THEODOLITE
Dosen Pembimbing :
NIP 20119860129207
Fakultas Teknik
Nilai:
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Praktikum
Ilmu Ukur Tanah”. Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa laporan ini tidak
akan selesai tanpa adanya peran aktif dari semua pihak yang terlibat dalam proses
1. Ibu Dr. Ir. Minarni Nur Trilita, MT selaku Koordinator Program studi Teknik Sipil
2. Ibu Novie Handajani, ST. MT, selaku Kepala Laboratorium Hidroteknik dan Ukur
Kami menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam
berbagai hal. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
menyempurnakan penulisan laporan ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah bagian ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pekerjaan
pengukuran diatas permukaan bumi dan bawah tanah untuk keperluan seperti pemetaan
dan penentuan posisi sehingga unsur kelengkungan bumi dapat di abaikan. Pada
dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan bidang porosnya, oleh karena itu ilmu ukur
tanah ini bertujuan untuk menyatakan kedudukan suatu titik atau penggambaran
situasi/keadaan secara fisik yang terdapat diatas permukaan bumi. Selain itu, ilmu ukur
tanah diperlukan sebagai kontrol dari pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar
pergeseran yang terjadi dimuka bumi. Pada umumnya, ilmu ukur tanah ini digunakan
penyelesaian pengambilan data-data. Pada praktikum kali ini alat yang di gunakan adalah
theodolite. Theodolite adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut,
baik sudut vertikal maupun horizontal. Alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan
pada suatu dasar berbentuk bulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
vertical, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga
dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horizontal,
sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Sudut vertikal adalah sudut yang
diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut horizontal adalah sudut yang diukur pada
skala mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca merupakan
dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan sehingga membentuk rangkaian
titik– titik (Polygon). Sedangkan Metode Tachimetri adalah suatu metode yang
Tujuan daripada penulisan Laporan Praktikum Ilmu Ukur tanah ini, yaitu sebagai
berikut:
menggunakan Theodolite.
3. Membuat profil pada suatu poligon untuk menetukan beda tinggi pada permukaan
4. Dapat membuat peta situasi (site plant) dengan cara menetukan sudut bangunan
yang nampak dan diterjemahkan dalam bentuk data dan dalam bentuk gambar.
Adapun manfaat dari penulisan Laporan Praktikum Ilmu Ukur tanah ini, yaitu sebagai
berikut :
3. Mahasiswa dapat mengolah data hasil praktikum pengukuran polygon dan tachimetry.
Metode penelitian dari penulisan Laporan Praktikum Ilmu Ukur tanah ini, yaitu
sebagaiberikut :
1. Studi Literatur: Penulisan laporan ini berpedoman pada teori–teori yang diberikan
pada saat perkuliahan dan buku–buku yang berkaitan dengan Ilmu Ukur Tanah.
2. Studi Laboraturium: pekerjaan pada studi laboraturium ini meliputi perhitungan hasil
pengukuran dan dari penyajian data dalam bentuk gambar.
Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang memiliki berbagai macam
kegunaan. Theodolite digunakan untuk pengukuran sudut baik secara vertikal maupun
horizontal dengal lebih mudah. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut
horizontal. Theodolite dapat membaca sudut hingga satuan sekon (detik). Selain itu,
theodolite juga dapat dipakai untuk mengukur jarak dan beda tinggi dengan bantuan
rambu ukur. Dalam pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolite sering
digunakan dalam mengukur polygon maupun pemetaan situasi. Theodolite dapat
berubah fungsi menjadi pesawat sipat datar apabila sudut vertikal nya dibuat 90º. Dalam
pengerjaan bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk menentukan sudut
siku-siku pada perencanaa atau pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
2. Theodolite Repetisi
Contoh: Theodolite type TM 6 dan TL 60-DP (Topcon), Th-51 (Zeiss)
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-
dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington
1997).
Perbedaan alat ukur tanah dengan theodolite adalah dari segi fungsinya. Selain
alat. Sesudah sampai pada pembacaan arah dari target yang terakhir, maka
kedudukan luar biasa dan pengukuran kearah target lainnya dilakukan mundur
berikut :
kembali sekrup.
7. Teropong dibalik dan alat diputar sebesar 180°, lalu bidikan ke sasaran B.
Pengukuran sudut adalah mengukur suatu sudut yang terbentuk antara satu titik
dengan titik lainnya. Pada pengukuran ini diukur arah dari pada dua titik atau lebih yang
dibidik dari suatu titik kontrol dan jarak antara titik-titik diabaikan. Pengukuran AB, BB,
BLB, ALB ini disebut satu seri pengukuran. Untuk menambah seri pengukuran, maka
penempaatan lingkaran graduasi pada butir kedua diubah menjadi 90o00’00”. Dari hasil
pengamatan di atas, sudut yang diambil untuk perhitungan adalah hasil rata-rata dari
A
B A
O O
C B
D
Dengan sendirinya apabila target yang tersedia lebih dari satu buah (sudut
banyak), maka pembacaan tetap dilakukan dalam keadaan biasa sampai semua
target (sasaran) terbidik dan kembali lagi dalam keadaan luar biasa sampai ke target
yang pertama.
Theodolite type sumbu ganda. Untuk mengukur sudut dalam berbagai arah, cara
ini akan memekan waktu yang lama, jadi hanya efektif apabila yang diukur hanya
satu sudut saja (sudut tunggal). Umumnya pengukuran dilakukan sebanyak n kali.
3. Mengencangkan klem atas dan membuka klem bawah lalu teropong diarahkan
4. Mengencangkan plat bawah dan membuka klem atas dan bidikan diarahkan ke
titik A lagi (jadi bacaan sudut A1 tadi dijadikan bacaan pada titik bidikan A).
dengan memutar plat atas yang klenya telah dibuka maka didapat A2 (n = 2).
Pengukuran sudut mendatar diperlukan untuk dapat menentukan tempat titik-titik ini
1. Sudut Jurusan
Untuk menentukan suatu alat yang dinyatakan oleh garis lurus yang menghubungkan
misalkan titik B (Xʙ,Yʙ) dan titik C (Xс,Yс) diperlukan sudut jurusan yang dihitung
mulai dari utara searah dengan jarum jam dan di akhiri pada jurusan yang
Misalnya kita ketahui dua titik A (XA,YA) dan titik (XB,YB), maka sudut jurusan
AB ditentukan dengan :
𝑿𝑩 − 𝑿𝑨
tg 𝑎𝑨𝑩 =
𝒀B − 𝒀𝑨
𝑿 𝑩 − 𝑿 𝑨 𝒀𝑩 − 𝒀𝑨
𝒅𝑨𝑩 = =
𝒔𝒊𝒏 𝑎𝑨𝑩 𝒄𝒐𝒔 𝑎𝑨𝑩
Dimana 𝑑𝐴𝐵 adalah jarak antara titik A dan titik B.
2.5 Mencari Koordinat Suatu Titik
Untuk mencari koordinat suatu titik, misalnya titik P (XP,YP) diperlukan titik lain
yang koordinatnya telah diketahui misalnya A (XA,YA) lalu kedua titik tersebut
dihubungkan,maka diperoleh :
Jadi, untuk menghitung koordinat titik P selain harus mengetahui koordinat titik lain harus
pula mengetahui jarak dan sudut jurusan antara kedua titik tersebut. Beberapa cara untuk
a. Mengikat ke muka
b. Jaring-jaring segitiga
Bila kita hendak menghitung koordinat banyak titik maka dipergunakan cara :
a. Polygon
b. Jaring-jaring segitiga
Titik P yang akan dicari koordinatnya diikat titik ke titik lain yang telah
diketahui koordinatnya yaitu titik A dan titik B (XB,YB). Kemudian diukur sudut
yang ada di titik A dan titik B. Jarak antara titik A dan titik B dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝑿𝑨 − 𝑿𝑩
𝐭𝐚𝐧 𝑎𝑨𝑩 =
𝒀𝑨 − 𝒀𝑩
Dengan rumus perbandingan sinus, dapat kita ketahui jarak AP (dAP) dan jarak
BP (dBP). Dari titik A dan titik B dapat kita buat persamaan sebagai berikut,
Jika titik P diikat dengan cara ke belakang pada titik A (Xᴀ,Yᴀ) dan B (Xʙ,Yʙ)
maka sudut yang diukur adalah sudut APB. Dari sudut APB diketahui alas AB dan
sudut puncak APB sehingga segitiga belum dapat dilukiskan. Yang dapat
dilukiskan adalah tempat kedudukan titik P yang berbentuk busur lingkaran yang
melewati titik A dan titik B. Untuk dapat menentukan letak titik P diperoleh dengan
cara mengikat titik P pada titik H (Xн,Yн) yang telah diketahui dan sudut BPH pun
diketahui. Cara pengikatan kebelakang ini disebut cara Collins. Dari keterangan di
sedikit tiga titik tertentu, sedang untuk mengikat ke muka diperlukan paling sedikit
titik yang telah diketahui sebagai dasar pengukuran yang lain. Umumnya titik-titik
yang memanjang (jalan raya, rel KA) cara penentuan koordinatnya dengan
koordinat titik 1, diperlukan satu titik yang koordinatnya telah diketahui, dalam hal
ini titik X₂ dan Y₂. Demikian dilakukan untuk titik-titik yang lain.
titik yang akan dicari koordinatnya terletak tersebar dan titik menentu arahnya.
(Xᴀ,Yᴀ), dan yang perlu diketahui adalah jarak antara titik A dan 1 serta sudut
jurusan A₁. Jarak dᴀ₁ dapat diketahui dengan pengukuran secara langsung.
Sedang untuk mengetahui sudut jurusan diperlukan sudut jurusan yang telah
diketahui.
Caranya yaitu dengan menghubungkan titik A dengan titik P (Xр,Yр) yang telah
diketahui sudut jurusannya yaitu AP. Sudut jurusan ini dapat diketahui dengan :
𝑿𝑩 − 𝑿𝑨
tg 𝑎𝑨𝑩 =
𝒀𝑩 − 𝒀𝑨
jarak titik 1 dan titik 2 (d12) dan sudut jurusan (α12). Jarak antara titik 1 dan titik
2 dapat diukur langsung, sedang sudut jurusan α12 dapat dihitung dengan αA12
𝑎𝟏𝟐 = 𝑎𝑨𝟏 − 𝒃
sedang :
𝒃 = 𝟏𝟖𝟎° − 𝑺(𝟏)
Pada praktikum yang akan dilakukan, kita dapat akan mencari koordinat titik-
titik polygon tertutup. Jika pada polygon terbuka titik awal dan titik akhir tidak
sama, sedangkan pada polygon tertutup, titik awal dan titik akhir bertemu pada
suatu titik. Untuk dapat mengetahui koordinat tiap titik, maka diperlukan sudut
jurusan AP dan koordinat sebuah titik, juga pembacaan sudut dari satu titik ke titik
lainnya. Untuk lebih jelasnya cara mengerjakan dalam menghitung koordinat yang
sama dengan cara polygon terbuka dapat dipelajari beserta contoh-contoh
Dalam pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah ini memerlukan alat bantu. Macam-
1. Tripod
Alat yang digunakan untuk membantu agar dapat berdiri tegak meskipun diletakkan
pada suatu landasan yang cukup miring.Sesuai namanya mempunyai kaki tiga yang
2. Kompas
besarnya sudut azimut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau
3. Meteran Roll
plastik maupun yang terbuat dari plat baja pita ukur ini biasanya lebar ±2 cm,
4. Bak Ukur
Alat yang terbuat dari aluminium yang di dalamnya terdapat angka-angka ukur
sebagai penunjuk pengukuran. Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini
Berguna untuk melindungi pesawat dari sinar matahari secara langsung yang dapat
Disamping itu juga digunakan untuk melindungi pesawat dari air hujan.
6. Buku Praktikum
Sebelum alat theodolite digunakan, terlebih dahulu harus diperiksa dan dilakukan pengaturan,
meliputi:
1. Bagian-bagian alat pada theodolite apakah berfungsi dengan baik
2. Memenuhi syarat utama, yaitu:
A. Garis jurusan nivo skala utama mendatar tegak lurus sumbu I
B. Sumbu II telah tegak lurus sumbu I
C. Garis bidik telah tegak lurus sumbu II (kalau belum ada kesalahan
kolimasi/kesalahan garis bidik)
D. Garis jurusan nivo skala tegak telah sejajar dengan garis indek skala tegak,
apabila belum alat tersebut mempunyai salah indeks.
3. Pengaturan tetap
A. Mengatur sumbu I menjadi vertikal :
● Letakkan theodolite diatas statif, usahakan kepala statif kira- kira
mendatar.
● Letakkan nivo tabung skala mendatar sejajar dengan dua skrup kiap,
4. Persyaratan theodolite
1. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah- tengah
Syarat kedua dan ketiga dipenuhi dengan menguji alat theodolit secara:
1. Gantungkan unting-unting pada dinding, benang tergantung bebas (tidak
2. Setelah sumbu tegak diatur, sehingga benar-benar tegak, garis bidik diarahkanke
bagian atas benang. Kunci sekrup pengunci sumbu tegak dan lingkaran skala
3. Bila sumbu datar tegak lurus dengan sumbu tegak, dan garis bidik tegak lurus
dengan sumbu mendatar, maka garis bidik akan bergerak sepanjang benang
unting-unting.
1. Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi, maka arahkan garis bidik ke titik
yang agak jauh, ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak.
2. Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith (Z)
3. Putar teropong 180⁰ kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang sama, periksa
gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila belum terletak di tengah.
4. Baca lingkaran skala tegak, missal z’ , bila bacaan z’ = 360-z , maka salah indeks
adalah NOL.
Pada Theodolite terdapat 2 (dua) Nivo yang harus diatur, yaitu Nivo piringan bawah dan
Nivo piringan atas
Gambar 3.1 Nivo Theodolite
1. Menempatkan pesawat pada posisi sudut 00˚00’00” yaitu arah utara bumi.
2. Menentukan titik awal yang akan dibidik (untuk mendapatkan azimuth awal).
3. Meletakkan baak ukur pada titik yang akan dibidik, arahkan teropong ke baak ukur
dengan menggunakan visier untuk mempercepat mengarahkan ke obyek, jika sudah
didapat titik yang dibidik, kuncilah klem aldehide horizontal.
4. Tepatkan benang tengah pesawat pada garis tengah baak ukur dengan bantuan sekrup
segaris dengan garis tengah rambu (baak ukur). Jika obyek bidik (rambu) kurang
jelas, maka gunakan sekrup pengatur fokus teropong agar rambu kelihatan jelas.
ketajaman benang.
5. Membaca bacaan benang bawah, benang tengah, benang atasnya, kemudian baca
1. Garis lurus:
3. Mikrometer
Dalam pelaksanaanya, pengukuran jarak dan elevasi di lapangan dapat dilakukan sebagai
berikut :
nivo, baik nivo tabung maupun nivo kotak diatur oleh sekrup penyetel.
4. Mengunci alat pada titik ikat atau arah utara dengan bantuan kompas.
2. Buatlah sketsa lokasi tersebut terlebih dahulu untuk mempermudah dalam pekerjaan.
3. Pasang patok-patok dengan jarak tertentu, menggunakan meteran dari titik satu
4. Pasang alat pada titik satu dan menyetel alat tersebut pada pembacaan vertikal ke
5. Baca sudut vertikal dan sudut horizontal di kedua titik yang dibidik, baik pembacaan
biasa maupun pembacaan luar biasa. Lalu catat data yang diperoleh di dalam buku.
4.3 Cara Pengukuran Beda Tinggi
didirikan Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri
vertikal. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan antara bacaan
muka dan bacaan belakang. Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada
digital. Pengukuran detail cara tachymetry dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas titik
ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai
dengan perkaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan
azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BS, BB serta sudut miring.
tachymetry, yaitu :
3. Tahapan perhitungan
perencanaan bagaimana tempat dan situasi permukaan bumi yang akan diukur,
melalui survey tempat terlebih dahulu. Adapun perencanaan dan persiapan itu
antara lain :
a. Survey Lokasi
Tujuan dari survey lokasi ini adalah agar kita mendapatkan data- data kasar
tentang lokasi yang akan kita ukur. Data kasar ini adalah bentuk permukaan
tanah, jenis bangunan yang ada di wilayah pengukuran. Dari datadata kasar
tersebut kita dapat membuat sketsa wilayah pengukuran sementara. Dari sketsa
Setelah survey lokasi pengukuran, kita dapat melakukan pengukuran, maka kita
kalau kita hubungkan dengan garis lurus akan membentuk suatu polygon
Polygon horizontal utama ini mewakili seluruh wilayah sebagai satu kesatuan
detail yang jauh dari polygon utama (titik utama ini dipakai untuk menentukan
Titik detail ini diukur dari titik utama, jadi titik utamanya berfungsi sebagai titik
ikat bagi titik detail. Untuk penggambaran peta kontur diperlukan banyak titik
detail, apalagi kalau daerahnya berbukit. Semakin banyak titik detail, maka akan
didapatkan peta kontur yang baik (dapat mudah diketahui kondisi permukaan
tanah). Tapi, bukan berarti penentuan titik dilakukan terlalu banyak. Penentuan
1. Kesiapan Alat
akan kita gunakan harus kita periksa terlebih dahulu. Apabila ada kekurangan
alat tersebut.
dikerjakan dilapangan.
4.3.3 Tahap Pelaksanaan Pengukuran
pada suatu wilayah pengukuran yang sudah ditetapkan (setelah kita melakukan
tahap pelaksanaan pengukuran kita akan terasa betapa pentingnya tahap persiapan
dan perencanaan tersebut). Karena segala sesuatu telah disiapkan pada tahap
persiapan termasuk lokasi pengukuran, titik-titik utama dan titik-titik detail serta
perhitungan nanti.
Dari data tersebut dapat dihitung jumlah sudut dalam pada titik-titik pesawat ;
∑β = β1 + β2 + β3 + β4+ β5+ β6+ β7+ β8
= 303.838+180.217+0.324+151.871+104.332+189.793+99.133+152.969
= 1182.477 DD
fβ = ∑β – ((8-2) x 180°)
= 1182.477 – (6x180)
= 102.477 DD
4.1.2. Menghitung Besar Koreksi Penutup Sudut
∆fβ = - (fβ / 8)
= - (102.477 /8 )
= -12.810 DD
βCi1 = β1 + ∆fβ
= 291.028 DD
βCi2 = β2 + ∆fβ
= 167.407 DD
βCi3 = β3 + ∆fβ
= -12.486 DD
βCi4 = β4 + ∆fβ
= 139.061DD
ΒCi5 = β5 + ∆fβ
= 91.522 DD
ΒCi6 = β6 + ∆fβ
= 176.984 DD
ΒCi7 = β7 + ∆fβ
= 86.324 DD
ΒCi8 = β8 + ∆fβ
= 140.160 DD
Dalam perhitungan ini azimuth sisi polygon mengambil data dari nilai
DD pada α depan tiap titiknya, sehingga didapat nilai sebagai berikut :
B1 = 171.778
B2 = 203.321
B3 = 25.597
B4 = 305.196
B5= 19.068
B6= 18.586
B7= 95.336
B8= 115.615
∆H koreksi = -∑∆H/n
= -(-0.248/8)
= 0.031 m
A) Menghitung dx :
dx = Sin (Azimuth Sisi Poligon)*Drata-rata
dx (Titik 1) = sin (303.838°) x 45
= 35.515 m
dx (Titik 2) = sin (180.217° )x41
= -37.551 m
dx (Titik 3) = sin (180.324°)x47
= -44.473 m
dx (Titik 4) = sin (151.871° )x43
= 38.073m
dx (Titik 5) = sin (104.332° )x39
= -23.623 m
dx (Titik 6) = sin (189.793° )x41
= 39.541 m
dx (Titik 7) = sin (99.183° )x47
= -45.976 m
dx (Titik 8) = sin (152.969° )x47
= 38.664 m
B) Menghitung ∆X koreksi
∆X Koreksi = (Drata-rata / ∑Drata-rata)*koreksi dx
∆X koreksi (Titik 1) = (45 / 350)*( -0.171)
= -0.022
∆X koreksi (Titik 2) = (41 / 350)*( -0.171)
= -0.020
∆X koreksi (Titik 3) = (47 / 350)*( -0.171)
= -0.023
∆X koreksi (Titik 4) = (43 / 350)*( -0.171)
= -0.021
∆X koreksi (Titik 5) = (39 / 350)*( -0.171)
= -0.019
∆X koreksi (Titik 6) = ( 41/ 350)*( -0.171)
= -0.020
∆X koreksi (Titik 7) = (47 / 350)*( -0.171)
= -0.023
∆X koreksi (Titik 8) = (47 / 350)*( -0.171)
= -0.023
C) Menghitung ∆X terkoreksi
∆X terkoreksi (Titik1)= dx1 + ∆X koreksi (Titik 1)
= 35.515 + (-0.022)
= 35.493 m
∆X terkoreksi (Titik2)= dx2 + ∆X koreksi (Titik 2)
= -37.551 + (-0.020)
= -37.571 m
∆X terkoreksi (Titik3)= dx3 + ∆X koreksi (Titik 3)
= -44.473 + (-0.023)
= -44.495 m
∆X terkoreksi (Titik4)= dx4 + ∆X koreksi (Titik 4)
= 38.073 + (-0.021)
= 38.052 m
∆X terkoreksi (Titik5)= dx5 + ∆X koreksi (Titik 4)
= -23.623 + (-0.019)
= -23.642 m
∆X terkoreksi (Titik6)= dx6 + ∆X koreksi (Titik 4)
= 39.541 + (-0.020)
= 39.521 m
∆X terkoreksi (Titik7)= dx7 + ∆X koreksi (Titik 4)
= -45.976 + (-0.023)
= -45.999 m
∆X terkoreksi (Titik8)= dx8 + ∆X koreksi (Titik 4)
= 38.664 + (-0.023)
= 38.642 m
D) Menghitung Koordinat X
Diketauhi koordinat X awal = 0, maka X1 = 0.
Untuk X2 dilanjutkan dengan penjumlahan terhadap ∆X terkoreksi
dilakukan secara berantai hingga pada X8.
X1 =0
X2 = X1 + ∆X terkoreksi (Titik 1)
= 0 + (35.493)
= 35.493 m
X3 = X2 + ∆X terkoreksi (Titik 2)
= 35.493 + (-37.571)
= -2.078 m
X4 = X3 + ∆X terkoreksi (Titik 3)
= -2.078+ (-44.495)
= -46.574 m
X5 = X4 + ∆X terkoreksi (Titik 4)
= -46.574 + (38.052)
= -8.522 m
X6 = X5 + ∆X terkoreksi (Titik 5)
= --8.522 + (-23.642)
= -32.164 m
X7 = X6 + ∆X terkoreksi (Titik 6)
= -32.164 + (39.521)
= 7.358 m
X8 = X7 + ∆X terkoreksi (Titik 7)
= 7.358 + (-45.999)
= -38.642 m
4.1.13. Menghitung Koordinat Y
A) Menghitung dy :
dy = Cos (Azimuth Sisi Poligon)*Drata-rata
dy (Titik 1) = cos (303.838)*45
= -28.358 m
dy (Titik 2) = cos (180.217)*41
= -16.991m
dy (Titik 3) = cos (180.324)*47
= -14.637 m
dy (Titik 4) = cos (151.871)*43
= 20.622m
dy (Titik 5) = cos (104.332)*39
= -30.477 m
dy (Titik 6) = cos (189.793)*41
= 11.072 m
dy (Titik 7) = cos (99.133)*47
= 8.042 m
dy (Titik 8) = cos (152.969)*47
= -26.577 m
C) Menghitung ∆Y terkoreksi :
∆Y Terkoreksi = dy + ∆Y Koreksi
∆Y terkoreksi (Titik 1)= -28.358 + (10.038)
= -18.320 m
∆Y terkoreksi (Titik 2)= -16.991+ (9.103)
= -7.888 m
∆Y terkoreksi (Titik 3)= -14.637 + (10.341)
= -4.297 m
∆Y terkoreksi (Titik 4)= 20.622+ (9.563)
= 30.186 m
∆Y terkoreksi (Titik 5)= -30.477 + (8.517)
= -21.960 m
∆Y terkoreksi (Titik 6)= 11.072 + (9.069)
= 20.142 m
∆Y terkoreksi (Titik 7)= 8.042 + (10.309)
= 18.351 m
∆Y terkoreksi (Titik 8)= -26.577 + (10.363)
= -16.214 m
D) Menghitung Koordinat Y
Diketauhi koordinat Y awal = 0, maka Y1 = 0.
Untuk Y2 dilanjutkan dengan penjumlahan terhadap ∆Y terkoreksi
dilakukan secara berantai hingga pada Y8.
Y1 =0
Y2 = Y1 + ∆Y terkoreksi (Titik 1)
= 0 + (-18.320)
= -18.320 m
Y3 = Y2 + ∆Y terkoreksi (Titik 2)
= -18.320+ (-7.888)
= -26.207 m
Y4 = Y3 + ∆Y terkoreksi (Titik 3)
= -26.207 + (-4.297)
= -30.504 m
Y5 = Y4 + ∆Y terkoreksi (Titik 4)
= -30.504 + (30.186)
= -0.318 m
Y6 = Y5 + ∆Y terkoreksi (Titik 5)
= -0.318 + (-21.960 )
= -22.278 m
Y7 = Y6 + ∆Y terkoreksi (Titik 6)
= -22.278 + (20.142)
= -2.137 m
Y8 = Y7 + ∆Y terkoreksi (Titik 7)
= -2.137 + (18.351)
= 16.214 m
Z5 = Z4 + ∆H terkoreksi (Titik 4)
= -0.095 + (-0.020)
= -0.116 m
Z6 = Z5 + ∆H terkoreksi (Titik 5)
= -0.116 + (0.157)
= 0,041 m
Z7 = Z6 + ∆H terkoreksi (Titik 6)
= 0.041 + (-0.168)
= -0.127 m
Z8 = Z7 + ∆H terkoreksi (Titik 7)
= -0.127 + (0.130)
= 0.003 m
4.1 Tabel Perhitungan Polygon Tertutup
Ʃβ 1362,477
fβ 282,477
Δfβ -35,310
Pesawat Jarak Beda Beda
Bacaan Benang D. D. Beda Tinggi dx ΔX ΔX dy ΔY ΔY Koordinat Elevasi
TA Rata- Tinggi Tinggi
Miring Datar
BA BT BB rata (m) Rata -Rata Terkoreksi (m) Koreksi Terkoreksi (m) koreksi Terkoreksi X Y Z
P7 47 0,099 0,130 -45,976 -0,023 -45,999 8,042 10,309 18,351 7,358 -2,137 -0,127
1,475 1,705 1,475 1,235 47 47 0,0057
1,690 1,445 1,220 47 47 -0,0304
P8 47 -0,034 -0,003 38,664 -0,023 38,642 -26,577 10,363 -16,214 -38,642 16,214 0,003
1,445 1,680 1,445 1,210 47 47 -0,0377
Bd.
No Sudut Horizontal Sudut Vertikal Bacaan Benang Silang D.mr D.tr Sin Az Cos Az Koordinat Elevasi
Azimut α Tinggi
T.pswt ° ‘ " hasil ° ‘ " hasil BA BT BB (m) (m) (m) (m) (m) X Y Z
PE
O
NA
RS I T A S
L
" V E T ERA
I VE
UN
N
"
JA
WA R
T I MU
LOKASI
0.7
JALAN DEPAN TECHNO PARK
SAMPAI
JALAN DEPAN ASRAMA PUTRI
DIPERIKSA OLEH
0.7
0.7
0.7
0.7
DIKERJAKAN OLEH :
ISNAINA SAFARELA
(21035010022)
EFRISTKA ANGGRAENY
(21035010023)
EARLANGGA ROHMAT S.
(21035010042)
RAIHAN SINGGIH P.