Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“MENGENAL ALAT THEODOLITE DAN ALAT


WATERPASS”

Disusun Oleh :
ANNISA ABD. HAKIM
031 2019 0261

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH


FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Mengenal Alat Theodolite Dan Alat Waterpass” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas dari
kakak Panji Syam Dliyaun pada lab Ilmu Ukur Tanah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi para
penulis.

Makassar, 22 Februari 2020

Annisa Abd. Hakim

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Tujuan................................................................................................................1
1.3. Manfaat..............................................................................................................2

BAB II ISI ........................................................................................................................3


2.1. Mengenal Theodolite.........................................................................................3
2.2. Syarat-Syarat Penggunaan Theodolite...............................................................5
2.3.Jenis Theodolit....................................................................................................5
2.4. Mengenal Waterpas...........................................................................................7
2.5. Bagian-Bagian Alat Ukur Waterpas Beserta Fungsinya...................................8
2.6. Cara Mengoprasikan Alat Ukur Waterpass.......................................................9
2.7. Pengukuran Tinggi Waterpass.........................................................................16

BAB III PENUTUP.........................................................................................................20


3.1. Kesimpulan......................................................................................................20
3.2. Saran................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk
topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-
pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya
seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam kegiatan hibah
pengajaran ini. Misalnya semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran
pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan,
jalur rel kereta api dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang
dibagun dapat dipertanggungjawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi.
Ilmu ukur tanah atau Geodesi bertujuan mengukur bagian-bagian dari permukaan
bumi, kalau panjang bagian tidak melebihi kira-kira 50 km, maka pekerjaan tersebut disebut
Geodesi rendah. Pada Geodesi rendah yang dipentingkan hanya penentuan titik-titik dari
tingkat rendah, sehingga titik itu dapat dibayangkan dan digambarkan pada suatu bidang
datar yaitu peta.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi
biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis
yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta peralatan ukur yang tepat
pula. Pengukuran-pengukuran menggunakan waterpas, theodolit. Total station dan
sebagainya dapat mengasilkan data dan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

1.2 TUJUAN

1)      Untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengoprasikan theodolit dan waterpass.
2)      Untuk dapat mengetahui peralatan dan prosedur dalam pengukuran menggunakan
theodolit dan waterpass.
3)      Untuk dapat mengetahui cara menghitung jarak, dan sudut.
4) Lebih lagi untuk menghindari atau memperhatikann kesalahan-kesalahan saaat
pengukuran pemgukuran

1
1.3 MANFAAT

1)      Dapat menginformasikan cara mengoprasikan Theodolit dan Waterpas.


2)      Dapat menginformasikan peralatan dan prosedur dalam pengukuran menggunakan
Theodolit dan Waterpas
3)      Dapat menginformasikan cara menghitung jarak, dan sudut.
4) Lebih pandai dalam menghindari kesalahan-kesalahan dalam pengukuran

2
BAB II

ISI

Secara umum Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik dipermukaan. Ilmu Ukur Tanah
merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi memiliki dua
maksud, yaitu:

1. Maksud ilmiah : Menentukan permukaan bumi.

2. Maksud Praktis : Membuat bayangan dari sebagian besar atau kecil permukaan bumi yang
dinamakan peta.

Ilmu Ukur Tanah sendiri terbagi menjadi dua bagian penting, yaitu:

1. Geodesi rendah yang disebut Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying)

2. Geodesi tinggi yang disebut Geodetical Surveying.

Dalam hal yang dapat kita pelajari adalah ilmu geodesi dengan maksud praktis. Jadi
Ilmu Geodesi yang kita pelajari adalah peta. Artinya bagaimana melakukan pengukuran
diatas permukaan bumi yang mempunyai bentuk yang tidak beraturan karena adanya
perbedaan ketinggian tempat antara satu dengan yang lainnya. Penempatan lokasi yang ada
secara tepat dan sistematis termasuk bagian dari geodesi.
Alat-alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan guna mengukur jarak dan atau sudut.
Alat-alat yang digunakan ada yang tergolong sederhana dan ada yang tergolong modern.
Sederhana atau modernnya alat ini dapat dilihat dari komponen alatnya dan cara
menggunakannya.

2.1 Mengenal Theodolite

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya
memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada
satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan
pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi
sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut
juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal,
3
sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca
dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan
sudut siku-siku pada perencanaan/pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk
menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Gambar 1. Theodolit Konvensional ( T0 )

Keterangan gambar theodolite 0 (T0) :


1.      Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2.      Ring pengatur lensa tengah
3.      Pengatur fokus benang silang
4.      Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5.      Lensa obyektif
6.      Klem vertikal teropong
7.      Penggerak halus teropong
8.      Klem alhidade horisontal
9.      Penggerak halus horisontal
10.  Nivo kotak alhidade horisontal
11.  Plat dasar instrumen

4
12.  Nivo tabung alhidade horizontal

2.2 Syarat-syarat Penggunaan Theodolite

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite (pada galon air) sehingga
siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
                     1.         Sumbu kesatu benar – benar tegak/vertical.
                     2.         Sumbu kedua haarus benar – benar mendatar.
                     3.         Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua/mendatar.
                     4.         Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

2.3 Jenis Theodolite

Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:


1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga
bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur. Theodolit yang di maksud adalah
theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem)
2. Theodolite Repitisi
Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya
dapat diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak. Akibatnya dari konstuksi ini, maka
bacaan lingkaran skala mendatar 0º, dapat ditentukan kearah bdikan / target myang
dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm jenis ini adalah theodolit type TM 6
dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss)

Rambu

5
Gambar 2. Rambu

Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala
pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang rambu
adalah tiga meter. Bahan rambu ada yang dari kayu maupun alumunium. Rambu berguna
untuk membantu theodolit dalam menentukan jarak secara optis. Hal yang perlu diperhatikan
adalah dalam memegang rambu harus tegak lurus terhadap titik yang ditinjau.

Patok Kayu

Gambar 3. Patok Kayu

6
Patok kayu dibuat dari reng ¾ atau bujur sangkar dan panjangnya  90 centimeter
yang salah satu ujungnya diruncingkan dan di ujung lainnya di beri paku payung agar
pembacaan nonius lebih akurat.

2.4 Mengenal Waterpass (Penyipat Datar)


Waterpas adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong dengan dilengkapi nivo
dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ka arah horizontal. Alat ini
tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau Tripod level, karena alat ini harus dipasang
diatas kaki tiga atau statif.

a. Prinsip kerja alat yaitu garis bidik ke semua arah harus mendatar, sehingga
membentuk bidang datar atau horizontal dimana titik – titik pada bidang tersebut akan
menunjukkan ketinggian yang sama.
b. Kegunaan alat :
1. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi,
sehingga titik – titik yang tepat garis bidikan/ bidik memiliki ketinggian yang
sama.
2. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang dapat
dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik – titik tertentu, maka akan
diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik – titik tersebut.

Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan menambah bagian alat
lainnya. Umumnya alat ukur waterpas ditambah bagian alat lain, seperti:

1. Benang stadia, yaitu dua buah benag yang berada di atas dan dibawah serta sejajar
dan dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan adanya benang
stadia dan bantuan alat ukur waterpas berupa rambu atau bak ukur alat ini dapat
digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar. Pengukuran jarak dengan
cara seperti ini dikenal dengan jarak optik.
2. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan skala
ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan
bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat
diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut antara ke dua titik tersebut
dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan sebagai alat
pengukur sudut horizontal.

7
2.5 Bagian – Bagian Alat Ukur Waterpas Beserta Fungsinya

Alat ukur waterpas hanya terdiri dari empat komponen atau bagian alat yaitu

1. Teropong yang didalamnya terdapat lensa obyektif, lensa okuler dan diafragma

2. Nivo kotak dan nivo tabung

3. Sumbu satu

4. Tiga skrup pendatar

Namun bagian – bagian utama dari alat ukur waterpas NK1/NK2 dan fungsinya sbb:

1. Teropong, berfungsi sebagai alat pembidik.


2. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secaara kasar sebelum dibidik
dilakukan melalui teropong atau lubang tempat membidik.
3. Lubang tempat membidik.
4. Nivo kotak, digunakansebagai penunjuk Sumbu Satu dalam keadaan tegak
atau tidak. Bila nivo beradaditengah berarti Sumbu Satu dalam keadaan tegak.
5. Nivo tabung adalah penunjuk apakah garis bidik sejajar garis nivo atau tidak.
Bila gelembung nivo berada di tengah atau nivo U membentuk huruf U,
berarti garis bidik sudah sejajar garis nivo.
6. Pemokus diafragma, berfungsi untuk memperjelas keadaan benang diafragma.

8
7. Skrup pemokus bidikan, berfungsi untuk mengatur agar sasaran yang dibidik
dari teropong terlihatdengan jelas.
8. Tiga skrup pendatar, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo kotak
9. Skrup pengatur nivo U, berfungsi untuk mengatur nivo U membentuk huruf U
10. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, berfungsi untuk menepatkan bidikan
benang difragma tegak tepat disasaran yang dibidik
11. Sumbu tegak atau sumbu satu (tidak nampak), berfungsi agar teropong dapat
diputar kea rah horizontal
12. Lingkaran horizontal berskala yang berada di badan alat berfungsi sebagai alat
bacaan sudut horizontal
13. Lubang tempat membaca sudut horizontal.
14. Pemokus bacaan sudut, berfungsi untuk memperjelas skala bacaan sudut

2.6 Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpas


Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :

(1) Memasang alat di atas kaki tiga


Alat ukur waterpas tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya
harus terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai
adalah memasang alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap
sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga
ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus diperhatikan juga
antara lain:
a. Kedudukan dasar alat waterpas dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga
waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.
b. Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu
sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga tersebut
c. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak
mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan alat terlepas

(2) Mendirikan Alat ( Set up )

Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada kaki tiga

9
tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi
persyaratan berikut:
a. Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah
b. Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung nivo
tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.

(3) Membidikan Alat


Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke
sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas,
memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan
benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan

(4) Membaca Hasil Pembidikan

Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :

(1) Pembacaan Benang atau pembacaan rambu

Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur
yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia
atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa
disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia
atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah
disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang diafragma mendatar ke
benang stadia atas dan bawah sama, maka :

BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)

Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan.

(2) Pembacaan Sudut

Waterpas seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran mendatar berskala,


sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut mendatar atau sudut horizontal.

10
Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :

a. Satuan derajat

Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian,
setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi
kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”)

b. Satuan grid.

Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap
bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi
kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid
(1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpas
NK2 dari Wild

            Waterpass atau sipat datar bertujuan untuk menentukan beda  tinggi antara titik-titik
di permukaan atas permukaan bumi secara teliti.  Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi
ditentukan dari suatu bidang referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Dalam 
geodesi, bidang ini dianggap sebagai bidang geoid, yaitu bidang  equipotensial yang berimpit
dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang equipotensial disebut juga
bidang nivo. Bidang ini  selalu tegak lurus dengan arah gaya berat di mana saja di permukaan
bumi. Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi  beberapa
syarat tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat ditawar- tawar lagi maupun
syarat tambahan yang dimaksudkan untuk  memperlancar pelaksanaan pengukuran di
lapangan. 

1. Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I


Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat tegak
lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.
2. Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu
Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat  ini penting
sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar karena
apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran dapat diseimbangkan dengan
skrup ungkir ini. Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah 
dibuat vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo akan  tetap seimbang.

11
Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena garis  bidik telah dibuat sejajar dengan
garis arah nivo.
3. Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar.  Untuk
mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan
nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis  arah nivo pasti mendatar. Dengan
demikian, jika kita bisa membuat  garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis
arah nivo pasti mendatar.

Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran beda tinggi  juga tidak cukup
dilakukan dengan sekali jalan, tetapi dibuat  pengukuran pergi pulang, yang pelaksanaannya
dapat dilakukan dalam satu hari (dinamakan seksi), serta dimulai dan diakhiri pada  titik
tetao. Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.

Gambar 2.6. Penentuan beda tinggi dengan sipat datar

Keterangan gambar :

A dan B    : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya  

a dan b      : bacaan atau tinggi garis mendatar di titik A dan B

Ha dan Hb : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi

ΔhAB    : beda tinggi antara titik A dan B

Dalam pembuatan jalan maupun pembangunan diperlukan suatu pengukuran beda


tinggi agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah.

Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi

12
diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau
ditambah dengan nilai yag ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.

 Prinsip dan Fungsi Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar (waterpass).
Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri vertical.
Beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan
belakang.

 Rumus beda tinggi antara dua titik :

BT = BTB – BTA

Keterangan :

BT = beda tinggi

BTA = bacaan benang tengah A

BTB = bacaan benang tengah B

 Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan
benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :

BT = BA + BB / 2

Keterangan:

BT = bacaan benang tengah

BA = bacaan banang atas

BB = bacaan benang bawah

 Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut :

J = (BA – BB) x 100

Keterangan:

J = jarak datar optis

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah 100 = konstanta pesawat

13
Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka,
sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari
perhitungan.

 Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :


a. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai
garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.
b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana. c.
Menghitung volume pekerjaan tanah.
c. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
d. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

Digunakan untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu
untuk membuat garis-garis ketinggian (kontur).

1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)


Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan
antara dua station. Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi
sungai/lembah yang lebar.
2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat
datar teliti.
3. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Sipat datar memanjang adalah suatu
pengukuran yang bertujuan unutk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang
jalur pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi
suatu daerah pemetaan. Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat datar
terbuka dan tertutup.

14
Cara pengukuran:
1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.
2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A
maupun titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
5. Koreksi maksimum 2mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.
7. Hitung jarak alat dengan titik A dA=(BA A – BB A)x100
8. Hitung jarak alat dengan titik B
dB=(BA B – BB B)x100
9. Hitung jarak AB=dA+dB
10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B
menjadi bacaan belakang
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:
a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.

15
Pengertian Slag, Seksi dan Sirkuit

• 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.

• 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang  1-2 km yang terbagi dalam slag
yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu 1 hari.

• 1 kring / sirkuit adalah suatu pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup sehingga titik
awal dan titik akhirnya adalah sama.

2.7 Pengukuran Tinggi Waterpass

 Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama
dengan garis unting-unting.
 Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik.
Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
 Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
 Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.

Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.

16
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat:

 Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo


 Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I
 Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I

Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-
betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia,
dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan,
kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur
yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas
berbentuk persegi.

Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa :

      2BT = BA + BB

Keterangan :

BT = Bacaan benang tengah waterpass

BA = Bacaan benang atas waterpass

           BB = Bacaan benang bawah waterpass

Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau
pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ada dua macam pengukuran waterpass
yang dilaksanakan, yaitu :

1. Pengukuran Waterpass Memanjang


2. Pengukuran Waterpass Melintang

17
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah:

a. Pengukuran Waterpas Memanjang

Beda tinggi antara titik A dan B adalah :

ΔhP1P2 = BTP1 – BTP2                             

Keterangan :

ΔhP1P2 = beda tinggi antara titik P1 dan P2 

BTP1   = bacaan benang tengah di titik P1 

BTP2   = bacaan benang tengah di titik P2  

Jarak antara A dengan P1 adalah :

do = 100 × (BAP1 – BBP1)

Keterangan :

dAP   = jarak antara titik A dan P

                BAA = bacaan benang atas di titik A

                BBA = bacaan benang bawah di titik A

Dalam pengukuran waterpass memanjang, pesawat diletakkan di tengah-tengah titik


yang akan diukur. Hal ini untuk meniadakan kesalahan akibat tidak sejajarnya kedudukan
sumbu teropong dengan garis arah nivo.

b. Pengukuran Waterpass Melintang

Beda tinggi antara titik 1 dan 2 adalah :

Δh12 = BT1 – BT2

Keterangan :

Δh12 = beda tinggi antara titik 1 dan titik 2

BT1  = bacaan benang tengah di titik 1

18
BT2  = bacaan benang tengah di titik 2

               

Beda tinggi antara titik 1 dan titik P adalah :

                Δh1P = BT1 – TP

                Keterangan:

Δh1P = beda tinggi antara titik 1 dan titik P

BT1  = bacaan benang tengah di titik 1

TP    = tinggi pesawat

Berikut adalah kesalahan–kesalahan yang biasa dilakukan di lapangan :

1. Pembacaan yang salah terhadap rambu ukur. Hal ini dapat di sebabkan karena mata si
pengamat kabur, angka rambu ukur yang hilang akibat sering tergores, rambu ukur
kurang tegak dan sebagainya.
2. Penempatan pesawat atau rambu ukur yang salah.
3. Pencatatan hasil pengamatan yang salah.
4. Menyentuh kaki tiga (tripod) sehingga kedudukan pesawat / nivo berubah.

19
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
antara lain :

1. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal
dan titik akhirnya terletak pada titik yang sama.

2. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan
azimut dai suatu daerah.

3. Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik poligon yang akan
diplotkan ke kertas gambar.

4. Kesalahan perhitungan poligon dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor manusia,
faktor alat dan faktor alam.

3.2 Saran

1. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.

2. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.

3. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung

20
DAFTAR PUSTAKA
Frick, heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah.

Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnya Paramita.
Jakarta.

Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu ukur tanah. Kanisius. Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai