Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRATIKUM “ILMU UKUR TANAH”

THEODOLITE

Disusun Oleh Kelompok 19 :


Isnaina Safarela 21035010022
Efristka Anggraeny 21035010023
Earlangga Rohmat S 21035010042
Raihan Singgih P. 21035010043
Ifthar Ramadhana 21035010045
Shintya Nafla Salsabela S. 21035010131

Dosen Pembimbing :

Dr. Yerry Kahaditu Firmansyah, ST.,MT.

NIP 20119860129207

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya
60294 Phone : (031) 8706369 Fax: (031)8706372
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mata kuliah


“ILMU UKUR TANAH”

Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


Tanggal:

Nilai:

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

Dr. Yerry Kahaditu F, S.T., M.T.


NIP. 20119860129207

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2021 – 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Praktikum

Ilmu Ukur Tanah”. Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa laporan ini tidak

akan selesai tanpa adanya peran aktif dari semua pihak yang terlibat dalam proses

penyelesaiannya. Kami berterima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Minarni Nur Trilita, MT selaku Koordinator Program studi Teknik Sipil

UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Novie Handajani, ST. MT, selaku Kepala Laboratorium Hidroteknik dan Ukur

Tanah Fakultas Teknik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr.Yerry Kahaditu Firmansyah S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing.

4. Teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam

berbagai hal. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

menyempurnakan penulisan laporan ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak.

Surabaya, 15 Oktober 2022

Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pekerjaan

pengukuran diatas permukaan bumi dan bawah tanah untuk keperluan seperti pemetaan

dan penentuan posisi sehingga unsur kelengkungan bumi dapat di abaikan. Pada

dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan bidang porosnya, oleh karena itu ilmu ukur

tanah ini bertujuan untuk menyatakan kedudukan suatu titik atau penggambaran

situasi/keadaan secara fisik yang terdapat diatas permukaan bumi. Selain itu, ilmu ukur

tanah diperlukan sebagai kontrol dari pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar

pergeseran yang terjadi dimuka bumi. Pada umumnya, ilmu ukur tanah ini digunakan

sebagai dasar dari perencanaan pembangunan suatu proyek.

Pekerjaan pengukuran atau survey memerlukan alat-alat untuk mempermudah

penyelesaian pengambilan data-data. Pada praktikum kali ini alat yang di gunakan adalah

theodolite. Theodolite adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut,

baik sudut vertikal maupun horizontal. Alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan

pada suatu dasar berbentuk bulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu

vertical, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga

dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horizontal,

sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Sudut vertikal adalah sudut yang

diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut horizontal adalah sudut yang diukur pada

skala mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca merupakan

nilai dimana theodolite itu ditempatkan.


Metode polygon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal di banyak titik,

dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan sehingga membentuk rangkaian

titik– titik (Polygon). Sedangkan Metode Tachimetri adalah suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah/kawasan yang berbeda ketingiannya.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan daripada penulisan Laporan Praktikum Ilmu Ukur tanah ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Menentukan beda tinggi permukaan tanah dan memetakan wilayah dengan

menggunakan Theodolite.

2. Membuat garis kontur berupa peta dari sebidang tanah.

3. Membuat profil pada suatu poligon untuk menetukan beda tinggi pada permukaan

tanah, diantaranya profil memanjang dan profil melintang.

4. Dapat membuat peta situasi (site plant) dengan cara menetukan sudut bangunan

yang nampak dan diterjemahkan dalam bentuk data dan dalam bentuk gambar.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari penulisan Laporan Praktikum Ilmu Ukur tanah ini, yaitu sebagai

berikut :

1. Mahasiswa dapat menggunakan alat Theodolite di lapangan.


2. Mahasiswa dapat mengukur beda tinggi dan jarak.

3. Mahasiswa dapat mengolah data hasil praktikum pengukuran polygon dan tachimetry.

4. Mahasiswa dapat meminimalisir kesalahan pada theodolite.


1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian dari penulisan Laporan Praktikum Ilmu Ukur tanah ini, yaitu
sebagaiberikut :
1. Studi Literatur: Penulisan laporan ini berpedoman pada teori–teori yang diberikan
pada saat perkuliahan dan buku–buku yang berkaitan dengan Ilmu Ukur Tanah.
2. Studi Laboraturium: pekerjaan pada studi laboraturium ini meliputi perhitungan hasil
pengukuran dan dari penyajian data dalam bentuk gambar.

1.5 Lokasi Praktikum

Lokasi praktikum berada di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa


Timur. Tepatnya di Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar, Surabaya.
Untuk praktikum Theodolite dilapangan, kelompok kami mendapat bagian Giri Loka
UPN.

1.1 Gambar Lokasi Praktikum


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Theodolite

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang memiliki berbagai macam
kegunaan. Theodolite digunakan untuk pengukuran sudut baik secara vertikal maupun
horizontal dengal lebih mudah. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut
horizontal. Theodolite dapat membaca sudut hingga satuan sekon (detik). Selain itu,
theodolite juga dapat dipakai untuk mengukur jarak dan beda tinggi dengan bantuan
rambu ukur. Dalam pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolite sering
digunakan dalam mengukur polygon maupun pemetaan situasi. Theodolite dapat
berubah fungsi menjadi pesawat sipat datar apabila sudut vertikal nya dibuat 90º. Dalam
pengerjaan bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku pada perencanaa atau pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Theodolite dibagi atas 2 bagian:

1. Bagian atas terdiri dari:


a. Teropong/Teleskop
b. Skala lingkaran tegak
c. Nivo (tabung) indeks skala ingkaran tegak
d. Nonius skala lingkaran tegak
e. Sumbu mendatar (sumbu – 11)
2. Bagian tengah terdiri dari:
a. Sekrup pengungkit
b. Penyangga bagian atas
c. Nonius skala lingkaran mendatar
d. Nivo (tabung) untuk menegakkan sumbu – 1
e. Sumbu tegak (sumbu – 1)
3. Bagian bawah terdiri dari:
a. Skala lingkaran mendatar
b. Sekrup Reiterasi (theodolite reiterasi)
c. Sekrup Repetisi (theodolite repetisi)
d. Sekrup Kiap (3 buah)
e. Kiap

2.2 Macam-macam Theodolite

Berdasarkan konstruksi nya, theodolite dibagi 3 macam, yaitu:

1. Theodolite Reiterasi (sumbu tunggal)

Contoh: Theodolite type T0 (wild) dan type DKM-2A (kem)

Gambar 2.1 Theodolite Reiterasi

2. Theodolite Repetisi
Contoh: Theodolite type TM 6 dan TL 60-DP (Topcon), Th-51 (Zeiss)

Gambar 2.2 Theodolite Repetisi


3. Theodolite Elektro Optis
Alat ukur tanah elektro optis yaitu alat ukur tanah yang dilengkapi dengan
mikroskop pembaca skala lingkaran serta menggunakan sistem sensor. Adapun
prinsip kerja dari alat ukur tanah elektro optis ialah melakukan pengubahan terhadap
sistem analog menjadi sistem digital melalui gelombang elektromagnetis. Hasil
pertama sistem analog dan kemudian harus di transfer ke sistem angka digital.
Proses perhitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layar (LCD) dalam angka
desimal.

Gambar 2.3 Theodolite Elektro Optis

2.3 Fungsi Theodolite


Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang

digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang

ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-

putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk

dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar

mengelilingi sumbu horizontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.

Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington

1997).

Perbedaan alat ukur tanah dengan theodolite adalah dari segi fungsinya. Selain

fungsi utamanya untuk mengukur ketinggian tanah, theodolite memiliki sejumlah

fungsi lain seperti di bawah ini :


a. Mampu mengukur sudut ketinggian tanah sesuai yang diinginkan bahkan dalam
pemetaan yang sulit.
b. Menentukan sudut siku-siku pada pembangunan pondasi rumah atau bangunan
lainnya.
c. Mengetahui ketinggian dari bangunan bertingkat, seperti gedung pencakar langit.
d. Bisa dipakai untuk mengamati sudut arah lintas matahari.
e. Membantu proses pembuatan pemetaan secara lebih rinci dan detail.
f. Mendukung aktivitas pengukuran polygon serta penghitungan rumus baik pada
rumah maupun bangunan.
g. Berfungsi sebagai pesawat penyipat datar untuk mengetahui beda tinggi di antara
satu titik di permukaan bumi dengan titik yang lainnya.

2.4 Pengukuran Sudut Mendatar

Pengukuran sudut mendatar dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

2.4.1 Cara Reiterasi

Pada cara reiterasi ini sesungguhnya pengukuran dilakukan dengan

menyelesaikan pembacaan ke semua target yang tersedia pada suatu kedudukan

alat. Sesudah sampai pada pembacaan arah dari target yang terakhir, maka

kedudukan teropong diubah menjadi kedudukan sebaliknya yang disebut

kedudukan luar biasa dan pengukuran kearah target lainnya dilakukan mundur

sampai target yang pertama kembali. Prosedur pengukurannya adalah sebagai

berikut :

1. Memasang dan mendatarkan Theodolite pada titik O.

2. Membidik sasaran A dengan tepat dan mengencangkan sekrup klem

horizontal, lalu menyetel lingkaran graduasi pada angka 0°00’00”.

3. Menempatkan sasaran pada pusat benang silang teropong dengan memutar

sekrup halus horizontal.


4. Membaca lingkaran graduasi horizontal dan dalam pengamatan ini teropong

berada dalam keadaan biasa (AB).

5. Kendurkan sekrup klem dan bidik sasaran B dengan tepat, kencangkan

kembali sekrup.

6. Baca lingkaran graduasinya (BB).

7. Teropong dibalik dan alat diputar sebesar 180°, lalu bidikan ke sasaran B.

Lingkaran graduasinya dibaca dan dicatat. Pengamatan ini dilakukan dengan

teropong dalam kedudukan luar biasa (BLB).

8. Teropong diputar ke arah A, bidik dan baca lingkaran gradusinya (ALB).

2.5 Pengertian Sudut

Pengukuran sudut adalah mengukur suatu sudut yang terbentuk antara satu titik

dengan titik lainnya. Pada pengukuran ini diukur arah dari pada dua titik atau lebih yang

dibidik dari suatu titik kontrol dan jarak antara titik-titik diabaikan. Pengukuran AB, BB,

BLB, ALB ini disebut satu seri pengukuran. Untuk menambah seri pengukuran, maka

penempaatan lingkaran graduasi pada butir kedua diubah menjadi 90o00’00”. Dari hasil

pengamatan di atas, sudut yang diambil untuk perhitungan adalah hasil rata-rata dari

sudut hasil Observasi dalam keadaan luar biasa.


𝑺𝒖𝒅𝒖𝒕 𝑺(𝑶)𝑩 + 𝑺𝒖𝒅𝒖𝒕 𝑺(𝑶)𝑳𝑩
= 𝑺(𝑶)
𝟐

A
B A
O O
C B
D

a) Sudut Banyak b) Sudut Tunggal

2.1 Gambar Pengukuran Cara Reiterasi

2.5.1 Cara Repetisi

Dengan sendirinya apabila target yang tersedia lebih dari satu buah (sudut

banyak), maka pembacaan tetap dilakukan dalam keadaan biasa sampai semua

target (sasaran) terbidik dan kembali lagi dalam keadaan luar biasa sampai ke target

yang pertama.

a) Sudut Tunggal b) Sudut Banyak

2.2 Gambar Pengukuran Cara Repetisi

Pengukuran sudut dengan cara repetisi hanya dapat dilakukan dengan

Theodolite type sumbu ganda. Untuk mengukur sudut dalam berbagai arah, cara

ini akan memekan waktu yang lama, jadi hanya efektif apabila yang diukur hanya

satu sudut saja (sudut tunggal). Umumnya pengukuran dilakukan sebanyak n kali.

Prosedur pengukuranya adalah sebagai berikut :


1. Memasang dan mendatarkan Theodolite pada titk 0.

2. Menempatkan lingkaran graduasi mendekati 0°00’00”.

3. Mengencangkan klem atas dan membuka klem bawah lalu teropong diarahkan

ke titik A (bacaan tetap seperti butir 2 yaitu : 0°00’00”).

4. Mengencangkan plat bawah dan membuka klem atas dan bidikan diarahkan ke

titik B dengan memutar plat atas untuk membaca sudut A1 (n = 1).


5. Mengencangkan klem atas dan mengendorkan klem bawahuntuk membidik

titik A lagi (jadi bacaan sudut A1 tadi dijadikan bacaan pada titik bidikan A).

6. Dengan plat bawah dikencangkan, bidikan teropong ke titik B dilakukan

dengan memutar plat atas yang klenya telah dibuka maka didapat A2 (n = 2).

7. Mengulangi pekerjaan 5 dan 6 sebanyak yang diperlukan (n kali) untuk

mendapatkan bacaan rata-rata.

2.6 Dasar-dasar Menghitung Koordinat Titik

Pengukuran sudut mendatar diperlukan untuk dapat menentukan tempat titik-titik ini

dilakukan dengan menentukan koordinat titik tersebut terhadap salib sumbu.

1. Sudut Jurusan

Untuk menentukan suatu alat yang dinyatakan oleh garis lurus yang menghubungkan

misalkan titik B (Xʙ,Yʙ) dan titik C (Xс,Yс) diperlukan sudut jurusan yang dihitung

mulai dari utara searah dengan jarum jam dan di akhiri pada jurusan yang

bersangkutan. Jadi harga dari jurusan ini berkisar antara 0° - 360°.

2. Sudut Jurusan dan Jarak Antara Dua Titik yang Tertentu

Misalnya kita ketahui dua titik A (XA,YA) dan titik (XB,YB), maka sudut jurusan

AB ditentukan dengan :

𝑿𝑩 − 𝑿𝑨
tg 𝑎𝑨𝑩 =
𝒀B − 𝒀𝑨

𝑿 𝑩 − 𝑿 𝑨 𝒀𝑩 − 𝒀𝑨
𝒅𝑨𝑩 = =
𝒔𝒊𝒏 𝑎𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝑎𝑨𝑩
Dimana 𝑑𝐴𝐵 adalah jarak antara titik A dan titik B.
2.5 Mencari Koordinat Suatu Titik

Untuk mencari koordinat suatu titik, misalnya titik P (XP,YP) diperlukan titik lain

yang koordinatnya telah diketahui misalnya A (XA,YA) lalu kedua titik tersebut

dihubungkan,maka diperoleh :

𝑿𝑷 = 𝑿𝑨 + 𝒅𝑨𝑷 𝐬𝐢𝐧 𝑎𝑨𝑷

𝒀𝑷 = 𝒀𝑨 + 𝒅𝑨𝑷 𝐜𝐨𝐬 𝑎𝑨𝑷

Jadi, untuk menghitung koordinat titik P selain harus mengetahui koordinat titik lain harus

pula mengetahui jarak dan sudut jurusan antara kedua titik tersebut. Beberapa cara untuk

menentukan koordinat suatu titik yaitu dengan cara :

a. Mengikat ke muka

b. Jaring-jaring segitiga

Bila kita hendak menghitung koordinat banyak titik maka dipergunakan cara :

a. Polygon

b. Jaring-jaring segitiga

2.5.1 Mengikat ke Muka

Titik P yang akan dicari koordinatnya diikat titik ke titik lain yang telah

diketahui koordinatnya yaitu titik A dan titik B (XB,YB). Kemudian diukur sudut

yang ada di titik A dan titik B. Jarak antara titik A dan titik B dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

𝒅𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝑎𝑨𝑩 = 𝑿𝑨 − 𝑿𝑩


Sedang αAB dapat diketahui dengan rumus :

𝑿𝑨 − 𝑿𝑩
𝐭𝐚𝐧 𝑎𝑨𝑩 =
𝒀𝑨 − 𝒀𝑩

Dengan rumus perbandingan sinus, dapat kita ketahui jarak AP (dAP) dan jarak

BP (dBP). Dari titik A dan titik B dapat kita buat persamaan sebagai berikut,

dimana harga XP dan YP dari tinjauan kedua titik tersebut dirata-rata.

𝑋𝑃 = 𝑋𝐴 + 𝑑𝐴𝑃 sin 𝛼𝐴𝑃

𝑋𝑃 = 𝑋𝐵 + 𝑑𝐵𝑃 sin 𝛼𝐵𝑃

𝑌𝑃 = 𝑌𝐴 + 𝑑𝐴𝑃 sin 𝛼𝐴𝑃

𝑌𝑃 = 𝑌𝐵 + 𝑑𝐵𝑃 sin 𝛼𝐵𝑃

2.5.2 Mengikat ke Belakang

Jika titik P diikat dengan cara ke belakang pada titik A (Xᴀ,Yᴀ) dan B (Xʙ,Yʙ)

maka sudut yang diukur adalah sudut APB. Dari sudut APB diketahui alas AB dan

sudut puncak APB sehingga segitiga belum dapat dilukiskan. Yang dapat

dilukiskan adalah tempat kedudukan titik P yang berbentuk busur lingkaran yang

melewati titik A dan titik B. Untuk dapat menentukan letak titik P diperoleh dengan

cara mengikat titik P pada titik H (Xн,Yн) yang telah diketahui dan sudut BPH pun

diketahui. Cara pengikatan kebelakang ini disebut cara Collins. Dari keterangan di

atas, dapatlah disimpulkan bahwa untuk mengikat ke belakang diperlukan paling

sedikit tiga titik tertentu, sedang untuk mengikat ke muka diperlukan paling sedikit

dua titik terntentu.


2.5.3 Membuat Polygon

Untuk keperluan membuat peta dan pengukuran-pengukuran diperlukan titik-

titik yang telah diketahui sebagai dasar pengukuran yang lain. Umumnya titik-titik

yang memanjang (jalan raya, rel KA) cara penentuan koordinatnya dengan

membuat segi banyak.

2.3 Membuat Poligon Terbuka

Titik 1,2,3,4 …………,n harus ditentukan koordinatnya. Untuk mencari

koordinat titik 1, diperlukan satu titik yang koordinatnya telah diketahui, dalam hal

ini titik X₂ dan Y₂. Demikian dilakukan untuk titik-titik yang lain.

2.5.4 Membuat Jaring-jaring Segitiga dan Rangkaian Segitiga

Polygon seperti gambar 2.4 disebut polygon terbuka, sedang jaring-jaring

segitiga disebut polygon tertutup. Jaring-jaring segitiga dipergunakan bila titik-

titik yang akan dicari koordinatnya terletak tersebar dan titik menentu arahnya.

Titik-titik itu dihubungkan dan membentuk beberapa segitiga. Koordinat titik A

(Xᴀ,Yᴀ), dan yang perlu diketahui adalah jarak antara titik A dan 1 serta sudut

jurusan A₁. Jarak dᴀ₁ dapat diketahui dengan pengukuran secara langsung.

Sedang untuk mengetahui sudut jurusan diperlukan sudut jurusan yang telah

diketahui.
Caranya yaitu dengan menghubungkan titik A dengan titik P (Xр,Yр) yang telah

diketahui sudut jurusannya yaitu AP. Sudut jurusan ini dapat diketahui dengan :

𝑿𝑩 − 𝑿𝑨
tg 𝑎𝑨𝑩 =
𝒀𝑩 − 𝒀𝑨

Untuk mengetahui koordinat titik 2, maka kita perlukan untuk mengetahui

jarak titik 1 dan titik 2 (d12) dan sudut jurusan (α12). Jarak antara titik 1 dan titik

2 dapat diukur langsung, sedang sudut jurusan α12 dapat dihitung dengan αA12

dan sudut S (1) yang diukur dititik 1.

𝑎𝟏𝟐 = 𝑎𝑨𝟏 − 𝒃

sedang :

𝒃 = 𝟏𝟖𝟎° − 𝑺(𝟏)

sehingga harga α12 adalah :

𝑎𝟏𝟐 = 𝑎𝑨𝟏 − [𝟏𝟖𝟎° − 𝑺(𝟏)]

𝑎𝟏𝟐 = 𝑎𝑨𝟏 − [𝟏𝟖𝟎° + 𝑺(𝟏)]

Pada praktikum yang akan dilakukan, kita dapat akan mencari koordinat titik-

titik polygon tertutup. Jika pada polygon terbuka titik awal dan titik akhir tidak

sama, sedangkan pada polygon tertutup, titik awal dan titik akhir bertemu pada

suatu titik. Untuk dapat mengetahui koordinat tiap titik, maka diperlukan sudut

jurusan AP dan koordinat sebuah titik, juga pembacaan sudut dari satu titik ke titik

lainnya. Untuk lebih jelasnya cara mengerjakan dalam menghitung koordinat yang
sama dengan cara polygon terbuka dapat dipelajari beserta contoh-contoh

perhitungannya pada bab berikutnya. Alat utama yang dipergunakan dalam

pengukuran sudut ini adalah theodolite.


BAB III
PELAKSANAAN DI LAPANGAN

3.1 Alat yang digunakan untuk pengukuran

Dalam pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah ini memerlukan alat bantu. Macam-

macam alat bantu itu antara lain :

1. Tripod

3.1 Gambar Tripod

Alat yang digunakan untuk membantu agar dapat berdiri tegak meskipun diletakkan

pada suatu landasan yang cukup miring.Sesuai namanya mempunyai kaki tiga yang

terbuat dari besi dengan ujung lancip.

2. Kompas

3.2 Gambar Kompas


Penentuan arah dari satu titik atau tempat ke titik tempat lain, yang ditunjukan oleh

besarnya sudut azimut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau

selatan, bergerak searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud.

3. Meteran Roll

3.3 Gambar Meteran Roll


Untuk pengukuran jarak secara langsung digunakan pita ukur, baik yang terbuat dari

plastik maupun yang terbuat dari plat baja pita ukur ini biasanya lebar ±2 cm,

panjang 50m dengan menggunakan skala bolak-balik Pita Ukur/Meteran.

4. Bak Ukur

3.4 Gambar Bak Ukur

Alat yang terbuat dari aluminium yang di dalamnya terdapat angka-angka ukur

sebagai penunjuk pengukuran. Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini

mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter.


5. Payung

3.5 Gambar Payung

Berguna untuk melindungi pesawat dari sinar matahari secara langsung yang dapat

menyebabkan nivo pecah, mengerasnya kleim pengunci, mengubah persyaratan alat.

Disamping itu juga digunakan untuk melindungi pesawat dari air hujan.

6. Buku Praktikum

3.6 Gambar Buku Praktikum


Buku praktikum berguna untuk mencatat hasil pembaca rambu ukur pada saat

melakukan pengukuran di lapangan.


7. Kapur

3.7 Gambar Kapur Tulis

Digunakan sebagai penanda titik-titik pada saat pengukuran dilapangan.

3.2 Cara Mendirikan Alat

Sebelum alat theodolite digunakan, terlebih dahulu harus diperiksa dan dilakukan pengaturan,
meliputi:
1. Bagian-bagian alat pada theodolite apakah berfungsi dengan baik
2. Memenuhi syarat utama, yaitu:
A. Garis jurusan nivo skala utama mendatar tegak lurus sumbu I
B. Sumbu II telah tegak lurus sumbu I
C. Garis bidik telah tegak lurus sumbu II (kalau belum ada kesalahan
kolimasi/kesalahan garis bidik)
D. Garis jurusan nivo skala tegak telah sejajar dengan garis indek skala tegak,
apabila belum alat tersebut mempunyai salah indeks.
3. Pengaturan tetap
A. Mengatur sumbu I menjadi vertikal :
● Letakkan theodolite diatas statif, usahakan kepala statif kira- kira

mendatar.

● Letakkan nivo tabung skala mendatar sejajar dengan dua skrup kiap,

dengan kedua skrup kiap, gelembung nivo diketengahkan.

● Dengan sumbu I sebagai sumbu putar, putar nivo 180⁰.


● Bila gelembung nivo tetap berada ditengah, putar nivo 90⁰ dan tengahkan
gelembung nivo dengan skrup kiap ketiga, usahakan gelembung nivo tetap di
tengah-tengah walaupun teropong diputar ke segala arah.

B. Mengatur garis bidik (kolimasi) tegak lurus sumbu

Cara pengaturan garis bidik sebagai berikut :

 Tempatkan di depan theodolite (setelah sumbu I diatur tegak) sejauh ± 25 m


unting-unting yang digantungkan dengan benang (memakai statif). Arahkan
teropong ke benang unting- unting dan perhatikan apakah benang diafragma
tegak berimpit dengan benang unting, bila tidak putarlah seluruh diafragma
sehingga benang diafragma tegak berimpit dengan benang unting-unting.
● Tegakkan sebuah rambu berjarak ± 75 m di depan theodolite.Dalam posisi
teropong biasa dan kira-kira mendatar arahkan teropong ke rambu (benang
diafragma tegak tepat di tengah rambu). Kunci gerakan tegak teopong,
tengahkan gelembung nivo skala tegak dan catat bacaac sudut tegak dan
bacaan benang mendatar pada rambu.

4. Persyaratan theodolite

Suatu alat theodolite harus memenuhi syarat sebagai berikut:


● Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II
● Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II
● Garis jurusan nivo skala tegak harus sejajar garis indeks skala tegak
● Garis nivo skala mendatar harus tegak lurus sumbu I

Syarat pertama dapat dipenuhi dengan mengusahakan agar :

1. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah- tengah

gelembung nivo akan tetap ditengah-tengah meskipun theodolit diputar-putar

mengelilingi sumbu tegak.

Syarat kedua dan ketiga dipenuhi dengan menguji alat theodolit secara:
1. Gantungkan unting-unting pada dinding, benang tergantung bebas (tidak

menyentuh dinding atau lantai)

2. Setelah sumbu tegak diatur, sehingga benar-benar tegak, garis bidik diarahkanke

bagian atas benang. Kunci sekrup pengunci sumbu tegak dan lingkaran skala

mendatar, kemudian gerakkan garis bidik perlahan–lahan kebawah.

3. Bila sumbu datar tegak lurus dengan sumbu tegak, dan garis bidik tegak lurus

dengan sumbu mendatar, maka garis bidik akan bergerak sepanjang benang

unting-unting.

Syarat keempat dipenuhi dengan menguji alat secara:

1. Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi, maka arahkan garis bidik ke titik
yang agak jauh, ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak.
2. Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith (Z)
3. Putar teropong 180⁰ kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang sama, periksa
gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila belum terletak di tengah.
4. Baca lingkaran skala tegak, missal z’ , bila bacaan z’ = 360-z , maka salah indeks
adalah NOL.

Pada Theodolite terdapat 2 (dua) Nivo yang harus diatur, yaitu Nivo piringan bawah dan
Nivo piringan atas
Gambar 3.1 Nivo Theodolite

3.2 Cara Menyetel Alat Theodolite


Berikut merupakan tahap-tahap menyetel theodolite :
1. Tempatkan tripod atau statip di atas titik ukur.
2. Injak sepatu statip agar melesak dalam tanah (jika di atas tanah), tinggi
statip disesuaikan dengan orang yang akan membidik dan permukaan
kepala (meja) statip diusahakan relatif datar.
3. Ambil pesawat dan letakkan pesawat pada landasan, kemudian dikunci
dengan pengunci pesawat.
4. Mengatur unting-unting agar posisi sumbu I tepat di atas patok (titik
ukur).
5. Tiga buah sekrup A, B, C, kita atur tingginya kira-kira setengah panjang
as.
6. Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan B (kedudukan I),
kemudian sekrup diputar searah (jika masuk masuk semua; jika keluar,
keluar semua), sambil dilihat kedudukan gelembung nivo tabung agar
tepat di tengah-tengah skala nivo.
7. Putar teropong searah jarum jam, hingga kedudukan tegak lurus terhadap dua sekrup A,
B, atau diputar 90˚ (kedudukan II), kemudian putar sekrup C (tanpa memutar sekrup A,
B), masuk atau keluar sambil dilihat kedudukan gelembung pada nivo kotak agar tepat
di tengah-tengah skala nivo.
8. Putar teropong searah jarum jam sehingga kedudukan sejajar sekrup A,B, atau diputar
kira-kira 90˚ dan letakkan berlawanan dengan kedudukan I (kedudukan III), putar
sekrup A, B, sehingga gelembung nivo tepat di tengah-tengah skala nivo.
9. Putar teropong searah jarum jam sehingga kedudukannya tegak lurus terp dua sekrup
A, B, dan letakkan berlawanan dengan posisi II atau putar 90˚ (kedudukan IV),
kemudian putar sekrup C tanpa merubah sekrup A,B masukhada atau keluar agar
gelembung nivo tabung tepat di tengah-tengah skala nivo.
10. Cek gelembung nivo tabung, apakah sudutnya tepat di tengah-tengah skala lingkaran
nivo. Jika sudah, pesawat siap dioperasikan dan jika belum maka ulangi kegiatan f – i.
Catatan:

Untuk memperoleh data di lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Menempatkan pesawat pada posisi sudut 00˚00’00” yaitu arah utara bumi.
2. Menentukan titik awal yang akan dibidik (untuk mendapatkan azimuth awal).
3. Meletakkan baak ukur pada titik yang akan dibidik, arahkan teropong ke baak ukur
dengan menggunakan visier untuk mempercepat mengarahkan ke obyek, jika sudah
didapat titik yang dibidik, kuncilah klem aldehide horizontal.
4. Tepatkan benang tengah pesawat pada garis tengah baak ukur dengan bantuan sekrup

penggerak aldehide horizontal sehingga kedudukan benang tegak pada pesawat

segaris dengan garis tengah rambu (baak ukur). Jika obyek bidik (rambu) kurang

jelas, maka gunakan sekrup pengatur fokus teropong agar rambu kelihatan jelas.

Sedangkan untuk memperjelas benangnya dengan menggunakan sekrup pengatur

ketajaman benang.

5. Membaca bacaan benang bawah, benang tengah, benang atasnya, kemudian baca

bacaan sudutnya dan juga ukur tinggi alatnya.

3.3 Cara Membaca Sudut (Skala Utama)


Pada Theodolite terdapat 2 bacaan skala utama, yaitu bacaan skala tegak dan bacaan
skala mendatar. Untuk pembacaan skala utama ada 4, yaitu:

1. Garis lurus:

Untuk bacaan pada garis indeks dilakukan dengan cara menaksir.


Gambar 3.3.1 Bacaan Garis Lurus

2. Garis lurus dan skala

Gambar 3.3.2 Bacaan Garis Lurus dan Skala

3. Mikrometer

Gambar 3.3.3 Bacaan Mikrometer


BAB IV

METODE PENGUKURAN THEODOLITE

4.1 Langkah-langkah Pengukuran Theodolite

Dalam pelaksanaanya, pengukuran jarak dan elevasi di lapangan dapat dilakukan sebagai

berikut :

1. Alat diletakkan pada tripot dan memasang unting-unting.

2. Menempatkan unting-unting pada titik yang telah ditentukan.

3. Menyeimbangkan alat atau menghorizontalkan alat dengan mengatur kedudukan dari

nivo, baik nivo tabung maupun nivo kotak diatur oleh sekrup penyetel.

4. Mengunci alat pada titik ikat atau arah utara dengan bantuan kompas.

5. Alat sudah siap untuk digunakan.

4.2 Pelaksanaan di Lapangan

Sedangkan langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dilapangan adalah sebagai berikut :

1. Siapkan alat yang dipakai.

2. Buatlah sketsa lokasi tersebut terlebih dahulu untuk mempermudah dalam pekerjaan.

3. Pasang patok-patok dengan jarak tertentu, menggunakan meteran dari titik satu

sampai titik terakhir.

4. Pasang alat pada titik satu dan menyetel alat tersebut pada pembacaan vertikal ke

belakang 0°00’00”, dan alat siap untuk dibidikkan ke depan.

5. Baca sudut vertikal dan sudut horizontal di kedua titik yang dibidik, baik pembacaan

biasa maupun pembacaan luar biasa. Lalu catat data yang diperoleh di dalam buku.
4.3 Cara Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi ditentukan dengan menggunakan alat theodolite. Alat

didirikan Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri

vertikal. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan antara bacaan

muka dan bacaan belakang. Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada

umumnya dilakukan secara optis.

Metode tachymetry adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan

digital. Pengukuran detail cara tachymetry dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas titik

ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai

dengan perkaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan

azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BS, BB serta sudut miring.

4.3.1 Tahapan Perhitungan Tachymetry

Ada tiga tahapan dalam melakukan atau melaksanakan pengukuran

tachymetry, yaitu :

1. Tahapan perencanaan dan persiapan

2. Tahapan pelaksanaan pengukuran

3. Tahapan perhitungan

Ketiga tahapan tersebut merupakan tahapan yang digunakan untuk

mendapatkan gambaran peta topografi yang dilakukan dengan cara

menggabungkan peta situasi dan peta kontur.


4.3.2 Tahapan Perencanaan dan Persiapan

Sebelum kita melakukan pengukuran kita perlu melakukan tahapan

perencanaan bagaimana tempat dan situasi permukaan bumi yang akan diukur,

melalui survey tempat terlebih dahulu. Adapun perencanaan dan persiapan itu

antara lain :

a. Survey Lokasi

Tujuan dari survey lokasi ini adalah agar kita mendapatkan data- data kasar

tentang lokasi yang akan kita ukur. Data kasar ini adalah bentuk permukaan

tanah, jenis bangunan yang ada di wilayah pengukuran. Dari datadata kasar

tersebut kita dapat membuat sketsa wilayah pengukuran sementara. Dari sketsa

wilayah itu kita teruskan dengan membuat titik-titik patok pengukuran.

b. Penentuan Titik Utama Pengukuran

Setelah survey lokasi pengukuran, kita dapat melakukan pengukuran, maka kita

dapat menentukan dan merencanakan titik pengukuran utama. Titiktitik utama

kalau kita hubungkan dengan garis lurus akan membentuk suatu polygon

tertutup (polygon horizontal).

Polygon horizontal utama ini mewakili seluruh wilayah sebagai satu kesatuan

dan merupakan batas wilayah pengukuran. Kemudian polygon utama ini

menjadi titik ikat bagi polygon-polygon cabang untuk menggambarkan titik

detail yang jauh dari polygon utama (titik utama ini dipakai untuk menentukan

atau mengukur titik-titik dalam polygon cabang).


c. Rencana Titik Detail Pengukuran

Titik detail ini diukur dari titik utama, jadi titik utamanya berfungsi sebagai titik

ikat bagi titik detail. Untuk penggambaran peta kontur diperlukan banyak titik

detail, apalagi kalau daerahnya berbukit. Semakin banyak titik detail, maka akan

didapatkan peta kontur yang baik (dapat mudah diketahui kondisi permukaan

tanah). Tapi, bukan berarti penentuan titik dilakukan terlalu banyak. Penentuan

titik detail sebaiknya ditentukan menurut tinggi rendahnya permukaan tanah.

d. Kesiapan Alat dan Skill yang Menunjang

1. Kesiapan Alat

Sebelum kita melakukan pengukuran dilapangan, kesiapan peralatan yang

akan kita gunakan harus kita periksa terlebih dahulu. Apabila ada kekurangan

atau kerusakan kita akan mengetahui dan mengantisipasinya, sehingga saat

pengukuran dilapangan kita tidak akan sia-sia karena kekurangan kesiapan

alat tersebut.

2. Skill atau Keterampilan

Kemampuan praktikan sangat mempengaruhi kerja dilapangan (tahap

pelaksanaan dan pengukuran). Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan

pengukuran hendaknya menguasai dahulu pekerjaan yang akan dilakukan,

keterampilan praktikan yang tidak merata akan mempengaruhi jalannya

pengukuran sehingga praktikan betul-betul menguasai teori yang telah

didapat. Hal-hal tersebut di atas tergantung pada kemampuan cara-cara yang

dikerjakan dilapangan.
4.3.3 Tahap Pelaksanaan Pengukuran

Yang dimaksud pelaksanaan pengukuran disini adalah rangkaian pengukuran

pada suatu wilayah pengukuran yang sudah ditetapkan (setelah kita melakukan

tahap pelaksanaan pengukuran kita akan terasa betapa pentingnya tahap persiapan

dan perencanaan tersebut). Karena segala sesuatu telah disiapkan pada tahap

persiapan termasuk lokasi pengukuran, titik-titik utama dan titik-titik detail serta

kemampuan untuk mendapatkan data yang baik untuk dipergunakan dalam

perhitungan nanti.

4.4 Pehitungan Polygon

4.1.1. Menghitung Sudut Dalam


Diketahui:
P1 : α depan = 171.778
α belakang = 115.615
P2 : α depan = 203.321
α belakang = 23.538
P3 : α depan = 25.597
α belakang = 25.921
P4 : α depan = 305.196
α belakang = 97.067
P5 : α depan = 19.068
α belakang = 123.400
P6 : α depan = 18.586
α belakang = 208.379
P7 : α depan = 95.336
α belakang = 194.469
P8 : α depan = 115.615
α belakang = 268.585
Ditanya: Sudut dalam pada titik titik pesawat yang diketahui?
Penyelesaian:
β1 = α belakang – α depan + 360 º
= 115.615 - 171.778 + 360 º
= 303.838 DD
β2 = α belakang – α depan + 360 º
= 23.538 - 203.321 + 360 º
= 180.217 DD
β3 = α belakang – α depan
= 25.921 - 25.597
= 0.324 DD
β4 = α belakang – α depan + 360 º
= 97.067 - 305.196 + 360 º
= 151.871 DD
β5 = α belakang – α depan
= 123.400 - 19.068
= 104.332 DD
β6 = α belakang – α depan
= 208.379 - 18.586
= 189.793 DD
β7 = α belakang – α depan
= 194.469 - 95.336
= 99.133 DD
β8 = α belakang – α depan
= 268.585 - 115.615
= 152.969 DD

Dari data tersebut dapat dihitung jumlah sudut dalam pada titik-titik pesawat ;
∑β = β1 + β2 + β3 + β4+ β5+ β6+ β7+ β8
= 303.838+180.217+0.324+151.871+104.332+189.793+99.133+152.969
= 1182.477 DD
fβ = ∑β – ((8-2) x 180°)
= 1182.477 – (6x180)
= 102.477 DD
4.1.2. Menghitung Besar Koreksi Penutup Sudut

∆fβ = - (fβ / 8)
= - (102.477 /8 )
= -12.810 DD

4.1.3. Menghitung Sudut Dalam Terkoreksi

βCi1 = β1 + ∆fβ
= 291.028 DD
βCi2 = β2 + ∆fβ
= 167.407 DD
βCi3 = β3 + ∆fβ
= -12.486 DD
βCi4 = β4 + ∆fβ
= 139.061DD
ΒCi5 = β5 + ∆fβ
= 91.522 DD
ΒCi6 = β6 + ∆fβ
= 176.984 DD
ΒCi7 = β7 + ∆fβ
= 86.324 DD
ΒCi8 = β8 + ∆fβ
= 140.160 DD

4.1.4. Azimuth Sisi Polygon

Dalam perhitungan ini azimuth sisi polygon mengambil data dari nilai
DD pada α depan tiap titiknya, sehingga didapat nilai sebagai berikut :
B1 = 171.778
B2 = 203.321
B3 = 25.597
B4 = 305.196
B5= 19.068
B6= 18.586
B7= 95.336
B8= 115.615

4.1.5. Menghitung Jarak Miring

1) Diketahui Titik Pengamatan A (depan):


Benang Atas = 1.680 m
Benang Bawah = 1.210 m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.680– 1.210)
= 47 m
2) Diketahui Titik Pengamatan A (belakang):
Benang Atas = 1.650 m
Benang Bawah= 1.210 m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.650– 1.210)
= 44 m
3) Diketahui Titik Pengamatan B (depan):
Benang Atas = 1.670m
Benang Bawah = 1.230 m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.670– 1.230)
= 44 m
4) Diketahui Titik Pengamatan B (belakang):
Benang Atas = 1700 m
Benang Bawah = 1220 m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.700– 1.220)
= 48 m
5) Diketahui Titik Pengamatan C (depan):
Benang Atas = 1710 m
Benang Bawah = 1.1230m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.710– 1.210)
= 48 m
6) Diketahui Titik Pengamatan C (belakang):
Benang Atas = 1.710 m
Benang Bawah = 1.250 m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.710 – 1.250)
= 46 m
7) Diketahui Titik Pengamatan D (depan):
Benang Atas = 1.685m
Benang Bawah = 1.225m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.685– 1.225)
= 46m
8) Diketahui Titik Pengamatan D (belakang):
Benang Atas = 1.645 m
Benang Bawah = 1.235m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.645– 1.235)
= 41m
9) Diketahui Titik Pengamatan E (depan):
Benang Atas = 1.640 m
Benang Bawah = 1.230m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.640– 1.230)
= 41m
10) Diketahui Titik Pengamatan E (belakang):
Benang Atas = 1.630 m
Benang Bawah = 1.240m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.630– 1.240)
= 39 m
11) Diketahui Titik Pengamatan F (depan):
Benang Atas =1670 m
Benang Bawah = 1.280m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.670– 1.280)
= 39 m
12) Diketahui Titik Pengamatan F(belakang):
Benang Atas = 1.730 m
Benang Bawah = 1.240m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.730– 1.240)
= 49 m
13) Diketahui Titik Pengamatan G (depan):
Benang Atas = 1.720 m
Benang Bawah = 1.230m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.720– 1.230)
= 49 m
14) Diketahui Titik Pengamatan G (belakang):
Benang Atas = 1.705 m
Benang Bawah = 1.235m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.705– 1.235)
= 47m
15) Diketahui Titik Pengamatan H (depan):
Benang Atas = 1.690 m
Benang Bawah = 1.220m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.690– 1.220)
= 47 m
16) Diketahui Titik Pengamatan H (belakang):
Benang Atas = 1.680 m
Benang Bawah = 1.210m
Jawab:
d =100 x (Benang Atas – Benang Bawah)
= 100 x (1.680– 1.210)
= 47m
4.1.6. Menghitung Jarak Datar

Titik Pengamatan 1 (Titik A): α depan = 89.988


α belakang = 90.046
Titik Pengamatan 2 (Titik B): α depan = 90.463
α belakang = 93.017
Titik Pengamatan 3 (Titik C) :α depan = 89.914
α belakang = 90.021
Titik Pengamatan 4 (Titik D): α depan = 90.069
α belakang = 90.067
Titik Pengamatan 5 (Titik E): α depan = 89.756
α belakang = 89.879
Titik Pengamatan 6 (Titik F): α depan = 90.286
α belakang = 90.226
Titik Pengamatan 7 (Titik G): α depan = 89.933
α belakang = 89.776
Titik Pengamatan 8 (Titik H): α depan = 90.046
α belakang = 90.038

Untuk Nilai DD:


Titik Pengamatan 1 depan = (Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
= 47m
Titik Pengamatan 2 depan = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
= 44 m
Titik Pengamatan 2 belakang = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
= 44m
Titik Pengamatan 3 depan = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
= 38m
Titik Pengamatan 3 belakang = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
= 48m
Titik Pengamatan 4 depan = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
= 46m
Titik Pengamatan 4 belakang = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
= 46m
Titik Pengamatan 5 depan = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=41 m
Titik Pengamatan 5 belakang = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=40 m
Titik Pengamatan 6 depan = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=37 m
Titik Pengamatan 6 belakang= Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=37 m
Titik Pengamatan 7 depan = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=45 m
Titik Pengamatan 7 belakang = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=47 m
Titik Pengamatan 8 depan = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=47 m
Titik Pengamatan 8 belakang = Cos ((90-DD) x π/180)^2 x D1miring
=47 m

4.1.7. Jarak Rata – Rata

Drata-rata = (Ddatar belakang + Ddatar depan) / 2


Titik pengamatan 1 = (47 + 44) / 2 = 45 m
Titik pengamatan 2 = (44 + 38) / 2 = 41 m
Titik pengamatan 3 = (48 + 46) / 2 = 47 m
Titik pengamatan 4 = (46 + 41) / 2 = 43 m
Titik pengamatan 5= (40+37) / 2 = 39 m
Titik pengamatan 6= (37+45) / 2 = 41m
Titik pengamatan 7= (47+47) / 2 = 47 m
Titik pengamatan 8= (47+47) / 2 = 47 m
∑Ɖ = D1 + D2 + D3 +D4 + D4 + D5+ D6+D7+D8
= 350 m
4.1.8. Menghitung Beda Tinggi

1. ΔH1 belakang = 47 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.046˚)


= -0.046 meter
2. ΔH2 Depan = 44𝑥 𝑇𝑎𝑛(0.013˚)
= 0.010 meter
3. ΔH2 Belakang = 44 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.017˚)
= -0.013 meter
4. ΔH3 Depan =38 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.463˚)
= -0,388 meter
5. ΔH3 Belakang = 48 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.021˚)
= - 0.018 meter
6. ΔH4 Depan = 46 𝑥 𝑇𝑎𝑛(0.086˚)
= 0.069 meter
7. ΔH4 Belakang = 46 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.067˚)
= -0.054 meter
8. ΔH5 Depan = 41 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.069˚)
= - 0.049 meter
9. ΔH5 Belakang = 40 𝑥 𝑇𝑎𝑛(0.121˚)
= 0.087 meter
10. ΔH6 Depan = 37 𝑥 𝑇𝑎𝑛(0.244˚)
= 0.166 meter
11. ΔH6 Belakang = 37𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.226˚)
= -0.154 meter
12. ΔH6 Depan = 45 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.286˚)
= -0.245 meter
13. ΔH6 Belakang = 47𝑥 𝑇𝑎𝑛(0.224˚)
= 0.1915 meter
14. ΔH6 Depan = 47 𝑥 𝑇𝑎𝑛(0.070˚)
= 0.0057 meter
15. ΔH6 Belakang = 47𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.037˚)
= -0.0304 meter
16. ΔH6 Depan = 47 𝑥 𝑇𝑎𝑛(−0.046˚)
= -0.0377 meter
4.1.9. Jumlah Beda Tinggi Rata – Rata

∆Hrata-rata = (∆Hbelakang + ∆Hmuka) / 2


∆H (Titik 1) = (-0.038+0.010)/2
= -0.014
∆H (Titik 2) = (-0.013+ (-0.388))/2
= -0.200
∆H (Titik 3) = (-0.018+0.069)/2
= 0.026
∆H (Titik 4) = (-0.054+(-0.049))/2
= -0.052
∆H (Titik 5) = (0.087+0.166)/2
= 0.126
∆H (Titik 6) = (-0.154+(-0.245))/2
= -0.199
∆H (Titik 7) = (-0.1915+0.0057)/2
= 0.099
∆H (Titik 8) = (-0.0304+(-0.0377))/2
= -0.034
Maka : ∑∆H = ∆H (Titik 1) + ∆H (Titik 2) + ∆H (Titik 3)+ ∆H (Titik 4)+ ∆H
(Titik 5)+ ∆H (Titik 6)+ ∆H (Titik 7)+ ∆H (Titik 8)
= -0.248 m

4.1.10. Koreksi Beda Tinggi

∆H koreksi = -∑∆H/n
= -(-0.248/8)
= 0.031 m

4.1.11. Beda Tinggi Terkoreksi

∆H terkoreksi (Titik 1) = ∆H (Titik 1) + ∆H koreksi


= -0.014+ (0.031)
= 0.017 m
∆H terkoreksi (Titik 2) = ∆H (Titik 2) + ∆H koreksi
= -0.200 + (0.031)
= -0.169 m
∆H terkoreksi (Titik 3) = ∆H (Titik 3) + ∆H koreksi
= 0.026+ (-0.031)
= 0.057 m
∆H terkoreksi (Titik 4) = ∆H (Titik 4) + ∆H koreksi
= -0.052+ (-0.031)
= -0.020 m
∆H terkoreksi (Titik 5) = ∆H (Titik 5) + ∆H koreksi
= 0.126 + (-0.031)
= 0.157 m
∆H terkoreksi (Titik 6) = ∆H (Titik 6) + ∆H koreksi
= -0.199+ (-0.031)
= -0.168 m
∆H terkoreksi (Titik 7) = ∆H (Titik 7) + ∆H koreksi
= 0.099 + (-0.031)
= 0.130 m
∆H terkoreksi (Titik 8) = ∆H (Titik 8) + ∆H koreksi
= -0.034+ (-0.031)
= -0.003 m

4.1.12. Menghitung Koordinat X

A) Menghitung dx :
dx = Sin (Azimuth Sisi Poligon)*Drata-rata
dx (Titik 1) = sin (303.838°) x 45
= 35.515 m
dx (Titik 2) = sin (180.217° )x41
= -37.551 m
dx (Titik 3) = sin (180.324°)x47
= -44.473 m
dx (Titik 4) = sin (151.871° )x43
= 38.073m
dx (Titik 5) = sin (104.332° )x39
= -23.623 m
dx (Titik 6) = sin (189.793° )x41
= 39.541 m
dx (Titik 7) = sin (99.183° )x47
= -45.976 m
dx (Titik 8) = sin (152.969° )x47
= 38.664 m

∑dx = dx (Titik 1) + dx (Titik 2) + dx (Titik 3) + dx (Titik 4)+ dx


(Titik 5)+ dx (Titik 6)+ dx (Titik 7)+ dx (Titik 8)
= 0.171 m
Koreksi dx = -∑dx
= -0.171

B) Menghitung ∆X koreksi
∆X Koreksi = (Drata-rata / ∑Drata-rata)*koreksi dx
∆X koreksi (Titik 1) = (45 / 350)*( -0.171)
= -0.022
∆X koreksi (Titik 2) = (41 / 350)*( -0.171)
= -0.020
∆X koreksi (Titik 3) = (47 / 350)*( -0.171)
= -0.023
∆X koreksi (Titik 4) = (43 / 350)*( -0.171)
= -0.021
∆X koreksi (Titik 5) = (39 / 350)*( -0.171)
= -0.019
∆X koreksi (Titik 6) = ( 41/ 350)*( -0.171)
= -0.020
∆X koreksi (Titik 7) = (47 / 350)*( -0.171)
= -0.023
∆X koreksi (Titik 8) = (47 / 350)*( -0.171)
= -0.023

C) Menghitung ∆X terkoreksi
∆X terkoreksi (Titik1)= dx1 + ∆X koreksi (Titik 1)
= 35.515 + (-0.022)
= 35.493 m
∆X terkoreksi (Titik2)= dx2 + ∆X koreksi (Titik 2)
= -37.551 + (-0.020)
= -37.571 m
∆X terkoreksi (Titik3)= dx3 + ∆X koreksi (Titik 3)
= -44.473 + (-0.023)
= -44.495 m
∆X terkoreksi (Titik4)= dx4 + ∆X koreksi (Titik 4)
= 38.073 + (-0.021)
= 38.052 m
∆X terkoreksi (Titik5)= dx5 + ∆X koreksi (Titik 4)
= -23.623 + (-0.019)
= -23.642 m
∆X terkoreksi (Titik6)= dx6 + ∆X koreksi (Titik 4)
= 39.541 + (-0.020)
= 39.521 m
∆X terkoreksi (Titik7)= dx7 + ∆X koreksi (Titik 4)
= -45.976 + (-0.023)
= -45.999 m
∆X terkoreksi (Titik8)= dx8 + ∆X koreksi (Titik 4)
= 38.664 + (-0.023)
= 38.642 m
D) Menghitung Koordinat X
Diketauhi koordinat X awal = 0, maka X1 = 0.
Untuk X2 dilanjutkan dengan penjumlahan terhadap ∆X terkoreksi
dilakukan secara berantai hingga pada X8.
X1 =0
X2 = X1 + ∆X terkoreksi (Titik 1)
= 0 + (35.493)
= 35.493 m
X3 = X2 + ∆X terkoreksi (Titik 2)
= 35.493 + (-37.571)
= -2.078 m
X4 = X3 + ∆X terkoreksi (Titik 3)
= -2.078+ (-44.495)
= -46.574 m
X5 = X4 + ∆X terkoreksi (Titik 4)
= -46.574 + (38.052)
= -8.522 m
X6 = X5 + ∆X terkoreksi (Titik 5)
= --8.522 + (-23.642)
= -32.164 m
X7 = X6 + ∆X terkoreksi (Titik 6)
= -32.164 + (39.521)
= 7.358 m
X8 = X7 + ∆X terkoreksi (Titik 7)
= 7.358 + (-45.999)
= -38.642 m
4.1.13. Menghitung Koordinat Y

A) Menghitung dy :
dy = Cos (Azimuth Sisi Poligon)*Drata-rata
dy (Titik 1) = cos (303.838)*45
= -28.358 m
dy (Titik 2) = cos (180.217)*41
= -16.991m
dy (Titik 3) = cos (180.324)*47
= -14.637 m
dy (Titik 4) = cos (151.871)*43
= 20.622m
dy (Titik 5) = cos (104.332)*39
= -30.477 m
dy (Titik 6) = cos (189.793)*41
= 11.072 m
dy (Titik 7) = cos (99.133)*47
= 8.042 m
dy (Titik 8) = cos (152.969)*47
= -26.577 m

∑dy = dy (Titik 1) + dy (Titik 2) + dy (Titik 3) + dy (Titik 4)+ dx


(Titik 5)+ dx (Titik 6)+ dx (Titik 7)+ dx (Titik 8)
= -77.303 m
Koreksi dy= -∑dy
= 77.303
B) Menghitung ∆Y koreksi
∆Y Koreksi = (Drata-rata / ∑Drata-rata)*∑dy
∆Y koreksi (Titik 1) = (45/ 350)*( 77.303)
= 10.038
∆Y koreksi (Titik 2) = (41 / 350)*( 77.303)
= 9.103
∆Y koreksi (Titik 3) = (47 / 350)*( 77.303)
= 10.341
∆Y koreksi (Titik 4) = (43 / 350)*( 77.303)
= 9.563
∆Y koreksi (Titik 5) = (39 / 350)*( 77.303)
= 8.517
∆Y koreksi (Titik 6) = (41 / 350)*( 77.303)
= 9.069
∆Y koreksi (Titik 7) = (47 / 350)*( 77.303)
= 10.309
∆Y koreksi (Titik 8) = (47 / 350)*( 77.303)
= 10.363

C) Menghitung ∆Y terkoreksi :
∆Y Terkoreksi = dy + ∆Y Koreksi
∆Y terkoreksi (Titik 1)= -28.358 + (10.038)
= -18.320 m
∆Y terkoreksi (Titik 2)= -16.991+ (9.103)
= -7.888 m
∆Y terkoreksi (Titik 3)= -14.637 + (10.341)
= -4.297 m
∆Y terkoreksi (Titik 4)= 20.622+ (9.563)
= 30.186 m
∆Y terkoreksi (Titik 5)= -30.477 + (8.517)
= -21.960 m
∆Y terkoreksi (Titik 6)= 11.072 + (9.069)
= 20.142 m
∆Y terkoreksi (Titik 7)= 8.042 + (10.309)
= 18.351 m
∆Y terkoreksi (Titik 8)= -26.577 + (10.363)
= -16.214 m

D) Menghitung Koordinat Y
Diketauhi koordinat Y awal = 0, maka Y1 = 0.
Untuk Y2 dilanjutkan dengan penjumlahan terhadap ∆Y terkoreksi
dilakukan secara berantai hingga pada Y8.
Y1 =0
Y2 = Y1 + ∆Y terkoreksi (Titik 1)
= 0 + (-18.320)
= -18.320 m
Y3 = Y2 + ∆Y terkoreksi (Titik 2)
= -18.320+ (-7.888)
= -26.207 m
Y4 = Y3 + ∆Y terkoreksi (Titik 3)
= -26.207 + (-4.297)
= -30.504 m
Y5 = Y4 + ∆Y terkoreksi (Titik 4)
= -30.504 + (30.186)
= -0.318 m
Y6 = Y5 + ∆Y terkoreksi (Titik 5)
= -0.318 + (-21.960 )
= -22.278 m
Y7 = Y6 + ∆Y terkoreksi (Titik 6)
= -22.278 + (20.142)
= -2.137 m
Y8 = Y7 + ∆Y terkoreksi (Titik 7)
= -2.137 + (18.351)
= 16.214 m

4.1.14. Menghitung Elevasi

Diketauhi elevasi awal = 0, maka Z1 = 0.


Untuk Z2 dilanjutkan dengan penjumlahan terhadap Beda Tinggi Terkoreksi
(∆H Terkoreksi) hingga Z8.
Z1 =0
Z2 = Z1 + ∆H terkoreksi (Titik 1)
= 0 + (0.017)
= 0,017 m
Z3 = Z2 + ∆H terkoreksi (Titik 2)
= 0,017 + (-0.169)
= -0.152 m
Z4 = Z3 + ∆H terkoreksi (Titik 3)
= -0.152 + (0.057)
= -0.095 m

Z5 = Z4 + ∆H terkoreksi (Titik 4)
= -0.095 + (-0.020)
= -0.116 m

Z6 = Z5 + ∆H terkoreksi (Titik 5)
= -0.116 + (0.157)
= 0,041 m

Z7 = Z6 + ∆H terkoreksi (Titik 6)
= 0.041 + (-0.168)
= -0.127 m

Z8 = Z7 + ∆H terkoreksi (Titik 7)
= -0.127 + (0.130)
= 0.003 m
4.1 Tabel Perhitungan Polygon Tertutup

Sudut Sudut Azimuth


Pesawat Sudut Horizontal Sudut Sudut Vertikal
Titik Dalam Dalam Sisi α
TA Dalam
˚ ' " DD (Koreksi) (Terkoreksi) Poligon ˚ ' " DD
U 0 0 0 0,000

H 115 36 55 115,615 90 2 45 90,046 -0,046


P1 303,838 -35,310 268,528 303,838
1,43 B 171 46 40 171,778 89 59 15 89,988 0,013
A 23 32 15 23,538 90 1 0 90,017 -0,017
P2 180,217 -35,310 144,907 180,217
1,450 C 203 19 15 203,321 90 27 45 90,463 -0,463
B 25 55 15 25,921 90 1 15 90,021 -0,021
P3 180,324 -35,310 145,014 180,324
1,480 D 25 35 50 25,597 89 54 50 89,914 0,086
C 97 4 0 97,067 90 4 0 90,067 -0,067
P4 151,871 -35,310 116,561 151,871
1,445 E 305 11 45 305,196 90 4 10 90,069 -0,069
D 123 24 0 123,400 89 52 45 89,879 0,121
P5 104,332 -35,310 69,022 104,332
1,435 F 19 4 5 19,068 89 45 20 89,756 0,244
E 208 22 45 208,379 90 13 35 90,226 -0,226
P6 189,793 -35,310 154,484 189,793
1,480 G 18 35 9 18,586 90 17 11 90,286 -0,286
F 194 28 10 194,469 89 46 33 89,776 0,224

P7 99,133 -35,310 63,824 99,133


1,475 H 95 20 10 95,336 89 59 35 89,993 0,070
G 268 35 5 268,585 90 2 15 90,038 -0,037
P8 152,969 -35,310 117,660 152,969
1,445 A 115 36 55 115,615 90 2 45 90,046 -0,046

Ʃβ 1362,477
fβ 282,477
Δfβ -35,310
Pesawat Jarak Beda Beda
Bacaan Benang D. D. Beda Tinggi dx ΔX ΔX dy ΔY ΔY Koordinat Elevasi
TA Rata- Tinggi Tinggi
Miring Datar
BA BT BB rata (m) Rata -Rata Terkoreksi (m) Koreksi Terkoreksi (m) koreksi Terkoreksi X Y Z

1,680 1,445 1,210 47 47 -0,038


P1 45 -0,014 0,017 35,515 -0,022 35,493 -28,358 10,038 -18,320 0,000 0,000 0,000
1,43 1,650 1,43 1,210 44 44 0,010
1,670 1,450 1,230 44 44 -0,013
P2 41 -0,200 -0,169 -37,551 -0,020 -37,571 -16,991 9,103 -7,888 35,493 -18,320 0,017
1,450 1,700 1,450 1,220 48 38 -0,388
1,710 1,480 1,230 48 48 -0,018
P3 47 0,026 0,057 -44,473 -0,023 -44,495 -14,637 10,341 -4,297 -2,078 -26,207 -0,152
1,480 1,710 1,480 1,250 46 46 0,069
1,685 1,445 1,225 46 46 -0,054
P4 43 -0,052 -0,020 38,073 -0,021 38,052 20,622 9,563 30,186 -46,574 -30,504 -0,095
1,445 1,645 1,445 1,235 41 41 -0,049
1,640 1,435 1,230 41 40 0,087
P5 39 0,126 0,157 -23,623 -0,019 -23,642 -30,477 8,517 -21,960 -8,522 -0,318 -0,116
1,435 1,630 1,435 1,240 39 37 0,166
1,670 1,480 1,280 39 37 -0,154
P6 41 -0,199 -0,168 39,541 -0,020 39,521 11,072 9,069 20,142 -32,164 -22,278 0,041
1,480 1,730 1,480 1,240 49 45 -0,245
1,720 1,475 1,230 49 47 0,1915

P7 47 0,099 0,130 -45,976 -0,023 -45,999 8,042 10,309 18,351 7,358 -2,137 -0,127
1,475 1,705 1,475 1,235 47 47 0,0057
1,690 1,445 1,220 47 47 -0,0304
P8 47 -0,034 -0,003 38,664 -0,023 38,642 -26,577 10,363 -16,214 -38,642 16,214 0,003
1,445 1,680 1,445 1,210 47 47 -0,0377

350 -0,497 -0,248 ∑dx 0,171 ∑dy -77,303


KOREKSI ∆ 0,031 koreksi dx -0,171 koreksi dy 77,303
4.2 Tabel Perhitungan Melintang

4.2.1 Tabel Perhitungan Melintang 1

Bd.
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α Tinggi
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U 0,000 0,000 0,000


P1 1 226 15 10 226,253 226,253 90 1 50 90,031 -0,031 1,466 14,3 1,394 7,2 7,200 -0,004 -5,201 -4,979 -5,20 -4,98 -0,004
1,43 2 226 40 15 226,671 226,671 88 20 15 88,338 1,663 1,475 14,3 1,385 9 8,992 0,261 -6,547 -6,176 -6,55 -6,18 0,261
3 202 25 0 202,417 202,417 89 48 25 89,807 0,193 1,495 14,3 1,365 13 13,000 0,044 -4,957 -12,018 -4,96 -12,02 0,044
4 191 42 5 191,701 191,701 89 50 45 89,846 0,154 1,548 14,3 1,312 23,6 23,600 0,064 -4,786 -23,110 -4,79 -23,11 0,064
5 211 17 40 211,294 211,294 89 44 0 89,733 0,267 1,535 14,3 1,325 21 21,000 0,098 -10,908 -17,945 -10,91 -17,94 0,098
6 207 22 30 207,375 207,375 89 38 5 89,635 0,365 1,51 14,3 1,35 16 15,999 0,102 -7,357 -14,208 -7,36 -14,21 0,102
7 243 58 45 243,979 243,979 89 53 55 89,899 0,101 1,51 14,3 1,35 16 16,000 0,028 -14,378 -7,019 -14,38 -7,02 0,028
8 240 1 20 240,022 240,022 90 1 1 90,017 -0,017 1,535 14,3 1,325 21 21,000 -0,006 -18,191 -10,493 -18,19 -10,49 -0,006
9 260 24 25 260,407 260,407 90 8 0 90,133 -0,133 1,55 14,3 1,31 24 24,000 -0,056 -23,664 -4,000 -23,66 -4,00 -0,056
10 258 23 5 258,385 258,385 90 2 45 90,046 -0,046 1,515 14,3 1,345 17 17,000 -0,014 -16,652 -3,423 -16,65 -3,42 -0,014
11 203 18 10 203,303 203,303 89 4 25 89,074 0,926 1,6 14,3 1,26 34 33,991 0,550 -13,450 -31,227 -13,45 -31,23 0,550
12 199 56 15 199,938 199,938 89 36 0 89,600 0,400 1,593 14,3 1,267 32,6 32,598 0,228 -11,116 -30,646 -11,12 -30,65 0,228
13 203 12 0 203,200 203,200 89 37 30 89,625 0,375 1,568 14,3 1,292 27,6 27,599 0,181 -10,873 -25,368 -10,87 -25,37 0,181
14 210 22 20 210,372 210,372 89 31 5 89,518 0,482 1,565 14,3 1,295 27 26,998 0,227 -13,652 -23,294 -13,65 -23,29 0,227
15 210 22 20 210,372 210,372 89 26 25 89,440 0,560 1,585 14,3 1,275 31 30,997 0,303 -15,674 -26,746 -15,67 -26,75 0,303
16 222 21 35 222,360 222,360 89 34 45 89,579 0,421 1,585 14,3 1,275 31 30,998 0,228 -20,887 -22,907 -20,89 -22,91 0,228
17 230 4 30 230,075 230,075 89 40 50 89,681 0,319 1,585 14,3 1,275 31 30,999 0,173 -23,773 -19,895 -23,77 -19,90 0,173
18 231 37 15 231,621 231,621 89 52 15 89,871 0,129 1,56 14,3 1,3 26 26,000 0,059 -20,382 -16,142 -20,38 -16,14 0,059
19 241 22 15 241,371 241,371 89 52 20 89,872 0,128 1,564 14,3 1,296 26,8 26,800 0,060 -23,523 -12,841 -23,52 -12,84 0,060
20 240 55 50 240,931 240,931 89 47 15 89,788 0,213 1,585 14,3 1,275 31 31,000 0,115 -27,095 -15,062 -27,09 -15,06 0,115
4.2.2 Tabel Perhitungan Melintang 2
Bd.
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α Tinggi
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U 35,493 -18,320 0,017


P2 1 224 29 50 224,497 224,497 88 4 55 88,082 1,918 1,535 1,45 1,365 17 16,981 0,569 -11,915 -12,126 23,58 -30,45 0,586
1,45 2 204 44 45 204,746 204,746 87 47 55 87,799 2,201 1,525 1,45 1,375 15 14,978 0,577 -6,279 -13,623 29,21 -31,94 0,594
3 210 53 0 210,883 210,883 87 54 10 87,903 2,097 1,53 1,45 1,37 16 15,979 0,586 -8,213 -13,731 27,28 -32,05 0,603
4 210 39 0 210,650 210,650 88 18 50 88,314 1,686 1,545 1,45 1,355 19 18,984 0,559 -9,686 -16,346 25,81 -34,67 0,576
5 188 47 40 188,794 188,794 88 36 55 88,615 1,385 1,568 1,45 1,332 23,6 23,586 0,570 -3,608 -23,323 31,88 -41,64 0,587
6 182 27 30 182,458 182,458 88 51 35 88,860 1,140 1,582 1,45 1,318 26,4 26,390 0,525 -1,132 -26,376 34,36 -44,70 0,542
7 188 15 45 188,263 188,263 87 49 20 87,822 2,178 1,58 1,45 1,32 26 25,962 0,989 -3,736 -25,730 31,76 -44,05 1,006
8 184 10 30 184,175 184,175 88 54 20 88,906 1,094 1,575 1,45 1,325 25 24,991 0,478 -1,820 -24,934 33,67 -43,25 0,495
9 184 43 10 184,719 184,719 88 52 15 88,871 1,129 1,575 1,45 1,325 25 24,990 0,493 -2,057 -24,915 33,44 -43,24 0,510
10 187 34 15 187,571 187,571 87 49 55 87,832 2,168 1,57 1,45 1,33 24 23,966 0,909 -3,162 -23,791 32,33 -42,11 0,926
11 209 18 0 209,300 209,300 86 47 25 86,790 3,210 1,54 1,45 1,36 18 17,944 1,009 -8,809 -15,697 26,68 -34,02 1,026
12 207 33 0 207,550 207,550 88 15 5 88,251 1,749 1,535 1,45 1,365 17 16,984 0,519 -7,863 -15,072 27,63 -33,39 0,536
13 210 43 15 210,721 210,721 88 12 30 88,208 1,792 1,531 1,45 1,369 16,2 16,184 0,507 -8,276 -13,927 27,22 -32,25 0,524
14 212 24 45 212,413 212,413 86 46 3 86,768 3,233 1,54 1,45 1,36 18 17,943 1,017 -9,648 -15,196 25,84 -33,52 1,034
15 228 53 0 228,883 228,883 86 25 45 86,429 3,571 1,53 1,45 1,37 16 15,938 0,998 -12,054 -10,522 23,44 -28,84 1,015
16 227 35 25 227,590 227,590 87 57 0 87,950 2,050 1,523 1,45 1,377 14,6 14,581 0,523 -10,780 -9,847 24,71 -28,17 0,540
17 230 2 5 230,035 230,035 87 56 20 87,939 2,061 1,522 1,45 1,378 14,4 14,381 0,518 -11,037 -9,249 24,46 -27,57 0,535
18 230 38 45 230,646 230,646 86 22 50 86,381 3,619 1,53 1,45 1,37 16 15,936 1,012 -12,372 -10,146 23,12 -28,47 1,029
19 267 42 40 267,711 267,711 86 55 45 86,929 3,071 1,543 1,45 1,357 18,6 18,547 0,998 -18,585 -0,743 16,91 -19,06 1,015
20 271 9 30 271,158 271,158 88 25 10 88,419 1,581 1,535 1,45 1,365 17 16,987 0,469 -16,997 0,344 18,50 -17,98 0,486
21 273 33 5 273,551 273,551 88 25 10 88,419 1,581 1,539 1,45 1,361 17,8 17,786 0,491 -17,766 1,103 17,73 -17,22 0,508
22 270 37 15 270,621 270,621 86 59 40 86,994 3,006 1,595 1,45 1,355 24 23,934 1,260 -23,999 0,260 11,49 -18,06 1,277
4.2.3 Tabel Perhitungan Melintang 3
Bd.
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α Tinggi
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U -2,078 -26,207 -0,152


P3 1 51 20 40 51,344 51,344 89 46 10 89,769 0,231 1,522 1,48 1,438 8,4 8,400 0,034 6,560 5,247 4,48 -20,96 -0,118
1,48 2 58 19 45 58,329 58,329 88 11 25 88,190 1,810 1,53 1,48 1,43 10 9,990 0,316 8,511 5,250 6,43 -20,96 0,164
3 70 34 45 70,579 70,579 88 19 20 88,322 1,678 1,53 1,48 1,43 10 9,991 0,293 9,431 3,325 7,35 -22,88 0,141
4 90 16 25 90,274 90,274 89 24 45 89,413 0,587 1,55 1,48 1,41 14 13,999 0,144 14,000 -0,067 11,92 -26,27 -0,008
5 65 4 25 65,074 65,074 84 35 55 84,599 5,401 1,558 1,48 1,402 15,6 15,462 1,475 14,147 6,575 12,07 -19,63 1,323
6 42 55 5 42,918 42,918 89 45 35 89,760 0,240 1,568 1,48 1,392 17,6 17,600 0,074 11,985 12,889 9,91 -13,32 -0,078
7 43 8 25 43,140 43,140 89 35 35 89,593 0,407 1,549 1,48 1,411 13,8 13,799 0,098 9,436 10,070 7,36 -16,14 -0,054
8 48 48 55 48,815 48,815 89 40 35 89,676 0,324 1,599 1,48 1,361 23,8 23,799 0,134 17,912 15,672 15,83 -10,53 -0,018
9 54 12 10 54,203 54,203 89 30 5 89,501 0,499 1,62 1,48 1,34 28 27,998 0,244 22,711 16,378 20,63 -9,83 0,092
10 57 36 35 57,610 57,610 89 20 50 89,347 0,653 1,61 1,48 1,35 26 25,997 0,296 21,955 13,928 19,88 -12,28 0,144
11 82 29 25 82,490 82,490 89 11 0 89,183 0,817 1,605 1,48 1,355 25 24,995 0,356 24,786 3,267 22,71 -22,94 0,204
12 82 29 50 82,497 82,497 89 14 35 89,243 0,757 1,6 1,48 1,36 24 23,996 0,317 23,795 3,134 21,72 -23,07 0,165
13 87 2 13 87,037 87,037 89 19 20 89,322 0,678 1,585 1,48 1,375 21 20,997 0,248 20,972 1,086 18,89 -25,12 0,096
14 91 13 20 91,222 91,222 89 24 25 89,407 0,593 1,59 1,48 1,37 22 21,998 0,228 21,995 -0,469 19,92 -26,68 0,076
15 99 39 20 99,656 99,656 89 27 45 89,463 0,537 1,61 1,48 1,35 26 25,998 0,244 25,632 -4,361 23,55 -30,57 0,092
4.2.4 Tabel Perhitungan Melintang 4
Bd.
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α Tinggi
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U -46,574 -30,504 -0,095


P4 1 168 53 5 168,885 168,885 89 51 5 89,851 0,149 1,575 1,445 1,315 26 26,000 0,067 5,012 -25,512 -41,56 -56,02 -0,028
1,445 2 168 53 5 168,885 168,885 89 46 45 89,779 0,221 1,56 1,445 1,33 23 23,000 0,089 4,434 -22,569 -42,14 -53,07 -0,006
3 168 42 15 168,704 168,704 89 45 20 89,756 0,244 1,545 1,445 1,345 20 20,000 0,085 3,917 -19,613 -42,66 -50,12 -0,010
4 164 46 0 164,767 164,767 89 53 35 89,893 0,107 1,535 1,445 1,355 18 18,000 0,034 4,730 -17,368 -41,84 -47,87 -0,061
5 163 7 40 163,128 163,128 89 52 0 89,867 0,133 1,535 1,445 1,335 20 20,000 0,047 5,805 -19,139 -40,77 -49,64 -0,048
6 149 32 35 149,543 149,543 89 40 15 89,671 0,329 1,515 1,445 1,375 14 14,000 0,080 7,096 -12,068 -39,48 -42,57 -0,015
7 36 11 35 36,193 36,193 88 47 15 88,788 1,213 1,53 1,445 1,36 17 16,992 0,360 10,039 13,720 -36,54 -16,78 0,265
8 16 17 30 16,292 16,292 88 55 20 88,922 1,078 1,52 1,445 1,37 15 14,995 0,282 4,208 14,398 -42,37 -16,11 0,187
9 16 18 35 16,310 16,310 89 25 45 89,429 0,571 1,525 1,445 1,365 16 15,998 0,159 4,493 15,356 -42,08 -15,15 0,064
10 355 39 15 355,654 355,654 89 25 35 89,426 0,574 1,523 1,445 1,367 15,6 15,598 0,156 -1,182 15,555 -47,76 -14,95 0,061
11 335 10 21 335,173 335,173 89 37 15 89,621 0,379 1,535 1,445 1,355 18 17,999 0,119 -7,558 16,336 -54,13 -14,17 0,024
12 323 55 45 323,929 323,929 89 43 50 89,731 0,269 1,515 1,445 1,375 14 14,000 0,066 -8,243 11,316 -54,82 -19,19 -0,029
13 314 55 45 314,929 314,929 89 44 45 89,746 0,254 1,531 1,445 1,359 17,2 17,200 0,076 -12,177 12,147 -58,75 -18,36 -0,019
14 314 47 45 314,796 314,796 89 44 45 89,746 0,254 1,545 1,445 1,345 20 20,000 0,089 -14,192 14,092 -60,77 -16,41 -0,006
15 328 50 5 328,835 328,835 89 27 40 89,461 0,539 1,553 1,445 1,337 21,6 21,598 0,203 -11,178 18,483 -57,75 -12,02 0,108
4.2.5 Tabel Perhitungan Melintang 5
Bd.
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α Tinggi
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U -8,522 -0,318 -0,116


P5 1 112 20 45 112,346 112,346 89 46 45 89,779 0,221 1,472 1,435 1,398 7,4 7,400 0,029 6,844 -2,813 -1,68 -3,13 -0,087
1,435 2 85 8 45 85,146 85,146 89 24 30 89,408 0,592 1,476 1,435 1,394 8,2 8,199 0,085 8,171 0,694 -0,35 0,38 -0,031
3 60 37 25 60,624 60,624 89 49 10 89,819 0,181 1,491 1,435 1,379 11,2 11,200 0,035 9,760 5,494 1,24 5,18 -0,081
4 87 21 0 87,350 87,350 89 43 0 89,717 0,283 1,51 1,435 1,36 15 15,000 0,074 14,984 0,694 6,46 0,38 -0,042
5 109 46 50 109,781 109,781 89 43 10 89,719 0,281 1,528 1,435 1,342 18,6 18,600 0,091 17,503 -6,295 8,98 -6,61 -0,025
6 111 3 55 111,065 111,065 89 34 20 89,572 0,428 1,5 1,435 1,37 13 12,999 0,097 12,131 -4,673 3,61 -4,99 -0,019
7 111 12 40 111,211 111,211 89 23 5 89,385 0,615 1,555 1,435 1,315 24 23,997 0,258 22,374 -8,683 13,85 -9,00 0,142
8 101 8 30 101,142 101,142 89 19 55 89,332 0,668 1,55 1,435 1,32 23 22,997 0,268 22,567 -4,444 14,04 -4,76 0,152
9 91 33 0 91,550 91,550 89 27 20 89,456 0,544 1,529 1,435 1,341 18,8 18,798 0,179 18,793 -0,509 10,27 -0,83 0,063
10 83 35 40 83,594 83,594 89 44 45 89,746 0,254 1,535 1,435 1,335 20 20,000 0,089 19,875 2,231 11,35 1,91 -0,027
11 88 38 55 88,649 88,649 88 44 45 88,746 1,254 1,53 1,435 1,34 19 18,991 0,416 18,995 0,448 10,47 0,13 0,300
12 140 58 25 140,974 140,974 88 52 55 88,882 1,118 1,48 1,435 1,39 9 8,997 0,176 5,667 -6,992 -2,85 -7,31 0,060
13 141 6 10 141,103 141,103 88 55 10 88,919 1,081 1,538 1,435 1,332 20,6 20,593 0,389 12,935 -16,032 4,41 -16,35 0,273
14 161 54 40 161,911 161,911 88 49 10 88,819 1,181 1,485 1,435 1,385 10 9,996 0,206 3,105 -9,506 -5,42 -9,82 0,090
15 192 54 15 192,904 192,904 89 21 20 89,356 0,644 1,504 1,435 1,366 13,8 13,798 0,155 -3,082 -13,451 -11,60 -13,77 0,039
4.2.6 Tabel Perhitungan Melintang 6
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Bd. Tinggi Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U -32,164 -22,278 0,041


P6 1 179 18 45 179,313 179,313 89 44 15 89,738 0,263 1,578 1,48 1,382 19,6 19,600 0,090 0,235 -19,599 -31,93 -41,88 0,131
1,48 2 167 32 15 167,538 167,538 87 2 0 87,033 2,967 1,575 1,48 1,385 19 18,949 0,985 4,100 -18,552 -28,06 -40,83 1,026
3 168 17 45 168,296 168,296 89 7 5 89,118 0,882 1,567 1,48 1,393 17,4 17,396 0,268 3,530 -17,038 -28,63 -39,32 0,309
4 166 32 10 166,536 166,536 89 5 9 89,086 0,914 1,565 1,48 1,395 17 16,996 0,271 3,958 -16,533 -28,21 -38,81 0,312
5 162 25 15 162,421 162,421 86 55 40 86,928 3,072 1,57 1,48 1,39 18 17,948 0,966 5,436 -17,159 -26,73 -39,44 1,007
6 159 25 40 159,428 159,428 88 33 50 88,564 1,436 1,56 1,48 1,4 16 15,990 0,401 5,622 -14,980 -26,54 -37,26 0,442
7 179 44 50 179,747 179,747 88 39 45 88,663 1,337 1,545 1,48 1,415 13 12,993 0,304 0,057 -13,000 -32,11 -35,28 0,345
8 167 16 0 167,267 167,267 88 15 55 88,265 1,735 1,54 1,48 1,42 12 11,989 0,363 2,645 -11,705 -29,52 -33,98 0,404
9 153 21 35 153,360 153,360 88 16 5 88,268 1,732 1,532 1,48 1,428 10,4 10,390 0,314 4,663 -9,296 -27,50 -31,57 0,355
10 138 43 0 138,717 138,717 88 15 0 88,250 1,750 1,535 1,48 1,425 11 10,990 0,336 7,258 -8,266 -24,91 -30,54 0,377
11 108 27 0 108,450 108,450 88 15 35 88,260 1,740 1,547 1,48 1,413 13,4 13,388 0,407 12,711 -4,241 -19,45 -26,52 0,448
12 108 16 15 108,271 108,271 87 2 40 87,044 2,956 1,555 1,48 1,405 15 14,960 0,774 14,244 -4,703 -17,92 -26,98 0,815
13 104 21 40 104,361 104,361 88 52 30 88,875 1,125 1,55 1,48 1,41 14 13,995 0,275 13,563 -3,472 -18,60 -25,75 0,316
14 101 28 50 101,481 101,481 88 55 45 88,929 1,071 1,553 1,48 1,407 14,6 14,595 0,273 14,308 -2,906 -17,86 -25,18 0,314
15 101 46 0 101,767 101,767 88 49 50 88,831 1,169 1,557 1,48 1,403 15,4 15,394 0,314 15,076 -3,140 -17,09 -25,42 0,355
16 98 27 45 98,463 98,463 88 46 5 88,768 1,232 1,565 1,48 1,395 17 16,992 0,366 16,815 -2,502 -15,35 -24,78 0,407
17 94 18 25 94,307 94,307 87 43 50 87,731 2,269 1,578 1,48 1,382 19,6 19,569 0,777 19,545 -1,472 -12,62 -23,75 0,818
18 90 56 30 90,942 90,942 89 14 45 89,246 0,754 1,575 1,48 1,385 19 18,997 0,250 18,997 -0,312 -13,17 -22,59 0,291
19 89 22 15 89,371 89,371 89 18 45 89,313 0,688 1,576 1,48 1,384 19,2 19,197 0,230 19,199 0,211 -12,97 -22,07 0,271
20 92 55 0 92,917 92,917 87 47 40 87,794 2,206 1,58 1,48 1,38 20 19,970 0,770 19,974 -1,018 -12,19 -23,30 0,811
21 83 8 15 83,138 83,138 89 48 25 89,807 0,193 1,588 1,48 1,372 21,6 21,600 0,073 21,445 2,581 -10,72 -19,70 0,114
4.2.7 Tabel Perhitungan Melintang 7
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Bd. Tinggi Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U 7,358 -2,137 -0,127


P7 1 127 11 50 127,197 127,197 87 53 30 87,892 2,108 1,525 1,475 1,425 10 9,986 0,368 7,966 -6,046 15,32 -8,18 0,241
1,475 2 150 42 10 150,703 150,703 89 49 55 89,832 0,168 1,54 1,475 1,41 13 13,000 0,038 6,361 -11,337 13,72 -13,47 -0,089
3 173 47 25 173,790 173,790 89 49 20 89,822 0,178 1,593 1,475 1,357 23,6 23,600 0,073 2,553 -23,462 9,91 -25,60 -0,054
4 161 25 45 161,429 161,429 89 55 0 89,917 0,083 1,59 1,475 1,36 23 23,000 0,033 7,325 -21,802 14,68 -23,94 -0,094
5 161 38 25 161,640 161,640 89 33 10 89,553 0,447 1,574 1,475 1,376 19,8 19,799 0,155 6,237 -18,792 13,59 -20,93 0,028
6 156 10 20 156,172 156,172 89 15 15 89,254 0,746 1,563 1,475 1,387 17,6 17,597 0,229 7,110 -16,100 14,47 -18,24 0,102
7 139 57 0 139,950 139,950 89 58 0 89,967 0,033 1,568 1,475 1,382 18,6 18,600 0,011 11,968 -14,238 19,33 -16,37 -0,116
8 125 6 0 125,100 125,100 89 37 15 89,621 0,379 1,58 1,475 1,37 21 20,999 0,139 17,181 -12,075 24,54 -14,21 0,012
9 132 10 50 132,181 132,181 90 8 45 90,146 -0,146 1,599 1,475 1,351 24,8 24,800 -0,063 18,378 -16,652 25,74 -18,79 -0,190
10 116 35 45 116,596 116,596 90 7 20 90,122 -0,122 1,618 1,475 1,332 28,6 28,600 -0,061 25,574 -12,804 32,93 -14,94 -0,188
11 118 29 30 118,492 118,492 90 0 50 90,014 -0,014 1,575 1,475 1,375 20 20,000 -0,005 17,578 -9,541 24,94 -11,68 -0,132
12 118 29 30 118,492 118,492 89 39 15 89,654 0,346 1,62 1,475 1,33 29 28,999 0,175 25,488 -13,834 32,85 -15,97 0,048
13 118 40 5 118,668 118,668 89 48 0 89,800 0,200 1,615 1,475 1,335 28 28,000 0,098 24,568 -13,433 31,93 -15,57 -0,029
14 113 59 45 113,996 113,996 89 48 45 89,813 0,188 1,627 1,475 1,323 30,4 30,400 0,099 27,773 -12,363 35,13 -14,50 -0,028
15 113 25 25 113,424 113,424 89 39 50 89,664 0,336 1,64 1,475 1,31 33 32,999 0,194 30,280 -13,118 37,64 -15,26 0,067
16 92 39 35 92,660 92,660 89 48 20 89,806 0,194 1,645 1,475 1,305 34 34,000 0,115 33,963 -1,578 41,32 -3,71 -0,012
4.2.8 Tabel Perhitungan Melintang 8
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Bd. Tinggi Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z

U -38,642 16,214 0,003


P8 1 228 59 20 228,989 228,989 89 54 23 89,906 0,094 1,595 1,445 1,295 30 30,000 0,049 -22,637 -19,686 -61,28 -3,47 0,052
1,445 2 228 42 30 228,708 228,708 88 55 35 88,926 1,074 1,59 1,445 1,3 29 28,990 0,543 -21,789 -19,137 -60,43 -2,92 0,546
3 227 22 10 227,369 227,369 89 59 30 89,992 0,008 1,58 1,445 1,31 27 27,000 0,004 -19,865 -18,286 -58,51 -2,07 0,007
4 222 42 20 222,706 222,706 89 27 35 89,460 0,540 1,58 1,445 1,31 27 26,998 0,255 -18,312 -19,841 -56,95 -3,63 0,258
5 216 7 55 216,132 216,132 89 46 0 89,767 0,233 1,583 1,445 1,307 27,6 27,600 0,112 -16,274 -22,291 -54,92 -6,08 0,115
6 225 3 5 225,051 225,051 90 8 35 90,143 -0,143 1,548 1,445 1,342 20,6 20,600 -0,051 -14,579 -14,553 -53,22 1,66 -0,048
7 220 55 10 220,919 220,919 90 8 35 90,143 -0,143 1,522 1,445 1,368 15,4 15,400 -0,038 -10,087 -11,637 -48,73 4,58 -0,035
8 190 48 30 190,808 190,808 88 47 5 88,785 1,215 1,48 1,445 1,41 7 6,997 0,148 -1,313 -6,876 -39,95 9,34 0,151
9 190 48 30 190,808 190,808 88 47 5 88,785 1,215 1,486 1,445 1,404 8,2 8,196 0,174 -1,538 -8,055 -40,18 8,16 0,177
10 172 12 55 172,215 172,215 89 8 25 89,140 0,860 1,491 1,445 1,399 9,2 9,198 0,138 1,246 -9,115 -37,40 7,10 0,141
11 159 35 55 159,599 159,599 90 8 10 90,136 -0,136 1,489 1,445 1,401 8,8 8,800 -0,021 3,068 -8,248 -35,57 7,97 -0,018
NA N N
NGU AS
BA I
M

PE

O
NA
RS I T A S

L
" V E T ERA
I VE
UN

N
"
JA
WA R
T I MU

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


"veteran"
JAWA TIMUR
JL. raya rungkut madya gunung anyar rungkut
SURABAYA

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

ALAT UKUR WATERPASS

LOKASI

0.7
JALAN DEPAN TECHNO PARK
SAMPAI
JALAN DEPAN ASRAMA PUTRI

DIPERIKSA OLEH

0.7 DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM


"ILMU UKUR TANAH"

0.7
0.7
0.7
0.7

Dr. YERRY KAHADITU F, S.T,. M.T.

DIKERJAKAN OLEH :

ISNAINA SAFARELA
(21035010022)
EFRISTKA ANGGRAENY
(21035010023)
EARLANGGA ROHMAT S.
(21035010042)
RAIHAN SINGGIH P.

LAYOUT LOKASI (21035010043)


IFTHAR RAMADHANA W.
(21035010045)
SHINTYA NAFLA SALSABELA S.
SKALA 1:250 (21035010131)

GAMBAR : NO. GAMBAR :

Anda mungkin juga menyukai