Anda di halaman 1dari 40

LABORATORIUM GEOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Nomor Tugas : 08
Mata Kuliah : Praktikum Mineralogi dan Petrologi

LAPORAN AKHIR
BATUAN BEKU 2

Nama : Fatkhul Qorrib


NPM : 10070120021
Shift Praktikum : I (Satu) / 11:30 -14:30 WIB
Hari/ Tanggal praktikum : Senin, 11 Oktober 2021
Hari/ Tanggal Laporan : Senin, 18 Oktober 2021
Asisten : 1. Indra Karna Wijaksana, S.Pd., S.T., M.T.
2. Wahyu Budhi Khorniawan, S.T., M.T.
3. Ir. Sri Indiarto
4. Deny Mildan, S.T., M.T.
5. Hafizh Murtadho
6. Hevi Rosdiana
7. Erlan Adya Jamil
8. Muhammad Aziz Rahmatullah

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berbagai nikmat serta karunia-Nya kepada hambanya, Sehingga
pada kesempatan ini saya bisa menyelesaikan tugas laporan akhir praktikum
Petrologi dan Mineralogi yang berjudul “Batuan Beku 2” Program Studi Teknik
Pertambangan.
Kemudian tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Asisten
Laboratorium Geologi yang telah memberi arahan serta bimbingan nya terhadap
pemberian materi dan tugas. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada
teman dan rekan seperjuangan yang telah membantu dalam pembuatan laporan
ini.
Dalam pembuatan laporan ini penulis mengucapkan mohon maaf apabila
terdapat kesalahan, karena dalam pembuatannya masih jauh dari kata sempurna
sepenuh nya, maka dari itu penulis mohon kritik serta saran dari pembaca untuk
memperbaiki dalam pembuatan laporan ini, sehingga dalam pembuatan laporan
berikutnya akan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh

Bandung, 18 Oktober 2021


Penulis

Fatkhul Qorrib
NPM: 10070120021

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 2
1.2.1 Maksud ........................................................................ 2
1.2.2 Tujuan.......................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 3
2.1 Genesa Batuan Beku ........................................................... 3
2.2 Sayatan Tipis dan Sayatan Poles pada Batuan .................. 4
2.3 Perhitungan Persen Mineral ................................................ 7
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ................................................. 8
3.1 Tugas.................................................................................... 8
3.2 Pembahasan ........................................................................ 8
BAB IV ANALISA ................................................................................... 33
BAB V KESIMPULAN........................................................................... 34
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
FORM PENILAIAN LAPORAN
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan memiliki artian yaitu sebuah kumpulan atau agregat dari mineral –
mineral yang sudah melalui proses pengkristalan. Sedangkan batuan beku
memiliki artian sebuah batuan yang berasal dari api atau dalam artian geologi
merupakan sebuah batuan yang berasal dari magma yang mengalami proses
pendinginan atau pengkristalisasian. Indonesia adalah negara dengan
keberagaman batuan yang cukup banyak terutama batuan beku, hal tersebut
disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati oleh ring
of fire, sehingga Indonesia memiliki banyak gugus gunung berapi, keterdapatan
gunung berapi yang banyak tersebut di satu sisi dapat menjadi sebuah bencana
yang mengerikan, tetapi dalam satu sisi menguntungkan, karena hal tersebut
menjadi penambah dalam sisi sumber daya bahan tambang. Pengertian mengenai
batuan sendiri merupakan sebuah kumpulan atau agregat dari mineral – mineral
yang sudah melalui proses pengkristalan. Sedangkan batuan beku memiliki artian
sebuah batuan yang berasal dari api atau dalam artian geologi merupakan sebuah
batuan yang berasal dari magma yang mengalami proses pendinginan atau
pengkristalisasian.
Batuan beku biasa dimanfaatkan dalam bentuk batuannya dalam kata lain
yaitu lebih memanfaatkan sifat dari batuannya yang masif dan kompak, biasanya
dimanfaatkan sebagai material dalam pembangunan suatu konstruksi. Namun,
tidak jarang juga batuan beku dapat berasosiasi dengan mineral berharga. Dalam
mengidentifikasi batuan beku dapat secara megaskopis dan mikroskopis. Dalam
pendeskripsian secara mikroskopis dilakukan di laboratorium dengan bantuan
mikroskop dan objek yang dilihatnya berupa mineral yang terkandung.
Dengan mengetahui batuan beku baik secara keseluruhan maupun
genesanya diharapkan dapat mengetahui proses pencarian mengenai sumber
bahan galian dan cara penambangan yang akan dilakukan. Sehingga penting jika
akan diadakannya penambangan dari batuan beku untuk mempelajari mengenai
batuan benku itu sendiri.

1
2

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Kegiatan praktikum ini dimaksudkan agar praktikan dapat mengetahui
mengenai batuan beku dan dapat mendeskripsikannya secara mikroskopis.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui analisis dari batuan beku secara mikroskopis.
2. Mengetahui sayatan tipis dan sayatan poles pada batuan beku
3. Mengetahui pendeskripsian batuan beku secara mikroskopis
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Genesa Batuan Beku


Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mengalami pembekuan. Batuan beku ini juga disebut dengan batuan ignesius.
Magma yang membeku ini merupakan magma yang mendingin dan mengeras
sehingga terjadi dengan atau tanpa proses kristalisasi, yang terjadi
ketenbentukannya baik di bawah permukaan sebagai jenis batuan intrusif atau
plutonik, maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif atau vulkanik, ada
juga yang keterbentukannya berada dianatara di bawah permukaan dan di atas
permukaan yang dinamakan batuan korok atau Hypabisal.
Genesa sendiri memiliki artian keterbentukan batuan, sehingga genesa
dari batuan beku adalah hasil dari pengkristalisasian magma yang
keterbentukannya terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Intrusif
Batuan Beku Intrusif adalah batuan beku yang prosesnya saat magma
tidak mencapai permukaan bumi dan mendingin maka akan menghasilkan
intrusi dan membeku dinamakan plutonik. Manifestasi instrusif ini seperti
sills, dyke atau laccolith pada tubuh batuan beku. Berdasarkan kandungan
silikanya, batuan beku intrusif terbagi menjadi gabro, diorit, granit dan
pegmatit yang dapat dilihat melalui perbedaan warna batuannya. Batuan
beku intrusif merupakan batuan beku yang paling umum atau sering
ditemukan.
2. Ektrusif
Batuan beku ektrusif terjadi saat magma mencapai permukaan bumi lewat
erupsi maka dapat membeku dan dinamakan batuan beku ekstrusif.
Menurut tingkatan kandungan silikanya batuan beku ekstrusif terbagi
menjadi basalt, andesit, damar, diorit, batu apung dan obsidian. Karena
sifat pembekuan cepat maka batuan beku esktrusif cenderung bertekstur
afanitik atau berbutir halus sehingga cukup sulit untuk melihat kandungan
dari batuannya secara kasat mata..

3
4

3. Hypabisal
Batuan beku hipabisal terbentuk pada kedalaman di antara batuan plutonik
dan vulkanik. Batuan ini terbentuk karena pendinginan dan pembekuan
yang dihasilkan dari naiknya magma di bawah permukaan bumi. Batuan
hipabisal kurang umum dibandingkan batuan plutonik atau vulkanik dan
sering membentuk dike, sill, lakolit, lopolit atau pakolit.

Sumber : Rovicky, 2007


Gambar 2.1
Batuan Beku Intrusif dan Ektrusif

2.2 Sayatan Tipis dan Sayatan Poles pada Batuan


Yang dimaksud dengan sayatan tipis pada batuan adalah suatu metode
dalam menyiapkan sampel untuk dilakukan pengamatan pada batuan atau
mineral, dengan cara membentuk dan menipiskan batuan sedemikian rupa,
biasanya ketebalan 0,035 mm sehingga dapat dijadikan preparat dan
memudahkan sampel untuk diteliti menggunakan mikroskop. Fungsi utama dari
sayatan tipis batuan ini adalah untuk dapat melakukan analisis dan identifikasi
kandungan mineral yang berada di dalam batuan. Contohnya untuk
mengidentifikasi mineral yang ada pada batu Candi Borobudur perlu dibuat
sayatan tipis dan diamati dengan mikroskop polarisasi.
Sayatan tipis ini menentukan keberhasilan dari suatu penelitian, kerena
dengan sayatan tipis seorang peneliti bisa menganalisis dan mendapatkan data
yang lebih teliti dan akurat. Membuat sayatan tipis bukanlah hal yang mudah,
proses pembuatan sayatan tipis ini memerlukan peralatan-peralatan khusus dan
harus melalui tahapan tahapan tertentu hingga suatu sayatan layak untuk diamati
dan dianalisis. Semua batuan dapat dijadikan sayatan tipis, baik yang sudah
terlitifikasi atau belum terkonsolidasi.
5

Untuk sayatan tipis pada batuan yang belum terkonsolidasi biasanya akan
membutuhkan metode tambahan, dikarenakan endapan yang belum terkosolidasi
atau belum kompak ini secara fisik masih terpisah dalam bentuk butiran-butiran,
sehingga perlu disatukan terlebih dahulu dengan melakukan semacam proses
litifikasi pada batuan dengan mengunakan bantuan bahan resin dan katalis. Resin
disini diibaratkan sebagai material semen pada batuan yang berguna untuk
merekatkan agregat-agregat, yang di mana nantinya resin tersebut akan mengikat
butiran-butiran yang sebelumnya tidak terkonsolidasi. Sedangkan katalis berfungsi
sebagai sebagai akselerator dalam mempercepat akan terjadinya proses
pengikatan butiran tidak terkonsolidasi oleh resin tersebut. Apabila proses
pengikatan butiran pada batuan tersebut sudah jadi atau mengeras maka batuan
tersebut dapat dilakukan sayatan tipis untuk selanjutnya diidentifikasi
kandungannya menggunakan mikrospkop.

Sumber: Amuzigi, 2010


Foto 2.1
Contoh Sayatan Tipis batuan Beku
Sedangkan sayatan poles adalah pemotongan contoh batuan, pencetakan,
dan pemolesan sehingga didapatkan permukaan sampel yang sangat halus.
Penyiapan sayatan poles penting karena mempengaruhi terhadap kualitas
permukaan poles sampel yang mana apabila tidak sempurna dapat menyebabkan
salah satu ciri atau sifat penting dari mineral, tekstur maupun sifat lainnya menjadi
kurang jelas dan pengukuran secara kuantitatif optik tidak mungkin dilakukan,
tetapi apabila interpretasi atau analisis tetap dilakukan maka dapat menyebabkan
kesalahan interpretasi pada saat melakukan analisis dan data yang didapatkan
menjadi tidak valid.
Tujuan dari dilakukannya sayatan poles pada batuan adalah agar
permukaan batuan yang datar licin dan terpoles baik dengan jumlah goresan,
6

perubahan oleh panas dan mekanis, serta relief yang sesedikit mungkin sehingga
struktur mikro dan sifat optis mineral bijih dapat terlihat jelas dibawah mikroskop
polarisasi sinar pantul. Adapun berbagai alat untuk melakukan sayatan tipis
adalah:
1. Mesin pemotong (Cutting Machine)
Fungsi mesin pemotong adalah untuk memotong batuan sesuai dengan
arah potong yang sudah ditentukan, sehingga bentuk potongan batuannya
sesuai dan dapat digunakan untuk keperluan prosedur selanjutnya.

Sumber : Abdurrahman, 2008


Gambar 2.3
Alat Cutting Machine
2. Gerinda tangan (Plate glass lap)
Gerindra tangan fungsinya adalah untuk menipiskan hasil dari potongan
sayatan pipih yang sudah dibuat dengan cara memoles atau menggosokan
potongan sayatan tersebut pada permukaan plate glass dan dengan
menggunakan bantuan serbuk karborundum dengan skala yang paling
halus. Penggosokan sayatan tersebut dilakukan hingga sampel memiliki
ketebalan yang diinginkan dan memiliki permukaan yang halus sehingga
mineral atau kandungan yang terdapat dalam batuan tersebut dapat terlihat
yang mana selanjutnya dapat diteliti menggunakan mikroskop dan di
analisa.

Sumber : Abdurrrahman, 2008


Gambar 2.4
Gerinda Tangan
7

Adapun peralatan tambahan yang digunakan saat proses pemotongan


seperti:
1. Karborundum, dari ukuran kasar sampai halus memiliki fungsi sebagai
abrasi gerinda untuk memperhalus pada permukaan batuan yang sedang
dipoles, yang mana kaborondum ini dipergunakan pada saat proses
pemotongan dan pemolesan sampel menggunakan mesin gerinda potong
dan gerinda tangan. Ukuran karborundum yang diperlukan adalah dari
ukuran kasar hingga ukuran yang paling halus.
2. Canada balsem atau vaseline digunakan dalam proses pemotongan dan
pemolesan sample yang mana berfungsi sebagai perekat dalam
melekatkan antara slide glass dengan asahan pipih batuan dan juga antara
asahan pipih batuan dengan menggunakan cover glass.

2.3 Perhitungan Persen Mineral


Pengertian persen yaitu suatu perbandingan rasio atau angka yang
menyatakan pecahan mulai dari 100 seratus dan ditunjukan dengan simbol %. Jadi
dapat disimpulkan bahwa definisi persentase atau persen yaitu bagian dari angka
yang dinyatakan dalam per seratus. Dalam batuan tidak seluruhnya tersusun atas
satu mineral saja, ada yang nampak maupun yang tidak. Pada batuan beku sendiri
terdapat bermacam-macam mineral dalam jumlah dan jenis tertentu. Contoh dari
persentase mineral dilihat dari persebaran mineral pada permukaannya yaitu:

Sumber : Wingman, 1900


Gambar 2.5
Persentase Mineral
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
3.1.1 Narasikan Cara Perhitungan Persentase (%) Mineral Sampai
Penamaan Batuan
3.1.2 Pendeskripsian 3 sampel Batuan Beku Intrusif, berdasarkan persen
mineral Thorpe & Brown (1985), Russel B Travis (1995) dan flowchart
Komposisi Mineral dengan diameter 10 cm.
3.1.3 Mencari contoh sayatan tipis dari mineral pada seri bowen beserta
penjelasannya
3.1.4 Gambarkan (3D) dan jelaskan mikroskop polarisasi beserta fungsinya
3.1.5 Gambarkan orogenesa secara jelas
3.1.6 Hafalkan seribown, dan rock cycle

3.2 Pembahasan
3.2.1 Cara Perhitungan Persentase Mineral Batuan Beku
Perhitungan persentase mineral dilakukan secara manual dengan
menandai daerah atau area yang akan dihitung persentase mineralnya yang
merepresentasikan keadaan dari batuannya. Untuk kali ini bentuk area dengan
bentuk lingkaran yang berdiameter 10 cm. Cetak atau gambarkan kembali area
yang sudah ditandai pada kalkir dan gambar pula mineral-mineral yang terdapat
pada batuan tersebut. Hitung luasan mineral yang sudah dicetak dengan bantuan
milimeter block. Untuk mendapatkan persentase dari tiap mineralnya yaitu dengan
cara membagikan hasil luasan yang telah dihitung pada tiap mineralnya dibagi
dengan luasan area yang dibuat lalu dkalikan dengan 100%. Untuk mendapatkan
nama dari batuannya dengan mengkorelasikan persentase mineral yang telah
didapatkan dengan diagram alir pendeskripsian batuan beku berdasarkan
komposisi mineral, dan dengan grafik Thorpe and brown serta klasifikasi batuan
beku menurut Russel B. Travis, maka akan didapatkan nama dari batuannya.

8
9

3.2.2 Pendeskripsian Batuan Beku Intrusif


1. Sampel 1

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Foto 3.1
Batuan Sampel 1

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.1
Sketsa sampel 1
Perhitungan persen mineral:
Luas lingkaran: 7853,981634 mm2
Plagioklas : 896 mm2
Kuarsa : 52 mm2
Mafik : 773 mm2
Ortoklas : 6131 mm2
% Plagioklas : (896 mm2/7853,981634 mm2) × 100% :11,408%
% Kuarsa : (52 mm2/7853,981634 mm2) × 100% : 0,66%
2 2
% Mafik : (773 mm /7853,981634 mm ) × 100% : 9,84%
% Ortoklas : (6131 mm2/7853,981634 mm2) × 100% : 78,08%
Ploting Grafik Thorpe and Brown
Skala : 0,082
10

Plagioklas : 11,408% × 0,082 : 0,9354 cm


Kuarsa : 0,66% × 0,082 : 0,05 cm
Ortoklas : 78,08% × 0,082 : 6,461 cm
Mafik : 9,84% × 0,082 : 0,56088 cm
11

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 4.1
Flowchart Deskripsi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi
12

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 4.2
Grafik Thorpe and Brown
13

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 4.3
Grafik Rusel B. Travis
14

1. Sampel 2

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Foto 3.2
Batuan Sampel 2

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.2
Sketsa sampel 2
Perhitungan persen mineral:
Luas lingkaran: 7853,981634 mm2
Plagioklas : 441 mm2
Kuarsa : 1992 mm2
Ortoklas : 5421 mm2
% Plagioklas : (441 mm2/7853,981634 mm2) × 100% : 5,614%
% Kuarsa : (1992 mm2/7853,981634 mm2) × 100% : 24,7%
% Ortoklas : (5421 mm2/7853,981634 mm2) × 100% : 69,022%
Ploting Grafik Thorpe and Brown
Skala : 0,082
Plagioklas : 5,614 % × 0,082 : 0,460348 cm
Kuarsa : 24,7 % × 0,082 : 2,0254 cm
Ortoklas : 69,022 % × 0,082 : 5,659804 cm
15

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.3
Flowchart Deskripsi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi
16

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.4
Grafik Thorpe and Brown
17

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.5
Grafik Rusel B. Travis
18

3. Sampel 3

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Foto 3.3
Batuan Sampel 3

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.6
Sketsa sampel 3
Perhitungan persen mineral:
Luas lingkaran: 7853,981634 mm2
Plagioklas : 2422 mm2
Mafik : 5431 mm2
% Plagioklas : (2422 mm2/7853,981634 mm2) × 100% : 30,857 %
2 2
% Mafik : (5431 mm /7853,981634 mm ) × 100% : 69,143 %
Ploting Grafik Thorpe and Brown
Skala : 0,082
Plagioklas : 30,857 % × 0,082 : 2,530274 cm
Mafik : 69,143 % × 0,082 : 5,669726 cm
19

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.7
Flowchart Deskripsi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi
20

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.8
Grafik Thorpe and Brown
21

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.9
Grafik Rusel B. Travis
22

3.2.3 contoh sayatan tipis dari mineral pada seri bowen


1. Olivin ((Mg.Fe)2 SiO4)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.1
Sayatan Tipis Olivine
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Tidak Teratur
Relief : Tinggi
Bentuk Kristal : Anhedral
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Ada
2. Piroksen (MgSiO3)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.2
Sayatan Tipis Piroksen
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna-netral
Pelukonisme : lemah
23

Pecahan :-
Belahan : Paralel
Relief : Tinggi
Bentuk Kristal : Prismatic
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Tidak ada
3. Homblenda (Ca2(Mg, Fe, Al)5(OH),(Si, Al)4(OH)2)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.3
Sayatan Tipis Amphibol
Nikol Sejajar
Warna : Hijau atau coklat
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Baik dalam dua arah
Relief : Agak tinggi
Bentuk Kristal : Prismatic
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : ada
4. Biotit (K2(Mg, Fe)2(OH)2(Al2SiO10))
24

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.4
Sayatan Tipis Biotit
Nikol Sejajar
Warna : Coklat Kekuningan
Pelukonisme : lemah
Pecahan :-
Belahan : Sempurna
Relief : Sedang
Bentuk Kristal : Tabular
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : ada
5. Ortoklas ((K, Na) AlSi3O8)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.5
Sayatan Tipis Ortoklas
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : lemah
Pecahan :-
Belahan : Paralel sempurna
Relief : Rendah
25

Bentuk Kristal : Subhedral-anhedral


Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Kalsbad
6. Anortit (CaAl2Si2O8)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.6
Sayatan Tipis Anortit
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : lemah
Pecahan :-
Belahan : Sempurna
Relief : Rendah
Bentuk Kristal : Euhedral-anhedral
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Albit-Kalsbad
7. Bitownit ((Ca, Na) (Al, Si) AlSi2O8)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.7
Sayatan Tipis Bitownit
26

Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Sempurna
Relief : Sedang
Bentuk Kristal : Subhedral-anhedral
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Albit-Kalsbad
8. Labradorit

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.8
Sayatan Tipis Labradorit
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Sempurna
Relief : Rendah
Bentuk Kristal : Euhedral-anhedral
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Albit
9. Andesin (Na(Ca)(Al, Si) AlSi2O8)
27

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.9
Sayatan Tipis Andesin
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Sempurna
Relief : Rendah
Bentuk Kristal : Euhedral-anhedral
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Albit
10. Oligoklas (Na(Ca)(Al, Si) AlSi2O8)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.10
Sayatan Tipis Oligoklas
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Sempurna
Relief : Rendah
Bentuk Kristal : Euhedral, subhedral, anhedral
28

Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Albit
11. Albit (NaAlSi3O8)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.11
Sayatan Tipis Albit
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Sempurna
Relief : Rendah
Bentuk Kristal : Lath-Shaped
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Albit
12. Muskovit (Kal2(OH)2(AlSi3O10))

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.12
Sayatan Tipis Muskovit
Nikol Sejajar
29

Warna : Tidak berwarna-hijau muda


Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Sangat sempurna
Relief : Rendah
Bentuk Kristal : Euhedral-anhedral
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Ada
13. Kuarsa (SiO2)

Sumber : Miliana, 2015


Foto 3.13
Sayatan Tipis Kuarsa
Nikol Sejajar
Warna : Tidak berwarna
Pelukonisme : -
Pecahan :-
Belahan : Rombohedral
Relief : Sangat rendah
Bentuk Kristal : Prismatic anhedral
Nikol Silang
Gelapan :-
Kembaran : Ada
30

3.2.4 Mikroskop Polarisasi

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.
Mikroskop Polarisasi
Mikroskop polarisasi digunakan untuk mengamati objek dengan
menggunakan cahaya terpolarisasi, objek yang diamati berupa sayatan tipis
batuan. Terdapat dua metode pengamatan yaitu nikol sejajar (untuk mengamati
warna, pelukonisme, pecahan, belahan, relief, dan bentuk kristal) dan nikol silang
(untuk mengamati gelapan dan kembaran). Berikut merupakan bagian serta fungsi
dari mikroskop polarisasi:
1. Eye piece, penghubung mata pengamat dengan lensa objektif
untukmelihat bayangan objek, dapat diganti dengan handcam dalam
mempermudah pengamatan.
2. Coarse focus, untuk mengatur fokus dengan menggerakan tabung
mikroskop secara naik turun dengan cepat atau kasar.
3. fine focus, mengatur fokus dengan menaikan dan menurunkan tabung
mikroskop secara halus.
4. Tabung mikroskop, penghubung lensa objektif dan lensa okuler.
5. Meja Preparat, tempat meletakan sampel untuk diamati dan penjepit
preparat untuk menahan preparat agar tidak goyang.
6. Analisator atau polarisator, disebut dengan prisma nikol, digunakan untuk
menyaring sinar.
31

7. Lensa objektif, digunakan dalam menangkap bayangan yang akan


diteruskan ke mata pengamat secara nyata, terbalik, diperbesar, yang
besarnya dapat diatur menjadi 4 kali, 10 kali, ataupun 40 kali perbesaran.
8. Kondensator dan diafragma, untuk mengatur intensitas cahaya masuk ke
prisma nikol.
9. Kompensator piled, menggerakan prisma nikol untuk mengganti metode
pengamatan baik nikol sejajar dan nikol silang.
10. Clamp screw, skrup untuk mengarahkan preparat pada crossline saar
centering.
3.2.5 Orogenesa

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.
Orogenesa
3.2.6 Serie Bowen dan Rock Cycle

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.11
Serie Bowen
32

Sumber: Hasil Praktikum Petrologi dan Mineralogi, 2021


Gambar 3.
Siklus Batuan
BAB IV
ANALISA

Perhitungan persentase mineral dengan mendandai area yang akan


dihitung persentase nya, di ambil dari area yang cukup merepresentasikan dari
keadaan batuan tersebut. Untuk areanya sendiri bebas untuk pengambilan
bentuknya, bisa lingkaran, bujur sangkar, atau bentuk bangun datar lainnya yang
penting diketahui dari luasan areanya. Untuk pengeplotan di grafik Thorpe and
Brown dilakukan dengan mencari skala dari sumbu Y nya dan untuk mengeplotnya
dengan mengkalikan skala tersebut dengan hasil persen yang sudah di hitung,
yang selanjutnya dilakukan iterasi pada grafik sesuai dengan jenis mineralnya,
setelah selesai semua mineral ter plot lihat jenis dari batuannya.
Beberapa jenis dari pergerakan lempeng menghasilkan output yang
berbeda, untuk pergerakan konvergen menghasilkan gunung berapi dan zona aktif
tektonik sepertik gempa. Untuk divergen menghasilkan palung atau ocean ridge
atau gunung berapi bawah laut. Untuk pergerakan transform dapat membentuk
sesar. Pertemuan antara lempeng benua dengan benua dapat terjadi, contohnya
gunung everest merupakan hasil dari tumbukan antara lempeng benua. Pada
mineral serie bowen untuk jenis batuan dengan komposisi mineral intermediet
ataupun asam tidak mungkin akan mengandung mineral dengan komposisi basa
maupun ultrabasa, hal itu deisebabkan keterbentukan dari mineralnya yang cukup
jauh dan dipengaruhi oleh kandungan magma itu sendiri.

33
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan pada praktikum kali ini, yaitu:
1. Batuan beku dapat juga di identifikasi secara mikroskopis dengan melihat
komposisi mineral yang dikandung dari batuan beku, dengan bantuan alat
berupa mikroskop polarisasi. Dalam pengidentifikasiaanya sampel harus
disiapkan sedemikian rupa agar dapat dianalisis, sampel dibuat dengan
sayatan tipis dan sayatan poles.
2. Sayatan tipis merupakan metode dalam penyiapan sampel dengan
membentuk sampel sesuai ukuran preparat dengan ketebalan umumnya
0,035 mm, untuk sayatan poles sendiri yaitu penyiapan sampel dengan
cara pencetakan sesuai ukuran tertentu dengan bantuan resin dan dipoles
hingga permukaan batuan mengkilap. Dalam penyiapan sampel ini
haruslah benar karena akan mempengaruhi dari data yang akan dihasilkan
yaitu berupa pendeskripsian.
3. Pendeskripsian batuan beku secara mikroskopis atau dapat disebut juga
analisis petrografi yaitu dengan melihat mineral yang dikandung oleh
batuan dengan bantuan alat mikroskop polarisasi yang memiliki nikol
prisma yang sejajar dan silang di mana membantu dalam pendeskripsian.
Didasarkan oleh deskripsi mineral yang terkandung hingga persentase
kandungan dari batuan yang akan dideskripsikan.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarmi. 2016. “Mineralogi dan Petrologi”. Lampung: LPPM-UNILA

2. M. Sodikin 2002 “Batuan Beku”. wordpres.com. Diakses pada 11 Oktober


2021 Pukul 01:56 WIB

3. Amuzigi. 2015. “Petrografi Batuan Beku”. amuzigi.com. Diakses pada 11


Oktober 2021 pukul 02.05 WIB.

35
FORM PENILAIAN LAPORAN

Laporan Akhir
Format (30) Isi (70)

Total Nilai
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai