Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur alhamdulillah marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat
besar sehingga penulis pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan
Praktikum Perpetaan ini tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada Guru Pembimbing
dan Staff Instruktur yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya
sehingga Laporan Praktikum Perpetaan ini dapat disusun dengan baik.
Semoga Laporan Praktikum Perpetaan yang telah penulis susun ini
turut memperkaya khazanah ilmu pertambangan serta bisa menambah
pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Bandung, 30 Oktober 2019


Mahasiswa

Fakhri Akbar Dzulfikar


NPM 10070119081

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI....………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 1
1.2.1 Maksud .............................................................................................. 1
1.2.2 Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 2
2.1 Pengertian Peta .......................................................................................... 2
2.2 Syarat-Syarat Membuat Peta...................................................................... 5
2.2 Manfaat Penggunaan Peta ......................................................................... 5
BAB III TUGAS PEMBAHASAN .................................................................... 6
BAB IV ANALISA ............................................................................................. 8
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran tanah merupakan salah satu disiplin ilmu yang meliputi metode
pengumpulan dan pemrosesan data dari kondisi yang ada di lapangan. Di dunia
pertambangan pengukuran tanah atau lebih dikenal dengan Ilmu Ukur Tanah
adalah bagian yang tidak bisa ditinggalkan. Sebelum melakukan suatu proyek
maka perlu dilakukan kegiatan surveying yang didalamnya nanti terdapat
pemakaian Ilmu Ukur Tanah ini. Sebelum pengukuran tanah dilakukan maka suatu
proyek tidak akan bisa dikerjakan. Karena pertambangan pastinya bersangkut
paut dengan tanah seperti menghitung kemiringan lereng, pembuatan parit,
underground mining dan surface mining, semua itu berhubungan dengan tanah.
Jadi ilmu ukur tanah merupakan bagian yang vital di dunia pertambangan
Dunia pertambangan saat ini samakin maju, begitu pula dengan alat-alat
yang di gunakannya. Alat ukur jarak jauh sangat besar peranannya dalam dunia
pertambangan, terutama pada kegiatan eksplorasi. Salah satu alat ukur jarak jauh
yang digunakan adalah Theodolite.
Theodolite merupakan alat ukur optis untuk menentukan tinggi tanah dengan
sudut vertikal dan horizontal merupakan alat untuk meninjau dan merencanakan
pekerjaan. Alat ini digunakan bila situs yang akan dipetakan sangat luas dan cukup
sulit untuk di ukur terutama bila pada medan lintasan wilayah tersebut memiliki
perbedaan ketinggian yang jauh berbeda.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Praktikum ini dimaksudkan agar praktikan dapat memahami cara
penggunaan theodolit baik secara teori maupun praktiknya di lapangan serta
pemahaman pada pengolahan data dengan rumus- rumus yang ada.
1.2.2 Tujuan
1. Mengenal apa itu theodolite beserta komponen-komponennya
2. Dapat Mengoperasikan theodolite dengan baik dan benar
4. Mengetahui letak kedataran tanah dan kemiringannya.
5. Dapat mengaplikasikan theodolite dengan mengukur lintasan sekitaran SC
(Student Center) di kampus Universitas Islam Bandung

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Theodolite
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan ketinggian tanah dengan sudut mendatar (horizontal) dan sudut tegak
(vertical). Berbeda dengan waterpass yang hanya dapat menghitung pengukuran
dengan sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa
sampai pada satuan sekon (detik).
Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada
suatu piringan bulat yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga
dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar putar mengelilingi sumbu
horizontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut
tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).

Sumber:fleaglass.com
Gambar 2.1
Theodolite Dasar

Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila wilayah yang akan


dipetakan sangat luas dan sulit untuk dapat melakukan pengukuran karena
membutuhkan waktu lama untuk melakukan pengukuran manual, dan terutama
bila medan lintasan area tersebut memiliki perbedaan ketinggian yang besar.

4
Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat
dipetakan dengan cepat dan efisien.
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah
seperti pertambangan, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran
polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa
berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikalnya
dibuat 90º sebab dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat
dibidikkan kesegala arah.
2.2 Bagian-bagian Theodolite

Sumber:geologyindonesia.com
Gambar 2.1
Komponen Theodolite

Bagian Theodolite dan Fungsinya yaitu :

1. Pembantu Visir : Berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu membantu


mengarahkan teropong ke target , untuk membantu pembidikan secara
kasar.
2. Lensa Obyektif : Berfungsi untuk menangkap bayangan obyek / target .Lensa
positif yang memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil
3. Klem Sumbu II : berfungsi untuk pengunci sumbu II
4. Sumbu II : Berfungsi sebagai poros perputaran teropong terhadap sumpu
putar horizontal.
5. Nivo Teropong : Digunakan untuk membentuk garis bidik mendatar. Pada
kebanyakan theodolite yang baru, nivo teropong sudah tidak ada lagi.

5
6. Ronsel Lensa Tengah : berfungsi menggerakkan limbus dengan perlahan
pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan ke target).
7. Reflektor Sinar : berfungsi untuk menangkap cahaya dan memantulkannya
ke mikroskop pembacaan lingkaran horisontal, sehinga bisa terbaca
8. Microskop Bacaan Lingkaran Horisontal A : berfungsi sebagai tempat
pembacaan arah horizontal.
9. Klem Horisontal : berfungsi sebagai klem pembuka atau pengunci lingkaran
horizontal.
10. Skrup Penggerak Halus Alhidade Horisontal : berfungsi menggerakkan
teropong arah horisontal dengan perlahan pada saat klem horisontal dikunci
11. Penggerak Halus Limbus : berfungsi menggerakkan limbus dengan perlahan
pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan ke target).
12. Skrup Penyetel ABC : berfungsi untuk menyeimbangkan nivo kota guna
pembuatan sumbu I vertikal.
13. Plat Dasaran / Tatakan : sebagai plat penyangga seluruh bagian alat
14. Kepala Statif : merupakan bagian dari statif. Tempat dudukan pesawat
Theodolite.
15. Kaki Statif : bagian dari statif. Alat yang digunakan untuk berdirinya pesawat
Theodolite.Bagian bawahnya berbentuk lancip,berfungsi supaya kaki statif
menancap ke tanah dengan kuat agar pesawat tidak jatuh.
16. Penggantung Unting – unting : Digunakan untuk memasang tali unting-
unting.
17. Baut Instrumen : Pengencang antara pesawat theodolite dan statif
18. Nivo Alhidade Horisontal : digunakan untuk membuat sumbu I vertical secara
halus, setelah dilakukan pendekatan dengan nivo kotak.
19. Skrup Koreksi Nivo Alhidade Horisontal : berfungsi menyeimbangkan nivo
Alhidade horizontal.
20. Mikroskop pemb. Lingkaran Horisontal B : Mikroskop yang digunakan untuk
membaca sudut lingkaran horizontal
21. Skrup Penggerak Halus Vertikal berfungsi menggerakkan teropong arah
vertikal secara perlahan pada saat klem teropong dikunci.
22. Lensa Okuler : Lensa negatif sebagai lensa mata.
23. Ring Pelindung Diafragma : berfungsi sebagai pelindung diafragma

6
24. Mikroskop pembacaan Lingkaran Vertikal : tempat pembacaan Iingkaran
vertikal.
25. Tabung Sinar : membantu menyinari Iingkaran vertical
26. Piringan Lingkaran Vertikal : Adalah piringan dari metal atau kaca tempat
skala lingkaran. Lingkaran ini berputar bersama teropong dan dilindungi oleh
alhidade vertical.

2.3 Syarat – Syarat Pemakaian Theodolite


Adapun syarat-syarat pemakaian alat theodolite pada umumnya adalah :
1. Sumbu kesatu harus benar-benar tegak atau vertikal.
2. Sumbu kedua harus benar-benar mendatar.
3. Garis bidik harus tegak lurus atau mendatar.
4. Tidak adanya salah indeks.
2.6 Prosedur Penyetelan Theodolite
Sebelum dipakai, theodolite harus di stel terlebih dahulu, diantaranya :
1. Pasang kaki statif terlrbih dahulu dan usahakan posisi dari kaki tersebut
datar.
2. Theodolite di letakkan diatas statif dengan memutar sekrup pengunci yang
ada di kaki statif tersebut
3. Setel nivonya dan usahakan pas di tengah – tengah agar mendapatkan hasil
ketelitian yang maksimal. Untuk menyetel nivo dapat menggerakkan sekrup
yang ada pada theodolite atau dengan cara lain yaitu dengan menggerakkan
kaki statif naik – turun.
4. Usahakan teropong menghadap titik pertama yang akan kita tembak / baca
dengan sudut 0ͦ dan setelah menembak titik tersebut, maka pesawat diputar
searah jarum jam sehingga membentuk sudut 180 .
2.5 Prosedur Penggunaan Theodolite
Adapun prosedur penggunaan Theodolite diantaranya :
1. letakkan pesawat diatas statif atau kaki tiga lalu diikat dengan baut yang ada
pada statif.
2. Setelah pesawat terikat dengan sempurna pada statif baru pesawat yang
sudah terikat pada statif diangkat dan diletakkan diatas patok yang sudah
ada pakunya.

7
3. kemudian tancapkan salah satu kaki tripod sambil kedua tangan memegang
kedua kaki di tripod yang lainya, lalu lihat paku dibawah dengan bantuan
centring, setelah paku terlihat baru kedua kaki yang kita pegang ditaruh pada
tanah.
4. Setelah statif ditaruh semua dan patok serta pakunya sudah kelihatan
(walau tidak tepat) baru diinjak ketiga kaki di statip agar posisinya kuat
menancap ditanah dan alat tidak mudah goyang.
5. Setelah posisi statip kuat dan tidak goyang barulah dilihat paku lowat
centring, apabila paku tidak tepat maka kejar pakunya dengan
menggunakan sekrup penyetel sambil melihat centring, karena dengan
memutar sekrup penyetel. lingkaran petunjuk yang ada pada centring akan
berubah dan arahkan lingkaran tersebut pada paku yang ada dipatok.
6. Setelah itu barulah dilihat nivo kotak (bagian bawah). Apabila nivo kotaknya
tidak ada ditengah maka posisi alat dalam keadaan miring. Untuk melihat
dimana posisi alat yang lebih tinggi maka lihat gelembung yang ada pada
nivo kotak, apabila nivo kotaknya ada di Timur maka posisi alat tersebut lebih
tinggi disebelah Timur maka kaki sebelah Timur dipendekkan atau yang
sebelah Barat dinaikkan.
7. Setelah posisi gelembung pada nivo kotak ada ditengah maka alat sudah
dalam keadaan waterpass, walau masih dalam keadaan kasar.
8. untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo
9. cararanya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup penyetel maka
sebut saja sekrup A, B, C.
10. Pertama sejajarkan nivo tabung dengan kedua sekrup penyetel (bebas dan
tidak terikat harus sekrup yang mana). Misalnya saja A dan B, setelah itu
baru dilihat posisi gelembungnya. Apabila tidak ditengah maka posisi alat
tersebut belum level maka harus ditengahkan dengan menggunakan sekrup
A dan B.
11. Setelah nivo tabung ada ditengah baru diputar 90° atau 270° dan nivo tabung
ditengahkan dengan menggunakan sekrup yang C, setelah ditengah berarti
posisi nivo tabung dan kotak sudah sempurna dan keduanya ada
ditengah.Setelah itu baru dilihat centring apabila paku sudah tepat pada
lingkaran kecil berarti alat tersebut sudah tepat diatas patok apabila belum
tepat maka alat harus digeser dengan cara mengendorkan baut pengikat

8
yang berada dibawah alat ukur. Setelah kendor geser alat tersebut agar tepat
di atas paku tetapi jangan diputar, sebab kalau diputar posisi nivo pasti akan
berubah banyak.
12. Setelah posisi alat tepat diatas patok maka pengaturan nivo tabung diulangi
seperti semula sehinga posisinya ditengah lagi, seperti pada waktu
penyetelan pertama.
13. Setelah selesai, tentukan titik acuan alat sebagai 0°00'00"(arah utara bumi
dengan menggunakan kompas) dan juga tidak lupa untuk mengunci sekrup
penggerak horizontal.
14. Nyalakan layar dengan menggunakan tombol power.
15. Kemudian setting sudut horizontal 0°00'00" dengan menekan tombol [0 SET]
dua kali.• Satu kali untuk mengetahui sudut vertical • Dua kali untuk
mengetahui persentase kemiringan
16. Tampilkan pembacaan sudut vertical dengan menekan tombol [V/%]
17. Apabila di layar pada pembacaan sudut horizontal muncul huruf R
menunjukan pembacaan sudut biasa, dan bila ingin diubah menjadi
pembacaan sudut luar biasa tekan tombol [R/L].
18. Setelah itu di ukur tingginya alat dengan meteran atau roll meter dan alat
siap untuk digunakan.

9
BAB III

TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Membuat tabel pengukuran di kertas HVS A4.
2. Membuat perhitungan Jarak Datar, Beda Tinggi, Azimiuth, Koordinat
(X, Y, Z), Koreksi sudut, Luas pengukuran A4
3. Membuat Tabel Perhitungan di kertas HVS A4.
4. Membuat Peta Lintasan Theodolite Milimiter Block A3.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Tabel Pengamatan

Sumber : fikar, 2019


Foto 3.1
Tabel Pengamatan

10
3.2.2 Perhitungan
1. Jarak Miring
d = ( ba – bb) × 100

JM1-8 = (1,485 ̶ 1,39) × 100


= 9,5 m
JM1-2 = (1,525 – 1,355) × 100
= 17 m
JM2-1 = (1,595 – 1,425) × 100
= 17m
JM2-3 = (1,589 – 1,432) × 100
= 15,7 m
JM3-2 = (1,461 – 1,204) × 100
= 25,7 m
JM3-4 = (1,449 – 1,318) × 100
= 13,1 m
JM4-3 = (1,355 – 1,225) × 100
= 13 m
JM4-5 = (1,375 – 1,2) × 100
= 17,5 m
JM5-4 = (1,5 – 1,322) × 100
= 17,8 m
JM5-6 = (1,495 – 1,33) × 100
= 16,5 m
JM6-5 = (1,495 – 1,3) × 100
= 19,5 m
JM6-7 = (1,485 – 1,285) × 100
= 20 m
JM7-6 = (1,630 – 1,450) × 100
= 18 m
JM7-8 = (1,581 – 1,483) × 100
= 9,8 m
JM8-7 = (1,550 – 1,450) × 100
= 10 m
JM8-1 = (1,540 – 1,442) × 100
= 9,8 m

11
2. Jarak Datar

𝑱𝑫 = 𝑱𝑴 × 𝑪𝑶𝑺 𝒁𝑬𝑵𝑰𝑻𝑯

JD1-8 = 9,5 x Sin 90º51’00’’


= 9,49 m
JD1-2 = 17 x Sin 87º12’30’’
= 16,97 m
JD2-1 = 17 x Sin 92º44’30’’
= 16,98 m
JD2-3 = 15,7 x Sin 92º29’40’’
= 15,68 m
JD3-2 = 25,7 x Sin 87º32’10’’
= 25,67 m
JD3-4 = 13,1 x Sin 91º23’00’’
= 13,09 m
JD4-3 = 13 x Sin 88º33’30’’
= 12,99 m
JD4-5 = 17.5 x Sin 92º04’10’’
= 17,48 m
JD5-4 = 17,8 x Sin 88º01’20’’
= 17,7 m
JD5-6 = 16,5 x Sin 91º11’00’’
= 16,49 m
JD6-5 = 19,5 x Sin 88º52’10’’
= 19,49 m
JD6-7 = 20 x Sin 88º09’20’’
= 19,9 m
JD7-6 = 18 x Sin 92º50’05’’
= 17,9 m
JM7-8 = 9,8 x Sin 89º49’25’’
= 9,79 m
JM8-7 = 10 x Sin 90º15’55’’
= 9,99 m
JM8-1 = 9,8 x Sin 89º15’55’’
= 9,66 m

12
3. Beda Tinggi
𝑩𝑻 = 𝑱𝑴 × 𝑪𝑶𝑺 𝒁𝑬𝑵𝑰𝑻𝑯

BT 1-8 = 9,5 x Cos 90°51’00’’


= - 0,14
BT 1-2 = 17 x Cos 87°12’30’’
= 0,82
BT2-1 = 17 x Cos 92°29’40’’
= - 0,813
BT2-3 = 15,7 x Cos 92°29’40’’
= - 0,68
BT3-2 = 25,7 x Cos 87°32’10’’
=1,10
BT 3-4 = 13,1 x Cos 91°23’00’’
= -0,31
BT 4-3 = 13 x Cos 88°33’30’’
= 0,32
BT 4-5 = 17,5 x Cos 92°04’10’’
= -0,63
BT 5-4 = 17,5 x Cos 88°01’20’’
= 0,61
BT 5-6 = 16,9 x Cos 91°11’10’’
= - 0,34
BT 6-5 = 19,5 x Cos 88°52’10’’
= 0,38
BT 6-7 = 20 X Cos 88ᵒ09’20’’
= 0,64
BT 7-6 =18 X Cos 92ᵒ50’05
= - 0,89
BT 7-8 =10 X Cos 89ᵒ49’25’’
= 0,03
BT 8-7 =10 X Cos 90ᵒ15’55’’
= - 0,046
BT 8-1 = 9,8 X Cos 89ᵒ15’55
= 0,12

13
4. Azimuth Sebenarnya
∝ = ∝ 𝑨𝑾𝑨𝑳 × 𝑺𝑼𝑫𝑼𝑻 𝑫𝑨𝑳𝑨𝑴 − 𝟏𝟖𝟎°

α1 = 21°03′ 30"
α2 = 21°03′ 30" + 269°15'00" − 180°
= 110°17′30"
α3 = 110°17′30" + 267°47'00" − 180°
= 198°41′30"
α4 = 198°41′30" + 91°11'10" − 180°
= 109°15′40"
α5 = 109°15′40" + 274ᵒ10'20" − 180°
= 204°26′00"
α6 = 204°26′00′′ + 270°22'50" − 180°
= 295°48′50"
α7 =295°48′50" + 216ᵒ12’25 - 180ᵒ
=331ᵒ1’15
α8 =331ᵒ1’15’’ + 198ᵒ54’25 -180ᵒ
=349ᵒ55’40’’

5. Kordinat X,Y,Z

𝑿 = 𝑿𝒂𝒘𝒂𝒍 + 𝑱𝑫 − 𝐒𝐢𝐧 𝒂𝒛𝒊𝒎𝒖𝒕𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂

X1 = 788215,127
X2 = 788215,127 + ( 16,97 x Sin 21º03’30’’ )
= 788221,224
X3 = 788221,224 + ( 15,68 x Sin 110º17’30’’ )
= 788235,930
X4 = 788235,930 + ( 13,09 x Sin 198º4’30’’ )
= 788231,868
X5 = 788231,868 + ( 17,48 x Sin 109º15’40’’ )
= 788248,369
X6 = 788248,369 + ( 16,49 x Sin 204°26’00” )
= 788241,584
X7 = 788241,584 + ( 19,9 x Sin 294º48’50” )
= 788223,521
X8 = 788223,521 + ( 9,79 x Sin 331º1’15’’ )
= 788228,7782
X1’ = 788228,7782 + ( 9,66 x Sin 349º55’40’’ )
= 788217,066

14
𝒀 = 𝒀𝒂𝒘𝒂𝒍 + 𝑱𝑫 𝒙 𝐂𝐨𝐬 𝒂𝒛𝒊𝒎𝒖𝒕𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂

Y1 = 9236166,724
Y2 = 9236166,724 + ( 16,97 x Sin 21º03’30’’ )
= 9236182,566
Y3 = 9236182,566 + ( 15,68 x Sin 110º17’30’’ )
= 9236177,128
Y4 = 9236177,128 + ( 13,09 x Sin 198º4’30’’ )
= 9236164,684
Y5 = 9236164,684 + ( 17,48 x Sin 109º15’40’’ )
= 9236158,918
Y6 = 9236158,918 + ( 16,49 x Sin 204°26’00” )
= 9236147,547
Y7 = 9236147,547 + ( 19,9 x Sin 294º48’50” )
= 9236155,898
Y8 = 9236155,898 + ( 9,79 x Sin 331º1’15’’ )
= 9236164,462
Y1’ = 9236164,462 + ( 9,66 x Sin 349º55’40’’ )
= 9236174,101
𝒁 = 𝒁𝒂𝒘𝒂𝒍 ± 𝑩𝒕

Z1 = 737,790
Z2 = 737,790 + 0,82
= 738,61
Z3 = 738,61 + (- 0,68)
= 737,93
Z4 = 737,93 + (- 0,31)
= 737,62
Z5 = 737,62 + (- 0,63)
= 736,99
Z6 = 736,99 + (- 0,34)
= 736,65
Z7 = 736,65 + 0,64
= 736,29
Z8 = 736,29 + 0,03
= 737,32

15
6. Koreksi sudut
∈ 𝜶 = (𝒏 + 𝟐 )𝒙 𝟏𝟖𝟎°
∈ 𝛼 = 1698°18′13′′
∈ 𝛼 = (8 + 2)𝑥180°
= 1800°
= 1800° − 1698°18′13′′
= 101°41’47’’
7. Luas Poligon
𝟏
𝑳= (∈ 𝑿𝒏 − 𝒀𝒏 + 𝟏) − (∈ 𝑿𝒏 + 𝟏 − 𝒀𝒏)
𝟐

L =1/2 x (58.241.599.239.378) _- (58.242.014.867.287)


=1/2 x -415.627.909
= -207.813.954,5

3.2.3 Tabel Pengolahan

Sumber : fikar, 2019


Foto 3.2
Tabel Pengolahan

16
BAB IV
ANALISA

Pada praktikum mengenai pengenalan theodolite yang telah dilaksanakan,


diperoleh data hasil pengukuran lintasan sekitaran SC (Student Center) di kampus
Universitas Islam Bandung. Dapat dianalisis bahwa, data-data yang diperoleh
dilapangan meliputi benang atas, benang bawah, dan benang tengah. Dari data
yang diperoleh kemudian diolah untuk mencari data lain sehingga mendapatkan
hasil pengolahan data berupa Sudut Dalam, Beda Tinggi, Jarak Miring, Jarak
Datar Azimuth Sebenarnya, elevasi, dan koreksi beda tinggi menggunakan rumus.

Dalam pengoperasian theodolite di lapangan terhadap beberapa kendala


yang kami hadapi diantaranya, butuh ketelitian penuh dalam pembacaan benang
atas, benang tengah, dan benang bawah pada rambu ukur dengan theodolite
apabila terdapat kesalahan pembacaan maka akan berakibat pada kesalahan
data Beda Tinggi maka akan berpengaruh pada data hasil pengolahan yang
lainnya, akibatnya peta lintasan yang digambar tidak akan terbentuk sempurna.

17
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pemaparan dan penjelasan diatas dapat diambil beberapa


kesimpulan yaitu :

1. Theodolite merupakan salah satu alat ukur dalam dunia pertambangan yang
digunakan untuk mengukur tinggi objek antara titik-titik yang saling berdekatan
2. Bagian-bagian theodolite yang penting adalah nivo, visir, penggerak halus,
lensa objektif, lensa okuler, lensa verticaling, visir, teropong pembidik sudut
datar (horizontal) dan tegak (vertikal) serta sekrup A,B,C
3. Cara menggunakan theodolite adalah sebagai berikut, pertama-tama pasang
waterpass pada statif lalu letakan alat ukur tersebut tepat dititik utama koordinat
pada lintasan, lalu lakukan sentering, setelah itu bidik rambu ukur
menggunakan lensa okuler, kemudian lihat nilai benang atas, benang tengah,
dan benang bawah, setelah itu putar theodolite 180o kemudian bidik kembali
rambu ukur dan catat nilai benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
Dalam 1 titik daerah terdapat 2 kali pengukuran yaitu pengukuran Front Side
dan Back Side untuk dapat menentukan beda tinggi
4. Data data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus rumus
yang nantinya data tersebut akan digunakan sebagai data pengolahan dalam
pembuatan sketsa peta lintasan

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Guntoro, Dono(ed). 2019. “Diktat Praktikum Perpetaan”. Universitas Islam


Bandung.
2. Anonim. 2013. “Metode Pengukuran Dengan Theodolite”. Wordpress.com.
diakses pada Rabu 16 Januari 2013
3. Anonim. 2013. “pengertian theodolite”. Globalhutama.net. diakses pada
tanggal 14 Maret 2013
4. Najiatul, A. 2017 “Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah”. Kupdf.net.
diakses pada tanggal 13 April 2017

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai