I.
a. Pendekatan Analitik
Menyajikan satuan-satuan pemetaan dan informasi geomorfologi yang
meliputi aspek-aspek geomorfologi utama, yaitu morfometri, morfografi,
morfogenesa, morfokronologi dll.Pada pendekatan analitik,
satuanbentuklahan di klasifikasikan berdasarkan genesanya.
b. Pendekatan Sintetik
Merupakan suatu survey multidisiplin yang menyajikan informasi terrain
dalam konteks lingkungan dan hubungannya dengan ekologi bentuklahan.
Pada pendekatan sintetik, diperoleh empat tingkatan klasifikasi, yaitu terrain,
unit terrain, sistem terrain, dan provinsi terrain
2.
Bersifat khusus:
c. Pendekatan Pragmatik
Merupakan gabungan dari pendekatan analitik dan sintetik. Pendekatan
pragmatik adalah untuk tujuan pemetaan kelerengan, survey penutup lahan,
keterlintasan jalan, pemetaan morfokonservasi, bahaya banjir, bencana
letusan gunugapi, gerakan massa, hidromorfologi, dll.
2. Tsunami
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh
macam-macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa
gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak
kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai
wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin
membesar.
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena
saat mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air
pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai
pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang
tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air
laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli
oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic
sea wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.
a. Faktor Analitik
1. Morfografi =
Merupakan susunan dari obyek alami yang ada di permukaan bumi.hal
ini dapat berpengaruh dan dikaitkan terhadap terjadinya suatu tsunami,
karena bentuk bentangalam di dasar laut adalah berbeda-beda, ada yang
landai namun ada pula yang menjulang tinggi seperti pegunungan, dan
ada pula yang menunjam ke dalam yang disebut dengan palung. Bentang
pantai juga akan mempengaruhi kekuatan dari tsunami itu sendiri, yaitu :
a. Bila dataran pantai hanyalah berbentuk pasir, maka saat terjadi tsunami,
pasir-pasir tersebut akan terangkat yang menyebabkan massa dari
b. Faktor Sintetik
1. Faktor manusia
Kita sebagai umat manusia kadang tidak sadar bahwa telah melakukan
eksploitasi alam secara berlebihan dan melakukan berbagai
penyimpangan.Tsunami dapat pula terjadi Karena factor manusia yaitu
Walau hal ini kecil kemungkinannya untuk saat ini, namun tetap saja factor
dari luar yang dapat menyebabkan tsunami adalah tak dapat terbantahkan,
yaitu bila meteor jatuh ke bumi dengan massa yang cukup besar dan
menabrak kerak bumi yang berada di laut. Maka efeknya akan sangat
mematikan.
a. Faktor Analitik:
1. Morfografi: Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat
terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal.
pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang
berpori-pori di dalamnya.
b. Faktor Sintetik:
1. Tekanan: Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan
lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintinbintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat.
2. Temperatur: Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi,
merupakan faktor penting dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon
jarang terbentuk pada temperatur kurang dari 65oC dan umumnya terurai
pada suhu di atas 260oC. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu
moderat, dari 107 ke 177oC. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak
yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat suhunya
sangat tinggi akan dihasilkan gas alam.
3. Aktivitas organisme: Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun
oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan
mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses
tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam
jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini
berlangsung sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi
dibutuhkan waktu yang sangat lama.
4. Erosi: adanya jebakan geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak
teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misal gempa bumi
dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus,
dapat menciptakan suatu ruangan bawah tanah yang menjadi jebakan
hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable,
maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemanamana lagi.
5. Sedimentasi: para geologis sependapat bahwa minyak bumi terbentuk
selama jutaan tahun dari organism, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat
kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organism laut ini mati, badannya
terkubur di dasar lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan
yang kaya zat organic yang akhirnya akan menjadi batuan endapan
(sedimentary rock).
2. Batubara
Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei
tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan
penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan,
keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan
batu bara sebagai dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi.
Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan
kelas sumber daya batubara yang dihasilkan.
Faktor Terbentuknya Batu Bara:
a. Faktor Analitik
1. Topografi
Daerah tempat tumbuhan berkembang baik merupakan daerah yang relatif
mempunyai ketersediaan air.Tempat tersebut mempuyai topografi yang
relatife lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang ada disekelilingnya.
Makin luas daerah dengan topografi rendah, maka makin banyak pula
tanaman yang tumbuh, sehingga makin banyak pula bahan pembentuk
batubara.
2. Litologi (Morfostruktur Pasif)
Ukuran pengendapan batu bara, semakin lama pengendapannya maka akan
diperoleh batu bara dengan tingkat kematangan yang sempurna,hal ini selain
dipengaruhi factor internal juga dipengaruhi factor eksternal,biasanya di
dekat batu bara terdapat batu lempung.
3. Struktur Geologi
Di daerah bekas rawa purba biasanya di didalamnya biasanya dapat
ditemukan banyak fosil baik dari tumbuhan maupun hewan yang sudah
tertimbun selama berates ratus tahun .dalam hal ini baik di daerah rawa
maupun dekat gunung berapi biasanyamemiliki kandungan fosil yang
hampir sama.
4. Morfografi
Permukaan lahan gambut karena di lahan ini terdapat banyak fossil yang
memiliki potensi yang melimpah
5. Morfodinamik
Proses terjadi. Batu bara sudah terjadi sejak jutaan tahun lalu dimulai dari
jaman Karbon sampai sekarang.Peningkatan mutu batubara sangat
ditentukan oleh factor tekanan dan waktu.Tekanan dapat diakibatkan oleh
lapisan sedimen penutup yang tebal atau karena adanya tektonik. Makin
lama selang waktu dari mulai bergradasi sampai terbentuk batubara, maka
makin baik mutu dari batubara yang diperoleh. Factor tersebut dapat
mempercepat proses metamorfosa organik.
b. Faktor Sintetik
1. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan
merupakan factor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang
sesuai.Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi
oleh posisi geotektonik.Temperature yang lembab pada iklim tropis dan sub
tropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah
yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis
mempunyai siklus pertumbuhan setipa 7 9 tahun dengan ketinggian pohon
sekitar 30 meter. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin, ketinggian pohon
hanya mencapai 5 6 meter dalam selang waktu yang sama.
2. Penurunan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tekonik. Jika
penurunan dan pengandapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan
batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi
pertumbuhan flora dan pengendapannya.Hal ini menyebabkan adanya
infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang
terbantuk.
3. Umur Geologi
Daftar Pustaka
Santoso, Djoko.2002.Pengantar Teknik Geofisika. Bandung:ITB