Anda di halaman 1dari 18

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

KECEPATAN PERGERAKAN SESAR KELURAHAN BALAROA

LAPORAN GEODINAMIK

Oleh:

Varradita
F 121 15 029

PALU
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB 1 :PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………………………..1


1.2 Batasan masalah ……………………………………………….2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………….2
1.4 Manfaaat penelitian………………..……………………….…..2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum gempa bumi……………………….………...5


2.2 Tinjauan umum geologi regional………………..……………6
2.3 Tinjauan umum stuktur geologi………………………………8
2.4 Tinjauan umum Sesar…………………………………………

BAB III : METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu……………………………………………...11


3.2 Alat dan bahan penilitian………………………………….….11
3.3 Cara kerja………………………………………………………11
3.4 Jadwal penelitian……………………………………………….

BAB IV : HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil analisis……………….………………………..………..12

BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………
5.2 saran ………………………………………………….
.DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Palu merupakan salah satu daerah yang sering terjadi Gempa dan mempunyai
seismisitas tinggi. Geologi regional daerah Palu dan sekitarnya didominasi oleh
endapan kuarter yang terdiri atas endapan fluviatil dan alluvium. Kondisi alam
tersebut memiliki beberapa potensi yang merugikan di antaranya adalah potensi
gempa bumi
Dalam melakukan penelitian mengenai gempa bumi ini, kita menggunakan
metode geologi agar lebih mengetahui faktor geologi yang terjadi. Metode ini
dilakukan dengan langkah pengukuran tanah yang bergeser serta menganalisa
faktor geologi daerah sekitar yang mengakibatkan gempa sehingga masyarakat
lebih waspada akan bahaya gempa dan kerugian yang akan ditimbulkan.
Dalam melakukan penelitian dapat digunakan beberapa metode, namun dalam
penelitian ini kali ini kita menggunakan uji fisik. Dengan menggunakan metode ini
kita dapat mengetahui tanah yang bergeser dan struktur geologi tersebut agar dapat
menjadi acuan bersama dalam menentukan jenis batuan apa yang terdapat di daerah
itu serta melihat bagaimana kondisi sekitar disana. Dengan melakukan metode
tersebut kita dapat menganalisa serta mengetahui penyebab terjadinya gempa dan
percepatan gempa didaerah tersebut dapat ditanggulangi oleh pemerintah dengan
cara yang tepat.

1.2 BATASAN MASALAH


Penyebab masalah gempa yang ada di kota palu tepatnya di daerah balaroa tentu
saja mempunyai banyak faktor penyebab terjadinya gempa tersebut. Dalam
penelitian ini peneliti hanya mengkaji tanah yang bergeser di daerah balaroa.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Dengan penelitian ini kita dapat mengetahui pergeseran tanah yang ada di
balaroa yang mengakibatkan terjadinya gempa
2. Tidak hanya tanah yang bergeser, namun kita juga dapat mengetahui bagaimana
kecepatan pergeseran sesar

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat dari penulisan penelitian kali ini diharapkan :
1. Perguruan tinggi
Mahasiswa dapat memberi kontribusi yang baik dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dalam menambah wawasan melalui penelitian ini.
2. Masyarakat
Masyarakat lebih memahami dan mengetahui dampak atau akibat yang
ditimbulkan dari gempa bumi.
3. Bangsa dan Negara
Sebagai kontribusi pemikiran bagi pemerintah atau lembaga terkait untuk lebih
memperhatikan akibat yang terjadi karena aktivitas struktur geologi kepada
kehidupan masyarakat sekitar dan sebagai acuan untuk melakukan
penanggulangan serta solusi yang tepat terhadap bencana.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum gempa bumi

Dari aspek kegempaan, sistem patahan di bagian tengah Sulawesi dimana Kota
Palu terdapat terdiri dari kompleks zona patahan yang berletak dalam pertemuan
lempeng Pasifik, Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Dari perhitungan terhadap
pergerakan patahan Palu-Koro ini diperoleh data kisaran pergerakan lempeng, yaitu 35
± 8 mm per tahun. Sejarah gempa bumi di bagian tengah Sulawesi telah tercatat sejak
abad ke-19, dimana beberapa diantaranya mempunyai magnitude yang besar,
diantaranya tahun 1968 (6,7 SR), 1993 (5,8 SR) dan 2005 (6,2 SR). Kegempaan di
Sulawesi ini juga ditandai dengan frekuensi tsunami yang tinggi di bagian
SelatMakassar, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1927 di Teluk Palu dengan
ketinggian gelombang mencapai 15 m, tahun 1968 di Mapaga (10 m) dan tahun 1996
di Simuntu - Pangalaseang (1 - 3,4 m). Secara regional, Palu merupakan daerah gempa
aktif dimana menurut Peta Seismisitas USGS (Gambar 2-5) memiliki kedalamaan
episentrum kurang dari 150m.
Berdasarkan Peta Zonasi Gempa Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum (2010), Kota Palu memiliki percepatan gempa permukaan sebesar 1
- 1,2 g di sepanjang dataran teluk palu
Gambar. Peta Zonasi Gempa Indonesia

Menurut klasifikasi zona gempa Indonesia (Firmansyah, J & Irsyam, M, 1999) gempa
yang terjadi di wilayah Palu termasuk dalam tipe zona perubahan (transform zone)
yaitu gempa yang diakibatkan karena dua lempeng tektonik bergerak saling
menggelangsar (slide each other), sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak
saling memberai maupun saling menumpu. Gempa yang terjadi pada zona ini
umumnya merupakan gempa pada kerak dangkal (shallow crustal earthquakes) yang
diakibatkan oleh Sesar Palu-Koro dan Sesar Matano. tingkat resiko gempa bumi yang
tinggi di kota Palu ini selain karena berdekatan dengan sesar aktif Palu-Koro, juga
karena sebagian kotanya terletak di atas sesar Palu-Koro. Diperkirakan intensitas
gempa bumi yang merusak adalah dengan magnitude lebih besar dari 6,0 SR.
2.2 Tinjauan Umum geologi

Berdasarkan Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi Skala 1:250.000 (Rab
Sukamto, dkk, 1973) daerah penyelidikan terdiri dari 2 (dua) Formasi batuan, yaitu
Aluvium dan endapan pantai (Qap) dan Molasa Celebes Serasin dan Serasin (QTms)

a. Aluvium dan endapan pantai (Qap)


Terdiri dari kerikil, pasir, lumpur, dan batugamping koral. Terbentuk dalam lingkungan
sungai, delta, dan laut dangkal merupakan sedimen termuda di daerah ini. Endapan itu
boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah dekat Labean dan Tombo terumbu
koral membentuk bukit-bukit rendah. Kondisi batuan pada Formasi ini umumnya
berupa material yang belum mengalami kompaksi

b. Molasa Celebes Serasin dan Serasin (QTms)


Batuan ini terdapat pada ketinggian lebih rendah pada sisi-sisi kedua pematang,
menindidh secara tidak selaras Formasi Tinombo dan Kompleks batuan metamorf,
mengandung rombakan yang berasal dari formasi formasi lebih tua dan terdiri dari
konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping koral, dan napal yang semuanya
hanya mengeras lemah. Di dekat Kompleks batuan metamorf pada bagian barat
pematang timur endapan itu terutama terdiri dari bongkah-bongkah kasar dan agaknya
diendapkan di dekat sesar. Batuan-batuan itu ke arah laut beralih-alih jadi Sebatuan
klastika berbutir lebih halus. Di dekat Donggala sebelah utara Enu dan sebelah barat
Labea batuannya terutama terdiri dari batugamping dan napal mengandung Operculina
sp, Cycloclypeus sp, Rotalia sp, Orbulina universa, Amphistegina sp, Miliolidae,
Globigerina, Foraminifera pasiran, ganggang gampingan, pelesipoda, dan gastropoda.
Sebuah contoh yang diambil dari tenggara Laebago selain fosil-fosil tersebut
mengandung Miogypsina sp dan Lepidocyclina sp yang menunjukkan umur Pliosen –
Plistosen (Rab Sukamto dkk, 1973)
2.3 Tinjauan umum stuktur geologi

Berdasarkan hasil studi dari tim revisi peta gempa Indonesia (dalam Irsyam, M,
dkk, 2010) struktur geologi aktif yang melewati Kota Palu adalah berupa PKF (Palu
Koro Fault) dan MF (Matano Fault) keduanya merupakan sesar aktif yang banyak
dijumpai disekitar lembah Palu. Sesar Palu-Koro (PKF) berarah Utara – Selatan sedang
beberapa diantaranya ada yang berarah Baratdaya – Timurlaut. Sesar – sesar aktif
tersebut yang berarah Utara – Selatan adalah merupakan sesar-sesar aktif akibat
peremajaan dari struktur tua yang dapat teraktifkan kembali, sedangkan sesar-sesar
yang berarah Baratdaya – Timur laut adalah merupakan struktur yang sangat aktif pada
masa kini. Secara geologi, fisiografi Kota Palu berhubungan dengan proses struktur
yang terjadi serta jenis batuan yang menyusun Kota Palu, dimana sisi kiri dan kanan
Kota Palu merupakan jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro serta wilayahnya
disusun oleh batuan yang lebih keras dibanding material penyusun bagian lembah.

Gambar. Struktur geologi Palu (Irsyam M, dkk, 2010)


2.3 Tinjauan umum Sesar

Sesar merupakan suatu rekahan yang terjadi pada suatu batuan yang telah
mengalami suatu proses pergeseran, sehingga menyebabkan terjadinya perpindahan
antara bagian-bagian yang saling berhadapan, dengan arah yang sejajar antara bidang
patahan. Dalam ilmu geologi, Sesar adalah suatu fraktur yang berbentuk planar atau
diskontinuitas dalam suuatu volume batuan, di mana telah terjadi suatu perpindahan
yang signifikan sebagai akibat dari adanya gerakan suatu massa batuan. Sesar – sesar
yang berukuran besar pada kerak bumi merupakan hasil dari suatu aksi gaya lempeng
tektonik , sesar-sesar tersebut, membentuk suatu batas-batas antara lempeng, seperti
zona subduksi atau sesar transform.

Sedangkan bidang sesar diartikan sebagai suatu bidang yang mewakili


permukaan fraktur pada suatu patahan. Sebuah jejak sesar (fault trace) atau garis sesar
(fault line) adalah suatu perpotongan antara bidang sesar dengan bidang permukaan
tanah.

Adapun jenis-jenis sesar yang dapat di golongkan menjadi beberapa bagian,


diantaranya :
1. Sesar Normal
Sesar normal merupakan sesar yang pergerakan akan menyebabkan suau
perubahan pada sebuah bidang datar dengan pergerakkan yang standar yaitu hanging
wall akan bergerak turun ke arah footwall. Hal ini terjadi akibat adanya suatu gaya
gravitasi bumi dan sebuah gaya tekanan yang secara tidak langsung akan menyebabkan
suatu pergerakan. Adapun gambaran mengenai sesar normal dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.

2. Sesar naik
Sesar naik merupakan suatu sesar yang pergerakanya disertai dengan adanya
perubahan hanging wall terhadap footwall yang akan mengalami suatu kenaikan. Hal
ini dipengaruhi oleh adanya kemiringan pada suatu bidang sesar yang bekerja. Adapun
gambaran mengenai sesar naik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

3. Sesar Mendatar
Sesar mendatar merupakan suatu sesar yang pergerakanya bergerak ke arah kiri
maupun ke arah kanan. Sesar ini disebabkan oleh adanya suatu tegangan yang bersifat
kompresif yang bekerja secara berkala dengan posisi horizontal. Adapun gambaran
mengenai sesar mendatar dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Bentuk-bentuk patahan pada bumi sendiri terbagi menjadi 3 yaitu patahan vertical,
patahan horizontal, block mountain, dan oblique
1. Patahan vertikal
Patahan vertikal adalah salah satu penyebab relief di muka bumi
memiliki tinggi yang berbeda- beda. Patahan vertikal yang terkenal di indonesia
adalah patahan semangko. Patahan semangko berada di sumatra. Patahan ini
membagi sumatra menjadi bagian barat dan timur. Bentuk patahan vertikal
dibagi menjadi empat, yaitu Horst, Graben, Fault Scrap, dan Pegunungan
Patahan.

2. Patahan horizontal

Patahan horizontal adalah bentuk patahan yang diakibatkan dari tekanan


tenaga endogen yang bergerak secara horiontal. Sesar yang patah, bergerak
mendatar atau ke kanan dan kekiri. Sehingga patahan ini tidak menyebabkan
perubahan tinggi dari sesar. Patahan ini, biasanya hanya berbentuk garis- garis
atau retakan- retakan besar yang ada di dalam tanah. Garis- garis yang terjadi
akibat patahan disebut kelurusan. Kelurusan akan terlihat seperti garis lurus
panjang melalui citra satelit. Patahan horizontal, biasanya dapat ditemukan
pada daerah- daerah yang mengalami lipatan. Patahan horizontal dipisahkan
menjadi dua, yaitu Dekstral dan Sinistral.

3. Block mountain

Block Mauntain adalah kumpulan patahan- patahan yang tidak beraturan.


Patahan tersebut membentuk dataran yang memiliki bentuk yang bermacam-
macam. Ada yang naik, turun, maupun miring. Hal ini terjadi dari akibat adanya
beberapa tekanan yang terjadi di satu daerah yang besar. Tekanan tersebut
membuat tarikan dan dorongan, yang menghasilkan bentuk relief yang tidak
beraturan. Kumpulan patahan ini biasanya akan membentuk berbagai pegunungan.
Pegunungan ini biasanya terdiri dari balok- balok lithosfer. Lithosfer adalah lapisan
bumi atau kulit bumi bagian luar

4. Oblique

Oblique adalah sesar yang mengalami patahan vertikal bersamaan dengan


patahan horizontal. Gerakan ini juga disebut sebagai gerak miring. Gerakan miring
terjadi akibat adanya dua tekanan yang berbeda, terjadi dalam satu waktu dan di
satu titik yang sama. Dikarenakan gerakannya yang miring, hal ini menyebabkan
sesar berbentuk miring dan memanjang. berbeda dengan Fault scarp yang
membentuk tebing, bentuk Oblique lebih dalam dan panjang. Selain itu, perbedaan
tekanan yang didapat, membuat Oblique lebih curam dari Fault
scarp. Oblique adalah penyebab terbentuknya palung di dasar laut, dan ngarai di
daratan
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Secara umum desain penelitian dapat dilihat pada Gambar

Survey Lokasi
Daerah balaroa
mengukur dan mengamati kondisi geologi

Kondisi geologi
Pengukuran tanah
pengukuran tanah Mengamati kondisi
geologi

Kecepatan pergerakan sesar

Gambar Desain Penelitian gempa di daerah balaroa


3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu bulan november yang berlokasi
daerah balaroa. Lebih tepatnya lokasi penelitian dilakukan pada titik koordinat LS 00
90’ 63.6’’ BT 1190 83’ 97.5’’

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan
- Plastik Sampel
- Peta
- Kamera

Alat
- GPS
- Kompas
- Clipboard
- Alat tulis
- Rol meter

3.3 Cara kerja

Pengamatan ini dilakukan dengan survey langsung kelokasi yang mengalami


pergeseran, adapun hal yang dilakukan yaitu:

- Mengunjungi lokasi yang mengalami pergeseran


- Mengukur lebar pergeseran sesar
- Mengambil titik koordinat
- Dokumentasi
3.4 Tabel Jadwal Penelitian

no Jenis kegiatan Minggu-ke

3 4
1 penyiapan alat

2 pengukuran dan pengambilan data

3 Penyusunan laporan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 hasil analisis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di daerah balaroa pada titik koordinat

LS 000 90’ 63.6’’ BT 1190 83’ 97.5’’ penurunan tanah sepanjang 3.7 meter dengan
selang waktu 30 detik sehingga laju penurunan tanah adalah sebesar 0.12 m/s.
penurunan tanah yang terjadi di titik pengamatan di daerah balaroa merupakan bukti
sesar palu koro

Anda mungkin juga menyukai