PESAWAT ATWOOD
DISUSUN OLEH :
ALFAIRA MEILANIE 09320210184
BRYAN 09320210185
JERI ALFIAN 09320210186
ARTATI YULIANA 09320210187
LM IKBAL PATRIAN 09320210170
KELOMPOK VA/IV
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada mulanya orang berpendapat bahwa alamiah dari suatu benda pada
dasarnya adalah diam dan supaya benda itu dapat bergerak maka benda tersebut
harus secara terus menerus menerima atau mendapatkan gaya dari luar baik gaya
yang berupa dorongan maupun tarikan.
Aristoteles percaya bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat
dari pada benda yang lebih ringan atau dengan kata lain ini memicu dari seorang
Galileo melakukan penelitian terhadap gerak benda yang turun. Galileo dengan
benar menyatakan bahwa hambatan udara adalaha alasan mengapa benda yang
ringan jatuh lebih lambat dibandingkan dengan benda yang memiliki berat yang
besar dalam sebuah atmosfer, hal ini memicu “ Hukum Newton” tentang gerak
yang dimana hukum ini dapat lebih menjelaskan dan memperkuat dari hukum,
pada landasan serta berupa teori yang telah di terapkan atau di lakukan oleh
seorang peneliti bernama Galileo. Orang pertama yang menyangkal pandangan
kuno bangsa yunani tersebut adalah seorang Galileo. Menurut “prisip inersia”
yang di usulkan Galileo, sebuah benda yang bergerak pada permukaan horizontal
yang licin sempurna (tanpa gesekan) akan tetap bergerak dengan kelajuan
sempurna (Belakang, 2010).
Pesawat atwood merupakan alat eksperimen yang sering di gunakan untuk
mengamati hukum mekanik yang percepatanya secara beraturan. Sederhananya
pesawat atwood tersusun atas dua benda yang di percepat secara beraturan yang
berhubungan dengan seutas kawat/tali. Bila kedua benda massanya sama,
keduanya akan diam dan sebaliknya. Dari pejelasan ini kita khusus membahas
tetang pesawat atwood dengan melakukan percobaan secara langsung, mahasiswa
melakukan percobaan ini untuk membuktikan tentang hukum Newton 1 dan
hukum Newton 2. Alat peraga yang terdiri tang bersakala R pada ujung atasnya
terdapat katrol dan tali bergantungan yang massanya tersebut dapat untuk
mengamati hukum mekanik pada gerak (Wasino, 2010).
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi,
sehingga proses pembelajara fisika seyogyanya tidak menekankan pada penguasaan
konsep tetapi juga aspek penemuan. Oleh karena itu, kegiatan eksperimen di pandang
sangat penting dalam proses pembelajaran fisika. Salah satu eksperimen yang umum
dilakukan ialah eksperimen gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dengan mengguakan alat pesawat atwood. Hasil observasi menunjukan bahwa
pegukuran parameter gerak pada pesawat atwood dilakukan secara manual, yaitu
menggunakan mistar dan stopwatch untuk menentukan percepatan dan kecepatan gerak
suatu benda, sehingga data yang diperoleh bersifat subjektif dan kurang menunjukan
karaketristik GLB dan GLBB. Salah satu solusi ialah aplikasi tracker. Pada eksperimen ini
gerakan benda direkam menggunakan kamera high definition-HD dengan kecepatan
mengambil gambar 24 frame per second. Hasil pengelolaan tracker untuk GLB
memberikan grafik posisi fungsi waktu (y=f(t)) berbentuk garis lurus miring kanan dan
grafik kecepatan fungsi waktu (v=f(t)) berbentuk garis lurus mendatar (Masalah, 2014).
Pesawat atwood merupakan seperangkat alat yang diciptakan oleh george atwood
untuk mengilustrasikan hukum Newton tentang gerak. Pesawat atwood mempelajari
bagaimana gerak lurus sedangkan yang masih di gunakan waktu yang lama untuk
mengolah data. Sistem komputasi pesawat atwod di rancang untuk mengukur beraturan
menggunakan sensor optocoupler sehingga dapat mendeteksi putaran dengan katrol pada
pesawat atwood yang dikirim melalui mikrikontroler untuk di tampilkan pada komputer.
Sejak zaman dahulu pesawat atwood ini sering di gunakan untuk
mendemonstrasikan gerak lurus dengan kecepatan konstan, gerak lurus dengan percepatan
konstan dan gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan yang dapat diatur. Alat ini di
gunakan ketika teknik pengukuran belum terlalu canggih sehingga ketika ingin mengukur
gerak benda yang bergerak cepat pun dapat diukur dengan teliti baik posisi, kecepatan
maupun percepatanya. Walau demikian, kita akan tetap membahas alat ini untuk lebih
memahami konsep gaya (Palembang-prabumulih, 2019).
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Dinamika gerak meliputi berbagai jenis gerak. Gerak adalah gerakan suatu
obyek yang itu lintasanya berupa garis lurus, dapat pula jenis gaya ini disebut
suatu translasi yang beraturan pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan
yang besarnya sama.
2.1.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus suatu obyek dimana gerakan yang sama ini memiliki,
kecepatan tetap atas konstan maka sehingga jarak yang di tempuh dalam gerak
lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.
...........................................................................................................
S=v.t (2.2.1)
Keterangan :
S = Jarak tempuh (m), v = kecepatan (m/s), t = waktu (s)
Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau
berupa garis lurus dengan tangan (tan) sudut kemiringan grafik dan menunjukkan
nilai kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik, semakin besar pula
nilai kecepatannya. Peristiwa itu diungkapkan diungkapkan oleh Newton sebagai
berikut, jika sebuah benda mengerjakan gaya pada benda lain semakin besar pula
nilai kecepatannya (Belakang, 2010).
Gambar 2.2.1 Grafik x terhadap t untuk benda yang bergerak lurus beraturan
(Arsy, 2013)
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
.............................................................................................................
Vt2 = vo2 + 2as (2.2.3)
s = Vot2 + ½ t2
............................................................................................................. (2.2.4)
keterangan :
Vo = Kececpatan awal (m/s), Vt = Kecepatan akhir (m/s), a = Percepatan
m/s2, t = Waktu (s), s = Jarak yang di tempuh (m)
Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang di berikan sehingga gaya
dapat di katakan sebagai sesuatu yang menyebabkan sebuah benda bergerak lebih
cepat, gerak itu sendiri dibagi atas dua yaitu gerak linear dan gerak rotasi. Gerak
linear adalah gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan
gerak rotasi adalah gerak yang dilakukan secara menggelinding. Galileo
melakukan pengamatan pada atau mengenai benda-bendanya jatuh bebas. Gerak
linear adalah gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan
gerak rotasi adalah itu gerak yang bergerak secara menggelinding
.............................................................................................................
1 (2.2.5)
X = X0 + 2at
keterangan :
X0 = posisi awal (m), X = posisi akhir (m), A = percepatan (m/s2) T = waktu
(s)
2.2. Hukum Newton
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
.............................................................................................................
ƩF = 0 (2.2.6)
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
.............................................................................................................
F = m.a (2.2.7)
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
𝑆 −𝑆 ∆𝑆
𝑣̅ = 𝑡2 − 𝑡 1 = ∆𝑡
........................................................................................................... (2.2.10)
2 1
Keterangan :
𝑣̅ = kecepatan rata-rata (m/s), ∆𝑆 = S2 – S1 = perpindahan benda (m), ∆𝑡 =
t2 – t1 = interval waktu
2. Jarak
Jarak adalah panjang lintasan yang dilalui suatu benda. Jarak merupakan
besaran skalar, besaran fisika yang hanya mempunyai besar saja dan tidak
mempunyai arah. Satuan jarak menurut sistem Satuan Internasional (SI) adalah
meter (m). Oleh karena jarak pada hakikatnya besaran panjang, maka jarak bisa
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dikategorikan sebagai besaran pokok. Selain itu, jarak juga termasuk ke dalam
besaran skalar sehingga dinyatakan dengan angka atau nilai saja, tidak memiliki
arah. Jarak terkait dengan besaran kelajuan, selalu konstan setiap saat karena
percepatan benda sama dengan percepatan rata-ratanya. Jadi besar percepatan
sama dengan besar percepatan rata-rata. Demikian juga, arah percepatan sama
dengan percepatan rata-rata (Masalah, 2014).
2.4 Momen Inersia
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Rumus Momen Inersia diatas dapat digunakan jika Besarnya Momen Inersia
didalam Suatu Benda Bermassa yg mempunyai titik putar didalam sumbunya.
2.5 Gerak Rotasi
Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar suatu benda pada
porosnya pada suatu lintasan melingkar. Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi
melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen
dengan persamaan gerak linier.
Momen inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda yang
bergerak rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas dia berputar
dari keadaan diam, dan semakin malas pula ia untuk mengubah kecepatan sudutnya
ketika sedang berputar. Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah silinder yang
terbuat dari sebuah besi memiliki momen inersia yang lebih besar daripada silinder kayu.
Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih berat lagi bagi kita untuk memutar
silinder besi dibandingkan dengan memutar silinder kayu. Momen inersia pada gerak
rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada gerak translasi. Sedangkan gaya pada gerak
translasi dapat dianalogikan dengan momen gaya pada gerak translasi. Jika gaya
menyebabkan timbulnya percepatan pada gerak translasi maka momen gaya itulah yang
menyebabkan timbulnya percepatan sudut pada gerak rotasi. Saat kita memutar sebuah
roda atau membuka daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya pada
benda-benda tersebut (Atwood et al., n.d.).
Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi
Hukum II Newton untuk diterapkan pada gerak rotasi. Bentuk persamaan Hukum II
Newton adalah F = m.a
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen
inersia, dan percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi dari
Hukum II Newton dalam gerak rotasi sebagai berikut :
.............................................................................................................................
𝜏 = I𝛼 (2.2.9)
Keterangan :
𝜏 = momen gaya (Nm), I = momen inersia (kgm2), 𝛼 = percepatan sudut (rad/s2)
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. b. c.
d. e. f.
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
Tbc
5.1 Menentukan ∑ n
𝑇𝑏𝑐 𝑇1+𝑇2+𝑇3
Tbc = ∑ =
𝑛 𝑛
𝑇𝑏𝑐1 1,32+1,36+1,35 4,03
Tbc 1 = ∑ = = = 1,34 𝑠
𝑛 3 3
𝑇𝑏𝑐2 0,80+0,77+0,80 2,37
Tbc 2 = ∑ = = = 0,79 𝑠
𝑛 3 3
𝑇𝐵𝐶1 +𝑇𝐵𝐶2 1,34+0,79 2,13
Ʃ𝑇𝐵𝐶 = = = = 1,065 s
2 2 2
Tba
5.2 Menentukan ∑ n
Tba T1+T2+T3
Tba = ∑ =
n n
Tba1 0,86+0,95+0,98 2,79
Tba 1 = ∑ = = = 0,93 s
n 3 3
Tba2 1,42+1,45+1,42 4,29
Tba 2 = ∑ = = = 1,43 𝑠
n 3 3
𝑇𝐴𝐵1 +𝑇𝐴𝐵2 0,93+1,43 2,36
Ʃ𝑇𝐴𝐵 = = = =1,18 s
2 2 2
2 2
= = = 0,4646
20449 + 2,2594 4,3043
(ms+mb)𝑎𝑛
gn = mb
(ms+mb)𝑎1 (0,1972 + 0,0116) 0,0473 0,009876
g1 = = = = 0,8514
mb 0,0116 0,0116
(ms+mb)𝑎2 (0,1972 + 0,0116) 0,4646 0,097008
g2 = = = = 8, 3628
mb 0,0116 0,0116
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δa 2 Xba2
( ) =
δXba 2Xbc .Tba2
Dimana:
u = Xba2 u’ = 2Xba
v = 2Xbc.Tba v’ = 0
δa 2 u' .v-u.v'
( ) =
δXba v2
2𝑋𝑏𝑎.2𝑋𝑏𝑐.𝑇𝑏𝑎 − 𝑋𝑏𝑎2 .0
= (2𝑋𝑏𝑐.𝑇𝑏𝑎)2
2.(0,93).2(0,93).0,4
= 2.(0,93).0,4
34,569
= 0,5535
= 65,502
1
∆Xba = x skala terkecil
2
1
= 2 x 10-3
= 5 x 10-4
δa 2 Xba2
( ) =
δXbc 2Xbc .Tba2
Dimana:
u = Xba2 u’ = 2Xba
v = 2Xbc.Tba v’ = 0
δa 2 u' .v-u.v'
( ) =
δXba v2
2Xba.2Xbc .Tba2 .-Xba2 . 0
=
(2Xbc .Tba)2
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 5 x 10-4
δa 2 XBa2
( ) =
δTba 2XBc .TBa2
Dimana:
u = Xba2 u’ = 2Xba
v = 2Xbc.Tba v’ = 0
δa 2 u' .v-u.v'
( ) =
δTba v2
2Xba.2Xbc .Tba2 .-Xba2 . 0
=
(2Xbc .Tba)2
2 + (0,932 ) − 2(0,4 + 0,6)𝑥0
=
(2𝑥0,93𝑥0,4)2
34,596
= = 62,504
0,5535
(0,93−1,17)2 +(1,43−1,17)2
=√ 2(2−1)
0,0576+0,0676
=√ 2
0,1252
=√ 2
= √0,0626 = 0,250
δa 2 δa 2 δa 2
√
∆a = ( 2
) + (∆Xba) + ( 2
) + (∆Xbc) + ( ) + (∆Tba)2
δXba δXbc δTba
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= √85,3440005 = 9,2381
∆a
KR = x 100%
2(∆a+a)
9,2381
= 2(9,2381+21,111)
9,2381
= = 15%
6,069
KB = 100 % - KR
= 100% - 15%
= 85%
Untuk Gravitasi
(ms+mb)a
g =
mb
δg 2 δg 2 δg 2
∆g = √(δms) + (∆ms)2 + (δmb) + (∆mb)2 + (δa) + (∆a)2
δg 2 (ms+mb)a
( ) =
δms mb
Dimana:
u = (ms + mb)a u’ = a
v = mb v’ = 0
δg 2 u' .v-u.v'
( ) =
δms v2
𝑎.𝑚𝑏−(ms+mb)a.0
= mb
𝑎.𝑚a
= 𝑚𝑏
0,0538936
= 0,4646 x 0,116 = = 4,00695
0,01345
1
∆ms = x skala terkecil
2
1
= 2 x 10-3
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 5 x 10-4
δg 2 (ms+mb)a
( ) =
δmb mb
Dimana:
u = (ms + mb) u’ = (ms + mb)
v = mb v’ = 0
δg 2 u' .v-u.v'
( ) =
δmb v2
(ms+mb).mb-(ms+mb)a
= 𝑚𝑏 2
(0,1972+0,116) x 0,116
= 0,1162
0,0363312
= = 2,7112
0,0134
1
∆mb = x skala terkecil
2
1
= 2 x 10-3
= 5 x 10-4
δg 2 (ms+mb)a
( ) =
δmb mb
Dimana:
u = (ms + mb) u’ = (ms + mb)
v = mb v’ = 0
δg 2 u' .v-u.v'
( ) =
δmb v2
(𝑎1 − 𝑎𝑛 )2 + (𝑎2 − 𝑎𝑛 )2
∆𝑎 = √
𝑛(𝑛 − 1)
(0,0473−0,25595)2 +(0,4646−0,25595)2
=√ 2(2−1)
0,04353+0,04353
=√ = √0,04353 = 0,2086
2
δg 2 δg 2 δg 2
∆g = √(δms) + (∆ms)2 + (δmb) + (∆mb)2 + (δa) + (∆a)2 =
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= √307,57704353 = 5,5499
∆a
KR = 2(∆a+a) x 100%
5,5499
= 2(5,5499 + 21,111) x 100%
5,5499
= x 100%
68,696
= 0,8%
KB = 100 % - KR
= 100% - 0,8%
= 99,2%
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
6.1 Tabel hasil pengolahan data
Berdasarkan perhitungan percobaan pesawat atwood pada bab V,
didapatkan data hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 6.1
Jarak
Waktu (s) A G
No. (m) Ket
(m/s2) (m/s2)
BC AB BC AB
1. Mb:
0,4 0,6 0,86 0,95 0,98 1,32 1,36 1,35 21,111 0,8514
0,116
2. Ms:
0,6 0,4 1,42 1,45 1,42 0,80 0,77 0,80 0,4646 8,3628
0,1972
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah di lakukan maka kita dapat mengalami
beberapa kemspulan yaitu:
1. Pada percobaan pesawat atwood ,kami melakukan percobaan sesuai
perosedur kerja dan kami menemukan percepatan grafitasi dan percepatan
benda yang sesuai.
2. Gerak lurus berubah beraturan ( GLBB) adalah gerak pada lintasanya lurus
yang kecepatanya berubah secara beraturan, aik semakin cepat atau pun
semakin lambat. Namun demikian percepatan benda adalah tetap, berarti
sebuah benda yang bergerak lurusberaturan menempuh jarak yang sama
untuk selang waktu yang sama.
7.2.1 Laboratorium
Sebaiknya dalam ruang laboratorium di perbesar lagi dan di lengkapi lagi
alat dan fasilitasnya ,agar dalam proses pratikum berjalan lebih efisien dan baik.
7.2.2 Asisten
Tetap semangat dan sabar dalam membimbing kami karna kami masih
sangat butuh pengarahan dari asisten agar kami lebih kedepanya dan terimah
kasih atas ilmu yang di ajarkan kepada kami.
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Atwood, P., Kompon, B., Teori, D., Teori, D., & Atwood, P. (n.d.). Pesawat
Atwood.
Belakang, L. (2010). Laporan praktikum fisika dasar modul 2 pesawat atwood.
Masalah, R. (2014). Pesawat atwood.
Palembang-prabumulih, J. (2019). Penyelesaian dinamika pesawat atwood
dengan persamaan eular-lagrange sebagai alternatif persamaan newton
pada fisika sma. 06(1), 61–68.
Suyoso. (2017). Hukum Newton. Fisika Umum, 1–8.
PESAWAT ATWOOD