhadap permukaan, air tanah dapat disebut:
1) air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan akuifer tak
tertekan, yakni yang tersimpan dalam akuifer dekat permukaan hingga
kedalaman - tergantung kesepakatan - 15 sampai 40 m.
2) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni
tersimpan dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila
kesepakatan air tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal
umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat (miskin) dengan membuat sumur
gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh kalangan industri dan
masyarakat menengah keatas.
Sebaran akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan
administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan
geologis yang mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas,
dimana terjadi proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah
berlangsung disebut cekungan air tanah
Jumlah air tawar terbesar tersimpan dalam bumi (Chow, 1978) dan
berdasarkan Prakiraan Jumlah Air di Bumi menurut UNESCO, 1978; dijelaskan
bahwa jumlah air tanah yang ada dibumi jauh lebih besar dibandingkan jumlah air
permukaan sebesar 98% yaitu semua air di daratan tersembunyi dibawah
permukaan tanah didalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Akan tetapi
Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999:26) mengemukakan bahwa air tanah
dangkal pada akifer yang terdapat pada material yang belum termampatkan di
daerah beriklim kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi
terutama musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air
tanah dan tingkat evaporasi yang cukup besar. Besar kecilnya material terlarut
tergantung pada lamanya air kontak dengan batuan. Semakin lama air kontak
dengan batuan semakin tinggi unsurunsur yang terlarut di dalamnya. Disamping
itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab semakin tua
umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam yang terlarut di
dalamnya.
Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti
lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui
air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Lapisan tanah
yang berisikan air terletak dibawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh
(saturated zone) dan diatasnya terletak lajur tidak jenuh (unsaturated zone)
berisikan air dan udara. Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air
tanah juga bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal
pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya
perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang
berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan
dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan (Utaya, 1990:35).
Gambar 3.5 Skema ruang imbuhan dan ruang luahan air tanah
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi Literatur
Metode pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai buku dan media lain
seperti studi literatur tentang penelitian terdahulu, yang menyangkut hidrologi di
ternate.
2. Metode Observasi
metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mengadakan
pengamatan langsung di lapangan mulai dari lokasi awal untuk pengembilan
sampel air tanah pada sumur gali yang akan di uji, dengan tujuan mencari tahu
kadar air tanah dan data yang telah di dapatkan akan diolah.
3. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah metode dalam penelitian dengan cara
melakukan tanya jawab atau wawancara langsung dengan teknisi dan karyawan
pada PDAM Kota Ternate. Wawancara yang dimaksudkan di sini adalah guna
memperoleh keterangan atau informasi terkait dengan kadar air tanah sebagai
pelengkap data agar lebih akurat.
4. Dokumentasi.
Memanfaatkan dokumen tertulis, gambar, foto atau benda-benda lain yang
berkaitan dengan study yang diteliti.
BAGAN ALIR PENELITIAN
Latar Belakang :
- Air tanah sebagai sumber daya
- Air tanah harus di kelola dengan baik
Judul :
Studi hidrogeologi di daerah kota ternate kecamatan ternate utara
Tujuan Penelitian :
- Memberikan informasi tentang kualitas air tanah
- Potensi air tanah
Metode Penelitian
Data Sekunder :
- Peta Geologi, Data Primer :
- Peta Topografi Data sumur gali
- Peta Geomorfologi
- dds
Penutup