Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR WILAYAH DAN SIG

ACARA II

THEODOLITE ANALOG

DISUSUN OLEH:

NAMA : ZULHAM MIZWAR

NIM : J1B019116

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak - Nya laporan
praktikum acara ii yakni Theodolite Analog pada mata kuliah Ilmu Ukur Wilayah
dan SIG dapat diselesaikan.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai pelengkap hasil kerja
praktikum yang telah dilaksanakan.

Semoga laporan kegiatan praktikum ini dapat menjadi bahan evaluasi dan
tolok ukur dalam pelaksanaan praktikum Theodolite Analog dan menjadi bahan
perbaikan untuk masa yang akan datang.

Narmada, 30 November 2021

Penyusun:

Zulham Mizwar
Nim: J1B019116
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan
menganalisis bentuk topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di
atasnya untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Untuk memperoleh
hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi biayanya
yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi
teknis yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta
peralatan ukur yang tepat pula dengan menggunakan alat ukur tanah.
Theodolit merupakan alat ukur tanah yang sering digunakan, tidak terkecuali
di Geologi. Dalam geologi theodolite digunakan untuk mengukur.
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua
dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca
dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
1. Mengetahui alat Theodolite Analog serta komponen-komponennya
2. Mengetahui bagaimana cara mengoprasikan Theodolite Analog
3. Mengetahui perbedaan dari Theodolite Analog dengan Theodolite
Digital
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Theodolite
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua
dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca
dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.
2. Bagian-bagian Theodolite

Gambar 1. Bagian- bagian Theodolite Analog


Keterangan gambar:

1. Pembantu Visir: Berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu membantu


mengarahkan teropong ke target, untuk membantu pembidikan secara
kasar.
2. Lensa Obyektif: Berfungsi untuk menangkap bayangan obyek /
target.Lensa positif yang memberikan bayangan nyata terbalik dan
diperkecil.
3. Klem Sumbu II: berfungsi untuk pengunci sumbu II.
4. Sumbu II: Berfungsi sebagai poros perputaran teropong terhadap sumpu
putar horizontal.
5. Nivo Teropong: Digunakan untuk membentuk garis bidik mendatar. Pada
kebanyakan theodolite yang baru, nivo teropong sudah tidak ada lagi.
6. Ronsel Lensa Tengah: berfungsi menggerakkan limbus dengan perlahan
pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan ke target).
7. Reflektor Sinar: berfungsi untuk menangkap cahaya dan memantulkannya
ke mikroskop pembacaan lingkaran horisontal, sehinga bisa terbaca.
8. Microskop Bacaan Lingkaran Horisontal A: berfungsi sebagai tempat
pembacaan arah horizontal.
9. Klem Horisontal: berfungsi sebagai klem pembuka atau pengunci
lingkaran horizontal.
10. Skrup Penggerak Halus Alhidade Horisontal: berfungsi menggerakkan
teropong arah horisontal dengan perlahan pada saat klem horisontal
dikunci.
11. Penggerak Halus Limbus: berfungsi menggerakkan limbus dengan
perlahan pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan
ke target).
12. Skrup Penyetel ABC: berfungsi untuk menyeimbangkan nivo kota guna
pembuatan sumbu I vertikal.
13. Plat Dasaran / Tatakan: sebagai plat penyangga seluruh bagian alat.
14. Kepala Statif: merupakan bagian dari statif. Tempat dudukan pesawat
Theodolite.
15. Kaki Statif: bagian dari statif. Alat yang digunakan untuk berdirinya
pesawat Theodolite.Bagian bawahnya berbentuk lancip,berfungsi supaya
kaki statif menancap ke tanah dengan kuat agar pesawat tidak jatuh.
16. Penggantung Unting – unting: Digunakan untuk memasang tali unting-
unting.
17. Baut Instrumen: Pengencang antara pesawat theodolite dan statif.
18. Nivo Alhidade Horisontal: digunakan untuk membuat sumbu I vertical
secara halus, setelah dilakukan pendekatan dengan nivo kotak.
19. Skrup Koreksi Nivo Alhidade Horisontal: berfungsi menyeimbangkan
nivo Alhidade horizontal.
20. Mikroskop pemb. Lingkaran Horisontal B: Mikroskop yang digunakan
untuk membaca sudut lingkaran horizontal.
21. Skrup Penggerak Halus Vertikal berfungsi menggerakkan teropong arah
vertikal secara perlahan pada saat klem teropong dikunci.
22. Lensa Okuler: Lensa negatif sebagai lensa mata.
23. Ring Pelindung Diafragma: berfungsi sebagai pelindung diafragma.
24. Mikroskop pembacaan Lingkaran Vertikal: tempat pembacaan Iingkaran
vertikal.
25. Tabung Sinar: membantu menyinari Iingkaran vertical.
3. Cara Menyentringkan Theodolit
Berikut ini aadalah langkah-langkah unruk menyentringkan theodolite:
1) Siapkan titik patok untuk tempat theodolit.
2) Dirikan terlebih dahulu statifnya. gunakan feeling anda lihat dengan mata
andakira-kira permukaan statif apakah sudah benar-benar datar. hal ini
jangan dianggap remeh karena ini menentukan langkah berikutnya.
3) Lihat dari atas statif apakah statif sudah tepat di atas patok. cara
melihatnya denganmengintip pada lubang untuk kunci statif ke theodolit.
jika patok sudah terlihat dari lubang kunci maka step selanjutnya.
4) Baru pasang theodolit dan kunci
5) Posisi anda harus berada di antara dua kaki statif. dan depan anda ada satu
kakistatif. jadi kaki statif yang satu di depan anda itu anda anggap kaki
mati. artinya kaki tersebut tidak boleh bergerak geser ke samping
sedikitpun. oleh karena itu kaki tersebut harus ditancapkan kedalam tanah
dan tidak boleh naik atau turun.
6) Tetap pada posisi anda yaitu berada di antara dua kaki. sekarang posisi
tangan anda memegang kaki statif di kanan dan kiri anda. masukkan
jempol anda ke dalam sela kaki statif. dan posisi jari yang lain menempel
di pinggir kaki statif. jadi fungsinya untuk menaik turunkan kaki statif
dengan menggunakan jempol tangan.
7) Letakkan kaki kanan anda di samping patok.
8) Cek kedudukan alat apakah benar di atas patok dengan melihat teropong
pada theodolit yang mengarah ke bawah atau ke tanah. jika ternyata tidak
ada titik patok maka anda harus membuat gimana caranya harus kelihatan.
caranya adalah angkat dua kaki statif yang disamping kanan kiri anda.
angkat sedikit aja yang penting jangan menyenth tanah. tapi inget didepan
anda ada satu kaki mati. kaki mati harus tetap pada posisinya tidak boleh
menggeser.
9) Setelah dua kaki statif kanan kiri diangkat kemudian geser ke kanan dan
ke kirisambil anda melihat lewat teropong ke bawah. nah untuk
memudahkan maka cari kaki kanan anda tadi yang sudah didekat titik
(fungsi point 7). setelah patok kelihatan baru kedua kaki statif diturunkan
dan ditancapkan ke dalam tanah.
10) Saatnya centering nivo kotak. centering nivo kotak dengan menggunakan
dua statif lagi yang berada di kanan dan kiri. namun caranya bukan
dipindahkan posisinya atau digeser. tapi dinaik turunkan dengan
menggunakan jempol tangan anda tadi. mulailah dengan kaki statif yang
kanan naik turunkan kaki tersebut dan lihat perubahan posisi gelembung
udara dalam nivo kotak. apabila ternyata tidak langsung masuk kedalam
lingkaran nivo kotak. maka posisikan gelembung tersebut satu sumbu
dengan kaki statif yang kiri.
11) Giliran kaki kiri dinaik turunkan dan apabila tadi sudah satu sumbu
makagelembung langsung masuk ke tengah. Untuk centering nivo tabung
caranya dengan menggunakan 3 sekrup di theodolit.
4. Jenis-Jenis Theodolit
A. Macam teodolit berdasarkan konstruksinya
1. Teodolit Reiterasi (Teodolit Sumbu Tunggal) Dalam teodolit ini,
lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan
skala mendatarnya tidak bisa diatur. Theodolit yang termasuk ke dalam
jenis ini adalah teodolit type to (Wild) dan type DKM-2A (Kern).
2. Theodolit Repetisi Konstruksinya kebalikan dengan teodolit reiterasi,
yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat diatur dan dapat
mengelilingi sumbu tegak (sumbu I). Akibat dari konstruksi ini, maka
bacaan lingkaran skala mendatar 0, dapat ditentukan ke arah
bidikkan / target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam
jenis ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP ( Sokkisha ), TL 6-
DE (Topcon), Th-51 ( Zeiss ).
B. Macam theodolit menurut sistem psmbacaannya
1. Theodolit sistem bacaan dengan Index Garis
2. Theodolit sistem bacaan dengan Nonius
3. Theodolit sistem bacaan dengan Micrometer
4. Theodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi
5. Theodolit sistem bacaan dengan Digital
C. Macam teodolit menurut angka ketelitiannya
1. Theodolit Presisi (Type T3 / Wild)
2. Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)
3. Theodolit Sepuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)
4. Teodolit Satu Menit (Type To / Wild)
5. Teodolit Sepuluh Menit (Type DK-1 / Kern)
5. Kesalahan-Kesalahan Dalam Pengukuran
Pengamatan tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Ada tiga jenis kesalahan
kesalahan yang bias terjadi pada saat mengkur menggunakan theodolit yaitu:
A. Kesalahan Kasar (Blunders)
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran dengan
menggunakan theodolite ini terjadi karena kurang hati-hati (sembrono),
kurang pengalaman dan kurang perhatian. Sebagai catatan bahwa dalam
pengukuran kesalahan ini tidak boleh terjadi, bila terjadi harus diulang.
Contoh-contoh kesalahan blunder yaitu:
1. Salah baca misalnya 3 dibaca 8, 6 dibaca 9, 7 dibaca 9
2. Salah catat misalkan 1 rentangan pengukuran tidak tercatat, atau salah
menempatkan data ukuran (sudut horisontal terbalik dengan helling)
3. Salah dengar

Cara penangannya adalah berturut-turut sebagai berikut:

1. Pengecekan sendiri hasil pengamatan dan pembacaan


2. Gunakan alat bantu, contohnya kompas, GPS
3. Selalu menggambar langsung sketsa setelah mendapatkan dan
mencatat hasil ukuran.
B. Kesalahan Sistematis
Kesalahan sistematis umumnya terjadi metode atau cara pengukuran yang
salah dan karena alat ukur yang dipakai itu sendiri. Contoh penyebab yang
terkait dengan alat ukur:
1. Syarat pengaturan alat tidak lengkap
2. Unting-unting tidak digunakan, dll
3. Penyinaran pada alat bacaan tidak merata
4. Skala Rambu, kesalahan titik nol rambu
C. Kesalahan Acak
Akan terlihat apabila dilakukan pengamatan yang berulang-ulang.
Beberapa contoh yang mengakibatkan kesalahan acak:
1. Getaran tanah atau tanah tidak stabil
2. Atmosfer bumi
3. Psikis pengamat (contohnya faktor kelelahan)
4. Kesalahan ini dapat dibetulkan dengan hitung perataan apabila terdapat
data yang cukup
6. Cara Membaca Bak Ukur

Gambar 2. Bak Ukur


Gambar diatas merupakan sebagian dari mistar / rambu ukur yang diperbesar.
Seperti dapat kita lihat bahwa pada rambu tersebut terdapat lambang seperti
huruf E dimana satu bagian (satu strip) menandakan untuk satuan 1 cm dari
hasil pengukuran yg kita lihat pada pesawat penyipat datar (waterpass). jadi
satu huruf E tersebut mewakili juga untuk satuan per-5 cm.
BAB III

METODOLOGI

1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal September 2021,
pukul 08:00 - 16:00, bertempat di area parkir Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri, Universitas Mataram.
2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali adalah alat tulis, batu
dan satu set alat theodolite analog.
3. Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan objek yang ingin diukur luasnya
2. Membagi objek yang ingin diukur, menjadi beberapa titik
3. Mulai men-setting theodolite pada titik yang sudah ditentukan dan
meletakkan bak ukur pada titik selanjutnya, setelah titik theodolite
4. Mulai mengukur dan mencatat hasilnya
5. Mengulangi Langkah 3 - 4 pada titik yang lain
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN
1. Hasil
Tabel 1. Hasil pengukuran menggunakan Theodolite Analog

T Ha Ba Bt Bb Jarak(m)
1 292. 20º. 50” 19.2 15.35 13.2 60
2 342º, 57’, 20” 12.8 11.75 10.2 26
3 12º, 56’, 30” 14.4 13 11.6 28
4 199º, 05’, 50” 15.8 16.9 15 8
5 109º, 54’, 10” 5.5 7.6 3.4 21
6 196º, 00’, 10” 15.9 17.7 14.1 18

2. Perhitungan
Menghitung jarak
Rumus menghitung jarak adalah D = Ba - Bb x100 = D dalam bentuk dm,
maka kita harus membagi dengan 10 agar naik satu tingkat menjadi m, alhasil

Ba−Bb x 100
rumusnya menjadi, D = , dan jika diperpendek lagi menjadi,
10
D = Ba - Bb x 10
Jarak T1 dengan T2 adalah D = Ba - Bb x 10 = 19.2 - 13.2 x 10 = 60 m
Jarak T2 dengan T3 adalah D = Ba - Bb x 10 = 12.8 - 10.2 x10 = 26 m
Jarak T3 dengan T4 adalah D = Ba - Bb x 10 = 14.4 - 11.6 x 10 = 28 m
Jarak T4 dengan T5 adalah D = Ba - Bb x 10 = 15.8 - 15 x 10 = 8 m
Jarak T5 dengan T6 adalah D = Ba - Bb x 10 = 5.5 - 3.4 x 10 = 21m
Jarak T6 dengan T1 adalah D = Ba - Bb x 10 = 15.9 - 14.1 x 10 = 18 m
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini kita telah dapati bahwa salah satu alat untuk
mengukur jarak adalah theodolite analog, tetapi tidak hanya mengukur jarak
yang bisa dilakukan oleh theodolite analog, melainkan bisa untuk mengukur
sudut dan menghitung ketinggian dari suatu tempat. Terdapat pula berbagai
macam jenis theodolite analog yang terbagi lagi menjadi beberapa factor, ada
yang karena konstrusinya, ada yang karena system pembacaanya dan ada yang
karena angka ketelitiannya.
Ada pun cara untuk menggunakan theodolite analog adalah dengan men-
centering-kan terlebih dahulu kaki dari tempat theodolite analog akan
dipasangkan, kemudian setelah ter-centering maka barulah theodolite dipasang
dan dilakukan persipan terlebih dahulu sebelum mulai membidik seperti
mencari titi 0º dan sebagainya. Tetapi ada juga orang yang memasang terlebih
dahulu theodolitenya dengan kaki statifnya, kemudian mencari center yang
pas dan baru mulai membidik. Itu semua balik lagi kepada diri masing-
masing, jka yang diukur terlampau jauh maka bisa membongkarnya lagi dan
menyusunnya tetapi akan sangat lama namun sangat aman daripada kita tidak
membongkarnya dan membiarkan menempel dengan statifnya yang jika kita
tida hati-hati maka bisa jadi terlepas dari statifnya dan jatuh.
Adapun perbedaan dari theodolite analog dengan theodolite digital ialah di
fisiknya dimana analog tidak memiliki layar atau monitor tetapi sangat efisien
namu juga perlu memerlukan cahaya tambahan sedangkan digital cahayanya
sudah didapat dari mesinnya dengan mengandalkan baterai. Dari segi
fungsinya memang tidak ada yang berbedas namu pada theodolit analog, data
sudut didapat dengan membaca garis atau skala. Sedangkan pada theodolit
digital data sudut langsung ditampilkan pada layar atau monitor yang ada
pada alat tersebut.
2. Saran
Saran dari saya adalah agar bisa ditemani praktikan ketika melakukan
praktikum ini karena tidak semua praktikan peduli dan tahu cara
pengoprasiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai