Anda di halaman 1dari 37

LABORATORIUM EKSPLORASI

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK – UNISBA

Nomor Tugas : 08
Praktikum : Perpetaan
LAPORAN AKHIR
PENGENALAN THEODOLITE

Nama : Fatkhul Qorrib


NPM : 10070120021
Shift / Waktu : 1 (Satu) / 13.10 – 16.40 WIB
Hari/Tanggal Praktikum : Senin / 26 Oktober 2020
Hari/Tanggal Laporan : Senin / 2 November 2020
Instruktur : 1. Ian Febrian
2. Reza Mahardika
3. Firman Firdaus Has
4. Riswandina
5. M. Izzat Ibrahim
6. Rizky Andrian
7. Dika Hadi Anugrah
8. M. Kaisya Hidayat

PARAF PEMERIKSA NILAI

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim, assalamualaikum warrahmatullahi


wabbarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan akhir
mengenai “Pengenalan Theodolite” ini tepat pada waktunya. Tak lupa juga
shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Adapun tujuan dari penulisan dari Laporan Akhir ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah prasyarat praktikum perpetaan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ilmu perpetaan
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Instrukstur Laboratorium
Eksplorasi yang telah memberikan tugas ini dan menjelaskan tata cara
pengerjaannya, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat saya sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabbarakatuh.

Bandung, 30 Oktober 2020


Penulis

Fatkhul Qorrib
NPM :100.701.20.021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................... 1
1.2.1 Maksud ..................................................................................................... 1
1.2.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 3
2.1 Pengertian ....................................................................................................... 3
2.2 Jenis Jenis Theodolite ................................................................................. 3
2.4 Prosedur Pengukuran .................................................................................. 8
2.5 Perhitungan .................................................................................................. 10
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ................................................................ 13
3.1 Tugas.............................................................................................................. 13
3.2 Pembahasan ................................................................................................. 16
BAB IV ANALISA ................................................................................................. 23
4.1 Analisa ................................................................................................................ 23
BAB V ................................................................................................................... 24
KESIMPULAN ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 25
LAMPIRAN ........................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tambang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ilmu
ukur tanah. Yang membedakan adalah fungsi dan tujuan diadakannya
pengukuran. Contoh pengerjaan yang membutuhkan pengukuran tanah
seperti geodesi, konstruksi sipil, pembuatan fasilitas publik, dan juga
pada pertambangan. Alat yang digunakan pun tidak jauh berbeda, seperti
kompas, waterpass, theodolite, total station, dan alat lain yang biasa
digunakan dalam pengukuran permukaan bumi.
Ilmu ukur tanah dalam pertambangan atau biasa disebut dengan
ilmu ukur tambang tujuannya adalah mengetahui batas batas daerah
mana saja yang akan ditambang sehingga didapatkan data untuk
penggalian kedepannya. Selain itu pengukuran ini dapat menghitung
berapa besar material yang akan dan yang telah digali, dan juga
pengukuran ini dimaksudkan untuk mencari data dari area kerja
penambagan dan dengan data tersebut akan dijadikan sebagai data
perencanaan agar kegiatan penambangan berlangsung secara efisien
dan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
Theodolite adalah salah satu alat yang digunakan dalam ilmu ukur
tambang yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh data koordinat,
elevasi, dan juga luas dari wilayah yang sedang diukur. Kegunaan lainnya
yaitu, theodolite dapat digunakan dalam mengukur kedudukan lubang
bukaan, memperoleh gambaran tentang lubang-lubang tambang(peta
tambang), dan juga dapat memperkirakan arah kemajuan galian tambang
serta besar tonase penggalian didalam stope.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan
mengetahui jenis, fungsi, tujuan dari Theodolite, dan mampu mengukur
dan membuat peta lintasan dengan baik dan benar.

1
2

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengenalan macam-macam peta ini antara
lain:
1. Praktikan mampu mengenali dan menjelaskan mengenai kegunaan dan
fungsi dari Theodolite dari setiap bagiannya.
2. Praktikan dapat mengoperasikan Theodolite dengan baik dan benar.
3. Praktikan mampu melakukan pengukuran menggunakan Theodolite.
4. Praktikan dapat mengolah data dari hasil pengukuran Theodolite.
5. Praktikan dapat membuat peta lintasan dari data hasil pengukuran
yang diberikan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Theodolite merupakan alat ukur tanah yang digunakan untuk
mengukur sudut pada bidang horizontal dan juga vertikal, berbeda
dengan Waterpass yang hanya dapat mengukur secara horizontal saja
Pengukuran Theodolite ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan
data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk
pekerjaan konstruksi dan juga pertambangan. ketelitian pembacaan
sudut alat ini hingga satuan second/detik. Theodolite modern atau
generasi T1 adalah generasi yang lebih canggih dari generasi
sebelumnya yaitu T0 yang ketelitian nya masih rendah dan juga sudah
jarang digunakan dalam kegiatan pengukuran. Untuk saat ini Theodolite
merupakan alat ukur yang paling canggih dari semua perlatan yang
digunakan dalam kegiatan survei. Pada dasarnya alat ini mempunyai
teleskop yang ditetapkan pada sebuah plat datar, yang dapat diputar
secara vertikal dan horizontal, dan pada keduanya dapat dilakukan
pengukuran dengan ketelitian yang akurat. Output dari data ini berupa
koordinat, luas , dan elevasi (Mdpl).

2.2 Jenis Jenis Theodolite


Theodolite terbagi menjadi beberapa jenis yang di klasifikasikan
berdasarkan Prinsip kerja dan juga konstruksi alatnya, berikut merupakan
jenis-jenis theodolite:
1. Berdasarkan prinsip kerjanya theodolite tebagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:

3
4

a. Repeating Theodolite

Repeating theodolite bekerja dengan melakukan


pengulangan sudut terhadap skala graduasi. Hasil pengukuran
yang ditampilkan merupakan rata-rata dari pembagian terhadap
jumlah sudut bacaan yang ditangkapnya. Theodolite ini biasanya
digunakan area yang tidak stabil atau terbatas. Repeating
theodolite diklaim merupakan theodolite yang mampu
memberikan hasil pengukuran paling akurat daripada theodolite-
theodolite lainnya karena bekerja dengan membandingkan nilai-
nilai sudut yang diterima, bukan hanya sebuat sudut saja.
b. Direction Theodolite

Direction theodolite bekerja dengan memanfaatkan bentuk


lingkaran untuk menentukan besar suatu sudut. Saat pengaturan
lingkaran dilakukan, teleskop juga perlu disesuaikan pada arah
datangnya beberapa sinyal sehingga pembacaan nilai sudutnya
dikerjakan melalui segala arah. Hasil pengukurannya diperoleh
dengan menghitung hasil pengukuran bacaan pertama dikurangi
pengukuran bacaan kedua. Direction theodolite sering diandalan
5

oleh surveyor untuk menentukan titik dengan mengukur sudut dari


titik-titik yang sudah diketahui.
c. Vernier Transit Theodolite

Vernier transit theodolite ditanami dengan teleskop yang


memungkinkan bidikannya bisa berbalik kembali sehingga
penghitungan besaran sudutnya pun dilakukan sebanyak dua
kali berturut-turut. Oleh sebab itu, vernier transit theodolite
dipercaya mampu menghasilkan pembacaan sudut yang minim
kesalahan. Sayangnya, jenis theodolite ini tidak dilengkapi skala
pembesaran dan pengukuran di mikrometer. Karena bobotnya
cukup ringan dan mudah dipindahkan. Vernier transit theodolite
sering diaplikasikan di lokasi proyek pembangunan. Theodolite
ini juga tersedia dalam dua tipe yaitu theodolite yang bisa
membaca sudut horizontal dan sudut vertikal, serta theodolite
yang hanya mampu menghitung sudut horizontal saja.
2. Berdasarkan konstruksinya Theodolite terbagi menjadi Theodolite
reiterasi dan Theodolite repetisi.
a. Theodolite Reiterasi (Theodolite sumbu tunggal)
Theodolite ini didukung oleh skala mendatar yang menjadi
satu dengan klep sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa
diatur. Contoh- contohnya yaitu theodolite T0 WILD dan theodolite
DKM-2A KEM.
6

b. Theodolite Repetisi
Theodolite yang disokong oleh lingkaran mendatar yang bisa
diatur-atur mengelilingi sumbu tegak sehingga bacaan lingkaran nol
derajat-nya dapat ditentukan ke arah yang diinginkan. Contoh-
contohnya antara lain theodolite TM 6, theodolite TL 60-DP
SOKKISHA, theodolite TL 6-DE TOPCON, dan theodolite TH-51
ZEISS.

2.3 Bagian dan Fungsi Theodolite

Gambar bagian Theodolite


7

Tabel Fungsi dan Bagian Theodolite


No Nama Bagian Fungsi
1 Visir Berfungsi untuk mengarahkan arah bidikan
teropong.
2 Klem pengunci vertikal Mengunci teropong agar tidak bisa bergerak
secara vertikal..
3 Penggerak halus Menggerakan teropong secara vertikal ke arah
vertikal objek dengan halus
4 Baterai Sumber energi Theodolite
5 Klem pengunci Mengunci badan alat agar tidak bisa digerakan
lingkaran horizontal secara horizontal.
6 Penggerak halus Berfungsi untuk menggerakan secara halus
lingkaran horizontal teropong searah horizontal.
7 Sekrup pengatur nivo Mengatur posisi gelembung nivo
8 Handle Pegangan alat
9 Pengatur lensa okuler Memfokuskan lensa okuler ke objek
(fokus)
10 Nivo tabung Sebagai acuan bahwa alat sudah centring
11 Display dan papan Sebagai pembacaan skala lingkaran vertikal dan
tombol horizontal
12 Nivo kotak Acuan alat sudah dalam posisi centring
13 Plat dasar Sebagai dasar dari Theodolite
14 Lensa verticalizing Untuk melihat dan memosisikan alat dengan titik
berdiri alat atau titik tertentu di wilayah
pengukuran
15 Klem pengatur fokus Untuk memperjelas fokus benang pada lensa
benang (benang atas, benang tengah, benang bawah)

Dalam pengukuran menggunakan Waterpass terdapat beberapa


istilah penggunaan yaitu:
1. Station ialah tempat rambu berdiri (bukan tempat alat).
2. Tinggi alat adalah tinggi garis bidik di atas tanah.
3. Pengukuran backsight adalah pengukuran ke rambu yang dilakukan
8

pertama kali..
4. Pengukuran foresight adalah pengukuran ke rambu yang
dilakukan setelah pengukuran backsight.
5. Titik putar adalah station, dimana pengukuran backsight dan
foresight dilakukan pada rambu yang ditegakkan di station
tersebut.
6. Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang
umum dianggap sama dengan garis unting-unting.
7. Slope distance adalah pengukuran kemiringan jarak.
8. Left and right adalah bisa berupa sudut pandang ataupun jarak
pada arah kiri dan kanan dari titik pengukuran.

2.4 Prosedur Pengukuran

Berikut ini merupakan prosedur pengukuran menggunakan


alat theodolite, diantaranya adalah:
1. Mendirikan alat Theodolite (centering dan leveling)
Dirikan statif pada titik pengukuran yang telah
ditentukan. Posisikan ketiga kaki statif (tidak terlalu tertutup
ataupun terbuka lebar) agar tribrach berada pada posisi di atas
titik pengukuran. Centring nivo kotak menggunakan sekrup
tribrach.

Posisi Statif dan Titik Ukur

Keterangan :
1. Tribrach
2. Kaki Statif
3. Titik Pengukuran
9

2. Setting pemasangan alat


Setelah statif didirikan pada titik yang telah ditentukan,
kemudian pasang alat pada dudukan statif dan kunci (agar tidak
terlepas). Untuk langkah- langkah pengukuran theodolite kompas
sebagai berikut :
a. Pasang baterai
b. Tekan tombol power untuk menyalakan alat
c. Atur azimuth ke arah utara sebenarnya menggunakan
kompas, kemudian arahkan alat (bidik menggunakan
teropong) ke arah utara sebenarnya yang telah dicari
kompas. Kemudian tekan tombol Reset selama 3 detik.
3. Langkah-langkah pengukuran dan pengambilan data
a. Ukur tinggi alat dari permukaan tanah ke batas tengah
teropong (alat).
b. Arahkan teropong pada rambu ukur dititik pengukuran yang
akan dicari, sesuaikan arah bidikan benang tengah pada
teropong dengan tinggi alat pada titik berdiri alat.
c. Atur lensa okuler dan pengatur bayangan lensa objektif
sehingga terlihat jelas benang atas, tengah, dan bawah
pada rambu ukur.
d. Catat data benang atas, tengah, dan bawah yang terlihat
diteropong (seperti contoh gambar)

Contoh Pembacaan Rambu ukur


10

2.5 Perhitungan
Berikut ini merupakan rumus – rumus yang digunakan dalam
proses pengolahan data hasil pengukuran menggunakan alat theodolite,
diantaranya adalah :
1. Jarak Miring
Jarak yang diukur sepanjang garis hubung dari dua titik yang
berbeda tanpa memperhatikan perbedaan elevasi.
Rumus :

d = (ba – bb) x 100 dengan syarat : ba + bb = 2 x bt

Keterangan :
ba= Benang atas yang menunjukkan harga 1,650 m (contoh)
bt= Benang tengah yang menunjukkan harga 1,565 m (contoh)
bb= Benang bawah yang menunjukkan harga 1,480 m (contoh)
2. Jarak Datar
Jarak garis mendatar antara dua titik yang berbeda setelah
diproyeksikan pada bidang datar.
Rumus :

Jarak Datar = Jarak Miring x sin Zenith

3. Beda Tinggi
Beda tinggi yang dimaksud adalah beda tinggi antara
permukaan dengan titik referensi yang diambil sebagai patokan.
Rumus :

Beda Tinggi = Jarak Miring x cos VA

4. Elevasi
Posisi vertikal (ketinggian) pada suatu titik tertentu. Untuk
menentukan elevasi titik selanjutnya dapat dihitung menggunakan
rumus :

Z = Zawal + Beda Tinggi


11

5. Koreksi Sudut
Dalam setiap pengukuran (polygon tertutup) pasti akan
didapatkan nilai koreksi sudut. Adapun faktor-faktor penyebab
penyimpangan dalam pengukuran poligon tertutup antara alin :
a. Pembacaan sudut pada alat
b. Pengukuran atau perhitungan jarak
c. Centring alat (pemasangan alat)
d. Kesalahan pencatatan
e. Rumus:

Σα =(n + 2) x 1800

Rumus di atas digunakan untuk menghitung koreksi sudut dengan


keadaan pengukuran searah jarum jam, dimana n adalah jumlah
titik pengukuran.

Σα = (n – 2) x 1800

Rumus di atas digunakan untuk menghitung koreksi sudut dengan


keadaan pengukuran lawan arah jarum jam.
6. Azimuth Sebenarnya
Besar sudut yang terbentuk antara utara sebenarnya dengan
objek (titik sasaran pengukuran).
Rumus :
α = αawal + Sudut dalam -1800

Untuk menentukan azimuth sebenarnya, maka data-data yang


diperlukan antara lain adalah azimuth awal yang didapat dari
pembacaan awal pada suatu pengukuran. Jika nilai azimuth
sebenarnya yang diperoleh hasilnya negatif (-) maka ditambahkan
3600.
7. Koordinat
Adalah titik yang telah ditentukan di lapangan. Untuk
mengetahui titik koordinat tersebut, maka perlu mengetahui atau
menentukan titik awal terlebih dahulu (bisa dimisalkan). Sebagai
contoh, titik awal adalah (x,y) (1000,2000). Maka untuk menentukan
12

koordinat titik selanjutnya dapat dicari dengan rumus :

X = 1000 + (Jarak datar x sin α) ; Y = 2000 + (Jarak datar x cos α)

8. Menghitung Luas Pengukuran


Pengukuran yang menghasilkan suatu polygon tertutup dapat
dihitung luasannya. Perhitungan ini sangat penting untuk
mengetahui luasan area yang telah diukur.
Rumus :

L = ½ [(ΣXn.Yn+1) – (ΣXn+1 . Yn)]

Keterangan :
Xn = Absis titik ke-n

Yn = Ordinattitik ke-n
Secara umum, rumus menghitung luas dilakukan dengan konsep
seperti berikut :

Perhitungan Luas menggunakan Koordinat


BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Perhitungan Jarak Miring, Jarak Datar,Beda tinggi, Sudut Dalam,
azimuth sebenarnya,koordinat (X, Y, Z), Koreksi Sudut, dan luas
poligon pengukuran A4 .
2. Tabel Pengolahan (A4)
3. Peta lintasan Theodolite (Milimeter Block A3)
4. Resume Pengaplikasian Theodolite dibidang pertambangan (min 1
hal.)

13
14

TABEL PENGUKURAN THEODOLITE


No Titik Benang Tinggi Zenith Sudut Jarak Azimuth Azimuth
Berdiri Ditinjau Atas Tengah Bawah Alat (VA) Dalam Miring Datar Awal Sebenarmya
1 8 15 14,5 14,000 1,45 90° 41′ 40” 217° 52′ 100 99,99265496 169° 54′ 55” 169° 54′ 55”
25”
2 14,9 14,5 14,100 87° 14′ 50” 80 79,90760474 27° 47′ 20” 27° 47′ 20”
2 1 16,8 16 15,2 1,6 92° 44′ 35” 270° 41′ 160 159,8166711 339° 59′ 40” 260° 36′ 10”
15”
3 16,35 16 15,45 92° 28′ 55” 90 89,91557259 250° 40′ 55” 118° 28′ 35”
3 2 15,88 15,1 14,35 1,51 87° 33′ 25” 270° 30′ 153 152,8609535 189° 9′ 0” 351° 7′ 0”
50”
4 15,75 15,1 14,5 91° 27′ 30” 125 124,9545121 99° 33′ 50” 208° 59′ 25”
4 3 16,2 15,7 15,1 1,57 88° 26′ 50” 103° 0′ 50” 110 109,9596067 245° 38′ 25” 274° 7′ 50”

5 16,6 15,7 14,8 91° 56′ 50” 180 179,8960591 348° 39′ 15” 132° 0′ 15”
5 4 16,45 15,5 14,65 1,55 88° 2′ 20” 258° 16′ 180 179,8945712 161° 59′ 40” 352° 24′ 25”
35”
6 16,32 15,5 14,67 92° 15′ 45” 165 164,8713738 60° 16′ 15” 210° 16′ 50”
6 5 14,8 13,95 13,2 1,395 88° 48′ 50” 267° 38′ 170 169,9635742 106° 24′ 15” 80° 2′ 55”
30”
7 14,8 13,95 13,2 87° 2′ 35” 160 159,7986973 14° 2′ 45” 297° 55′ 20”
15

7 6 16,1 15,1 14,1 1,51 92° 53′ 25” 239° 56′ 0” 200 199,7455855 30° 15′ 30” 139° 58′ 55”

8 15,9 15,1 14,1 89° 8′ 10” 160 159,9818134 270° 11′ 30” 357° 51′ 20”
8 7 15,35 14,89 14,4 1,489 90° 7′ 5” 182° 52′ 95 94,99979834 300° 33′ 35” 142° 51′ 15”
20”
1 15,39 14,89 14,450 88° 43′ 5” 94 93,97647266 123° 25′ 55” 360° 42′ 40”
16

3.2 Pembahasan
1. Perhitungan Jarak Miring, Jarak Datar,Beda tinggi, Sudut Dalam,
azimuth sebenarnya,koordinat (X, Y, Z), Koreksi Sudut, dan luas
poligon pengukuran A4 .
A. Perhitungan Jarak Miring (JM) =((ba-bb).100)
a. bs= (15-14,000).100 = 100dm
fs = (14,9-14,100).100 = 80dm
b. bs=(16,8-15,2).100 =160dm
fs=(16,35-15.45).100 =90dm
c. bs=(15,88-14,35).100 =153dm
fs=(15,75-14,5).100 =125dm
d. bs= (16,2-15,1).100 =110dm
fs = (16,6-14,8).100 =180 dm
e. bs=(16,45-14,65)100 =180dm
fs =(16,32-14,67).100=165dm
f. bs=(14,8-13,2).100=160dm
fs=(14,8-13,1)100 =170dm
g. bs=(16,1-14,1)100=200dm
fs=(15,9-14,3)100=160dm
h. bs=(15,35-14,4)100=95dm
fs= (15,39-14,450)100=94dm

B. Jarak Datar (dm) = (Jarak Miring . Sin (Zenith))


a. bs=100.Sin(90° 41′ 40”) =99,99265496dm
fs=80.sin(87° 14′ 50”)= 79,90760474dm
b. bs=160.sin(92° 44′ 35”)= 159,8166711dm
fs=90.sin(92° 28′ 55”)= 89,91557259dm
c. bs=153.sin(87° 33′ 25”)= 152,8609535dm
fs=125.sin(91° 27′ 30”)= 124,9545121dm
d. bs=110.sin(88° 26′ 50”)= 109,9596067dm
fs=180.sin(91° 56′ 50”)=179,8960591dm
e. bs=180.sin(88° 2′ 20”)= 179,8945712dm
fs=165.sin(92° 15′ 45”)= 164,8713738dm
f. bs=160.sin(88° 48′ 50”)= 169,9635742dm
17

fs=170.sin(87° 2′ 35”) =159,7986973dm


g. bs=200.sin(92° 53′ 25”)= 199,7455855dm
fs=160.sin(89° 8′ 10”)= 159,9818134dm
h. bs=95.sin(90° 7′ 5”)= 94,99979834dm
fs =94.sin(88° 43′ 5”)= 93,97647266dm

C. Beda Tinggi (dm)= JM.Cos Zenith


(1-2) = 80. Cos (87° 14′ 50”) = 3,84212432
(2-3) = 90. Cos (92° 28′ 55”) = -3,897416062
(3-4) = 175.Cos(91° 27′ 30”) = -3,181246266
(4-5) = 180.Cos(91° 56′ 50”) = -6,116201491
(5-6) = 165.Cos(92° 15′ 45”) = -6,513839109
(6-7) = 160.Cos(87° 2′ 35”) = 8,253681629
(7-8) = 160.Cos(89° 8′ 10”) = 2,412341472
(8-1) = 94.Cos(88° 43′ 5”) = 2,1829494759

D. Sudut Dalam (azimuth FS- azimuth BS)


1. 27° 47′ 20”- 169° 54′ 55”+ 360° = 217° 52′ 25”
2. 250° 40′ 55”- 339° 59′ 40”+ 360° = 270° 41′ 15”
3. 99° 33′ 50”- 189° 9′ 0”+ 360° = 270° 30′ 50”
4. 348° 39′ 15”- 245° 38′ 25”+ 360° = 103° 0′ 50”
5. 60° 16′ 15”- 161° 59′ 40”+ 360° = 258° 16′ 35”
6. 14° 2′ 45”- 106° 24′ 15”+ 360° = 267° 38′ 30”
7. 270° 11′ 30”- 30° 15′ 30”+ 360° = 238° 56′ 0”
8. 123° 25′ 55”- 300° 33′ 35”+ 360° = 182° 52′ 20”
E. Azimuth sebenarnya = Azimuth sebelumnya + sudut dalam -
180°
• bs
(1-8) = 169° 54′ 55”
(2-1) = 169° 54′ 55”+ 270° 41′ 15”- 180° = 260° 36′ 10”
(3-2) =260° 36′ 10”+ 270° 30′ 50” - 180° = 351° 7′ 0”
(4-3) =351° 7′ 0”+ 103° 0′ 50”- 180° = 274° 7′ 50”
(5-4) =274° 7′ 50”+ 258° 16′ 35”- 180°= 352° 24′ 25”
(6-5) =352° 24′ 25”+ 267° 38′ 30”- 180°= 80° 2′ 55”
18

(7-6) =80° 2′ 55”+ 239° 56′ 0”- 180°= 139° 58′ 55”
(8-7) =139° 58′ 55”+ 182° 52′ 20”- 180°= 142° 51′ 15”
• fs
(1-2) = 27° 47′ 20”
(2-3) =27° 47′ 20”+270° 41′ 15”- 180° = 118° 28′ 35”
(3-4) =118° 28′ 35”+270° 30′ 50” - 180° =208° 59′ 25”
(4-5) =208° 59′ 25”+103° 0′ 50”- 180° = 132° 0′ 15”
(5-6) =132° 0′ 15”+258° 16′ 35”- 180° = 210° 16′ 50”
(6-7) =210° 16′ 50”+ 267° 38′ 30”- 180°= 297° 55′ 20”
(7-8) =297° 55′ 20”+239° 56′ 0”- 180°= 357° 51′ 20”
(8-1) =357° 51′ 20”+182° 52′ 20”- 180°= 360° 42′ 40”

F. Koreksi Sudut (searah jarum jam,((n+2). 180°), berlawanan arah


jarum jam, ((n-2). 180°)))
• Searah jarum jam = (8+2). 180° = 1800°
• Berlawanan arah jarum jam = (8-2). 180° = 1080°

G. Koordinat (X, Y, Z)
1. X=788215,127
Y=9236166.724
Z=737,39
2. X=788215,127+(7,990760474. Sin(27°
47′20”))=788218,8254
Y=9236166,724+(7,990760474. Cos(27°
47′20”))=9236173.793
Z=737,39+0,384212432=737,7742124
3. X=788218,8254+(8,991557259. Sin(118° 28′
35”)=788226,7291
Y=9236173,793+(8,991557259. Cos(118° 28′
35”)=9236169.506
Z=737,7742124+(-0,3897416062)=737,3844708
4. X=788226,7291+(12,49545121.Sin(208° 59′
25”))=788220,673
19

Y=9236169,506+(12,49545121.Cos(208° 59′
25”))=9236158.576
Z=737,3844708+(-0,3181246266)=737,0663462
5. X=788220,673+(17,98960591.Sin(132° 0′ 15”))=788234,041
Y=9236158,576+(17,98960591.Cos(132° 0′
15”))=9236146.538
Z=737,0663462+(-0,6116201491)=736,4547261
6. X=788234,041+(16,48713738.Sin(210° 16′
50”))=788225,7276
Y=9236146,538+(16,48713738.Cos(210° 16′
50”))=9236132.3
Z=736,4547261+(-0,6513839109)
7. X=788225,7276+(15,97986973.Sin(297° 55′
20”))=788211.608
Y=9236132,3+(15,97986973.Cos(297° 55′
20”))=9236139.783
Z=735,8033421+(0,8253681629)=736,6287103
8. X=788211.608+(15,99818134.Sin(357° 51′
20”))=788211.0094
Y=9236139,783+(15,99818134.Cos(357° 51′
20”))=9236155.77
Z=736,6287103+(0,2412341472)=736,8699445
H. Luas Poligon

X Y
788215.127 9236166.724
788218.8254 9236173.793
788226.7291 9236169.506
788220.673 9236158.576
788234.041 9236146.538
788225.7276 9236132.3
788211.608 9236139.783
788211.0094 9236155.77
20

((X1.Y2)+(X2.Y3)+(X3.Y4)+(X4.Y5)+(X5.Y6)+(X6.Y7)+(X7.Y8)-
(Y1.X2)+(Y2.X3)+(Y3.X4)+(Y4.X5)+(Y5.X6)+(Y6.X7)+(Y7.X8))/2

(5.0961E^13-5.09609E^13)/2=14697837.93 m^2

2. Tabel Pengamatan (Telah Terlampir di tabel diatas dan pada bagian


Lampiran)
21

3. Gambar peta lintasan theodolite.


22

4. Resume pengaplikasian Theodolite di bidang pertambangan.


Dalam perencanaan pertambangan ada istilah yang dinamakan ilmu
ukur tambang, sebagaimana ilmu ukur tanah ilmu ukur tambang
mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan data yang
diinginkan dari hasil pengukuran lahan yang sedang diukur, hanya saja
bidang pengukurannya berbeda pada ilmu ukur tambang pengukuran
difokuskan pada perencanaan pertambangan, alat yang digunakan pun
tidak jauh berbeda seperti waterpas, GPS, kompas, Theodolite, total
station, dan lain lain.
Peta diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
perencanaan pertambangan dimana data yang diperoleh didapat dari
hasil pengukuran oleh ata seperti theodolite. Selain mencari data peta
theodolite dapat digunakan dalam mengukur jarak setiap mulut tambang
dan menentukan besarnya lubang bukaan, selain itu dapat juga
mengukur kedalaman pada tambang terbuka.
Theodolite juga digunakan dalam pengambilan data yang nantinya
diolah sebagai data grafis (perencanaan) tambang, bentuk, dan kejadian
penyebaran bahan galian tambang serta sruktur nya. Theodolite dapat
digunakan dalam menghitung volume timbunan pada tambang.
BAB IV
ANALISA

4.1 Analisa
Theodolite merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
sudut secara horizontal (Azimuth) dan juga vertikal (zenith), berbeda dengan
waterpass yang hanya dapat mengukur sudut horizontal saja. Ketelitiannya
hingga ketelitian sudut detik. Merupakan alat yang paling canggih pada
pengukuran saat ini. Prinsip dasarnya alat ini berupa teleskop yang ditempatkan
pada plat dasar yang dapat diputar mengelilingi sumbu horizontal dan vertikal,
yang memungkinkan alat untuk membaca sudut. Pada praktikum yang diadakan
pada tanggal 26 Oktober 2020 mengenai pengenalan theodolite diberikan data
berupa zenith, azimuth awal, data penembakan benang. Dengan data itu harus
diolah menjadi data output berupa jarak miring, jarak datar, beda tinggi,
koordinat. Dan dengan data pengukuran theodolite kita dapat memperoleh output
berupa luas poligon.
Setelah mendapat data, langkah yang dilakukan adalah melakukan
penggambaran lintasan hasil pengukuran pada bidang datar.
1. Mencari skala dengan pembagian dari pengurangan X terbesar dengan X
terkecil, atau Y terbesar dan Y terkecil dengan skala.
2. Selanjutnya mencari kenaikan grid dengan cara perkalian jarak kenaikan
grid dengan skala yang telah didapat.
3. Ploting kooordinat yang telah didapat dari mulai T1 hingga T8. Dengan
mengurangi koordinat yang ingin dicari dengan grid terdekat atau dengan
grid awal lalu dibagi dengan skala. Penarikan jarak tergantung dari
pengurangan koordinat dengan jarak grid terdekat
4. Setelah semua titik terplot dari T1 hingga T8, hubungkan titik-titik tersebut
hingga membentuk sebuah lintasan dan membentuk bangun datar yang
ingin digambarkan, pada kali ini adalah bangunan student center.

23
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengenalan Theodolte ini
adalah:
1. Pada saat pengukuran harus diukur seteliti mungkin, karena pada saat
pengukuran dan ada kesalahan saat mengukur akan mengakibatkan
perbedaan saat penggambaran lintasan.
2. Selain dapat mengukur secara horizontal, theodolitepun dapat digunakan
mengukur pada sumbu vertikal.
3. Dalam pertambangan theodolite dapat digunakan dalam mengukur dan
mengetahui kondisi daerah yang akan ditambang, mengukur arah kemajuan
galian, menhitung jarak antar mulut tambang, alat pengukur dalam
pembuatan peta dasar tambang.
4. Theodolite dapat digunakan untuk menembak ke segala arah dengan
ketelitian sudut hingga satuan detik.

24
DAFTAR PUSTAKA

• Guntoro, Dono. Diktat Praktikum Perpetaan. Laboratorium Eksplorasi


Unisba : 2020.
• Sangkualita.2016. Pengukuran Sudut Horisontal (Deklinasi) dan Poligon
(Pengertian, Pengukuran, dan Koreksi Sudut).
sangkualita.blogspot.com(diakses 31 Oktober 2020)
• Geomatika7.2008.Pengukuran Beda Tinggi. geomatika07.wordpress.com
(diakses 30 Oktober 2020)

25
LAMPIRAN

26
27
28
29
30
31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai