Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Batuan merupakan material utama penyusun kerak bumi. Di dalam kerak

bumi terbentuk berbagai macam jenis batuan beku dan mineral penyusun dari
batuan tersebut. Jenis-jenis yang terbentuk didalam bumi dapat melalui
beberapa tahap sehingga membentuk batuan beku yang terbentuk di dalam bumi
(intrusif) dan batuan beku yang terbentuk didekat permukaan bumi (ekstrusif).
Agar dapat membedakan jenis-jenis batuan maka setiap jenis batuan harus
dideskripsikan terlebih dahulu menurut sifat fisiknya. Mengetahui jenis dan
proses keterbentukan dari batuan beku memiliki keuntungan bagi dunia
pertambangan, seperti mengetahui jenis endapan dan cadangan dari endapan
tersebut serta untuk mengetahui cara penambangan untuk endapan tersebut.
Dengan menambang endapan yang telah diketahui jumlah serta cadangannnya
maka hasil tambang dapat dijual kembali dengan memiliki nilai ekonomis.

1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1

Maksud
Maksud dari pembuatan laporan akhir mengenai batuan beku 1 yaitu

untuk mempelajari jenis-jenis batuan beku


1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pada pembahasan kali ini yaitu:
Untuk mengetahui jenis-jenis batuan beku
Dapat mendeskripsikan batuan beku secara megaskopis
Dapat membedakan jenis-jenis batuan beku

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Genesa Batuan Beku


Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk karena terjadi proses

pendinginan magma yang dimuntahkan bersama letusan gunung berapi secara


cepat. Magma yang berasal dari perut bumi secara perlahan menerobos batuan
yang ada di atasnya dengan mencari bidang lemah dari batuan yang akan
ditembusnya. Maka tak jarang apabila batuan beku sering disebut batuan
terobosan (intrusive rocks dan extrusive rocks). Penggolongan atau klasifikasi
batuan beku ialah penggabungan batuan-batuan yang memiliki ciri-ciri fisik, sifat
dan jenis yang sama serta didasarkan pada proses awal pembentukan dari
batuan beku atau genesisnya.
Batuan dalam yang sering disebut dengan batuan plutonik atau batuan
abisik, memiliki struktur holokristalin artinya batuan ini seluruhnya tersusun dari
kristal. Sedangkan pada batuan lelehan memiliki jenis struktur batuan porfir atau
setengah kristalin. Dalam batuan ini mineral dapat berkembang secara terusmenerus hingga terbentuk menjadi beberapa generasi. Adanya struktur porfir
disebabkan oleh magma yang bersifat mobile naik ke tempat yang lebih tinggi
berubah dari keadaan magma yang semula menjadi keadaan yang baru.
Beberapa kristal yang mulai menembus batuan diatasnya mengalami penurunan
suhu sehingga kristal dapat mendingin lebih cepat dengan bentuk yang
berukuran besar. Selanjutnya magma kembali menerobos batuan dan dengan
tiba-tiba

mengalami

penurunan

suhu

yang

sangat

ekstrem

sehingga

menyebabkan terbentuknya kristal yang berukuran kecil.


Magma terbentuk dalam dua zona yaitu pada zona penunjaman dan zona
pemekaran. Umumnya magma yang terbentuk di zona penunjaman memiliki sifat
asam dan mangma yang terbentuk pada zona pemekaran bersifat basa. Magma
yang bersifat asam memiliki kekentalan yang tinggi sedangkan magma yang
bersifat basa memiliki kekentalan yang lebih rendah.
Proses pembekuan magma secara diferensiasi yaitu proses terjadinya
suatu jenis batuan beku dari tipe jenis magma yang sama. Dalam pembekuan ini
proses penghabluran dilakukan secara berurutan menurut serie Bowen.

Sedangkan pembekuan magma secara asimilasi yaitu proses penerobosan yang


disertai dengan campuran atau pertukaran unsur-unsur dari magma dengan
batuan disekitar yang diterobosnya.

Sumber: http://www.tankonyvtar.hu

Foto 2.1
Zona Penunjaman

2.2

Mineral Penyusun Batuan Beku


Batuan beku tersusun dari mineral pembentuk batuan, jumlah dari

mineral-mineral ini dapat menentukan nama batuan. Mineral pembentuk terdiri


dari 3 mineral yang semuanya saling mengalami keterkaitan diantaranya:
Mineral utama yaitu mineral asli milik batuan itu sendiri yang

keterdapatannya dapat menentukan nama pokok dari mineral itu sendiri


Mineral ikutan khas yaitu mineral yang ada hanya pada batuan itu yang
keterdapatannya akan mempengaruhi nama dari batuan itu dan berperan

sebagai pemberian nama lain


Mineral ikutan minor yaitu mineral yang keterdapatannya hanya sebagian
kecil pada batuan tersebut sehingga tidak terlalu mempengaruhi nama
dari batuan itu

Sumber: http://www.gunjanminerals.com/

Foto 2.2
Kaolin

2.3

Klasifikasi Batuan Beku


Umumnya klasifikasi batuan beku dapat dibedakan berdasarkan genesa

keterbentukkan dari batuan beku tersebut dan sifat fisik dari batuan beku.

Genesa keterbentukkan batuan beku terdiri batuan beku intrusif dan


batuan beku ekstrusif. Batuan intrusif dapat dibedakan berdasarkan
bentuk geometri yang terdapat pada batuan beku tersebut bentuk
geometri tersebut terdiri dari bentuk tidak beraturan, bentuk tabular dan
berbentuk seperti pipa. Batuan ekstrusif merupakan batuan yang
terbentuk akibat lava yang mengalami penurunan suhu secara drastis dan
cepat. Batuan ekstrusif dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

batuan beku plutonik dan batuan beku hipobasal.


Sifat fisik dari batuan beku dibagi menjadi 4 kelompok yaitu batuan beku
asam, batuan beku menengah, batuan beku basa, batuan beku ultra
basa.

Sumber: http://njscuba.net/artifacts/matl_stone.html

Foto 2.3
Batuan Beku Asam

2.4 Tekstur dan Struktur Batuan Beku


Tekstur yaitu kenampakan fisik umum batuan termasuk aspek geometri
serta hubungannya dengan kristal atau butir. Tekstur menggambarkan ukuran
butir, bentuk butir atau kristal serta hubungan antara butir dan kristal selain itu
tekstur juga dapat menunjukan tempat pembekuan magma. Tekstur batuan beku
dibagi menjadi tiga yaitu faneritik, porfiritik, afanitik. Menurut Travis 1958 tekstur
batuan dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya:
Derajat pengkristalan (degree of crystallinity)
Ukuran butir (grain size)
Hubungan antar butir (grain relationship)
Derajat perkembangan wajah kristal pada butiran (degree of crystal face
development on grains)

a. Berdasarkan tingkat pengkristalan:


Berdasarkan tingkat kristalisasi dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Penghabluran (holocrystalline)
: semua berbentuk kristal
Hipokristalin (hypocrystalline)
: sebagian terdiri dari gelas
Purnagelas (holohyaline-glassy)
: semua terdiri dari gelas
b. Berdasarkan ukuran butir:
Pengelompokan berdasarkan ukuran butir dibagi menjadi dua macam
yaitu:
Kasatmata atau faneritik yaitu butiran yang masih bisa terlihat dengan
jelas dengan kasat mata. Ukuran butir ini terdiri dari butiran yang kasar,

menengah dan halus


Tansatmata atau afanitik yaitu butiran yang tidak terlihat dengan kasat
mata untuk melihatnya dengan jelas diperlukan alat bantu khusus seperti
kaca pembesar dan mikroskop. Butiran ini terdiri dari mikrokristalin,
kriptokristalin dan gelas

Sumber: http://dunia-atas.blogspot.com/

Foto 2.4
Tekstur Batuan Beku

c. Berdasarkan hubungan antar butir:


Pembagian berdasarkan hubungan antar butir yang terdapat dalam
batuan beku yaitu:
Berderai (granular): dimensi butiran hampir seimbang
Samaberderai (equigranular): ukuran antar butiran seragam atau sama

besar
Granitic: hypidiomorphic granular
Porfiritik: butiran relatif lebih besar dan masa dasar yang berukuran lebih

halus dan seragam


Diabasic: terdiri dari pirokesen diantara bekas-bekas plagioklas
Ophitic: terdiri dari bekas plagioklas yang menempel pada lapisan

piroksen
Pegmatitic: terdiri dari batuan besar dan lebih besar dari batuan induknya
5

Aplitic: berbutiran halus seperti gula pasir


d. Derajat perkembangan wajah kristal (Kemas):
Umunya pengelompokan derajat perkembangan wajah kristal digunakan
untuk memperkenalkan butiran secara individu:
Euhedral: dibatasi oleh wajah kristal
Subhedral: sebagian dibatasi oleh wajah kristal
Anhedral: sama sekali tidak dibatasi oleh wajah kristal
Panadiomorphic
Hypidiomorphic
Allotriomorphic

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1

Tugas

Sebutkan jenis-jenis mineral ubahan sekuder!


Deskripsikan masing-masing 5 buah jenis batuan beku intrusif dan batuan
beku ekstrusif.

3.2

Pembahasan

Mineral Sekunder
Mineral sekunder merupakan mineral yang terbentuk karena adanya
mineral primer atau mineral utama. Mineral sekunder terdiri dari serpentin, kalsit,
serisit, kalkopirit, kaolin, klorit, pirit.

Kalsit ubahan dari mineral awalnya yang mengalami pelapukan dan

kegiatan organisme pada batu gamping


Kaolin berasal dari lempung
Kalkopirit berasal dari suatu mineral besi sulfida tembaga yang

mengkristal
Klorit berasal dari alterasi hidrotermal bijih besi
Kelompok kalsit terdiri dari kalsit, dolomit, magnesit, siderit yang terbentuk

dari ubahan mineral plagioklas


Kelompok serpentin terdiri dari antigorit dan krisotil yang terbentuk dari

ubahan mineral kelompok plagioklas


Kelompok serisit merupakan ubahan dari mineral plagioklas
Kelompok kaolin terdiri dari kaolin, hallosyte merupakan ubahan

pelapukan dari batuan beku


Mineral epidot merupakan ubahan dari hasil alterasi mineral feldspar,
piroksen, biotit dan amfibol

Deskripsi Batuan Beku


No

: LG/BB/01/2014

Warna Batuan

: Dark salmon

Derajat Kristalisasi

: Holokristalin

Hub. Antar Butir

: Equigranular

Granularitas

: Phaneric
7

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Intrusif

Komposisi Mineral

: Quartz, orthoclase, plagioclase

Jenis Batuan

: Beku Asam

Nama Batuan

p= 7 cm

Foto 3.5
Batuan Beku

Gambar 3.1
Sketsa Batuan Beku

No

: LG/BB/02/2014

Warna Batuan

: Burly Wood

Derajat Kristalisasi

: Holokristalin

Hub. Antar Butir

: Equigranular

Granularitas

: Phaneric

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Intrusif

Komposisi Mineral

: Quartz, orthoclase, plagioclase, biotite

Jenis Batuan

: Beku Asam

Nama Batuan

:
p= 6,5 cm

Foto 3.6
Batuan Beku

Gambar 3.2
Sketsa Batuan Beku

10

: LG/BB/03/2014

Warna Batuan

: Light Salmon

Derajat Kristalisasi

: Holokristalin

Hub. Antar Butir

: Inquigranular

Granularitas

: Phaneric

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Intrusif

Komposisi Mineral

: Orthoclase, quartz, biotite, plagioclase

Jenis Batuan

: Beku Asam

Nama Batuan

l= 8 cm

No

p= 9 cm

Foto 3.7
Batuan Beku

Gambar 3.3
Sketsa Batuan Beku

10

11

11

12

No

: LG/BB/04/2014

Warna Batuan

: Tan

Derajat Kristalisasi

: Holokristalin

Hub. Antar Butir

: Equigranular

Granularitas

: Phaneric

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Intrusif

Komposisi Mineral

: Quartz, plagioclase, biotite

Jenis Batuan

: Beku Asam

Nama Batuan

P= 5 cm

Foto 3.8
Batuan Beku

Gambar 3.4
Sketsa Batuan Beku

12

13

No

: LG/BB/05/2014

Warna Batuan

: Grey

Derajat Kristalisasi

: Holokristalin

Hub. Antar Butir

: Inequigranular

Granularitas

: Phaneric

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Intrusif

Komposisi Mineral

: Hornblende, biotite, plagioclase

Jenis Batuan

: Beku Intermediet

Nama Batuan

Foto 3.9
Batuan Beku
p= 15 cm

Sketsa 3.5
Sketsa Batuan Beku

13

14

No

: LG/BB/06/2014

Warna Batuan

: Grey

Derajat Kristalisasi

: Hypokristalin

Hub. Antar Butir

: Equigranular

Granularitas

: Afanitic

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Ekstrusif

Komposisi Mineral

: Piroksen, plagioclase, biotite

Jenis Batuan

: Beku Intermediet

Nama Batuan

p= 8,5 cm

Foto 3.10
Batuan Beku

Gambar 3.6
Sketsa Batuan Beku

14

15

No

: LG/BB/07/2014

Warna Batuan

: Black

Derajat Kristalisasi

: Hypokristalin

Hub. Antar Butir

: Equigranular

Granularitas

: Afanitik

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Ekstrusif

Komposisi Mineral

: Piroksen, biotite, plagioclase

Jenis Batuan

: Beku Basa

Nama Batuan

p= 8 cm

Foto 3.11
Batuan Beku

Gambar 3.7
Sketsa Batuan Beku

15

16

No

: LG/BB/08/2014

Warna Batuan

: Wheat

Derajat Kristalisasi

: Hypokristalin

Hub. Antar Butir

: Inequigranular

Granularitas

: Afanitic

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Ekstrusif

Komposisi Mineral

: Quartz, orthoclase, plagioclase, piroksen

Jenis Batuan

: Beku Asam

Nama Batuan

P= 14 cm

Foto 3.12
Batuan Beku

Gambar 3.8
Sketsa Batuan Beku

16

17

No

: LG/BB/09/2014

Warna Batuan

: Gray

Derajat Kristalisasi

: Hypokristalin

Hub. Antar Butir

: Inequigranular

Granularitas

: Afanitic

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Ekstrusif

Komposisi Mineral

: Hornblende, plagioclase, piroksen

Jenis Batuan

: Beku Intermediet

Nama Batuan

Foto 3.13
Batuan Beku

Gambar 3.9
Sketsa Batuan Beku

17

18

No

: LG/BB/10/2014

Warna Batuan

: Dim Gray

Derajat Kristalisasi

: Hypokristalin

Hub. Antar Butir

: Inequigranular

Granularitas

: Afanitic

Tekstur Khusus

Struktur

Genesa

: Ekstrusif

Komposisi Mineral

: Quartz, biotite, plagioclase, piroksen

Jenis Batuan

: Beku Asam

Nama Batuan

p= 11 cm

Foto 3.14
Batuan Beku

Gambar 3.10
Sketsa Batuan Beku

18

19

BAB IV
ANALISA

Pada batuan beku yang di deskripsikan pada nomer 10 terdapat satu


buah batuan yang memiliki dua jenis genesa yaitu intrusif dan ekstrusif. Sisi satu
dari batuan tersebut memiliki warna batuan yang terang dan berbutir kasar
sedangkan pada sisi yang lainnya memiliki warna batuan yang gelap dan berbutir
afanitik halus. Umumnya peristiwa tersebut dapat terjadi sesuai dengan
lingkungan pembentukan dari batuan tersebut. Batuan yang pertama kali
terbentuk berasal dari dalam bumi akibat kristalisasi magma yang kemudian
terbentuk batuan beku intrusif. Saat batuan beku intrusif belum terbentuk secara
sempurna batuan tersebut mengalami gaya-gaya geologi dan letaknya
mendekati permukaan bumi, karena kondisi lingkungan pembentukkan yang
berbeda maka terbentuk batuan beku ekstrusif yang memiliki tekstur batuan
halus dan berwarna gelap.

19

20

BAB V
KESIMPULAN

Batuan beku memiliki dua bentuk genesa yang berbeda. Umumnya


batuan beku yang terbentuk secara intrusif terbentuk jauh di dalam bumi
sedangkan batuan beku yang terbentuk secara ekstrusif terbentuk di dekat
permukaan bumi. Pembentukan batuan beku sangat erat kaitannya dengan
proses pemineralan serie Bowen sebab pembentukan batuan beku terjadi akibat
proses pengkristalan langsung dari magma. Cara untuk membedakan batuan
beku dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu menurut warna batuan, susunan
atau komposisi mineral dan tekstur batuan. Faktor utama dalam pembentukan
batuan beku yaitu faktor dari lingkungan pada saat proses pemineralan
berlangsung. Faktor ini sangat mempengaruhi bentuk dari batuan tersebut
ataupun tekstur batuan beku baik batuan beku intrusif maupun batuan beku
ekstrusif.

20

21

DAFTAR PUSTAKA

Muchsin, A. Machali, 2003, Catatan Kuliah Geologi Fisik, Program Studi


Pertambangan Fakultas Teknik UNISBA.
K.Katili, DR.J, Marks. DR.P, Geology, Departemen Urusan Research Nasional
Djakarta.
Tri, Setyobudi, Prihatin, 2012, Batuan Beku dan Klasifikasi Berdasarkan
Genesanya,

http://ptbudie.wordpress.com/2012/03/29/batuan-beku-dan-

klasifikasi-berdasarkan-genesanya/. Diakses pada tanggal 23 Oktober


2014 pukul 20.00 WIB.

21

22

LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai