Nomor Tugas : 08
Praktikum : Perpetaan
LAPORAN AKHIR
PENGENALAN THEODOLITE
Fatkhul Qorrib
NPM :100.701.20.021
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tambang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ilmu
ukur tanah. Yang membedakan adalah fungsi dan tujuan diadakannya
pengukuran. Contoh pengerjaan yang membutuhkan pengukuran tanah
seperti geodesi, konstruksi sipil, pembuatan fasilitas publik, dan juga
pada pertambangan. Alat yang digunakan pun tidak jauh berbeda, seperti
kompas, waterpass, theodolite, total station, dan alat lain yang biasa
digunakan dalam pengukuran permukaan bumi.
Ilmu ukur tanah dalam pertambangan atau biasa disebut dengan
ilmu ukur tambang tujuannya adalah mengetahui batas batas daerah
mana saja yang akan ditambang sehingga didapatkan data untuk
penggalian kedepannya. Selain itu pengukuran ini dapat menghitung
berapa besar material yang akan dan yang telah digali, dan juga
pengukuran ini dimaksudkan untuk mencari data dari area kerja
penambagan dan dengan data tersebut akan dijadikan sebagai data
perencanaan agar kegiatan penambangan berlangsung secara efisien
dan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
Theodolite adalah salah satu alat yang digunakan dalam ilmu ukur
tambang yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh data koordinat,
elevasi, dan juga luas dari wilayah yang sedang diukur. Kegunaan lainnya
yaitu, theodolite dapat digunakan dalam mengukur kedudukan lubang
bukaan, memperoleh gambaran tentang lubang-lubang tambang(peta
tambang), dan juga dapat memperkirakan arah kemajuan galian tambang
serta besar tonase penggalian didalam stope.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan
mengetahui jenis, fungsi, tujuan dari Theodolite, dan mampu mengukur
dan membuat peta lintasan dengan baik dan benar.
1
2
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengenalan macam-macam peta ini antara
lain:
1. Praktikan mampu mengenali dan menjelaskan mengenai kegunaan dan
fungsi dari Theodolite dari setiap bagiannya.
2. Praktikan dapat mengoperasikan Theodolite dengan baik dan benar.
3. Praktikan mampu melakukan pengukuran menggunakan Theodolite.
4. Praktikan dapat mengolah data dari hasil pengukuran Theodolite.
5. Praktikan dapat membuat peta lintasan dari data hasil pengukuran
yang diberikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Theodolite merupakan alat ukur tanah yang digunakan untuk
mengukur sudut pada bidang horizontal dan juga vertikal, berbeda
dengan Waterpass yang hanya dapat mengukur secara horizontal saja
Pengukuran Theodolite ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan
data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk
pekerjaan konstruksi dan juga pertambangan. ketelitian pembacaan
sudut alat ini hingga satuan second/detik. Theodolite modern atau
generasi T1 adalah generasi yang lebih canggih dari generasi
sebelumnya yaitu T0 yang ketelitian nya masih rendah dan juga sudah
jarang digunakan dalam kegiatan pengukuran. Untuk saat ini Theodolite
merupakan alat ukur yang paling canggih dari semua perlatan yang
digunakan dalam kegiatan survei. Pada dasarnya alat ini mempunyai
teleskop yang ditetapkan pada sebuah plat datar, yang dapat diputar
secara vertikal dan horizontal, dan pada keduanya dapat dilakukan
pengukuran dengan ketelitian yang akurat. Output dari data ini berupa
koordinat, luas , dan elevasi (Mdpl).
3
4
a. Repeating Theodolite
b. Theodolite Repetisi
Theodolite yang disokong oleh lingkaran mendatar yang bisa
diatur-atur mengelilingi sumbu tegak sehingga bacaan lingkaran nol
derajat-nya dapat ditentukan ke arah yang diinginkan. Contoh-
contohnya antara lain theodolite TM 6, theodolite TL 60-DP
SOKKISHA, theodolite TL 6-DE TOPCON, dan theodolite TH-51
ZEISS.
pertama kali..
4. Pengukuran foresight adalah pengukuran ke rambu yang
dilakukan setelah pengukuran backsight.
5. Titik putar adalah station, dimana pengukuran backsight dan
foresight dilakukan pada rambu yang ditegakkan di station
tersebut.
6. Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang
umum dianggap sama dengan garis unting-unting.
7. Slope distance adalah pengukuran kemiringan jarak.
8. Left and right adalah bisa berupa sudut pandang ataupun jarak
pada arah kiri dan kanan dari titik pengukuran.
Keterangan :
1. Tribrach
2. Kaki Statif
3. Titik Pengukuran
9
2.5 Perhitungan
Berikut ini merupakan rumus – rumus yang digunakan dalam
proses pengolahan data hasil pengukuran menggunakan alat theodolite,
diantaranya adalah :
1. Jarak Miring
Jarak yang diukur sepanjang garis hubung dari dua titik yang
berbeda tanpa memperhatikan perbedaan elevasi.
Rumus :
Keterangan :
ba= Benang atas yang menunjukkan harga 1,650 m (contoh)
bt= Benang tengah yang menunjukkan harga 1,565 m (contoh)
bb= Benang bawah yang menunjukkan harga 1,480 m (contoh)
2. Jarak Datar
Jarak garis mendatar antara dua titik yang berbeda setelah
diproyeksikan pada bidang datar.
Rumus :
3. Beda Tinggi
Beda tinggi yang dimaksud adalah beda tinggi antara
permukaan dengan titik referensi yang diambil sebagai patokan.
Rumus :
4. Elevasi
Posisi vertikal (ketinggian) pada suatu titik tertentu. Untuk
menentukan elevasi titik selanjutnya dapat dihitung menggunakan
rumus :
5. Koreksi Sudut
Dalam setiap pengukuran (polygon tertutup) pasti akan
didapatkan nilai koreksi sudut. Adapun faktor-faktor penyebab
penyimpangan dalam pengukuran poligon tertutup antara alin :
a. Pembacaan sudut pada alat
b. Pengukuran atau perhitungan jarak
c. Centring alat (pemasangan alat)
d. Kesalahan pencatatan
e. Rumus:
Σα =(n + 2) x 1800
Σα = (n – 2) x 1800
Keterangan :
Xn = Absis titik ke-n
Yn = Ordinattitik ke-n
Secara umum, rumus menghitung luas dilakukan dengan konsep
seperti berikut :
3.1 Tugas
1. Perhitungan Jarak Miring, Jarak Datar,Beda tinggi, Sudut Dalam,
azimuth sebenarnya,koordinat (X, Y, Z), Koreksi Sudut, dan luas
poligon pengukuran A4 .
2. Tabel Pengolahan (A4)
3. Peta lintasan Theodolite (Milimeter Block A3)
4. Resume Pengaplikasian Theodolite dibidang pertambangan (min 1
hal.)
13
14
5 16,6 15,7 14,8 91° 56′ 50” 180 179,8960591 348° 39′ 15” 132° 0′ 15”
5 4 16,45 15,5 14,65 1,55 88° 2′ 20” 258° 16′ 180 179,8945712 161° 59′ 40” 352° 24′ 25”
35”
6 16,32 15,5 14,67 92° 15′ 45” 165 164,8713738 60° 16′ 15” 210° 16′ 50”
6 5 14,8 13,95 13,2 1,395 88° 48′ 50” 267° 38′ 170 169,9635742 106° 24′ 15” 80° 2′ 55”
30”
7 14,8 13,95 13,2 87° 2′ 35” 160 159,7986973 14° 2′ 45” 297° 55′ 20”
15
7 6 16,1 15,1 14,1 1,51 92° 53′ 25” 239° 56′ 0” 200 199,7455855 30° 15′ 30” 139° 58′ 55”
8 15,9 15,1 14,1 89° 8′ 10” 160 159,9818134 270° 11′ 30” 357° 51′ 20”
8 7 15,35 14,89 14,4 1,489 90° 7′ 5” 182° 52′ 95 94,99979834 300° 33′ 35” 142° 51′ 15”
20”
1 15,39 14,89 14,450 88° 43′ 5” 94 93,97647266 123° 25′ 55” 360° 42′ 40”
16
3.2 Pembahasan
1. Perhitungan Jarak Miring, Jarak Datar,Beda tinggi, Sudut Dalam,
azimuth sebenarnya,koordinat (X, Y, Z), Koreksi Sudut, dan luas
poligon pengukuran A4 .
A. Perhitungan Jarak Miring (JM) =((ba-bb).100)
a. bs= (15-14,000).100 = 100dm
fs = (14,9-14,100).100 = 80dm
b. bs=(16,8-15,2).100 =160dm
fs=(16,35-15.45).100 =90dm
c. bs=(15,88-14,35).100 =153dm
fs=(15,75-14,5).100 =125dm
d. bs= (16,2-15,1).100 =110dm
fs = (16,6-14,8).100 =180 dm
e. bs=(16,45-14,65)100 =180dm
fs =(16,32-14,67).100=165dm
f. bs=(14,8-13,2).100=160dm
fs=(14,8-13,1)100 =170dm
g. bs=(16,1-14,1)100=200dm
fs=(15,9-14,3)100=160dm
h. bs=(15,35-14,4)100=95dm
fs= (15,39-14,450)100=94dm
(7-6) =80° 2′ 55”+ 239° 56′ 0”- 180°= 139° 58′ 55”
(8-7) =139° 58′ 55”+ 182° 52′ 20”- 180°= 142° 51′ 15”
• fs
(1-2) = 27° 47′ 20”
(2-3) =27° 47′ 20”+270° 41′ 15”- 180° = 118° 28′ 35”
(3-4) =118° 28′ 35”+270° 30′ 50” - 180° =208° 59′ 25”
(4-5) =208° 59′ 25”+103° 0′ 50”- 180° = 132° 0′ 15”
(5-6) =132° 0′ 15”+258° 16′ 35”- 180° = 210° 16′ 50”
(6-7) =210° 16′ 50”+ 267° 38′ 30”- 180°= 297° 55′ 20”
(7-8) =297° 55′ 20”+239° 56′ 0”- 180°= 357° 51′ 20”
(8-1) =357° 51′ 20”+182° 52′ 20”- 180°= 360° 42′ 40”
G. Koordinat (X, Y, Z)
1. X=788215,127
Y=9236166.724
Z=737,39
2. X=788215,127+(7,990760474. Sin(27°
47′20”))=788218,8254
Y=9236166,724+(7,990760474. Cos(27°
47′20”))=9236173.793
Z=737,39+0,384212432=737,7742124
3. X=788218,8254+(8,991557259. Sin(118° 28′
35”)=788226,7291
Y=9236173,793+(8,991557259. Cos(118° 28′
35”)=9236169.506
Z=737,7742124+(-0,3897416062)=737,3844708
4. X=788226,7291+(12,49545121.Sin(208° 59′
25”))=788220,673
19
Y=9236169,506+(12,49545121.Cos(208° 59′
25”))=9236158.576
Z=737,3844708+(-0,3181246266)=737,0663462
5. X=788220,673+(17,98960591.Sin(132° 0′ 15”))=788234,041
Y=9236158,576+(17,98960591.Cos(132° 0′
15”))=9236146.538
Z=737,0663462+(-0,6116201491)=736,4547261
6. X=788234,041+(16,48713738.Sin(210° 16′
50”))=788225,7276
Y=9236146,538+(16,48713738.Cos(210° 16′
50”))=9236132.3
Z=736,4547261+(-0,6513839109)
7. X=788225,7276+(15,97986973.Sin(297° 55′
20”))=788211.608
Y=9236132,3+(15,97986973.Cos(297° 55′
20”))=9236139.783
Z=735,8033421+(0,8253681629)=736,6287103
8. X=788211.608+(15,99818134.Sin(357° 51′
20”))=788211.0094
Y=9236139,783+(15,99818134.Cos(357° 51′
20”))=9236155.77
Z=736,6287103+(0,2412341472)=736,8699445
H. Luas Poligon
X Y
788215.127 9236166.724
788218.8254 9236173.793
788226.7291 9236169.506
788220.673 9236158.576
788234.041 9236146.538
788225.7276 9236132.3
788211.608 9236139.783
788211.0094 9236155.77
20
((X1.Y2)+(X2.Y3)+(X3.Y4)+(X4.Y5)+(X5.Y6)+(X6.Y7)+(X7.Y8)-
(Y1.X2)+(Y2.X3)+(Y3.X4)+(Y4.X5)+(Y5.X6)+(Y6.X7)+(Y7.X8))/2
(5.0961E^13-5.09609E^13)/2=14697837.93 m^2
4.1 Analisa
Theodolite merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
sudut secara horizontal (Azimuth) dan juga vertikal (zenith), berbeda dengan
waterpass yang hanya dapat mengukur sudut horizontal saja. Ketelitiannya
hingga ketelitian sudut detik. Merupakan alat yang paling canggih pada
pengukuran saat ini. Prinsip dasarnya alat ini berupa teleskop yang ditempatkan
pada plat dasar yang dapat diputar mengelilingi sumbu horizontal dan vertikal,
yang memungkinkan alat untuk membaca sudut. Pada praktikum yang diadakan
pada tanggal 26 Oktober 2020 mengenai pengenalan theodolite diberikan data
berupa zenith, azimuth awal, data penembakan benang. Dengan data itu harus
diolah menjadi data output berupa jarak miring, jarak datar, beda tinggi,
koordinat. Dan dengan data pengukuran theodolite kita dapat memperoleh output
berupa luas poligon.
Setelah mendapat data, langkah yang dilakukan adalah melakukan
penggambaran lintasan hasil pengukuran pada bidang datar.
1. Mencari skala dengan pembagian dari pengurangan X terbesar dengan X
terkecil, atau Y terbesar dan Y terkecil dengan skala.
2. Selanjutnya mencari kenaikan grid dengan cara perkalian jarak kenaikan
grid dengan skala yang telah didapat.
3. Ploting kooordinat yang telah didapat dari mulai T1 hingga T8. Dengan
mengurangi koordinat yang ingin dicari dengan grid terdekat atau dengan
grid awal lalu dibagi dengan skala. Penarikan jarak tergantung dari
pengurangan koordinat dengan jarak grid terdekat
4. Setelah semua titik terplot dari T1 hingga T8, hubungkan titik-titik tersebut
hingga membentuk sebuah lintasan dan membentuk bangun datar yang
ingin digambarkan, pada kali ini adalah bangunan student center.
23
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengenalan Theodolte ini
adalah:
1. Pada saat pengukuran harus diukur seteliti mungkin, karena pada saat
pengukuran dan ada kesalahan saat mengukur akan mengakibatkan
perbedaan saat penggambaran lintasan.
2. Selain dapat mengukur secara horizontal, theodolitepun dapat digunakan
mengukur pada sumbu vertikal.
3. Dalam pertambangan theodolite dapat digunakan dalam mengukur dan
mengetahui kondisi daerah yang akan ditambang, mengukur arah kemajuan
galian, menhitung jarak antar mulut tambang, alat pengukur dalam
pembuatan peta dasar tambang.
4. Theodolite dapat digunakan untuk menembak ke segala arah dengan
ketelitian sudut hingga satuan detik.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
26
27
28
29
30
31
32
33
34