Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PESAWAT ATWOOD

DISUSUN OLEH :
ALFAIRA MEILANIE 09320210184
BRYAN 09320210185
JERI ALFIAN 09320210186
ARTATI YULIANA 09320210187
LM IKBAL PATRIAN 09320210170

KELOMPOK VA/IV
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada mulanya orang berpendapat bahwa alamiah dari suatu benda pada
dasarnya adalah diam dan supaya benda itu dapat bergerak maka benda tersebut
harus secara terus menerus menerima atau mendapatkan gaya dari luar baik gaya
yang berupa dorongan maupun tarikan.
Aristoteles percaya bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat
dari pada benda yang lebih ringan atau dengan kata lain ini memicu dari seorang
Galileo melakukan penelitian terhadap gerak benda yang turun. Galileo dengan
benar menyatakan bahwa hambatan udara adalaha alasan mengapa benda yang
ringan jatuh lebih lambat dibandingkan dengan benda yang memiliki berat yang
besar dalam sebuah atmosfer, hal ini memicu “ Hukum Newton” tentang gerak
yang dimana hukum ini dapat lebih menjelaskan dan memperkuat dari hukum,
pada landasan serta berupa teori yang telah di terapkan atau di lakukan oleh
seorang peneliti bernama Galileo. Orang pertama yang menyangkal pandangan
kuno bangsa yunani tersebut adalah seorang Galileo. Menurut “prisip inersia”
yang di usulkan Galileo, sebuah benda yang bergerak pada permukaan horizontal
yang licin sempurna (tanpa gesekan) akan tetap bergerak dengan kelajuan
sempurna (Belakang, 2010).
Pesawat atwood merupakan alat eksperimen yang sering di gunakan untuk
mengamati hukum mekanik yang percepatanya secara beraturan. Sederhananya
pesawat atwood tersusun atas dua benda yang di percepat secara beraturan yang
berhubungan dengan seutas kawat/tali. Bila kedua benda massanya sama,
keduanya akan diam dan sebaliknya. Dari pejelasan ini kita khusus membahas
tetang pesawat atwood dengan melakukan percobaan secara langsung, mahasiswa
melakukan percobaan ini untuk membuktikan tentang hukum Newton 1 dan
hukum Newton 2. Alat peraga yang terdiri tang bersakala R pada ujung atasnya
terdapat katrol dan tali bergantungan yang massanya tersebut dapat untuk
mengamati hukum mekanik pada gerak (Wasino, 2010).

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Intruksi Umum (TIU)

Mahasiswa dapat memahami pengunaan pesawat atwood dalam penentuan


tetapan gravitasi.
1.2.1 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)

1. Menjelaskan peristiwa Gerak Lurus Berubah Beraturan atau (GLBB)


dan Gerak Lurus Beraturan ( GLB)
2. Menentukan percepatan
3. Menentukan nilai gravitasi.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi,
sehingga proses pembelajara fisika seyogyanya tidak menekankan pada penguasaan
konsep tetapi juga aspek penemuan. Oleh karena itu, kegiatan eksperimen di pandang
sangat penting dalam proses pembelajaran fisika. Salah satu eksperimen yang umum
dilakukan ialah eksperimen gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dengan mengguakan alat pesawat atwood. Hasil observasi menunjukan bahwa
pegukuran parameter gerak pada pesawat atwood dilakukan secara manual, yaitu
menggunakan mistar dan stopwatch untuk menentukan percepatan dan kecepatan gerak
suatu benda, sehingga data yang diperoleh bersifat subjektif dan kurang menunjukan
karaketristik GLB dan GLBB. Salah satu solusi ialah aplikasi tracker. Pada eksperimen ini
gerakan benda direkam menggunakan kamera high definition-HD dengan kecepatan
mengambil gambar 24 frame per second. Hasil pengelolaan tracker untuk GLB
memberikan grafik posisi fungsi waktu (y=f(t)) berbentuk garis lurus miring kanan dan
grafik kecepatan fungsi waktu (v=f(t)) berbentuk garis lurus mendatar (Masalah, 2014).
Pesawat atwood merupakan seperangkat alat yang diciptakan oleh george atwood
untuk mengilustrasikan hukum Newton tentang gerak. Pesawat atwood mempelajari
bagaimana gerak lurus sedangkan yang masih di gunakan waktu yang lama untuk
mengolah data. Sistem komputasi pesawat atwod di rancang untuk mengukur beraturan
menggunakan sensor optocoupler sehingga dapat mendeteksi putaran dengan katrol pada
pesawat atwood yang dikirim melalui mikrikontroler untuk di tampilkan pada komputer.
Sejak zaman dahulu pesawat atwood ini sering di gunakan untuk
mendemonstrasikan gerak lurus dengan kecepatan konstan, gerak lurus dengan percepatan
konstan dan gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan yang dapat diatur. Alat ini di
gunakan ketika teknik pengukuran belum terlalu canggih sehingga ketika ingin mengukur
gerak benda yang bergerak cepat pun dapat diukur dengan teliti baik posisi, kecepatan
maupun percepatanya. Walau demikian, kita akan tetap membahas alat ini untuk lebih
memahami konsep gaya (Palembang-prabumulih, 2019).

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Pesawat atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk


mengamati hukum gerak mekanik yag berubah beraturan. Alat ini mulai
dikembangan pada abad delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi.
Mesin atwood atau sering disebut dengan pesawat atwood diciptakan pada
tahun 1784 oleh matimatikawan Inggris (Atwood et al., n.d.).

Gambar 2.1 Pesawat Atwood (Sumber: Gelileo, 2009)


Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan, energi potensial, dan energi kinetik. Pesawat
atwood ini dipengaruhi oleh gaya yang konstan, jika ditinjau gerak partikel
dengan permukaan bidang, maka diperlukan gaya tertentu yakni gaya konstan
yang berperan meertahankan kontrak pada partikel dengan permukaan bidang,
namun tak selamaya gaya konstan yang beraksi terhadap partikel dapat
diketahui. Contoh penggunaan pesawat atwood dapat dilihat dalam
menentukan hukum-hukum Newton serta perhitngan harga momen inersia.
Pesawat atwood adalah alat peraga yang di gunakan untuk menjelaskan
hubungan anatara tegangan, energi potensial dan energi kinetik degan
menggunakan dau pemberat (massa benda ) yaitu 𝑚1 dan 𝑚2 dihubungkan
pada sebuah tali atau katrol.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2.1 Gerak Lurus

Dinamika gerak meliputi berbagai jenis gerak. Gerak adalah gerakan suatu
obyek yang itu lintasanya berupa garis lurus, dapat pula jenis gaya ini disebut
suatu translasi yang beraturan pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan
yang besarnya sama.
2.1.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus suatu obyek dimana gerakan yang sama ini memiliki,
kecepatan tetap atas konstan maka sehingga jarak yang di tempuh dalam gerak
lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.
...........................................................................................................
S=v.t (2.2.1)
Keterangan :
S = Jarak tempuh (m), v = kecepatan (m/s), t = waktu (s)
Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau
berupa garis lurus dengan tangan (tan) sudut kemiringan grafik dan menunjukkan
nilai kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik, semakin besar pula
nilai kecepatannya. Peristiwa itu diungkapkan diungkapkan oleh Newton sebagai
berikut, jika sebuah benda mengerjakan gaya pada benda lain semakin besar pula
nilai kecepatannya (Belakang, 2010).

Gambar 2.2.1 Grafik x terhadap t untuk benda yang bergerak lurus beraturan
(Arsy, 2013)

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2.1.2 Gerak lurus berubah beraturan


(GLBB) Gerak lurus suatu objek dimana kecepatan benda terhadap waktu,
akibat adanya percepatan jumlah jarak yang di dasari oleh tdika lagi linear
melainkan kuadratik. Pada umumnya GLBB didasari oleh hukum Newton II (∑F
= 0)
.............................................................................................................
Vt = Vo + at (2.2.2)

.............................................................................................................
Vt2 = vo2 + 2as (2.2.3)

s = Vot2 + ½ t2
............................................................................................................. (2.2.4)
keterangan :
Vo = Kececpatan awal (m/s), Vt = Kecepatan akhir (m/s), a = Percepatan
m/s2, t = Waktu (s), s = Jarak yang di tempuh (m)
Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang di berikan sehingga gaya
dapat di katakan sebagai sesuatu yang menyebabkan sebuah benda bergerak lebih
cepat, gerak itu sendiri dibagi atas dua yaitu gerak linear dan gerak rotasi. Gerak
linear adalah gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan
gerak rotasi adalah gerak yang dilakukan secara menggelinding. Galileo
melakukan pengamatan pada atau mengenai benda-bendanya jatuh bebas. Gerak
linear adalah gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan
gerak rotasi adalah itu gerak yang bergerak secara menggelinding

Gambar 2.3 Grafik x/t terhadap t untuk GLBB (Wasino, 2010)


PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

.............................................................................................................
1 (2.2.5)
X = X0 + 2at

keterangan :
X0 = posisi awal (m), X = posisi akhir (m), A = percepatan (m/s2) T = waktu
(s)
2.2. Hukum Newton

Hukum Newton ada 3 dan masing-masing memiliki hubungan erat dalam


kehidupan sehari yang gayanya dapat dihitung dengan rumus. Teori ini ditemukan oleh
ilmuan fisika terkenal bernama Sir Isaac Newton, ketiga bagian hukum Newton yang di
temukan berkaitan dengan gaya pada benda yang bergerak.
Hukum Newton adalah hukum gerak yang menjadi dasar dinamika dengan
merumuskan gaya terhadap pengaruh gerak pada benda tertentu. Rumus ini kemudian
dikenal dengan istilah Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton dan Hukum 3 Newton.
2.2.1 Hukum Newton 1

Hukum Newton 1 adalah menunjukkan resultan gaya yang bekerja pada


benda dengan komposisi yang sama dengan nol, maka benda yang awalnya diam
akan selamanya terus diam. Sedangkan yang awalnya bergerak lurus beraturan, maka
selamanya akan terus bergerak lurus beraturan dalam kecepatan yang tetap jadi dapat
disimpulkan bahwa dalam hukum Newton 1 percepatan benda berbanding terbalik
dengan massa benda atau berat benda itu sendiri (Suyoso, 2017).
Bunyi hukum Newton 1 yaitu “saat resultan gaya bekerja pada sebuah benda
yang komposisinya sama degan nol, maka benda yang awalnya diam akan tetap diam,
kemudian benda yang awalnya bergerak lurus beraturan maka akan tetap bergerak
lurus beraturan dengan kecepatan yang tetap” (Suyoso, 2017).
Sifat hukum Newton cenderung mempertahankan keadaan semula dengan
kelembaman semula dengan sifat kelembaman atau kadar inersia yang sama, itulah
sebabnya mengapa hukum Newton 1 beragam, misalnya momen inersia linear,
momen inersia massa benda, dan momen inersia polar kutub. Besar tegangannya pun
berbeda sesuai beban yang digunakan seperti tegangan puntir maka menghitung bisa
berdasarkan pada momen inersia. Rumus hukum Newton 1 yaitu sebagai berikut :

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

.............................................................................................................
ƩF = 0 (2.2.6)

Keterangan: ƩF = resultan gaya (N)

Contuh hukum Newton 1:


a. Saat menaiki mobil yang bergerak cepat kemudian di rem penumpang akan
terdorong kedepan
b. Mobil berjalan kedaan pelan kemudian mendadak menginjak gas maka
penumpang akan terdorongng ke belekang
c. Jika meletakan misalnya koin pada atas kain kemudian kain tersebut di tarik
secara cepat, maka koin itu akan tetap
2.2.2 Hukum 2 Newton
Hukum Newton 2 adalah berkaitan dengan kondisi benda tersebut juga
diperhitungkan hal ini menunjukkan percepatan benda akan berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja pada benda tersebut, sedangkan massanya akan
berbanding terbalik dengan percepatan benda akan sama dengan arah gaya total
yang bekerja pada benda tersebut (Suyoso, 2017).
Bunyi hukum Newton 2 yaitu “percepatan yang terjadi karena perubahan
dari kecepatan pada suatu benda akan sebanding dengan resultan gaya atau
jumlah gaya yang bekerja pada benda tersebut dan akan berbanding terbalik
dengan massa benda”.
Melalui hukum Newton 2 gaya benda kemudian akan menjadi semakin
besar jika memperoleh kekuatan gaya yang searah dengan laju benda tersebut
bergerak sebaliknya jika diberikan gaya berlawanan atau bertolak belakang
melawan gaya benda, maka laju gaya benda akan semakin lamabat atau
kecepatanya mengecil karena terjadi perubahan kecepatan dan laju yang
berubah.
Besar kecil, lambat cepatnya yang dimiliki benda bergerak tersebut,
maka akan memengaruhi arah gerak benda. Hukum ini menjelaskan resultan
gaya yang bekerja pada suatu benda tidak sama dengan nol, maka benda tersebut
akan bergerak dengan kecepatan tertentu,alias benda yang bergerak pasti
memiliki kecepatan. Rumus hukum 2 Newton sebagai berikut :

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

.............................................................................................................
F = m.a (2.2.7)

Keterangan: F = Resultan gaya (N), m = massa benda (kg), a = percepatan


(m/s2).
Contoh hukum Newton 2 yaitu :
1. Menarik gerobak mengangkut pupuk dari rumah ke ladang lebih besar (ada
beban) percepatannya lebih kecil, sedangkan pada mobil-mobilan yang sama
(massa sama) jika ditarik dengan gaya yang lebih besar akan mengalami
perecepatan yang lebih besar pula.
2. Menggiring bola pada permukaan bidang datar.
3. Ketika kita mendorong sebuah kursi dan lemari. Kita membutuhkan gaya lebih
besar dari pada massa kursi (Suyoso, 2017).
2.2.3 Hukum Newton 3
Hukum Newton 3 adalah gaya aksi reaksi menujukan tiap aksi akan
menimbulkan sebuah rekasi jika benda memberikan gaya pada benda ini, maka benda
yang mendapat gaya tersebut akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya
yang diterima dari benda pertama namun arah yang dihasilkan akan berlawanan.
Hukum Newton juga menjelaskan tiap aksi akan berkonsekuensi memunculkan
reaksi atau menimbulkan reaksi apabila suatu benda kan memberi gaya sebagai dan
akan menghasilkan gaya akibat. Gaya reaksi ini kemudian bekerja saling berlawanan
dan berproses pada benda yang berbeda. Rumus hukum Newton 3 sebagai berikut :
...............................................................................................................................
Faksi = - Freaksi (2.2.8)
Keterangan: Faksi = aksi, Freaksi = gaya, (-) = gaya yang
berlawanan. Contoh hukum Newton 3 :
1. Jika seseorang memakai sepatu roda dan mendrong kedinding, maka dinding akan
mendorong sebesar sama dengan gaya yang akan kamu keluarkan tetapi arahnya
berlawanan, sehingga oarng tersbut terdorong menjauhi dinding.
2. Melempar bola pada dinding maka bola akan berbalik dengan kekuatan sama
3. Pada saat duduk dikursi busa berat badan akan menekan kursi ke bawah, sedangkan
kursi akan menahan berat badan keatas (Suyoso, 2017).

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2.3 Kelajuan dan kecepatan

1. Kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata


Istilah kelajuan atau laju menyatakan seberapa jauh benda bergerak dalam
selang waktu tertentu jika sebuah mobil menempuh 240 km dalam waktu 3 jam
dapat kita katakan bahwa laju rata-ratanya adalah 80 km/jam, secara umum, laju
rat-rata sebuah benda didefinisikan sebagai jarak total yang ditempuh sepanjang
lintasannya dibagi waktu yang diperlukan untuk jarak tersebut secara matematis.
S = v.t
............................................................................................................. (2.2.9)
Keterangan :
V = laju rata-rata (m/s), S = Jarak total yang ditempuh (m), t = waktu (s)
Istilah kecepatan dan laju sering dipertukarkan dalam bahasa sehari-hari
tetapi dalam fisika kita membuat perbedaan di antara keduanya. Laju adalah
sebuah bilangan positif denga satuan m/s, yang menyatakan perbandingan jarak
yang ditempuh oleh benda terhadap waktu yang dibutuhkannya. Kecepatam
digunakan untuk menyatakan baik besar (nilai numerik) mengenai seberapa cepat
sebuah benda bergerak maupun arah geraknya, dengan demikian kecepatan
merupakan besaran vektor ada perbedaan kedua antara laju dan kecepatan , yaitu
kecepatan rata-rata didefinisikan dalam hubungannya dengan perpindahan, dan
bukan dalam jarak total yang dapat ditempuh (Palembang-prabumulih, 2019).

𝑆 −𝑆 ∆𝑆
𝑣̅ = 𝑡2 − 𝑡 1 = ∆𝑡
........................................................................................................... (2.2.10)
2 1

Keterangan :
𝑣̅ = kecepatan rata-rata (m/s), ∆𝑆 = S2 – S1 = perpindahan benda (m), ∆𝑡 =
t2 – t1 = interval waktu
2. Jarak
Jarak adalah panjang lintasan yang dilalui suatu benda. Jarak merupakan
besaran skalar, besaran fisika yang hanya mempunyai besar saja dan tidak
mempunyai arah. Satuan jarak menurut sistem Satuan Internasional (SI) adalah
meter (m). Oleh karena jarak pada hakikatnya besaran panjang, maka jarak bisa

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

dikategorikan sebagai besaran pokok. Selain itu, jarak juga termasuk ke dalam
besaran skalar sehingga dinyatakan dengan angka atau nilai saja, tidak memiliki
arah. Jarak terkait dengan besaran kelajuan, selalu konstan setiap saat karena
percepatan benda sama dengan percepatan rata-ratanya. Jadi besar percepatan
sama dengan besar percepatan rata-rata. Demikian juga, arah percepatan sama
dengan percepatan rata-rata (Masalah, 2014).
2.4 Momen Inersia

Momen inersia merupakan kecenderungan suatu benda untuk tetap diam


atau bergerak lurus beraturan (mempertahankan posisi atau keadaannya). Aplikasi
dari momen inersia dapat dilihat dari benda tegar, dimana benda tegar merupakan
keadaan suatu benda untuk mempertahankan posisinya ketika mendapat gaya atau
tekanan dari luar. Setiap benda tegar memiliki momen inersia yang berbeda
karena disebabkan beberapa faktor yaitu pusat rotasi benda, massa benda dan jari-
jari benda tegar itu sendiri, untuk membuktikan teori tersebut perlu dilakukan
eksperimen yang membahas tentang momen kelembaman atau momen inersia
pada beberapa benda tegar, dengan mengetahui momen inersia suatu benda kita
dapat mengetahui ukuran kecenderungan suatu benda untuk tetap diam untuk
mempertahankan posisi atau keadaannya (Atwood et al., n.d.)
Momen inersia suatu benda bergantung pada distribusi massa terhadap
sumbu putarnya momen inersia sering juga disebut inersia rotasi, semakin besar
momen inersia benda, semakin sulit benda itu melakukan perputaran dari keadaan
diam dan semakin sulit dia berhenti dari keadaan berotasi, karena besar momen
inersia sebanding dengan besar energi kinetik benda tegar yang berotasi dengan
laju sudut ω tertentu.
Semakin besar momen inersia maka benda akan sulit bergerak.
Sebaliknya, momen inerrsia yang bernilai kecil menyebabkan benda akan mudah
bergerak.
I = M x R2
........................................................................................................... (2.2.11)
Keterangan :
M = massa benda, R = Jarak benda terhadap sumbu putar

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Rumus Momen Inersia diatas dapat digunakan jika Besarnya Momen Inersia
didalam Suatu Benda Bermassa yg mempunyai titik putar didalam sumbunya.
2.5 Gerak Rotasi

Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar suatu benda pada
porosnya pada suatu lintasan melingkar. Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi
melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen
dengan persamaan gerak linier.
Momen inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda yang
bergerak rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas dia berputar
dari keadaan diam, dan semakin malas pula ia untuk mengubah kecepatan sudutnya
ketika sedang berputar. Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah silinder yang
terbuat dari sebuah besi memiliki momen inersia yang lebih besar daripada silinder kayu.
Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih berat lagi bagi kita untuk memutar
silinder besi dibandingkan dengan memutar silinder kayu. Momen inersia pada gerak
rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada gerak translasi. Sedangkan gaya pada gerak
translasi dapat dianalogikan dengan momen gaya pada gerak translasi. Jika gaya
menyebabkan timbulnya percepatan pada gerak translasi maka momen gaya itulah yang
menyebabkan timbulnya percepatan sudut pada gerak rotasi. Saat kita memutar sebuah
roda atau membuka daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya pada
benda-benda tersebut (Atwood et al., n.d.).
Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi
Hukum II Newton untuk diterapkan pada gerak rotasi. Bentuk persamaan Hukum II
Newton adalah F = m.a
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen
inersia, dan percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi dari
Hukum II Newton dalam gerak rotasi sebagai berikut :
.............................................................................................................................
𝜏 = I𝛼 (2.2.9)
Keterangan :
𝜏 = momen gaya (Nm), I = momen inersia (kgm2), 𝛼 = percepatan sudut (rad/s2)

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

a. b. c.

d. e. f.

Gambar 3.1 a. Alat peraga pesawat atwood, b. Beban Silinder, c. Pemberat, d.


Roll meter, e. Stopwatch, f. Neraca analitik
3.2 Prosedur Percobaan

Timbang 𝑀1 𝑀2 𝑚𝑏 kemudian atur posisi A, B dan C lalu catat jaraknya.


Pasanglah 𝑀1 dan 𝑀2 melalui katrol pesawat atwood lalu biarkan bergerak melintasi C-
B-A. Letakan silinder 𝑀2 pada titik C kemudian letakan benda di atas silinder tersebut,
sementara di sisi yang lain (𝑀1 ) tetap di pertahankan pada posisinya lepaskan silinder
𝑀1 agar silinder 𝑀2 bergerak kebawah, dan bersama dengan itu nyalakan stopwatch
pertama. Ketika silinder 𝑀2 menyentuh titik B, matikan stopwatch pertama, sementara
stopwatch ke dua di nyalakan. Ketika silinder 𝑀2 mencapai titk A, matikan stopwatch ke
dua catat waktu tempuh BC dan AB. Ulangi prosedur tersebut sesuai petunjuk asisten.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV
TABEL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan

Jarak (cm) Waktu (s)


No Keterangan
XAB XBC TAB TBC

1. 0,4 0,6 0,86 0,95 0,98 1,32 1,36 1,35


Mb : 0,0116kg
Ms :0,1972 kg
2. 0,6 0,4 1,42 1,45 1,42 0.80 0,77 0,80

Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 3 November 2021


Frekuensi/Kelompok : 4/5A
Anggota Kelompok : 1. Alfaira Meilanie 09320210184
2. Bryan 09320210185
3. Jeri Alfian 09320210186
4. Artati Yuliana 09320210187
5. LM Ikbal Patrian 09320210170

Makassar, 3 November 2021


ASISTEN

(Hendrik Baharuddin Ahmad)

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB V
PENGOLAHAN DATA
Tbc
5.1 Menentukan ∑ n

𝑇𝑏𝑐 𝑇1+𝑇2+𝑇3
Tbc = ∑ =
𝑛 𝑛
𝑇𝑏𝑐1 1,32+1,36+1,35 4,03
Tbc 1 = ∑ = = = 1,34 𝑠
𝑛 3 3
𝑇𝑏𝑐2 0,80+0,77+0,80 2,37
Tbc 2 = ∑ = = = 0,79 𝑠
𝑛 3 3
𝑇𝐵𝐶1 +𝑇𝐵𝐶2 1,34+0,79 2,13
Ʃ𝑇𝐵𝐶 = = = = 1,065 s
2 2 2
Tba
5.2 Menentukan ∑ n
Tba T1+T2+T3
Tba = ∑ =
n n
Tba1 0,86+0,95+0,98 2,79
Tba 1 = ∑ = = = 0,93 s
n 3 3
Tba2 1,42+1,45+1,42 4,29
Tba 2 = ∑ = = = 1,43 𝑠
n 3 3
𝑇𝐴𝐵1 +𝑇𝐴𝐵2 0,93+1,43 2,36
Ʃ𝑇𝐴𝐵 = = = =1,18 s
2 2 2

5.3 Persamaan benda dan percepatan gravitasi


2 ( 𝑋𝑏𝑐+𝑋𝑏𝑎 )
𝑎𝑛 = (𝑇𝑏𝑐 2 +2 .𝑇𝑏𝑐 .𝑇𝑏𝑎)
2 ( 𝑋𝑏𝑐1+𝑋𝑏𝑎1 )
𝑎1 = (𝑇𝑏𝑐12 +2 .𝑇𝑏𝑐1 .𝑇𝑏𝑎1)
2 (0,4 + 0,66) 2 2
= 2 (0,93) + 2 (0,93) + (1,34) = = = 21,111
17298 + 2,4924 42,222
2(𝑋𝑏𝑐2+𝑋𝑏𝑎2) 2(0,6+0,4)
𝑎2 = = 2(1,43)+2(1,43)(0,79)
(𝑇𝑏𝑐22 +2 .𝑇𝑏𝑐2 .𝑇𝑏𝑎2)

2 2
= = = 0,4646
20449 + 2,2594 4,3043

(ms+mb)𝑎𝑛
gn = mb
(ms+mb)𝑎1 (0,1972 + 0,0116) 0,0473 0,009876
g1 = = = = 0,8514
mb 0,0116 0,0116
(ms+mb)𝑎2 (0,1972 + 0,0116) 0,4646 0,097008
g2 = = = = 8, 3628
mb 0,0116 0,0116

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

5.4 Teori Ketidakpastian


Untuk Percepatan
𝑋𝑏𝑎2
𝑎=
2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2
δa 2 δa 2 δa 2
∆a = √(δXba) + (∆Xba)2 + (δXbc) + (∆Xbc)2 + (δTba) + (∆Tba)2

δa 2 Xba2
( ) =
δXba 2Xbc .Tba2
Dimana:
u = Xba2 u’ = 2Xba
v = 2Xbc.Tba v’ = 0
δa 2 u' .v-u.v'
( ) =
δXba v2
2𝑋𝑏𝑎.2𝑋𝑏𝑐.𝑇𝑏𝑎 − 𝑋𝑏𝑎2 .0
= (2𝑋𝑏𝑐.𝑇𝑏𝑎)2
2.(0,93).2(0,93).0,4
= 2.(0,93).0,4
34,569
= 0,5535

= 65,502
1
∆Xba = x skala terkecil
2
1
= 2 x 10-3

= 5 x 10-4
δa 2 Xba2
( ) =
δXbc 2Xbc .Tba2
Dimana:
u = Xba2 u’ = 2Xba
v = 2Xbc.Tba v’ = 0
δa 2 u' .v-u.v'
( ) =
δXba v2
2Xba.2Xbc .Tba2 .-Xba2 . 0
=
(2Xbc .Tba)2

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2 + (0,932 )2 𝑥 0,93𝑥1,43 − 2(0,4 + 0,6)𝑥0


=
(0,932 +2𝑥0,93𝑥1,43)2
7,0494
=
12423
1
∆Xbc = x skala terkecil
2
1
= 2 x 10-3

= 5 x 10-4
δa 2 XBa2
( ) =
δTba 2XBc .TBa2
Dimana:
u = Xba2 u’ = 2Xba
v = 2Xbc.Tba v’ = 0
δa 2 u' .v-u.v'
( ) =
δTba v2
2Xba.2Xbc .Tba2 .-Xba2 . 0
=
(2Xbc .Tba)2
2 + (0,932 ) − 2(0,4 + 0,6)𝑥0
=
(2𝑥0,93𝑥0,4)2
34,596
= = 62,504
0,5535

(𝑇𝑏𝑎1 − 𝑇𝑏𝑎𝑛 )2 + (𝑇𝑏𝑎2 − 𝑇𝑏𝑎𝑛 )2 + (𝑇𝑏𝑎3 − 𝑇𝑏𝑎𝑛 )2


∆𝑇𝑏𝑎 = √
𝑛(𝑛 − 1)

(0,93−1,17)2 +(1,43−1,17)2
=√ 2(2−1)

0,0576+0,0676
=√ 2

0,1252
=√ 2

= √0,0626 = 0,250

δa 2 δa 2 δa 2

∆a = ( 2
) + (∆Xba) + ( 2
) + (∆Xbc) + ( ) + (∆Tba)2
δXba δXbc δTba

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= √(9,003)2 + (5 x10−4 )2 +(0,567)2 + (5 x10−4 )2 +(62,504)2 + (0,0626)2


=
√0,7432 + 0,00000025 + 0,000003364 + 0,00000025 + 6,2515 + 0,0676

= √85,3440005 = 9,2381
∆a
KR = x 100%
2(∆a+a)
9,2381
= 2(9,2381+21,111)
9,2381
= = 15%
6,069

KB = 100 % - KR
= 100% - 15%
= 85%
Untuk Gravitasi
(ms+mb)a
g =
mb
δg 2 δg 2 δg 2
∆g = √(δms) + (∆ms)2 + (δmb) + (∆mb)2 + (δa) + (∆a)2

δg 2 (ms+mb)a
( ) =
δms mb
Dimana:
u = (ms + mb)a u’ = a
v = mb v’ = 0
δg 2 u' .v-u.v'
( ) =
δms v2
𝑎.𝑚𝑏−(ms+mb)a.0
= mb
𝑎.𝑚a
= 𝑚𝑏
0,0538936
= 0,4646 x 0,116 = = 4,00695
0,01345

1
∆ms = x skala terkecil
2
1
= 2 x 10-3

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

= 5 x 10-4
δg 2 (ms+mb)a
( ) =
δmb mb
Dimana:
u = (ms + mb) u’ = (ms + mb)
v = mb v’ = 0

δg 2 u' .v-u.v'
( ) =
δmb v2
(ms+mb).mb-(ms+mb)a
= 𝑚𝑏 2
(0,1972+0,116) x 0,116
= 0,1162
0,0363312
= = 2,7112
0,0134

1
∆mb = x skala terkecil
2
1
= 2 x 10-3

= 5 x 10-4
δg 2 (ms+mb)a
( ) =
δmb mb
Dimana:
u = (ms + mb) u’ = (ms + mb)
v = mb v’ = 0
δg 2 u' .v-u.v'
( ) =
δmb v2

(𝑎1 − 𝑎𝑛 )2 + (𝑎2 − 𝑎𝑛 )2
∆𝑎 = √
𝑛(𝑛 − 1)

(0,0473−0,25595)2 +(0,4646−0,25595)2
=√ 2(2−1)

0,04353+0,04353
=√ = √0,04353 = 0,2086
2

δg 2 δg 2 δg 2
∆g = √(δms) + (∆ms)2 + (δmb) + (∆mb)2 + (δa) + (∆a)2 =

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

√(4,00695)2 + (5 x10−4 )2 + (2,7112)2 + (5 x10−4 )2 + (2,7112)2 + (0,2086)2

= √16,0557 + 0,00000025 + 7,3510 + 0,00000025 + 73,510 + 0,04353

= √307,57704353 = 5,5499
∆a
KR = 2(∆a+a) x 100%
5,5499
= 2(5,5499 + 21,111) x 100%
5,5499
= x 100%
68,696

= 0,8%
KB = 100 % - KR
= 100% - 0,8%
= 99,2%

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
6.1 Tabel hasil pengolahan data
Berdasarkan perhitungan percobaan pesawat atwood pada bab V,
didapatkan data hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 6.1
Jarak
Waktu (s) A G
No. (m) Ket
(m/s2) (m/s2)
BC AB BC AB

1. Mb:
0,4 0,6 0,86 0,95 0,98 1,32 1,36 1,35 21,111 0,8514
0,116
2. Ms:
0,6 0,4 1,42 1,45 1,42 0,80 0,77 0,80 0,4646 8,3628
0,1972

6.2 Pembahasan hasil pengolahan data


Dari hasil percobaan yang kami lakukan kami mendapatkan hasil
perhitungan dengan diketahui berat Mb yaitu 0,116 Kg dan berat Ms yaitu 0,1972
Kg dengan data pertama XAB dan XBC adalah 0,6 m dan 0,4 m. Dengan waktu BC
berturut-turut yaitu 0,86 s, 0,95 s, 0,98 s dan AB berturut-turut 1,42, 1,45, 1,42.
Lalu di dapatkan nilai a yaitu 21,111 m/s2serta nilai g yaitu 0,8514 m/s2.
Kemudian data kedua XAB dan XBC yaitu 0,4 dan 0,6. Dengan waktu AB
berturut-turut 1,32, 1,36, 1,35 dan BC berturut-turut 0,80, 0,77, 0,80. Lalu di
dapatkan nilai a yaitu 0,4646 m/s2 dan nilai g yaitu 8,3628 m/s2.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah di lakukan maka kita dapat mengalami
beberapa kemspulan yaitu:
1. Pada percobaan pesawat atwood ,kami melakukan percobaan sesuai
perosedur kerja dan kami menemukan percepatan grafitasi dan percepatan
benda yang sesuai.
2. Gerak lurus berubah beraturan ( GLBB) adalah gerak pada lintasanya lurus
yang kecepatanya berubah secara beraturan, aik semakin cepat atau pun
semakin lambat. Namun demikian percepatan benda adalah tetap, berarti
sebuah benda yang bergerak lurusberaturan menempuh jarak yang sama
untuk selang waktu yang sama.
7.2.1 Laboratorium
Sebaiknya dalam ruang laboratorium di perbesar lagi dan di lengkapi lagi
alat dan fasilitasnya ,agar dalam proses pratikum berjalan lebih efisien dan baik.
7.2.2 Asisten
Tetap semangat dan sabar dalam membimbing kami karna kami masih
sangat butuh pengarahan dari asisten agar kami lebih kedepanya dan terimah
kasih atas ilmu yang di ajarkan kepada kami.

7.2 Ayat yang berhubungan dengan percobaan

“yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sesekali tidak


melihat pada ciptaan tuhan yang maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang
maka lihat lah berulang-ulang, maka lihat lah adakah sesuatu yang tidak seimbang
(surah Al-Mulky 67-3)
Alasan kami mengambil ayat ini karena Allah SWT maha adil dan juga
bijaksana. Benda akan bergerak lebih cepat jika di beri gaya yang lebih. Begitu
pula hidup , akan lebih cepat bergerak dan maju bila di beri gaya yang besar.
Tidak akan ada ruginya.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA
Atwood, P., Kompon, B., Teori, D., Teori, D., & Atwood, P. (n.d.). Pesawat
Atwood.
Belakang, L. (2010). Laporan praktikum fisika dasar modul 2 pesawat atwood.
Masalah, R. (2014). Pesawat atwood.
Palembang-prabumulih, J. (2019). Penyelesaian dinamika pesawat atwood
dengan persamaan eular-lagrange sebagai alternatif persamaan newton
pada fisika sma. 06(1), 61–68.
Suyoso. (2017). Hukum Newton. Fisika Umum, 1–8.

PESAWAT ATWOOD

Anda mungkin juga menyukai