Anda di halaman 1dari 28

REMEDIAL GEOMORFOLOGI

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Oleh
SEKAR AYU CITROWATI
072001800045

PROGAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, ridho dan hidayatnya
saya dapat menyelesaikan resume ini. Resume ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Remedial
Mata Kuliah Geomorfologi. Makalah ini berisi tentang Geomorfologi, diambil dari google
halaman 5 sesuai nomor urut absensi saya dan dengan kata kunci Geomorfologi – Indonesia
dan Geomorfologi – Inggris. Saya menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan resume
ini banyak kekurangan. Maka,dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua. Terima kasih

Jakarta, 19 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..1

1.1 Latar Belakang ………………………………………….1

BAB II ISI ……………… ……………………………………………...4

2.1 Pengertian Geomorfologi ………………………………4

2.2 Peta ………………………………………………….....5

2.3 Bentukan Asal Bentang Alam………………………….10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..43


BAB I

PROSES DAN MATERIAL GEOMORFOLOGI

Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi


yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita
kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Keduanya merupakan ad
penyebab yang dibantu dengan adanya gaya berat, dan keseluruhannya bekerja bersama-sama
dalam melakukan perubahan terhadap permukaan muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini
dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari
permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam
bumi. Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam
sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk
permukaan muka bumi ini.

Pembentukan
Perusakan
Pengangkutan
Tenaga asala dalam
Pembentukan struktur
Pembentukan gunung api
Tenaga asal luar
Gradasi
Pelapukan
Tenaga dari luar bumi
Adanya jatuhan dari meteor
Tenaga asal luar
Pengangkutan bahan
Erosi
Gelombang. (1)
Proses pembentuk utama yang bertanggung jawab terhadap pembentukan topografi
adalah pergerakan tanah, aliran air, ombak, angin, cuaca, gletser, tektonik, dan vulkanik.
Proses Glaci : Pergerakan es dan gletser dapat mengakibatkan abrasi dan memindahkan
bebatuan
Proses Aeolian : Proses Aeolian adalah proses yang berhubungan dengan angin yang sebagai
sumber pembentuknya. Angin dapat mengikis, membawa dan mengumpulan material
Proses Hillslope :Tanah dan berbatuan bergerak ke bawah dengan adanya gaya gravitasi
Proses Tectonic : Proses Tectonic terjadi karena aktifitas tektonik
Proses Fluvial : Proses fluvial adalah proses pembentukan alam yang berhubungan dengan
pergerakan sedimen, erosi dan endapan di sungai
Proses Igneous : Proses Igneous sangat mempengaruhi terhadap geomorfologi, baik yang
berasaal dari vulkanik maupun dari tektonik
Proses Geomorfologi : Interaksi antara makhluk hidup dan bentuk alam dapat mempengaruhi
proses pembentukan geomorfologi. (2)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
Geomorfologi adalah mempelajari bentuklahan (landform), proses-proses yang menyebabkan
pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuk lahan yang dijumpai di permukaan bumi
termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuk lahan dengan
proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Di samping itu, juga
menelaah dan mengkaji bentuk lahan secara deskriptif, mempelajari cara pembentukannya, proses
alamiah dan ulah manusia yang berlangsung, pengkelasan dari bentuk lahan serta cara
pemanfaatannya secara tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya.Struktur geologi sangat erat
hubungannya dengan bentuk lahan, salah satunya adalah patahan (fault) yang termasuk dalam kajian
struktur geologi yang paling mudah di identifikasi karena terlihat secara jelas yaitu terjadinya retakan
yang mengakibatkan pergeseran pada batuan yang dimana salah satu sisi bergerak relatif terhadap sisi
lainnya. Proses geomorfologi yang terjadi seperti longsor, erosi, aktivitas vulkanisme dll yang
menyebabkan bentuk lahan yang dilihat sekarang berbeda dengan bentuk lahan terdahulu seperti yang
terjadi pada batuan gamping yang bersifat basa dengan kadar yang tinggi sehingga mudah membentuk
lubang akibat dari air hujan yang netral berubah menjadi asam ketika bertemu dengan basa yang
berkadar tinggi yang disebut dengan luweng. Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh angin, air,
atau es. Erosi dapat terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia, penyebab
alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan
kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang
disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan
pertambangan, perkebunan dan perladangan. (3)

Concepts in process geomorphology, chemical weathering and soil formation, slope


processes, drainage basin morphometry, major processes and associated landforms: tectonic,
fluvial, aeolian, coastal, karst and glacial. Electro magnetic radiation and remote sensing:
interaction of EMR with atmosphere and terrain features, platforms and sensors, resolution and
calibration aspects of remotely sensed data, photogrammetry, aerial photo interpretation,
satellite remote sensing, fundamentals of digital image processing and classification,
introduction to Geographic Information System, spatial data models and data structures,
visualization and query of spatial data, overlay analyses, geological applications of remotely
sensed data and GIS. (4)

Geomorphology is the study of the evolution of the Earth’s surface. We address a


wide array of landscapes with an equally broad set of tools and methods. We study the
weathering of rock to produce sediment, the transport of sediment on hillslopes and in rivers,
and the erosion of bedrock by rivers. We address glacial and periglacial processes in polar
and alpine environments – the cryosphere -- as their evolution most clearly reflects the
variations in climatic forcing, and as these landscapes serve as the mountainous backdrop to
our campus. In the field we document real-time geomorphic processes, from GPS
monuments on glaciers to meteorological instrumentation to pressure plates beneath debris
flow chutes. We also employ an increasingly diverse set of remote sensing tools to image the
landscape and to produce time series of changes that highlight both climate and tectonic
processes. Finally, we have deep experience in developing numerical models of landscape
evolution at the scale of individual landscape elements to the whole landscape, and take
advantage of the national office of the CSDMS here at CU/INSTAAR. (5)

SOAL

JELASKAN PROSES PEMBENTUKAN GEOMORFOLOGI PESISIR?

Proses yang Terjadi di Wilayah Pesisir


Daerah pesisir merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah
tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan
lautan. Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat,
tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan
gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan pesisir terjadi apabila proses
geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen pesisir melebihi proses yang biasa
terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai akibat dari sejumlah faktor
lingkungan seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut,
gelombang, arus laut, dan salinitas (Sutikno, 1993 dalam Johanson D. Putinella,
2002).
Pembagian Zone Wilayah Pesisir
Setiap zone perairan dipesisir mengalami proses mengahasilkan struktur sedimen
yang khas dan berbeda satu sama lainnya. Berdasarkan hal ini zone pesisir dibagi
menjadi backshore, foreshore, shoreface, dan offshore.
1. Backshore terletak diantara batas bawah gumuk pasir (sand dune) hingga ke garis
air pasang paling tinggi (mean high water line). Jadi Backshore terdapat di amabang
pantai (beach bar).
2. Foreshore yaitu zone pasang surut, kawasan yang terletak di antara batas atas dan
bawah pasang air laut disebut. Backshore dan foreshore merupakan bagian atas dari
pesisir pantai. Dikawasan ini terdapat zone pemecah, zone swash dan arus sepanjang
pantai (longshore current). Sehingga kawasan ini menerima tenaga aliran yang kuat.
Sedimen-sedimen yang ada diwilayah ini kebanyakan terdiri dari material pasir.
3. Shoreface yaitu zone yang berbatasan dengan zone peralihan. Batas bawah
shoreface bergantung pada rata-rata dasar gelombang maksimal (average maximum
wave base).
4. Offshore merupakan zone lepas pantaiyang mengarah kelaut.
Selain pembagian diatas wilayah pesisir juga dapat dibagi berdasarkan kedalamannya,
yaitu:
1. Zona Lithoral

2. Zona Meritic (wilayah laut dangkal)


3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman
antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari, oleh
karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di zona meritic.
4. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam)

Geomorfologi Wilayah Pesisir


Proses-proses utama yang sering terjadi di wilayah pesisir meliputi: sirkulasi massa
air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan
abrasi serta upwelling. Bentukan-bentukan yang umum terdapat diwilayah pesisir
adalah sebagai berikut:
1. Pesisir Pantai (Beach) adalah yaitu pesisir diantara garis pasang naik dan pasang
surut.
2. Laguna adalah air laut dangkal yang memiliki luas beberapa mil, sering merupakan
teluk atau danau yang terletak diantara pulau penghalang dengan pantai.
3. Pulau Penghalang (Barrier Island) adalah gosong pasir yang tersembul dipantai
yang dipisahkan dari pantai oleh laguna. Pulau penghalang ini bias berbentuk sebagai
spit atau gumuk pasir yang dibentuk oleh angin atau air.
4. Delta adalah deposit lumpur, pasir, atau kerikil (endapan alluvium) yang
mengendap di muara suatu sungai. Delta dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya,
yaitu Delta Arcuate (Berbentuk kipas), Delta Cuspate (Berbentuk gigi tajam), Delta
Estuarine (Berbentuk estuarine).
5. Goa Laut (Sea Cave) merupakan goa yang terbentuk pada terbing terjal (cliff) atau
tanjung (headland) sebagai akibat erosi dari hantaman gelombang dan arus.
6. Sea Arch merupakn sea cave yang telah tereosi sangat berat akibat dari hantaman
ombak.
7. Sea Stack merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari daratan yang tersusun dari
batuan yang resisten sehingga masih bertahan dari hantaman gelombang.
8. Rawa Air Asin (Salt Marsh) merupakan rawa yang terbentuk akibat genangan air
laut di dinggir pantai.
9. Head Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok kelaut sebagai akibat erosi
gelombang.
10. Bar yaitu gosong pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut dipinggir pantai
yang terjadi oleh pengerjaan arus laut dan gelombang. Kadang-kadang terbenam
seluruhnya oleh air laut. Beberapa jenis bar antara lain:
• Spit yaitu yang salah satu ujunganya terikat pada daratan, sedangkan yang lainnya
tidak. Bentuknya kebanyakan lurus sejajar dengan pantai, tetapi oleh pengaruh arus
yang membelok ke arah darat atau oleh pengaruh pasang naik yang besar, spit itupun
membelok pula ke arah darat yang disebut Hook atau Recurved Spit (Spit Bengkok).
• Baymouth Bar adalah spit yang kedua ujungnya terikat pada daratan yang
menyeberang dibagian muka teluk.
• Tombolo adalah spit yang menghubungkan pulau dengan daratan induk atau dengan
pulau lain, contohnya daratan antara Pulau Pananjung dengan daratan induknya Pulau
Jawa.
BAB II

PETA

Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur
permukaan bumi digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu. Peta seringkali
sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan
manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya.
Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis
apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Secara umum peta diartikan
sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari
atas ada bidang datar melalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk
identifikasinya. Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal antara
sipengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan demikian
peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi.
Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang dirancang untuk mampu menghasilkan sebuah
informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yang
berkaitan dengan bumi untuk menganalisis, memperkirakan dan menghasilkan gambaran
kartografi. (6)

Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi saja,
sedangkan para pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3 dimensi (unsur
ketinggian) juga disajikan dalam peta. Peta yang menyajikan unsur ketinggian yang mewakili
dari bentuk 2 lahan disebut dengan peta topografi. Meskipun berbagai teknik telah banyak
dipakai untuk menggambarkan unsur ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti
adalah memakai garis kontur. Indonesia pertama kali di petakan secara detail oleh pemerintah
kolonial Belanda dan selesai pada tahun Peta ini kemudian disempurnakan lagi di tahun Peta
topografi tahun 1944 ini akhirnya dipakai sebagai acuan dasar pemetaan Indonesia. Tahun
1966 peta Indonesia disempurnakan lagi melalui sistem pencitraan satelit oleh American Map
Service (AMS) namun dengan skala terbesar 1: Peta topografi awalnya hanya dipakai untuk
kebutuhan pertahanan dan militer sehingga sangat dirahasiakan dan tidak sembarang orang
bisa mengakses. Akan tetapi dengan dunia informasi yang makin terbuka, maka peta
topografi sudah disesuaikan dengan kepentingan publik Bagian Bagian Peta. (7)

Penampang Topografi Penampang topografi adalah profil yang menunjukkan muka


bumi sepanjang garis penampang tertentu. Penampang ini dibuat dengan memproyeksikan
titik potong kontur dan garis penampang pada ketinggian (gambar.3). Kadang kadang skala
tegak dibuat lebih besar dengan maksud lebih memperlihatkan profilnya. 39 Gambar.3 Cara
membuat penampang topografi.6 Analisa Peta Topografi Analisa peta topografi dilakukan
sebagai studi pendahuluan sebelum dilakukan penyelidikan dilapangan ataupun pembukaan
suatu wilayah. Analisa ini umumnya disertai foto udara, atau dengan bantuan informasi
keadaan geologi regional. Seringkali keadaan topografi sangat dicerminkan oleh keadaan
geologinya, sehingga studi pendahuluan ini sangat membantu penyelidikan selanjutnya Hal
hal yang perlu dipelajari pada peta topografi antara lain, pola garis kontur, kerapatan, bentuk
bentuk bukit, kelurusan punggungan, bentuk lembah atau aliran, pola aliran sungai dan
sebagainya. Bebarapa sifat yang menonjol dari topografi misalnya bentuk morfologi yang
landai, umumnya ditempati oleh endapan aluvial sungai/pantai, atau batuanbatuan yang lunak
misalnya lempung, napal dan sebagainya. Bentuk perbukitan yang bergelombang, umumnya
ditempati oleh batuan yang berselang seling, misalnya batupasir dan lempung atau breksi.
Bukit bukit yang menonjol dan tersendiri, seringkali merupakan suatu tubuh batuan intruksi,
misalnya andesit, basalt. Pada batugamping, sangat khas dikenal bentuk topografi karst dan
sebagainya. Kelurusan punggungan atau sungai biasanya menunjukkan struktur geologi,
misalnya perlapisan batuan, jalur patahan atau batas perbedaan jenis batuan. (8)

Geomorphological maps are valuable tools for studying land surface processes.
Information obtained from the field geomorphological maps can be, in turn, used in mapping
geomorphology at another area. In this study, we present an application of the multiple-point
geostatistics (MPG) technique in geomorphological mapping. This technique makes use of
the field geomorphological maps, together with the topographical data obtained from the
Digital Elevation Model (DEM), to derive the knowledge on the formation of different
geomorphological units in the landscape (e.g. river terrace, alluvial fan, badlands) as a basis
in mapping areas with unknown geomorphology. This approach starts from characterizing the
occurrence of each geomorphological class as a function of land surface attributes (i.e.
attribute pattern), which consists of DEM derivatives discretized into classes (e.g. slope class)
observed at that cell location, and geomorphology at multiple neighboring locations. The
latter gives information on the spatial relation between geomorphological units. Number of
cell occurrences per geomorphological class per attribute pattern is counted and stored in the
frequency database, which will be subsequently used in the mapping. In the mapping stage,
the algorithm assigns a realization of a geomorphological class to the target mapping cell,
based on the probability function of geomorphological occurrences conditioned to the
observed attribute pattern at the target mapping cell, as retrieved from the frequency
database. The approach is tested to map the geomorphology in the 280 km2 Buëch
catchment, French Alps. We use 4 morphometric attributes, extracted from a 37.5-m DEM
resolution (i.e. height above the nearest drainage, slope gradient, profile curvature, and slope
variability); and 2 non-morphometric attributes (i.e. geomorphology observed at 1-cell and
10-cells downstream from a cell of interest). Mapping is done using different frequency
databases created from different training areas with sizes ranging between 7-28 km2 (2.5-
10% of the mapping area). (9)

SOAL

JELASKAN APA YANG DIKETAHUI TENTANG PETA GEOMORFOLOGI?

Peta geomorfologi didefinisikan sebagai peta yang menggambarkan bentuk lahan, genesa
beserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala. Berdasarkan definisi diatas
maka suatu peta geomorfologi harus mencakup hal hal sebagai berikut:

1. Peta geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan atau terrain disajikan


dalam bentuk simbol huruf dan angka, warna, pola garis dan hal itu tergantung pada
tingkat kepentingan masing-masing aspek.
2. Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari sistem survei analitik
(diantaranya morfologi dan morfogenesa) dan sintetik (diantaranya proses
geomorfologi, tanah /soil, tutupan lahan).
3. Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas bentuk
asalnya (struktural, denudasi, fluvial, marin, karts, angin dan es).
4. Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya yang
dinyatakan dalam angka, garis atau kedua-duanya.

Adapun informasi yang terdapat dalam peta geomorfologi berupa bentuk, geometri, serta
proses-proses yang telah maupun sedang terjadi, baik proses endogenik maupun eksogenik.
Ada sedikit perbedaan penekanan antara informasi geomorfologi untuk sains dan informasi
geomorfologi untuk terapan.

Untuk tujuan sains maka peta geomorfologi diharap mampu memberi informasi
mengenai hal-hal berikut :

1. Faktor-faktor geologi apa yang telah berpengaruh kepada pembentukan


bentang alam disuatu tempat
2. Bentuk-bentuk bentangalam apa yang telah terbentuk karenanya. Pada umumnya hal-
hal tersebut diuraikan secara deskriptif. Peta geomorfologi yang disajikan harus dapat
menunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula klasifikasi yang digunakan.
Gambaran peta yang menunjang ganesa dan bentuk diutamakan.

Sedangkan untuk tujuan terapan peta geomorfologi akan lebih banyak memberi
informasi mengenai :

1. Geometri dan bentuk permukaan bumi seperti tinggi, luas, kemiringan lereng,
kerapatan sungai, dan sebagainya.
2. Proses geomorfologi yang sedang berjalan dan besaran dari proses seperti :

 Jenis proses (pelapukan, erosi, sedimentasi, longsoran, pelarutan, dan sebagainya)


 Besaran dan proses tersebut (berapa luas, berapa dalam, berapa intensitasnya, dan
sebagainya)

Pada umumnya hal-hal tersebut dinyatakan secara terukur. Peta geomorfologi yang disajikan
harus menunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula klasifikasi yang digunakan.
Gambaran peta diutamakan yang menunjang kondisi parametris (yang dapat diukur) serta
proses-proses exsogen yang berjalan pada masa kini dan yang akan datang.
BAB III

BENTANG ALAM

Definisi Bentang Alam Bentang alam merupakam karakteristik dan juga bentuk
permukaan bumi yang disebabkan oleh proses perubahan kimia serta fisika. Beberapa contoh
yang dihasilkan dari bentang alam yaitu adalah gunung, bukit, lembah dll. Ada jenis bentang
alam tingkat yang lebih tinggi yaitu samudra dan benua. Lempeng tektonik, erosi dan seposisi
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap bentang alam. B. Faktor yang
Mempengaruhi Bentang Alam Ada berapa faktor yang sangat mempengaruhi bentang alam,
diantaranya sebagai berikut : Bentang alam Endogen Bentangalam endogen adalah
bentangalam yang proses pembentukannya/ genetikanya dikontrol oleh gaya-gaya endogen,
seperti aktivitas gunungapi, aktivitas magma dan aktivitas tektonik (perlipatan dan patahan).
Bentuk bentangalam endogen secara geomorfologi dikenal sebagai bentuk bentangalam
konstruksional (constructional landforms). Adapun bentukbentuk bentangalam endogen
antara lain adalah : 1. Bentang alam Struktural (Structural/Tectonic Landforms) Bentang
alam Struktural adalah bentangalam yang proses pembentukannya dikontrol oleh
gayatektonik seperti perlipatan dan atau patahan. Gambar dibawah merupakan blok diagram
dari suatu patahan sesar mendatar yang menghasilkan bentuk bentuk bentang alam Gawir,
Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, dan Offset River. (10)

Geomorfologi bukan hanya sekedar mempelajari bentuk lahan yang tampak saja,
tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang
mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Jadi meliputi bentuklahan
(landform), proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh
setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar
laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuk lahan dengan proses-proses dalam
tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Dengan demikian bahwa dalam
mempelajari geomorfologi terkait pada geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang
menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan bentuk lahan. Konsep dasar
Geomorfologi perlu dipahami secara baik untuk mempelajari Geomorfologi dalam membantu
mengenal dan menganalisa kenampakan bentuk lahan di permukaan bumi, sehingga pada
akhirnya dapat mengenal peristilahan baik secara deskriptif maupun secara empiris, terutama
nanti dalam melakukan klasifikasi bentuk lahan. Geomorfologi mempunyai peran dan terapan
dalam survei dan pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan,
keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis medan, banjir, serta
bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen.
Contoh daerah yang mengalami perubahan bentuk permukaan muka bumi:
Palung laut merupakan bentuk paritan memanjang dengan kedalaman mencapai lebih dari
6.500 meter. Umumnya palung laut ini merupakan batas antara kerak samudera India dengan
tepian benua Eurasia sebagai bentuk penunjaman yang menghasilkan celah memanjang tegak
lurus terhadap arah penunjaman. (11)

1. Vulkanik
Gunung Rinjani via phinemo

Vulkanik merupakan salah satu bentuklahan yang terbetuk dari adanya aktivitas
gunungapi. Aktivitas gunungapi ini tidak hanya terjadi pada saat ini saja, melainkan sejak
puluhan juta tahun yang lalu. Indonesia kita ketahui memiliki ring of fire atau deretan
gunungapi yang berjajar dari ujung barat hingga ujung timur. Salah satu destinasi paling
terkenal di Indonesia dari bentuklahan vulkanik adalah Gunung Rinjani di Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Letusan dahsyat Gunungapi Samalas pada masa lampau menyisakan
Kompleks Gunungapi Rinjani yang terkenal akan pemandangan indah dari puncaknya. Selain
Gunungapi Rinjani, pada kompleks ini juga terdapat Segara Anakan yang dahulunya
merupakan sisa letusan yang kemudian terisi oleh air. Keunikan proses geomorfologi
bentuklahan di kompleks Gunungapi Rinjani membuat tempat ini dijadikan sebagai salah satu
Taman Nasional di Indonesia.

2. Struktural
Bukit Barisan via id.wikipedia

Struktural merupakan bentuklahan yang terbentuk oleh adanya pengaruh struktur


geologi, seperti adanya patahan maupun lipatan. Bentuklahan ini sebenarnya sangat berkaitan
dengan adanya tumbukan lempeng besar yang ada di Indonesia, terutama untuk bentukan dari
patahan. Menariknya dari geomorfologi bentuklahan struktural ini adalah adanya
pembentukan pegunungan, perbukitan, maupun lembah yang cukup berbeda dengan kondisi
wilayah disekitarnya. Di Indonesia yang cukup terkenal ialah Pegunungan Bukit Barisan.
Pegunungan ini panjang membentang dari Aceh hingga Lampung di Pulau Sumatera. Puncak
tertingginya adalah Gunung Kerinci yang berada di Jambi dengan ketinggian 3.805 meter di
atas permukaan laut. Pembentukannya tentu saja berkaitan dengan adanya tumbukan lempeng
tektonik Eurasia dan Austraslia di sisi selatannya.

3. Fluvial
Sungai Kapuas via kompaswisata

Bentuklahan fluvial merupakan hasil dari pembentukan oleh sungai. Baik itu badan
sungai itu sendiri maupun daerah di sekitar sungai yang masih atau pernah terpengaruh oleh
aliran sungai.Salah satu karakteristik geomorfologi bentuklahan ini ialah daerah yang subur
di sekitar sungai. Di Indonesia banyak sekali terdapat sungai dengan berbagai ukuran, mulai
dari paling besar yang banyak dijumpai di Kalimantan hingga sungai-sungai kecil di berbagai
daerah. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia yang berada di Pontianak,
Pulau Kalimantan. Susur Sungai Kapuas saat ini telah dikembangkan sebagai salah satu
alternatif wisata disana, terutama pada malam hari. Tentu ini menjadi salah satu pilihan
menarik mengingat jarang sekali dijumpai tempat wisata di Kalimantan.

4. Solusional
Goa Pindul via goapindul

Bentuklahan solusional merupakan bentukan dari adanya pelarutan pada suatu batuan.
Bentuklahan solusional yang paling terkenal di Indonesia adalah karst.Berbeda dengan
bentuklahan lainnya, pada geomorfologi bentuklahan ini tidak di sembarang tempat di
Indonesia dapat dijumpai keberadaannya. Karst yang cukup terkenal di Indonesia ialah di
daerah Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Hampir sebagian besar wilayah
Gunungkidul merupakan karst yang terbentuk dari adanya pelarutan batuan.Tidak heran
apabila Gunungkidul banyak menyimpan potensi wisata yang menarik. Salah satunya ialah
Goa Pindul yang berhias karst di langit-langit goanya.

Ditambah lagi keberadaan aliran sungai yang melewati Goa Pindul turut menambah
eksotisnya tempat ini. Bahkan saat ini Goa Pindul sudah cukup terkenal hingga ke
mancanegara sebagai tempat wisata yang ramai dikunjungi.

5. Denudasional
Karangsambung via triptrus

Denudasional merupakan salah satu bentuklahan yang terjadi akibat adanya proses
degradasi. Proses degradasi ini biasanya adalah pengikisan atau pelapukan.Geomorfologi
bentuklahan ini banyak dijumpai merupakan gabungan atau berhubungan langsung dengan
bentuklahan lain. Sebagai contoh denudasional ialah perbukitan terisolir dan peneplain. Bukit
Jatibungkus, di Karangsambung ialah salah satu contoh geomorfologi bentuklahan
denudasional. Bukit Jatibungkus merupakan perbukitan yang terisolir akibat adanya proses
pengangkatan di daerah tersebut. Disana dapat dijumpai beberapa Goa yang cukup menarik
untuk dijelajahi, diantaranya yang sudah cukup terkenal adalah Goa Langse.

6. Aeolin
Aeolin merupakan bentuklahan yang terbentuk oleh adanya pengaruh angin. Sama
seperti bentuklahan solusional, bentuklahan ini tidak banyak dijumpai di Indonesia. Bahkan
di Indonesia saja hanya dapat dijumpai di Yogyakarta saja. Bentuklahan ini bahkan
mendapatkan penanganan khusus dari instansi pemerintah maupun pendidikan mengingat
fenomena yang tergolong langka di tempat ini. Bentuklahan aeolin yang dimaksud adalah
gumuk pasir di Parangtritis. Pembentukannya ialah pasir dari Gunungapi Merapi yang
terbawa melalui aliran sungai ke pantai selatan dihempaskan kembali ke daratan oleh angin
selatan. Akibat proses yang intensif maka terbentuklah gumuk pasir yang cukup luas di
sekitar pesisir pantainya. Saat ini gumuk pasir bahkan telah menjadi objek wisata yang cukup
terkenal, salah satunya ialah dijadikannya sebagai tempat olahraga sandboarding.

7. Marin
Raja Ampat via youtube

Hampir sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan wilayah yang berupa


bentuklahan marin. Geomorfologi bentuklahan ini merupakan hasil pembentukan akibat
adanya pengaruh aktivitas laut, baik itu gelombang, arus, dan pasang surut air laut. Hal ini
memang wajar mengingat sebagian besar wilayah Indoneisa adalah wilayah kepulauan yang
berbatasan langsung dengan laut. Dari sekian banyak geomorfologi bentuklahan marin yang
ada di Indonesia, salah satunya ialah pantai di Raja Ampat. Gugusan pulau pada perairan di
timur Indonesia ini sangat terkenal hingga ke level dunia. Bahkan Raja Ampat merupakan
salah satu destinasi terbaik di Asia yang wajib untuk dikunjungi.

8. Glasial
Puncak Jaya via youtube

Glasial merupakan bentuklahan yang terjadi akibat adanya pergerakan es. Artinya
salah satu syarat bentuklahan ini ialah keberadaan es itu sendiri. Biasanya bentuklahan glasial
erat kaitannya dengan keberadaan gletser atau pembentukan es pada permukaan tanah.
Indonesia merupakan negara tropis, namun negeri ini tetap memiliki geomorfologi
bentuklahan glasial ini. Ialah gletser carstensz yang berada di Puncak Jaya, Mimika, Papua.
Puncak Jaya merupakan puncak tertinggi di Indonesia. Tingginya Puncak Jaya membuat suhu
disana sangat dingin, bahkan sampai mampu terbentuk gletser. Namun akibat adanya
pemanasan global, saat ini keberadaan gletser ini sangat terancam dan jumlahnya pun
semakin sedikit. (12)

Academic backgrounds – geology, geography, ecology, environmental science – who


share an interest in how the natural world functions, as revealed in rivers. Our research
focuses primarily on physical processes acting along river corridors, including physical-biotic
interactions. We work on mountain streams, bedrock canyon rivers, floodplain rivers, big
rivers and small rivers. Our rivers flow through deserts and steppes, the arctic, the tropics,
alpine and subalpine regions, and temperate forests and rainforests. We seek to document and
explain how the underlying physics of water and sediment moving across landscapes are
expressed within the distinctive geology, climate, and geomorphic and ecological history of
individual drainages. This website provides some insight into who we are, and what
motivates, excites, perplexes, and amuses us. (13)
BAB IV
APLIKASI GEOMORFOLOGI

Berdasarkan atas energi yang merusak atau agen yang bersifat membangun. Ada 4
(empat) agent yang utama, yaitu sungai (streams), gletser (glaciers), gelombang (waves) dan
angin (winds), sedangkan pelapukan merupakan pemeran utama bagi keempat agen tersebut.
1. Bentuk-bentangalam yang dihasilkan oleh aktivitas sungai (fluvial), yaitu : a. Bentuk
bentangalam hasil erosi (Erosional forms), seperti: gallies, valleys, gorges dan canyons. b.
Bentuk bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: peaks, ronadrocks, summits areas.
c. Bentuk bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms) seperti: alluvial fans, flood
plains and deltas. 2. Bentuk-bentangalam yang dihasilkan oleh energi dari luncuran es
(gletser) yaitu : a. Bentuk bentangalam hasil erosi (Erosional forms), seperti: cirques, glacial
trought b. Bentuk bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: patterhorn-peaks,
aretes, roche eontounees c. Bentuk bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms),
seperti: deraine, drumlins, kame dan esker. Bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh energi
gelombang laut, yaitu : a. Bentuk bentangalam hasil erosi (Erosional forms), seperti: erode
sea caves b. Bentuk bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: stacks & Arches c.
Bentuk bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms) seperti: beaches, bars & spits 4.
Bentuk bentangalam yang diciptakan oleh energi angin, yaitu : a. Bentuk bentangalam hasil
erosi (Erosional forms), seperti: blow holes pada daerahdaerah yang berpasir b. Bentuk
bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: pedestal dan mushroom rocks. c. Bentuk
bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms) seperti: endapan pasir atau lempung
dalam bentuk dunes atau loess. Selain energi yang merusak secara fisik tersebut, organisme
juga dapat menjadi agen yang cenderung merusak batuan-batuan di permukaan bumi,
sebaliknya aktivitas pengendapan dapat menghasilkan bentuk-bentuk seperti coral-reefs dan
hills. Dapat disimpulkan, bahwa waktu terbentuknya ketiga orde relief itu berbeda-beda.
Relief bentuk pertama terbentuk lebih dulu dari pada relief orde kedua dan relief orde kedua
terbentuk lebih dulu dari pada relief orde ketiga. Relief order 3 yang dihasilkan oleh aktivitas
sungai (fluvial): Gullies (kiri) dan Kipas Aluvial (kanan) Relief order 3 yang dihasilkan oleh
energi dari luncuran es: : glacial trought (kiri) dan cirques glacial (kanan). (14)
1. Terapan geomorfologi dalam hidrologi, yang membahas hidrologi di daerah karst dan air
tanah daerah glasial. Masalah hidrologi di daerah karst dapat diketahui dengan baik apabila
geomorfologinya diketahui secara mendalam. Air tanah di daerah glasial tergatung pada tipe
endapannya, dan tipe endapan ini dapat lebih mudah didekati dengan geomorfologi.
2. Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas pendekatan geomorfologi
untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu, mineral epigenetik, dan endapan bijih.
3. Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang dibahas meliputi jalan raya,
penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan situs bendungan dan geologi militer. Terapan
geomorfologi dalam keteknikan ini semua aspek geomorfologi dipertimbangkan.
4. Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur minyak di AS yang
ditentukan dengan pendekatan geomorfologi terutama bentuklahan termasuk topografi, untuk
mengenal struktur geologi dalam penentuan terdapatnya kandungan minyak.
5. Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut pemetaan tanah, kajian pantai,
dan erosi. (15)

Both a geomorphological and a geological code is assigned to each segment. 20


different geomorphological types (and thus codes) and 13 geological types have been defined.
2) This layer features both erosion trends and the existence of coastal defence works along the
coast. 3 codes have been defined to depict erosion trends (stable, erosion, accretion) and 2
codes to depict coastal defence works (presence, absence). Both layers are provided at scale
1:100,000, in vector format, and consists in a segmentation of the EUROSION shoreline.
Geographical coverage note: Romania, Bulgaria, Cyprus, and ultra-peripheral regions are only
covered 20%. Also, only EU25 countries with coast are included in the data set. (16)
DAFTAR PUSTAKA

1. http://geo-geomorfologi.blogspot.com/p/materi-pembelajaran.html
2. https://www.materikuliah.me/2017/06/ilmu-geomorfologi.html
3. https://abdulbarikgeologist04.blogspot.com/2017/01/geomorfologi.html
4. . http://www.geos.iitb.ac.in/gs-422-process-geomorphology-remote-sensing-and-gis/
5. https://www.colorado.edu/geologicalsciences/research/geomorphology-cryosphere
6. https://docplayer.info/31449537-5-geomorfologi-definisi-dan-pengertian-
geomorfologi-pengantar-geologi-2012.html
7. https://docplayer.info/67468604-Bab-7-peta-topografi-2012.html

8. https://docplayer.info/73066194-5-1-peta-topografi-5-2-garis-kontur-
karakteristiknya.html
9. http://adsabs.harvard.edu/abs/2014EGUGA..1612616B
10. https://docplayer.info/61271972-Analisa-bentang-alam.html
11. http://geo-geomorfologi.blogspot.com/p/materi-pembelajaran.html

12. https://www.klikmania.net/geomorfologi-indonesia/
13. https://sites.warnercnr.colostate.edu/fluvial-geomorphology/
14. https://docplayer.info/30250898-Pendahuluan-definisi-dan-pengertian-geomorfologi-
geomorfologi-1.html
15. https://www.materikuliah.me/2017/06/ilmu-geomorfologi.html
16. https://www.eea.europa.eu/data-and-maps/data/geomorphology-geology-erosion-
trends-and-coastal-defence-works

Anda mungkin juga menyukai