Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENDAHULUAN
MODULUS PUNTIR

DISUSUN OLEH
NAMA : SULFAHMI
STAMBUK : 021 2019 0291
FREK / KELOMPOK: 5 / 3B
FAK / JURUSAN : TEKNIK / SIPIL

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui berputarnya suatu benda
dan gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi benda tersebut sehingga bisa
berputar. Modulus Puntir sama saja seperti modulus geser dan hanya terjadi pada
zat padat. Modulus puntir dapat diartikan secara teoritis, yaitu adalah hubungan
besaran tegangan tarik, atau lebih. Modulus puntir terjadi karena adanya
perputaran pada salah satu ujung benda-benda yang dilakukan dengan cara dijepit.
Perputaran itu terjadi karena torsi. Momen puntir merupakan penyebab perubahan
gerakan putar yang mempercepat atau memperlambat gerak putar suatu benda.
Besarnya gaya untuk menghasilkan tegangan dan regangan tiap-tiap benda
tergantung pada jenis dan sifat benda.
Didalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali peristiwa yang sering
kita jumpai mengenai konsep modulus puntir ini, namun hal tersebut tidak kita
sadari. Contohnya seperti komedi putar, bola atau silinder berputar ketika
menggelinding. Meskipun kita sering menjumpai peristiwa tersebut, akan tetapi
kita tidak tahu beberapa banyaknya modulus puntir atau modulus gesek dari
benda-benda yang bergerak atau berputar tersebut. Selain berhubungan dengan
gravitasi, modulus geser atau modulus puntir pun berkaitan dengan adanya gerak
jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa
dari benda juga oleh gravitasi, Sedangkan kecepatan sama dengan nol.
Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap material yang diberikan torsi
yang tegak lurus terhadap diameter material tersebut pada kedua ujungnya secara
berlawanan. Gerak vertikal keatas menunjukan gaya normal, yaitu gaya yang
berlawanan dengan arah gaya gravitasi. Besarnya suatu gaya normal sangat
bergantung dengan besarnya gaya gravitasi yang terjadi pada suatu benda yang
mengalami peristiwa puntir. Modulus geser biasa juga disebut sebagai
modulus puntir, dan hanya terjadi pada zat padat.

2|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksi Umum ( TIU )
Mahasiswa dapat memahami peristiwa puntiran pada batang akibat momen
puntir
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus ( TIK )
1. Mahasiswa dapat mengamati sudut puntir pada batang akibat dari
pengaruh momen puntir
2. Mahasisawa dapat menentukan shear modulus dari berbagai jenis logam

3|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


Modulus puntir merupakan percobaan yang asing di kalangan pelajar,
mereka lebih akrab dengan materi modulus Young. Ini dikarenakan sulitnya
seorang guru menjelaskan fenomena dan eksperimen yang pasti tentang materi
ini.
Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada zat
padat. Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui benda-benda gaya-gaya apa
saja yang mempengaruhi benda-benda tersebut yang bisa berputar. Modulus
puntir dapat diartikan secara teoritis, yaitu adalah hubungan besaran tegangan
tarik dan regangan tarik, atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara tegangan
geser dengan regangan geser.

2.2 Gerak Parabola


Gerak Parabola merupakan gabungan dari dua komponen gerak, yakni
komponen gerak horizontal (sumbu x) dan komponen gerak vertikal (sumbu y).
Mari kita bahas kedua komponennya:
Komponen gerak parabola sisi horizontal (pada sumbu X): Komponen gerak
horizontal besarnya selalu tetap dalam setiap rentang waktu karena tidak terdapat
percepatan maupun perlambatan pada sumbu x , sehingga:
VX = VX0 = VXt = Kosnstan

Terdapat sudut (θ) antara kecepatan benda (V) dengan komponen gerak
horizontal dalam setiap rentang waktu, sehingga:

VX = VX0 = VXt = V0 COS 𝜃 0

Karena tidak terdapat percepatan maupun perlambatan pada sumbu X, maka


untuk mencari jarak yang ditempuh benda (x) pada selang waktu (t) dapat kita
hitung dengan rumus

x =1.V0 cos 𝜃 0 X t ........................................................................................ (2.1.1)

4|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Keterangan:
x= jarak (km)
V0 = kecepatan awal (m/s)
t = selang waktu (s)
Komponen gerak parabola sisi vertikal (pada sumbu y):
Komponen gerak vertikal besarnya selalu berubah dalam setiap rentang waktu
karena benda dipengaruhi percepatan gravitasi (g) pada sumbu y. Jadi kamu harus
pahami bahwa benda mengalami perlambatan akibat gravitasi
Terdapat sudut [θ] antara kecepatan benda (V) dengan komponen gerak

vertikal , sehingga:

Karena dipengaruhi percepatan gravitasi, maka komponen gerak

vertikal pada selang waktu (t) dapat kita cari dengan rumus

Kita dapat mencari ketinggian benda (y) pada selang waktu (t) dengan rumus:

Terdapat pula persamaan-persamaan untuk menentukan besaran gerak parabola


lainnya:
Apabila tidak diketahui komponen waktu, kita dapat langsung mencari jarak
tempuh benda terjauh ( ), yakni dari titik A hingga ke titik B, dengan
menggabungkan kedua komponen gerak.
Komponen gerak horizontal:

Komponen gerak vertikal:

Dengan mensubstitusikan kedua persamaan diatas, kita mendapatkan persamaan:

Kita dapat pula langsung menghitung ketinggian benda maksimum dengan


persamaan:

5|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Selain itu, dengan dengan menggunakan teorema Pythagoras kita dapat mencari
kecepatan benda jika kedua komponen lainnya diketahui.

Jika diketahui kedua komponen kecepatan, kita juga dapat mengetahui besarnya
sudut θ yang dibentuk, yaitu:

2.3 Gaya Gravitasi Dan Gaya Normal


gaya gravitasi dan gaya normal memiliki hubungan pada pengamatan
Galileo. menyatakan bahwa benda-benda yang dijatuhkan di dekat permukaan
bumi akan jatuh dengan percepatan yang sama yaitu g, jika hambatan udara dapat
diabaikan.
Berat – Gaya Gravitasi Dan Gaya Normal
Gaya yang menyebabkan percepatan ini disebut gaya gravitasi. Dengan
menerapkan Hukum II Newton untuk gaya gravitasi dan untuk percepatan a,
digunakan percepatan ke bawah yang disebabkan oleh gravitasi yaitu g, maka
gaya gravitasi pada sebuah benda FG, yang besarnya biasa disebut berat w, dapat
dituliskan :
FG = m . g
Arah gaya ini ke bawah menuju pusat bumi.
Dalam satuan Sistem Internasional (SI), percepatan gravitasi dinyatakan dalam
m/s2. Percepatan gravitasi di suatu tempat pada permukaan bumi sebesar g = 9,80
m/s2. Satuan percepatan gravitasi dapat dinyatakan dalam N/kg, di mana g = 9,80
m/s2 = 9,80 N/kg. Hal ini berarti, sebuah benda yang massanya 1 kg di permukaan
bumi memiliki berat sebesar:
w = 1 kg × 9,80 m/s2 = 9,80 N
Berat suatu benda di Bumi, Bulan, planet lain, atau di luar angkasa besarnya
berbeda-beda. Sebagai contoh, percepatan gravitasi g di permukaan bulan kira-
kira 1/6 percepatan gravitasi di permukaan bumi. Sehingga massa 1 kg di
permukaan bumi yang beratnya 9,8 N, ketika berada di permukaan bulan beratnya
menjadi 1,7 N. Gaya gravitasi bekerja pada sebuah benda ketika benda tersebut
jatuh. Ketika benda berada dalam keadaan diam di Bumi, gaya gravitasi pada

6|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
benda tersebut tidak hilang. Hal ini dapat diketahui, jika kita menimbang benda
tersebut dengan menggunakan neraca pegas. Gaya yang besarnya sama, pada
persamaan FG diatas, tetap bekerja, tetapi mengapa benda tidak bergerak?
Hubungan Berat – Gaya Gravitasi Dan Gaya Normal
Dari Hukum II Newton, resultan gaya pada sebuah benda yang tetap diam
adalah nol. Pasti ada gaya lain pada benda tersebut untuk mengimbangi gaya
gravitasi. Untuk sebuah benda yang diam di atas meja, maka meja tersebut
memberikan gaya ke atas (perhatikan gambar dibawah). Meja sedikit tertekan di
bawah benda, dan karena elastisitasnya, meja itu mendorong benda ke atas seperti
diperlihatkan pada gambar. Gaya yang diberikan oleh meja ini sering disebut gaya
sentuh, karena terjadi jika dua benda bersentuhan. Ketika gaya sentuh tegak lurus
terhadap permukaan bidang sentuh, gaya itu biasa disebut gaya normal N
(“normal” berarti tegak lurus)
Kedua gaya yang ditunjukkan pada gambar diatas bekerja pada benda yang
tetap dalam keadaan diam, sehingga jumlah vektor kedua gaya ini pasti nol
(Hukum II Newton). Dengan demikian, w dan N harus memiliki besar yang sama
dan berlawanan arah.
Tetapi gaya-gaya tersebut bukan gaya-gaya yang sama dan berlawanan arah
yang dibicarakan pada Hukum III Newton. Gaya aksi dan reaksi Hukum III
Newton bekerja pada benda yang berbeda, sementara kedua gaya yang
ditunjukkan pada gambar diatas, bekerja pada benda yang sama. Gaya ke atas N
pada benda diberikan oleh meja. Reaksi terhadap gaya ini adalah gaya yang
diberikan oleh benda kepada meja.
2.4 Puntiran
Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan
puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik
secara teori adalah slip (geseran) pada bidang slip, modulus kekakuan adalah
konstanta yang penting, yang diperoleh dari pengujian puntir (dalam banyak
kasus).
Deformasi puntiran tidak menunjukkan tegangan uniform pada potongan
lintang seperti halnya pada deformasi lenturan. Untuk mendapat deformasi

7|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
puntiran dengan tegangan yang uniform perlu dipergunakan batang uji berupa
silinder tipis

Gambar 2.1 Batang Silindris dengan Beban Puntiran


Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik,
yaitu pada 45 C terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang liat
patahan terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada
arah sumbu terjadi dengan deformasi yang besar, dari hal tersebut sangat mudah
menentukan keliatan dan kegetasan.Puntiran dapat terjadi secara murni atau
bersamaan dengan beban aksial,momen lentur dan gaya lintang. Puntiran murni
dapat terjadi misalnya pada batang-batang poros mesin. Batang-batang ini
kebanyakan berpenampang lingkaran. Sedangkan pada struktur bangunan,
misalnya puntiran terjadi pada balok pinggir atau balok luifel, kolom pada
bangunan gedung akibatpembebanan horisontal, jembatan lengkung dan lain
sebagainya. Batang-batangini biasanya berpenampang persegi, T, I atau box.
Sebelum membahas tentang tegangan-tegangan akibat puntiran tersebut, ada
beberapa asumsi khususnya untuk batang yang homogen berpenampang
Iingkaran atau tabung, yaitu:
a.Potongan datar yang tegak lurus terhadap sumbu batang akan tetap datar
setelah mengalami puntiran. Akibat lanjut dan asumsi ini adalah tidak
akan terjadi regangan geser pada bidang-yang sejajar dan melalui sumbu
batang.

8|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
b.Adanya puntiran, potongan datar ini akan tetap rigid, sehingga regangan
geser berbanding lurus dengan jaraknya dan sumbu batang.
1. Puntiran Poros Berpenampang Lingkaran.
Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbul
nyate Gangang esermurni dalam bahan. Bila poros dibagi menjadi dua bagian oleh
bidang transversal khayal, akan terlihat bahwa permukaan-permukaan pada kedua
pihak dari bidan gini cenderung berputar, relatif yang dianggap terdiri dari
lapisan-lapisan tipis transversal yang jumlahnya tak terhingga, masing-masing
relative berputar sedikit terhadap lapisan berikutnya bila torsi diberikan, akibatnya
porosakan terpuntir. Pergerakan angular salah satuujung relative terhadap yang
lain disebut sudut puntiran.Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang
bekerja pada penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen
torsi yang biasanya dinyatakan dalam vektorrotasi diubah menjadi vektor translasi
dengan menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah
vektor rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi.Seperti halnya gaya
aksial, tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong.
Metode irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga
tegangan puntir dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi
momen puntir luas sehingga bagian strukturtetap dalam kondisi seimbang.

Gambar 2.2 Poros yang mengalami Puntiran


Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam dengan tegangan
pada penampang batang bulat, perlu dibuatkan asumsi sbb:
a.Potongan normal tetap di bidang datar sebelum maupun sesudah puntiran.
b.Regangan geser berbanding lurus terhadap sumbu pusat.
c.Potongan normal tetapberbentukbulatselamapuntiran.
d.Batang di bebani momen puntir dalam bidang tegak lurus sumbu batang.
e.Tegangan puntir tidak melebihi batas proporsional.

9|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
f.Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan linear.
2. Hal-hal yang Mempengaruhi Kekuatan Material Terhadap Puntiran
a.Panjang batang, semakin panjang batang yang dikenai beban puntir
maka puntiran akan semakin besar
b.Sifat-sifat material antara lain modulus geser, struktur material, dan
jenis material.
c.Luas penampang batang atau material dimana gaya puntir bekerja.
d.Bentuk penampang batang yang dikenai puntiran.
e.Arah gaya puntir pada batang

10 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Peralatan torsi satu set
2. Jangka sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Rol meter
5. Beban pemberat satu set
3.2 Prosedur kerja
1. Persiapkan alat – alat praktikum.
2. Periksa gerak puntiran ujung batang yang beroda, apakah momen sudah
dapat diteruskan ke seluruh batang.
3. Ukurlah panjang batang yang diputir, beban, (L), Jari – jari batang yang
dipuntir (R), dan jari – jari roda.
4. Ambil satu harga beban dan gantungkan ke tali. Amati kedudukan
perubahan jarum penunjuk.
5. Lakukan hal di atas dengan variasi penambahan beban kemudian amati
secara teliti perubahan jarum penunjuk.

11 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV

TUGAS PENGAMATAN

4.1 Pertanyaan
1. jelaskan anda ketahui tentang modulus puntir beserta dengan persamaan
matematisnya!
2. jelaskan perbedaan gerak vertikal dan gerak harizontal beserta dengan gambar!
3. jelaskan pengaruh gaya gravitasi terhadap besarnya gaya normal serta tuliskan
persamaan matematisnya!
4. jelaskan mekanisme terjadinya puntiran
5. jelaskan perbedaan gerak sentrifugal dan sentripetal
4.2 Jawaban
1. Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada zat padat
Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui benda-benda gaya-gaya apa saja
yang mempengaruhi benda-benda tersebut yang bisa berputar
2. Gerak vertikal merupakan gerak benda yang arahnya vertikal tegak lurus
dengan bidang horizontal sedangakan horizontal adalah sejajar horizon (langit
bagian bawah yang berbatasan dengan bumi menurut pandangan mata),
3. Gaya gravitasi dan gaya normal memiliki hubungan pada pengamatan
Galileo. menyatakan bahwa benda-benda yang dijatuhkan di dekat permukaan
bumi akan jatuh dengan percepatan yang sama yaitu g, jika hambatan udara dapat
diabaikan
4. Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan
puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik
secara teori adalah slip (geseran) pada bidang slip, modulus kekakuan adalah
konstanta yang penting, yang diperoleh dari pengujian puntir (dalam banyak
kasus).
5. Ketika sebuah benda melakukan gerak melingkar, pada benda tersebut bekerja
gaya sentripetal yang arahnya menuju pusat lingkaran. Apabila terdapat
gaya sentrifugal yang arahnya menjauhi pusat, maka akan terdapat gaya total yang
menyebabkan benda bergerak sepanjang garis lurus.

12 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Daftar Pustaka

Team. 2004. Modul Praktikum Fisika Dasar. Bandung : Laboratorium Fisika


Dasar – ITENAS.
Tyler. F. ” A laboratory of Physics ”. Edward Arnold 1967.

13 | P a g e Modulus Puntir

Anda mungkin juga menyukai