Anda di halaman 1dari 36

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua gejala alam dalam mekanika klasik dapat digambarkan dengan


menggunakan hukum-hukum Newton tentang gerak. Hukum Newton
menghubungkan percepatan sebuah benda dengan massanya dan gaya-gaya yang
bekerja padanya. Hukum II Newton dapat digunakan pada persoalan yang
sederhana seperti pada pesawat atwood.
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk
mengamati hukum mekanika gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai
dikembangkan sekitar abad ke delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi
g. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah
katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa beban m1 dan m2. Selain itu,
Pesawat Atwood merupakan alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan
menggunakan dua pemberat (massa berbeda) yaitu m1 dan m2 dihubungkan
dengan tali pada sebuah katrol. Pada percobaan pesawat Atwood menerapkan
prinsip-prinsip dari Hukum Newton tentang gerak, Gerak Lurus Beraturan (GLB),
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), dan momen inersia.
Pesawat atwood ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang konstan. Jika ditinjau
dari gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan
adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak
antara partikel dengan permukaan bidang. Namun, tak selamanya gaya konstrain
yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui. Pendekatan Newton memerlukan
informasi gaya total yang beraksi pada partikel. Oleh karena itu, dalam kondisi
khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka pendekatan Newton sulit
diterapkan. Ada cara lain untuk merumuskan gerak mekanik dengan meninjau
sistem tersebut dari energinya. Gaya pada sistem gerak sulit diketahui maka dapat
ditinjau pesawat atwood dengan persamaan Lagrange. Persamaan Lagrange ini
meninjau sistem dari segi energi total, yakni energi kinetik dan energi potensial
(Ariska, 2019).
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

1.2 Tujuan Percobaan

1.1.1 Tujuan Instruksi Umum (TIU)


Kami dapat memahami penggunaan pesawat atwood dalam
penentuan tetapan gravitasi.
1.1.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat menjelaskan peristiwa gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dan gerak lurus beraturan (GLB).
2. Kami dapat menentukan percepatan.
3. Kami dapat menentukan nilai gravitasi.

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesawat Atwood

Pesawat Atwood adalah seperangkat alat yang biasa digunakan untuk


mendemonstrasikan hukum kedua newton. Alat ini diciptakan oleh George
Atwood, seorang ahli matematika dari Inggris, pada tahun 1784. Pesawat Atwood
pada dasarnya terdiri dari kawat atau tali yang setiap ujungnya terpasang beban
dengan massa yang berbeda dan disambungkan ke katrol. Prinsip dari pesawat
Atwood sendiri yaitu objek dengan massa yang paling besar (M1) mulanya
diposisikan lebih tinggi dibandingkan dengan objek yang massanya rendah (M2).
Tinggi dari M1 akan diukur terlebih dahulu. Dengan begitu saat m1 dijatuhkan ke
bawah, M2 akan tertarik ke atas akibat efek percepatan gravitasi dari M1 karena
keduanya terhubung oleh kawat pada katrol. Waktu yang dibutuhkan untuk M1
saat kecepatan awalnya sama dengan nol hingga M1 berhenti bergerak akan diukur
secara manual dengan stopwatch. Sehingga pengguna pesawat atwood dapat
mengukur kecepatan dan percepatan pada benda yang diamati (Ridho et al., 2020).
Pesawat Atwood merupakan salah satu alat percobaan fisika untuk penerapan
hukum-hukum Newton. Alat tersebut terdiri dari 2 beban yang dihubungkan
dengan tali melalui sebuah katrol dengan massa katrol dan tali diabaikan. Pesawat
Atwood dapat menentukan nilai kecepatan, percepatan, dan momen inersia dari
suatu benda. Nilai kecepatan diperoleh dari percobaan mengenai gerak lurus
beraturan, sedangkan nilai percepatan diperoleh dari nilai gerak lurus berubah
beraturan. Untuk mendapatkan nilai kecepatan dan percepatan, dapat diukur
berdasarkan waktu pergerakan benda dari suatu titik ke titik yang lain. Biasanya
dalam praktikum fisika dasar, untuk mendapatkan waktu pada pesawat Atwood
menggunakan stopwatch. Penggunaan stopwatch digunakan untuk mengukur
waktu disaat benda bergerak dari satu titik ke titik yang lain, sehingga diperoleh
kecepatan dan percepatan benda pada pesawat Atwood.
Pesawat Atwood digunakan untuk praktikum fisika dalam pengukuran
kecepatan dan percepatan momentum. Untuk pengukuran waktu, penggunaan alat
peraga pesawat Atwood ini masih menggunakan stopwatch. Dalam pengukuran
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

kecepatan, percepatan dan momentum pada pesawat Atwood harus mendapatkan


hasil yang presisi dan akurat. namun penggunaan stopwatch dalam perhitungan
waktu masih belum maksimal. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan
pengukuran waktu kecepatan, percepatan, dan momentum pada pesawat Atwood.
Penyebab ketidakpresisian dan akurasi hasil pengukuran dapat disebabkan oleh
penggunaan stopwatch yang tidak stabil. Ketepatan penggunaan stopwatch ini
dipengaruhi oleh ketelitian pengguna. Momen disaat benda jatuh dan penggunaan
stopwatch harus bersamaan. Oleh karena itu, penggunaan stopwatch untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang presisi dan akurat masih belum maksimal.
Maka diharapkan adanya pembaharuan pada pesawat Atwood sehingga
mendapatkan hasil yang lebih baik. Mengatasi kurang telitinya pengambilan data
pada pesawat Atwood tersebut salah satu alternatifnya yaitu dengan merancang
sistem otomatisasi pesawat Atwood (Jefiza & Novianas, 2020).
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk mengamati
hukum mekanika gerak yang berubah beraturan. Pesawat Atwood adalah alat yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tegangan, energi potensial dan
energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan
dengan tali pada sebuah katrol. Pesawat Atwood yaitu alat yang sering di gunakan
mengamati hukum gerak atau mekanika pada gerakannya yang di percepat secara
beraturan alat ini juga di gunakan untuk menjelaskan hukum dari tegangan. Pada
pengoperasian alat ini, yang dihitung adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu
beban yang bergerak dengan kecepatan yang awalnya sama dengan nol sampai
akhirnya beban tersebut berhenti bergerak. Penggunaan suatu alat secara manual
dinilai sudah umum, sangat sederhana, dan hasil yang diperoleh pun masih kurang
akurat. Bisanya dilakukan juga percobaan Atwood yang lainnya. Demikian juga
pada pengoperasian pesawat Atwood biasanya, data yang diperoleh secara manual
mempunyai perbedaan persentase yang tinggi terhadap teori.
Mesin Atwood sebuah alat uji yang biasanya digunakan untuk memahami
hukum II newton gerak seperti halnya pada katrol. Mesin Atwood ditemukan pada
tahun 1784, mesin ini digunakan sebagai percobaan laboratorium. Pesawat Atwood
ini terdiri dari dua beban yang digantung pada talinya yaitu massa m1 dan massa
m2 pada katrol yang massanya diabaikan. Pesawat atwood dapat dilihat sebagai
berikut :
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 2.2.1 Pesawat Atwood (Salsabila et al., 2020)


Secara matematis dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

(2𝑀 +𝑚) . 𝑎
𝑔= …………..………………………………………………..(2.2.1)
𝑚

Keterangan :
g = gravitasi (m/s2 )
m = massa benda (kg)
a = percepatan (m/s2 )
Dan kecepatan dan percepatan yang dialami adalah :
𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑎𝑡 ……………..…………………………………………...…(2.2.2)

1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 2 𝑎𝑡 2 ………………………..…………………………………(2.2.3)

2𝑠
𝑎 = 𝑡2 …………………….………………………………………….(2.2.4)

Keterangan:
vt = kecepatan benda pada saat t (m/s)
v0 = kecepatan awal benda (m/s)
t = waktu yang ditempuh benda (s)
s = jarak tempuh benda (m)
a = percepatan yang timbul pada benda (m/s2)

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Pesawat atwood ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang konstan. Jika ditinjau dari
gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan
adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak
antara partikel dengan permukaan bidang (Elias et al., 2022).
Jika gaya pada sistem gerak sulit untuk diketahui maka dapat ditinjau pesawat
Atwood dengan persamaan Lagrange. Persamaan Lagrange ini meninjau system
dari segi sumber dari segi energi total, yakni energi kinetik dan energi potensial.
Persamaan Lagrange ini dapat merumuskan sistem gerak pesawat atwood dengan
jelas.
Persamaan pesawat Atwood yang dicari dengan hukum Newton hasilnya sama
jika kalau di cari dengan menggunakan persamaan Eular-Lagrange. Persamaan
Eular-Lagrange dapat merumuskan sebuah persamaan dinamika sistem yang lebih
kompleks dengan jelas tanpa harus menginventarisai gaya pada sebuah sistem
gerak tersebut Kinematik adalah ilmu yang mempelajari gerak dengan
memperhitungkan gaya-gaya penyebab dan gaya interaksi (benda dengan tempat
benda bergerak rumusnya gaya gesek bila ada).

2.2 Hukum Newton

Pada saat mempelajari hukum Newton, diketahui bahwa ukuran kelembaman


benda pada gerak translasi adalah massa. Apabila kita perhatikan pergerakan planet
pada porosnya, planet-planet tersebut terus berputar pada sumbunya tanpa berhenti
akan selalu mempertahankan keadaan untuk terus berotasi. Dengan demikian, pada
gerak rotasi dikenal istilah kelembaman. Besaran pada gerak rotasi yang analog
dengan massa pada gerak translasi dikenal dengan momen inersia. Momen inersia
pada suatu benda tegar dapat ditentukan massa dan dimensi fisiknya, baik dengan
cara matematis maupun eksperimen. Metode eksperimen dapat dilakukan sebagai
pembuktian sebuah konsep mengenai momen inersia, besaran-besaran yang
terukur dan yang mempengaruhi nilai momen inersia.
Hukum Newton adalah tiga rumusan dasar dalam fisika yang menjelaskan dan
memberikan gambaran tentang kaitan gaya yang bekerja dengan gerak yang terjadi
pada suatu benda. Kata Newton berasal dari ilmuan yang menemukan dan
memperkenalkannya yaitu Sir Isaac Newton, Ketiga hukum tersebut dirangkum
dalam karyanya Philosophiae Naturalis Principia Mathematica. Hukum Newton
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

dijelaskan untuk meneliti dan mengamati gerak dalam berbagai mekanisme


maupun sistem. Hukum juga dapat membuat kita paham mengenai hukum gaya
yang bekerja dengan gerakan yang terjadi pada benda yang berkaitan mengenai
suatu gaya dan gerak pada permukaan benda.
2.2.1 Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan bahwa : “Jika resultan gaya pada suatu
benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda
yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan yang tetap”.
Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau
gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia (kelembaman). Sehingga,
Hukum I Newton sering disebut Hukum Inersia. Benda yang didorong akan
berhenti sendiri karena dipengaruhi oleh gravirasi bumi. Hukum I Newton
tidak selalu berlaku pada setiap kerangka acuan. Sebagai contoh, jika
kerangka acuan kalian tetap di dalam mobil yang dipercepat, sebuah benda
seperti cangkir yang diletakkan di atas dashboard mungkin akan bergerak ke
arah kalian (cangkir tersebut tetap diam selama kecepatan mobil konstan).
Cangkir dipercepat ke arah kalian tetapi baik kalian maupun orang atau benda
lain memberikan gaya kepada cangkir tersebut dengan arah berlawanan. Pada
kerangka acuan yang dipercepat seperti ini, Hukum I Newton tidak berlaku.
Kerangka acuan di mana Hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan
inersia.
Kesimpulan Newton tersebut dikenal sebagai hukum I Newton. Rumus
hukum newton satu sebagai berikut :
∑F = 0 ……….……………………………………………..……..(2.2.5)
Keterangan :
∑ F = Resultan gaya yang bekerja pada benda diam (v = 0)
Hukum tersebut menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam
maka benda selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak apabila dalam
suatu benda itu diberi gaya luar. Sebaliknya, apabila suatu benda sedang
bergerak maka benda selamanya akan bergerak, kecuali saat ada gaya yang
menghentikannya. Konsep gaya dan massa yang dijelaskan oleh Hukum
Newton yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang
cenderung mempertahankan keadaannya atau dengan kata lain sifat
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

kemalasan benda untuk mengubah keadaannya. Contoh Hukum Newton 1


adalah saat naik mobil yang bergerak cepat lalu direm, maka penumpang
otomatis terdorong ke depan.
2.2.2 Hukum II Newton
Dalam Hukum II Newton ini dengan menjelaskan bahwa “Percepatan
yang dihasilkan oleh resultan yang bekerja pada suatu benda berbanding
lurus dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”.
Atau biasa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama
dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap waktu.
Melalui Hukum Newton II gaya benda kemudian akan menjadi semakin
besar jika memperoleh kekuatan gaya yang searah dengan laju benda tersebut
bergerak. Besar kecilnya lambat atau cepat yang dimiliki benda bergerak
tersebut, maka akan memengaruhi arah gerak benda.
Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin
menyebabkan lajunya bertambah. Akan tetapi, jika gaya total itu mempunyai
arah yang berlawanan dengan gerak benda, gaya tersebut akan memperkecil
laju benda. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda arah dengan arah gerak
benda, maka arah kecepatannya akan berubah. Karena perubahan laju atau
kecepatan merupakan percepatan, berarti dapat dikatakan bahwa gaya total
dapat menyebabkan percepatan.
∑ F = m. a …..…….…………………..……………………...…......(2.2.6)
Keterangan :
∑F = Gaya (N)
m = Massa benda (Kg)
a = Percepatan (m⁄s2 ).
Contoh Hukum II Newton yaitu pada saat melempar batu secara vertical
keatas, pada awalnya batu akan melaju dengan kecepatan konstan keatas,
kemudian akan melambat dan berhenti karena adanya gaya gravitasi. Contoh
lainnya, gaya yang ditimbulkan ketika seseorang menarik gerobak yang
penuh dengan padi untuk dipindahkan ke rumah orang tersebut dari sawah
atau mobil yang massanya sama ketika ditarik dengan gaya yang lebih besar
akan mengalami gaya yang lebih besar pula. Serta dimana mobil yang sedang
bergerak dengan massa 1 ton kemudian bergerak dengan percepatan 1 m⁄s 2 .
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2.2.3 Hukum III Newton


Hukum III Newton menyatakan bahwa : ”Ketika suatu benda memberikan
gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama
besar tetapi berlawanan arah terhadap benda pertama”.
Hukum III Newton ini kadang dinyatakan sebagai hukum aksi-reaksi,
“untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Untuk
menghindari kesalahpahaman, sangat penting untuk mengingat bahwa gaya
“aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada benda yang berbeda. Setiap aksi akan
menimbulkan reaksi, jika suatu benda memberikan gaya pada benda yang
lain maka benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang besarnya
sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi arahnya
berlawanan. Suatu gaya tentang tidak lain hanyalah salah satu aspek suatu
dari interaksi bersamaan antara dua benda. Sudah ada bukti bahwa kalau
suatu benda melakukan gaya kepada benda benda lain maka benda yang
kedua itu, selain akan melakukan gaya pula pada benda pertama yang
bersamanya sama berlawanan arahnya dan mempunyai garis kerja yang
sama. Hukum ini membahas tentang interaksi dua benda dimana jika benda
pertama memberikan gaya (aksi) ada benda kedua maka benda kedua selalu
membahas pada menggunakan gaya (teraksi) pada benda pertama sama besar
dan berlawanan arah. Hukum III Newton dirumuskan sebagai berikut :
Faksi = − Freaksi ……………………………….…..………………..(2.2.7)
Keterangan :
F = Gaya (N)
Peristiwa seperti itu diungkapkan oleh Newton sebagai berikut: “Jika
suatu benda mengerjakan sebuah gaya pada benda lain, maka benda yang
kedua ini mengerjakan gaya pada benda yang pertama yang besarnya sama
dengan yang diterima tapi arahnya berlawanan”. Sudah ada bukti bahwa
kalau suatu benda melakukan gaya kepada benda benda lain maka benda
yang kedua itu selain akan melakukan gaya pula pada benda pertama yang
bersamanya sama berlawanan arahnya dan mempunyai garis kerja yang
sama.
Kebenaran Hukum III Newton dapat ditunjukkan dengan contoh berikut
ini. Perhatikan tangan kalian ketika mendorong ujung meja. Bentuk tangan
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

kalian menjadi berubah, bukti nyata bahwa sebuah gaya bekerja padanya.
Kalian bisa melihat sisi meja menekan tangan kalian. Mungkin kalian bahkan
bisa merasakan bahwa meja tersebut memberikan gaya pada tangan kalian;
rasanya sakit! Makin kuat kalian mendorong meja itu, makin kuat pula meja
tersebut mendorong balik. Perhatikan bahwa kalian hanya merasakan gaya
yang diberikan pada kalian, bukan gaya yang kalian berikan pada benda-
benda lain (Jonifan et al., 2019).

2.3 Gaya

Gaya merupakan salah satu bagian dari materi dalam ilmu fisika dasar. Satuan
simbol yang akan digunakan didalam rumus gaya sudah ditentukan oleh hukum
fisika. Didalam ilmu fisika, gaya adalah tarikan atau dorongan. Gaya dapat
menggerakan benda bebas atau benda yang tidak terikat. Selain itu, pengertian
gaya didalam ilmu ilmu fisika adalah sebuah besaran yang memiliki besar dan arah
tertentu. Gaya adalah sebuah interaksi yang bila bekerja sendiri akan menyebabkan
suatu perubahan keadaan gerak benda. Seperti pergerakan tubuh, memindahkan
barang sampai melakukan sebuah pekerjaan. Dapat dikatakan bahwa gaya adalah
sesuatu yang selalu mengiringi aktivitas manusia. Besar gaya dapat diukur dengan
alat yang disebut dynamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N). gaya
dapat memengaruhi gerak dan bentuk benda (Dara, 2024).
Gaya adalah sebuah interaksi yang bila bekerja sendiri akan menyebabkan suatu
perubahan keadaan gerak benda. Gaya juga dapat diartikan sebagai suatu tarikan
atau dorongan yang dikerahkan sebuah benda terhadap benda lain biasanya juga
bias dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Dimana didapatkan persamaan yang terdapat
dalam gaya yaitu berikut ini:
F = m × a …………..…………..………………………………..……….(2.2.8)

Keterangan :
F = Gaya ( N )
m = Massa benda (kg)
a = Percepatan (m/s).
2.3.1 Macam-Macam Gaya
Dilihat dari prosesnya gaya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

1. Gaya sentuh
Gaya sentuh yaitu gaya yang disebabkan oleh adanya persentuhan dua
benda. Yang termasuk gaya sentuh adalah gaya otot, gaya mesin, gaya
gesek, dan gaya pegas. Contoh gaya sentuh yaitu, kereta bergerak karena
ada gaya mesin yang bekerja pada kereta, anak panah dapat melesat
karena ada gaya pegas atau elastis pada anak panah, gerobak dapat
bergerak karena gaya otot.
2. Gaya tak sentuh
Gaya tak sentuh yaitu gaya yang terjadi tanpa adanya persentuhan
antara dua benda. Yang termasuk dalam gaya ini adalah gaya magnet,
gaya gravitasi, dan gaya listrik. Contoh gaya tak sentuh, gaya gravitasi
menarik peloncat bugge jumping ke bawah, gaya magnet menarik besi
menempel pada magnet.
Dilihat dari sumbernya, macam-macam gaya adalah sebagai berikut :
1. Gaya gravitasi
Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi merupakan gaya tarik yang
dialami suatu benda terhadap pusat bumi. Semakin besar massa kedua
benda maka semakin dekat jarak antara kedua benda. Bola yang dilempar
keatas akan kembali jatuh ke permukaan bumi. Ini menandakan adanya
gaya gravitasi. Faktor-faktor yang memengaruhinya antara lain : berat,
ukuran, bentuk, dan ketinggian.
Manfaat-manfaat gaya gravitasi adalah sebagai berikut :
a. Benda yang dilempar keatas dari permukaan bumi akan kembali ke
permukaan bumi.
b. Benda yang ada dipermukaan bumi tetap pada tempat-nya.
c. Untuk olahraga dan juga hiburan, seperti terjun payung dll.
2. Gaya gesek
Gaya gesek adalah gaya yang timbul akibat gesekan dua permukaan
benda yang bersentuhan. Salah satu contoh gaya gesek yaitu gesekan
antara kaki dan lantai. Gaya gesek bisa terjadi disemua zat baik itu zat
padat, cair, dan gas. Manfaat gaya gesek sebagai berikut :
a. Membantu benda bergerak tanpa tergelincir.
b. Menghentikan benda yang sedang bergerak.
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

3. Gaya magnet
Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet. Magnet
memiliki dua kutub utara (U) dan kutub selatan (S). jika keduannya
disatukan maka akan terjadi gaya tarik menarik. Sebaliknya, jika kutub
yang sama didekatkan maka akan menimbulkan gaya tolak menolak. Alat
alat yang memanfaatkan gaya magnet adalah sebagai berikut :
a. Bel listrik untuk menggerakkan pemukul lonceng.
b. Kompas sebagai penunjuk arah utara-selatan.
c. Dinamo sepeda dan generator untuk membangkitkan tenaga listrik.
4. Gaya pegas
Gaya pegas merupakan gaya yang terjadi karena kekuatan yang
dihasilkan oleh gaya pegas (benda elastis). Contohnya seperti pada
kondisi pegas ditarik atau ditekan kemudian dapat kembali ke bentuk
semula setelah gaya diberhentikan. Contoh lainnya permainan ketapel,
karena keelastisan karet yang ditarik, ketika dilepaskan mengakibatkan
gaya dorong yang kuat bagi batu untuk terlempar jauh.
5. Gaya listrik
Gaya listrik adalah gaya yang dimilki oleh suatu benda yang memiliki
muatan arus listrik untuk menarik atau menggerakkan benda. Sebagai
contoh bergeraknya kipas angin karena adanya energi/gaya listrik yang
dialirkan kepadanya.
6. Gaya otot
Gaya otot adalah tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh kerja
otot. Sebagai contoh ketika kita sedang menendang bola maka
mengerahkan gaya otot pada kaki kita (Dara, 2024).

2.4 Percepatan

Di dalam kehidupan sehari-hari, sangatlah sulit kita jumpai sebuah benda yang
bergerak dengan kecepatan konstan. Dalam fisika, percepatan atau akselerasi
adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu. Pasti benda akan
mengalami perlambatan atau penambahan kecepatan (dipercepat) dalam selang
waktu tertentu. Perubahan kecepatan dalam selang waktu tertentu inilah kemudian
kita namakan sebagai percepatan.
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Percepatan merupakan besaran vektor sehingga nilainya bisa positif atau


negatif. Percepatan positif artinya bahwa arah percepatan searah dengan arah
perpindahan benda, dengan kata lain gerakannya akan dipercepat. Sedangkan
percepatan yang bernilai negatif artinya bahwa gerakan benda sedang diperlambat.
Besarnya percepatan dinamakan sebagai perlajuan. Perlajuan merupakan besaran
skalar.
Percepatan adalah perubahan kecepatan dan atau arah dalam selang waktu
tertentu. Percepatan merupakan besaran vektor. Percepatan berharga positif jika
kecepatan suatu benda bertambah dalam selang waktu tertentu. Percepatan
berharga negatif jika kecepatan suatu benda berkurang dalam selang waktu
tertentu.
Sebuah benda yang kecepatannya berubah tiap satuan waktu dikatakan
mengalami percepatan. Sebuah mobil yang kecepatannya diperbesar dari nol
sampai 90 km/jam berarti dipercepat. Apabila sebuah mobil dapat mengalami
perubahan kecepatan seperti ini dalam waktu yang lebih cepat dari mobil lainnya,
maka dikatakan bahwa mobil tersebut mendapat percepatan yang lebih besar.
Mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan dan arah tertentu akan mengalami
perlambatan yang arah perlambatannya berlawanan arah kecepatan. Ketika mobil
direm karena hendak berhenti, dan mobil akan dipercepat dengan arah
percepatannya searah kecepatan ketika mobil digas karena hendak menyusul
kendaraan lain di depannya. Percepatan mengakibatkan gerak benda semakin
cepat. Dengan demikian, percepatan menyatakan seberapa cepat kecepatan sebuah
benda berubah.
2.4.1 Percepatan Rata-Rata
Tiap benda yang mengalami perubahan kecepatan, baik besarnya saja atau
arahnya saja atau kedua-duanya, akan mengalami percepatan. Percepatan
rata-rata (a) adalah hasil bagi antara perubahan kecepatan (Δv) dengan selang
waktu yang digunakan selama perubahan kecepatan tersebut (Δt).
Percepatan juga termasuk besaran vektor, tetapi untuk gerak satu dimensi
kita hanya perlu menggunakan tanda positif (+) atau negatif (-) untuk
menunjukkan arah relatif terhadap sistem koordinat yang dipakai. ercepatan
rata-rata mengacu pada laju perubahan kecepatan. Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut.
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Δ𝑣 𝑣2 −𝑣1
𝑎= = …………….……………………..……………..…(2.2.9)
Δ𝑡 𝑡2 −𝑡1

Keterangan:
a = Percepatan rata-rata (m/s2 )
Δv = Perubahan kecepatan (m/s)
Δt = Selang waktu (s)
𝑣1 = Kecepatan awal (m/s)
v2 = Kecepatan akhir (m/s)
t1 = Waktu awal (s)
t2 = Waktu akhir (s)
Percepatan juga termasuk besaran vektor, tetapi untuk gerak satu dimensi
kita hanya perlu menggunakan tanda positif (+) atau negatif (-) untuk
menunjukkan arah relatif terhadap sistem koordinat yang dipakai.
2.4.2 Percepatan Sesaat
Percepatan sesaat adalah perubahan kecepatan dalam waktu yang sangat
singkat atau limit dari percepatan rata-rata per interval waktu yang sangat
kecil. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Δ𝑣
𝑎= ……………………………....……………………..……..(2.2.10)
Δ𝑡

Keterangan :
a = Percepatan rata-rata (m/s2 )
Δv = Perubahan kecepatan (m/s) (dengan Δv sangat kecil)
Δt = Selang waktu (s)
Percepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata pada
limit Δt yang menjadi sangat kecil, mendekati nol. Percepatan sesaat (a)
untuk satu dimensi dapat dituliskan sebagai berikut :
Δ𝑣
𝑎 = lim ……………...………………………..………………(2.2.11)
Δt →0 Δ𝑡

Keterangan :
a = Percepatan rata-rata (m/s2 )
Δv = Perubahan kecepatan (m/s)
Δt = Selang waktu (s)
Dalam hal ini Δv menyatakan perubahan yang sangat kecil pada kecepatan
selama selang waktu Δt yang sangat pendek. Perhatikan dengan teliti bahwa

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

kecepatan menunjukkan seberapa cepat posisi berubah sementara seberapa


cepat kecepatan berubah disebut sebagai percepatan.

2.5 Kecepatan dan Kelajuan

Istilah kecepatan dan kelajuan dikenal dalam perubahan gerak. Kecepatan


termasuk besaran vektor, sedangkan kelajuan merupakan besaran skalar. Besaran
vektor memperhitungkan arah gerak, sedangkan besaran skalar hanya memiliki
besar tanpa memperhitungkan arah gerak benda. Kelajuan merupakan besaran
skalar, sedangkan kecepatan merupakan besaran vektor. Dalam besaran vektor
berarti nilai dan arah dipertimbangkan dalam perhitungannya. Sedangkan
kecepatan adalah cepat atau lambatnya perubahan kedudukan suatu benda terhadap
waktu. Kecepatan merupakan perpindahan yang ditempuh tiap satuan waktu,
sedangkan kelajuan didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh tiap satuan waktu.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑠
𝑣 = 𝑡 .……………….………..…………………………………………..(2.2.12)

Keterangan :
v = Kecepatan (m/s)
s = Jarak tempuh (m)
t = Waktu tempuh (s)
2.5.1 Kecepatan Rata-Rata dan Kelajuan Rata-Rata
Kecepatan rata-rata (v) didefiniskan sebagai perpindahan yang ditempuh
terhadap waktu. Jika suatu benda bergerak sepanjang sumbu-x dan posisinya
dinyatakan dengan koordinat-x. Secara matematis persamaan kecepatan
rata-rata dapat ditulis sebagai berikut:
Δ𝑥
𝑣 = ……………….…..………………………………………(2.2.13)
Δ𝑡

Keterangan :
v = Kecepatan rata-rata (m/s)
Δ𝑥 = x akhir = perpindahan
Δ𝑡 = Perubahan waktu (s)
2.5.1 Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat merupakan kecepatan benda pada saat tertentu.
Kecepatan inilah yang ditunjukkan pada jarum speedometer. Kecepatan

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

sesaat pada waktu tertentu adalah kecepatan rata-rata selama selang waktu
yang sangat kecil mendekati nol (Setyawan, 2019).
Kecepatan sesaat merupakan turunan posisi terhadap waktu. Kecepatan
sesaat dinyatakan oleh persamaan :
Δ𝑠
𝑣 = lim ………...……………..………………………………(2.2.14)
Δt →0 Δ𝑡

Keterangan :
v = Kecepatan sesaat (m/s)
Δ𝑠 = Perubahan posisi
Δ𝑡 = Perubahan waktu
Dalam konteks yang lebih sederhana, dapat dituliskan sebagai :
𝑑𝑠
𝑣= ..……………..……………..……………………………..(2.2.15)
𝑑𝑡

Keterangan :
v = Kecepataan sesaat (m/s)
𝑑𝑠 = Perubahan posisi yang sangat kecil
𝑑𝑡 = Perubahan waktu yang sangan kecil

2.6 Gerak Lurus

Gerak lurus merupakan suatu gerak dari suatu obyek yang memiliki lintasan
berupa garis lurus. Jenis gerak ini biasa disebut juga sebagai suatu gerak translasi
beraturan. Dalam jangka waktu yang bersamaan terjadi perpindahan dengan
jumlah nilai besaran yang sama. Gerak lurus ini juga dapat dikelompokkan menjadi
dua yang pertama adalah gerak lurus beraturan dan yang kedua adalah gerak lurus
berubah beraturan yang dimana dibedakan dengan cara mengetahui ada tidaknya
nilai percepatan.
Gerak Lurus adalah gerak satu dimensi yang paling sederhana. Di mana suatu
benda bergerak dari satu titik menuju suatu arah dengan kecepatan dan jarak
tempuh tertentu. Gerak lurus disebut juga sebagai gerak linear. Sebagai vektor,
gerak lurus digambarkan berupa garis lurus dengan panah yang menunjuk satu arah
yang dituju. Inilah alasan mengapa gerak ini dinamakan gerak lurus. semakin besar
pula nilai kecepatanya, dan begitupun dengan sebaliknya.
Nilai-nilai perpindahan yang dapat ditentukan menjadi faktor penentu laju
kereta dinamika, konsepsi tentang perpindahan yang bernilai dekat dan jauh akan
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

berpengaruh pada waktu laju kereta dinamika tersebut. Faktor perpindahan yang
berpengaruh terhadap waktu pada Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus
Berubah Beraturan (GLBB). Kereta dinamika yang dipasang pada rel dengan jarak
yang telah ditentukan, akan digerakkan atau melaju dari titik awal sampai pada
titik yang ditentukan, mengukur waktu menggunakan stopwatch. Dari nilai
perpindahan yang telah ditentukan dengan melakukan percobaan yang dibutuhkan,
maka akan tercatat nilai waktu-waktu tersebut. Hal ini akan menunjukan grafik
hubungan antara perpindaha terhadap waktu pada Gerak Lurus Beraturan (GLB)
dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Pada Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB), rel kereta dinamika yang disanggakan pada batang statif akan
diletakkan dengan sudut tertentu terhadap bidang horizontal.
Gerak lurus adalah gerak suatu objek yang lintasannya berupa garis lurus. Jenis
garis lurus disebut juga sebagai suatu translasi beraturan. Saat bergerak, objek akan
mengalami perubahan jarak dan mengalami perubahan posisi. Dapat pula jenis
gerak ini disebut juga sebagai suatu translasi yang beraturan dimana biasanya
dalam rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang sama besanya. Gerak
lurus dapat juga di kelompokan menjadi gerak lurus berubah berturan yang di
bedakan dengan tanpa percepatan. Dalam peristiwa gerak pada pesawat Atwood
ini gerak di bagi menjadi dua jenis yaitu Gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak
lurus berubah beraturan (GLBB) (Maftukhin & Kurniawan, n.d.).
2.6.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak Lurus Beraturan adalah gerak suatu benda pada lintasan yang lurus
dimana pada setiap selang waktu yang sama, benda tersebut menempuh jarak
yang sama (gerak suatu benda pada lintasan yang lurus dengan kelajuan
tetap).
GLB atau gerak lurus beraturan adalah sebuah keadaan dimana sebuah
benda bergerak dalam kecepatan yang tetap atau konstan. Gerak lurus yang
beraturan ini bermula dari sebuah gerak. Gerak sendiri memiliki pengertian
“perubahan posisi objek dari titik awal ke tujuan”.
Pada gerak lurus beraturan, benda menempuh jarak yang sama dalam
selang waktu yang sama pula. Sebagai contoh, mobil yang melaju menempuh
jarak 2 meter dalam waktu 1 detik, maka satu detik berikutnya menempuh
jarak dua meter lagi, begitu seterusnya. Dengan kata lain, perbandingan jarak
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

dengan selang waktu selalu konstan atau kecepatannya konstan perhatikan


gambar berikut ini :

Gambar 2.2.2 Grafik v-t untuk GLB (Setyawan, 2019)


Pada gerak lurus beraturan, benda menempuh jarak dan selang waktu
yang sama. Grafik v-t menunjukan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu
tempuh (t) suatu benda yang bergerak lurus. Benda yang bergerak lurus
beraturan akan memiliki grafik v- t yang bentuknya seperti gambar tersebut.
Cara mengetahui bahwa kecepatan pada GLB dirumuskan sebagai berikut :
𝑣
𝑠= ……..………..………………………………..…...………..(2.2.16)
𝑡

Keterangan :
s = Jarak (m)
v = Kecepatan (m/s)
t = Waktu (s)
Jika benda memiliki jarak tertentu terhadap acuan, maka:
𝑠 = 𝑠0 + 𝑣. 𝑡 …….……...……………………………………..…..(2.2.17)
Keterangan :
s = Posisi akhir (m)
s0 = Posisi awal (m)
v = Kecepatan (m/s)
t = Waktu (s)

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau
berupa garis lurus dengan (tan) sudut kemiringan grafik dan menunjukkan
wilayah nilai kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik,
semakin besar pula nilai kecepatanya. Dan begitupun dengan sebaliknya.
Itulah hubungan antara ketiganya, yang saling berkaitan dan tidak dapat
dihilangka dari hubungan tersebut.
2.6.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda pada lintasan
lurus dengan kecepatannya berubah secara teratur tiap detik. Kamu tentunya
masih ingat bahwa perubahan kecepatan tiap detik adalah percepatan.
Dengan demikian, pada GLBB benda mengalami percepatan secara teratur
atau tetap.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah Gerak benda dalam
lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB) adalah salah satu gerak dalam fisika yang lintasannya berupa garis
lurus yang kecepatannya berubah secara konstan terhadap waktu sehingga
menimbulkan adanya perubahan kecepatan (percepatan atau perlambatan)
yang tetap. Jadi, ciri umum GLBB adalah bahwa dari waktu ke waktu
kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat, dengan kata lain
gerak benda dipercepat, namun demikian, GLBB juga berarti bahwa dari
waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lambat hingga berhenti.
Banyak sekali contoh dari gerak lurus brubah beratuan ini, misalnya suatu
mobil yang dipercepat, gerak benda pada bidang miring, gerak jatuhnya
benda (disebut gerak jatuh bebas) dan gerak pesawat terbang ketika akan
tinggal landas atatu ketika akan mendarat. Contoh sehari-hari GLBB
dipercepat adalah peristiwa jatuh bebas. Benda jatuh dari ketinggian tertentu
di atas. Semakin lama benda bergerak semakin cepat. Gerak jatuh bebas
adalah gerak sebuah benda yang jatuh dari suatu ketinggian tertentu karena
gerak ini bebas dari adanya gaya dorong. Variasi dari gerak ini adalah gerak
jatuh dipercepat dan gerak peluru.
Hubungan antara besar kecepatan (v) dengan waktu (t) pada gerak lurus
berubah beraturan (GLBB) ditunjukkan pada grafik di bawah ini :
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 2.2.3 Grafik GLBB (Setyawan, 2019)


Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda di lintasan yang lurus
dengan kecepatan yang berupa dalam frekuensi sama setiap waktunya.
GLBB memiliki variabel yang dapat dicari melalui rumus :
𝑣𝑡 = 𝑎. 𝑡 + 𝑣0 ………………………………………..……..…….(2.2.18)
Keterangan :
vt = Kecepatan akhir (m/s)

a = Percepatan (m/s2 )
v0 = Kecepatan awal (m/s)
t = Selang waktu (s)
Untuk mentukan jarak yang di tambah setelah t detik sebagai berikut:
1
𝑠 = 𝑣0 . 𝑡 + 2 𝑎. 𝑡 2 …………………………………………..…….(2.2.19)

Keterangan :
s = Jarak yang ditempuh (m)
v0 = Kecepatan awal (m/s)
t = Selang waktu (s)
a = Percepatan (m/s2 )
Bila dua persamaan GLBB diatas kita gabungkan, maka akan didapatkan
persamaan GLBB yang ketiga, yaitu :

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

𝑣𝑡 2 = 2. 𝑎. 𝑠 + 𝑣0 2 ……………………………………..……..…(2.2.20)
Keterangan :
vt = Kecepatan akhir (m/s)

a = Percepatan (m/s2 )
s = Jarak yang ditempuh (m)
v0 = Kecepatan awal (m/s)

2.7 Momen Inersia

Momen inersia yang memiliki satuan SI kg/m2 adalah ukuran kelembaman


suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi
daripada massa. Momen inersia merupakan konsep fisika yang digunakan untuk
menghitung rotasi suaatu benda dan porosnya. Contoh dari konsep inersia ini
banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, mengaduk minuman
digelas, buah dan daun yang jatuh dari pohon, gasing yang diputar, dan banyak
lagi. Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam
dinamika dasar, dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan
kecepatan sudut, momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain.
Dalam gerak rotasi, “massa” benda tegar dikenal dengan julukan Momen
Inersia alias MI. Momen Inersia dalam gerak rotasi itu mirip dengan massa dalam
gerak lurus. Jika massa dalam gerak lurus menyatakan ukuran kemampuan benda
untuk mempertahankan kecepatan linear (kecepatan linear = kecepatan gerak
benda pada lintasan lurus), maka Momen Inersia dalam gerak rotasi menyatakan
ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan sudut (kecepatan
sudut = kecepatan gerak benda ketika melakukan gerak rotasi). Disebut sudut
karena dalam gerak rotasi, benda bergerak mengitari sudut). Makin besar Momen
inersia suatu benda, semakin sulit membuat benda itu berputar alias berotasi.
sebaliknya, benda yang berputar juga sulit dihentikan jika momen inersianya
besar.
Gasing itu dapat berputar dengan seimbang karena didesain dengan baik
sehingga pusat massanya berada ditengah- tengah diameter gasing, dan yoyo pun
begitu. Hal ini dikarenakan bahwa setiap benda pastilah memiliki titik pusat massa
yang merupakan tempat dimana massa benda bertumpu, dengan perngertian ini

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

maka dapat dipastikan bahwa setiap benda pasti juga memiliki momen inersia
yang besarnya tergantung dari jarak pusat massa ke sumbu putar. Namun pusat
massa setiap benda tidaklah sama meskipun memiliki bentuk fisik yang hampir
sama seperti bola pejal dengan bola berongga, sehingga momen inersia antara bola
pejal dengan bola berongga jugalah tidak sama. Untuk mencari momen inersia
benda yang memiliki bentuk atau wujud tertentu seperti silinder pejal, bola dan
lain-lain sangatlah mudah. Lama dari putaran gasing atau yoyo ini bergantung
pada diameter, kecepatan rotasi, massa, dan momen inersia. Jadi, momen inersia
adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berputar pada porosnya. Semakin
jauh posisi massa benda ke pusat rotasinya semakin besar momen inersia benda
tersebut. Dengan mempelajari momen inersia kita dapat membuat putaran gasing
bertahan lebih lama dan efisien, begitu pula dengan alat-alat atau mesin yang
mempunyai prinsip yang sama (Ainni, n.d.).
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi tertentu) dari
sembarang objek, baik massa titik atau struktur tiga dimensi, diberikan oleh
rumus:
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 ………………….…..……………………………………..(2.2.21)
Keterangan :
I = Momen Inersia (kg/m2 )
r = Jarak dari elemen ke massa dm ke sumbu rotasi (m)
dm = Elemen massa kecil (kg)
Contoh penerapan momen inersia yaitu, Sentrifugasi dalam melakukan
pemisahan campuran bahan kimia. Mesin sentrifugasi memanfaatkan momen
inersia dari kesetimbangan antara tabung sentrifugasi untuk memisahkan
campuran bahan kimia, karena jika tidak setimbang, maka akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan seperti getaran berlebih pada mesin yang bisa berakibat
pada pecahnya tabung yang lain.
Contoh lainnya yaitu, Jaw Crusher pada industri sendiri dipakai secara luas
pada industri pertambangan, industri metal, konstruksi, pembangunan jalan tol,
pembangunan rel kereta dan industri kimia. Jaw Crusher bekerja mengandalkan
kekuatan motor. Melalui roda motor, poros eksentrik digerakkan oleh sabuk
segitiga dan slot wheel untuk membuat jaw plate bergerak seirama.

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Gambar 2.3.1 Alat Peraga Pesawat Atwood

Gambar 2.3.2 Neraca Analitik Digital

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 2.3.3 Pemberat

Gambar 2.3.4 Stopwatch

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 2.3.5 Beban Silinder


3.2 Prosedur Percobaan

Pertama-tama kami menyiapkan alat peraga pesawat atwood. Kemudian


mengatur posisi A, B, dan C lalu mengukur jarak diantaranya. Setelah itu kami
menimbang M1 dan M2 dan juga dua buah pemberat. Memasang M1 dan M2
melalui katrol pada pesawat atwood lalu membiarkan bergerak melintasi C-B-A.
Meletakkan silinder M2 pada titik C kemudian meletakkan benda di atas silinder
tersebut, sementara di sisi yang lain (M1) tetap dipertahankan pada posisinya.
Melepaskan silinder M1 agaer silinder M2 bergerak ke bawah dan bersamaan
dengan itu nyalakan stopwatch pertama. Ketika silinder M2 menyentuh titik B,
matikan stopwatch pertama kemudian nyalakan stopwatch kedua. Saat silinder M2
telah mencapai titik A matikanlah stopwatch kedua. Mencatat waktu tempuh
silinder M2 mulai dari titik C-B dan B-A. Mengulangi beberapa kali sesuai
petunjuk asisten. Melakukan percobaan lagi tetapi dengan jarak AB dan BC yang
berbeda. Mencatat semua hasil percobaan di tabel pengamatan.

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB IV
DATA PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan

No Jarak Waktu (s) Keterangan


(m) TBC TBA

XBC XBA 1 2 3 1 2 3
1. 0,6 0,4 1,53 1,54 1,55 0,51 0,52 0,53 Ms = 0,0153 kg

2. 0,3 0,7 1,18 1,19 1,20 1,23 1,24 1,25 Mb = 0,0116 kg

Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu, 30 Maret 2024


Kelompok/Frekuensi : 1B/II
Anggota Kelompok : 1. Gibran S Suaib 09120230049
2. Yulia Feby M 09120230066
3. Adibah Rania 09120230092
4. Nur Nabila D Djuanda 09120230103
5. Muh Ifdal 09120230150

Makassar, 04 April 2024


ASISTEN

(Nahda Tunnisa)

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB V
PENGOLAHAN DATA
Tbc
5.1 Menentukan Σ 𝒏
Tbc T1+T2+T3
Tbc = 𝛴 =
n n
Tbc1+Tbc2+Tbc3
Tbc1 = n
1,53+1,54+1,55
Tbc1 = 3

= 1,54 s
Tbc1+Tbc2+Tbc3
Tbc2 = n
1,18+1,19+1,20
Tbc2 = 3
3,57
= 3

= 1,19 s
Tba
5.2 Menentukan Σ 𝒏
Tba T1+T2+T3
Tba = 𝛴 =
n n
Tba1+Tba2+Tba3
Tba1 = n
0,51+0,52+0,53
Tba1 = 3
1,56
= 3

= 0,52 s
Tba1+Tba2+Tba3
Tba2 = n
1,23+1,24+1,25
Tba2 = 3
3,72
= 3

= 1,24 s
5.3 Persamaan benda dan percepatan gravitasi
2 (Xbc + Xba)
𝑎𝑛 = (𝑇𝑏𝑐 2 + 2.𝑇𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎)
2 (0,6 + 0,4)
𝑎1 = 1,542 + 2 . 1,54 . 0,52
2
= 2,371+1,601
2
= 3,972
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

= 0,50 m/s2
2 (0,3+0,7)
𝑎2 = 1,192+ 2 . 1,19 . 1,24
2
= 1,416+2,951
2
= 4,367

= 0,45 m/s2
(ms+mb) 𝑎𝑛
𝑔𝑛 = 𝑚𝑏
(0,0153+0,0116) 𝑥 0,0503
𝑔1 = 0,0116
0,021
= 0,0116

= 1,81 m/s2
(0,0513+0,0116) 𝑥 0,457
𝑔2 = 0,0116
0,020
= 0,0116

= 1,72 m/s2
5.4 Teori Ketidakpastian
Untuk percepatan
𝑋𝑏𝑎2
a = 2𝑋𝑏𝑐+ 𝑇𝑏𝑎2
0,42
a = 2 ( 0,06 )𝑥 0,51
0,16
= 1,2 𝑥 0,51
0,16
= 0,068

= 2,35 m/s2

δa δa 2 δa
Δa =√( )2 + (ΔXba)2 + ( ) + (ΔXbc)2 + ( )2 + (ΔTba)2
δXba δXbc δTba

δa 𝑋𝑏𝑎2
(δXba )2 = 2𝑋𝑏𝑐+ 𝑇𝑏𝑎2

Dimana :

u = (Xba)2 u’ = 2Xba

v = 2Xbc . Tba2 v’ = 0

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

δa 𝑢′ .𝑣−𝑢 .𝑣′
(δXba )2 = 𝑣2

2𝑋𝑏𝑎 . 2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 − 𝑋𝑏𝑎2 . 0


= (2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎)2

2𝑋𝑏𝑎−𝑋𝑏𝑐 2 . 0
= 2𝑋𝑏𝑐+ 𝑇𝑏𝑎2

2 (0,4)−(0,6)2 . 0
= 2.0,6 . 0,512

0,8
=
0,312

= 2,56 m/s2

1
ΔXba = 2 x skala terkecil

1
= 2 x 0,001

= 0,0005 m/s2
δa 𝑋𝑏𝑎2
(δXbc )2 = 2𝑋𝑏𝑐+ 𝑇𝑏𝑎2

0,42
= 2 ( 0,03 )𝑥 0,51

0,16
= 0,06 𝑥 0,51

0,16
= 0,030

= 0,53 m/s2

Dimana :

u = Xba2 u’ = 0

v = 2Xbc . Tba2 v’ = 2Tba2

δa 𝑢′ .𝑣−𝑢 .𝑣′
(δXbc )2 = 𝑣2

0 . 2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 − 𝑋𝑏𝑎2 . 2𝑇𝑏𝑎2


= (2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 )2

2 (0,3) . 0,512 − 0,4 . 2(0,51)2


= (2(0,3) . (0,51)2 )2
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

−0,052
= 0,024

= -2,16 m/s2
1
ΔXbc = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 0,001

= 0,0005 m/s2
δa 𝑋𝑏𝑎2
(δTba )2 = 2𝑋𝑏𝑐+ 𝑇𝑏𝑎2

Dimana :

u = Xba2 u’ = 0

v = 2Xbc . Tba2 v’ = 4 Xbc . Tba

δa 𝑢′ .𝑣−𝑢.𝑣′
(δTba )2 = 𝑣2

0 . 2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 − 𝑋𝑏𝑎2 . 4 𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎


= (2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 )2

0− 𝑋𝑏𝑎2 .4𝑋𝑏𝑐 .𝑇𝑏𝑎


= 2𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2

0,42 . 4 . 0,3 . 0,51


= 2 (0,3) . 0,51

0,979
=
0,306

= 3,19 m/s2

√(𝑇𝑏𝑎1 - 𝑇𝑏𝑎𝑛 )2 + (𝑇𝑏𝑎2 - 𝑇𝑏𝑎𝑛 )2


ΔTba = 𝑛(𝑛−1)

√(0,51 - 0,52)2 + (0,52−0,52)2 + (0,53 - 0,52)2


= 3(3−1)

0,0001 + 0 + 0,0001
=√ 6

0,014
=√ 6

= 0,04 m/s2

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

δa δa δa
Δa =√( δXba )2 + (ΔXba)2 + ( δXbc)2 x (ΔXbc)2 + ( δTba )2 x (ΔTba)2

= √(2,564)2 x (0,0005)2 + (2,144)2 x (0,0005)2 + (0,318)2 x (0,048)2

= 6,574 + 2,5 𝑥 10−7 + 4,596 + 2,5 𝑥 10−7 + 0,101 + 0,002

= 11,27 m/s2

Δ
KR = 2 (Δa+a ) 𝑥 100 %

11,273
= 2 ( 11,273+2,352 ) 𝑥 100 %

= 0,41 %

KB = 100 % - 0,413 %

= 99, 58 %

Untuk Gravitasi

( 𝑚𝑠+𝑚𝑏 )𝑎
g = (𝑚𝑏)

( 0,0153+0,0116 )
= (0,0116 )

= 5,27 m/s2

δg 2 δg 2 δg
Δg =√( ) + (Δms)2 + ( ) x (Δmb)2 + ( )2 x (Δa)2
δms δmb δa

δg ( 𝑚𝑠+𝑚𝑏 )𝑎
( δms )2 = (𝑚𝑏)

Dimana :

u = ( ms + mb ) a u’ = a

v = mb v’ = 0

δg 𝑢’ .𝑣− 𝑢’ .𝑣’
( δms )2 = 𝑣2

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

𝑎 ( 𝑚𝑏+𝑚𝑠 )𝑎.0
= (𝑚𝑏)2

𝑎
= (𝑚𝑏)

2,352
= 0,0116

= 202,75 m/s2

1
Δms = 2 x skala terkecil

1
= 2 x 0,001

= 0,0005 m/s2

δg (𝑚𝑠+𝑚𝑏 )𝑎
(δmb )2 = (𝑚𝑏)

Dimana :

u = ( ms + mb ) u’ = a

v = mb v’ = 1

δg (𝑚𝑠+𝑚𝑏 )𝑎
(δmb )2 = (𝑚𝑏)

2,352−(0,0153+0,0116 )2,352
= 0,0116

2,352−0,063
= 0,0116

2,289
= 0,0116

= 197,32 m/s2

1
Δmb = 2 x skala terkecil

1
= 2 x 0,001

= 0,0005 m/s2

δg (𝑚𝑠+𝑚𝑏 )𝑎
(δa ) = (𝑚𝑏)

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Dimana :
u = ( ms + mb )a u’ = ( ms + mb )
v = mb v’ = 0
δg 𝑢’ .𝑣− 𝑢 .𝑣’
(δa ) = 𝑣2

( 𝑚𝑠+𝑚𝑏 )𝑚𝑏−( 𝑚𝑠+𝑚𝑏 )𝑎.0


= 𝑚𝑏 2

𝑚𝑠+𝑚𝑏
= 𝑚𝑏

0,0153+0,0116
= 0,0116

2,206
= 0,0116

= 2,24 m/s2

√𝑎2 - 𝑎𝑛)2 + (𝑎2 - 𝑎𝑛)2


Δa = 𝑛(𝑛−1)

√(0,503 - 0,48)2 + (0,457−0,48)2


= 2(2−1)

0,0001
=√ 2

= 0,01 m/s2
δg δg δg
Δg =√( δms )2 + (Δms)2 + ( δmb)2 x (Δmb)2 + ( δa )2 x (Δa)2

= (202,758)2 x (0,0005)2 + (197,327)2 x (0,0005)2 + (2,241)2 x (0,015)2

= 80053,77 m/s2

Δ
KR = 2 (Δa+a ) 𝑥 100 %

0,015
= 2 ( 0,015+2,352 ) 𝑥 100 %

= 0,0031 %

KB = 100 % - 0,00316857 %

= 99, 99 %

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB VI
ANALISIS PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Pengolahan Data

Berdasarkan perhitungan percobaan pesawat atwood pada Bab V didapatkan


data hasil perhitungan sebagaiamana terlihat pada tabel 2.6.1
Tabel 2.6.1 Data Hasil Perhitungan

Xbc Tbc Xba Tba a g


No Keterangan
(m) (s) (s) (s) (m/s2 ) (m/s2 )

1 0,6 1,54 0,4 0,52 0,50 1,81 Mb = 0,0116 kg


2 0,3 1,19 0,7 1,24 0,45 1,72 Ms = 0,0153 kg

Dari hasil perhitungan pertama kami mendapatkan nilai waktu rata-rata


percepatan Tbc1 1,54 s, Tbc2 1,19 s, dengan Xbc1 0,6 m dan Xbc2 0,3 m. Dengan
Ms 0,0153 Kg dan Mb 0,0116 Kg. Dari hasil perhitungan kedua kami
mendapatkan nilai waktu rata-rata percepatan Tba1 0,52 s, Tba2 1,24 s, dengan
Xba1 0,6 m dan Xba2 0,3 m. Dengan Ms 0,0153 Kg dan Mb 0,0116 Kg. Dari data
di atas membuktikan bahwa semakin besar jarak, maka waktu tempuh yang
dibutuhkan semakin besar. Sedangkan semakin kecil jarak, maka waktu tempuh
yang dibutuhkan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil yang kami dapatkan
pada percobaan menggunakan Mb 0,0116 kg dan Ms 0,0153 kg, Xbc dengan jarak
0,6 m dan 0,3 m membutuhkan waktu selama 1,54 s dan 1,19 s. Dimana Xba
dengan jarak 0,4 m dan 0,7 m membutuhkan waktu selama 0,52 s dan 1,24 s. Pada
percepatan benda diperoleh nilai 0,50 m/s2 dan 0,45 m/s2 . Serta pada percepatan
gravitasi diperoleh nilai 1,81 m/s2 dan 1,72 m/s2 .
Setelah melakukan tahapan perhitungan kecepatan dan percepatan yang
dilakukan terhadap percobaan A dan percobaan B, selanjutnya kami sudah dapat
menghitung nilai dari momen inersia, yang dimana sudah diketahui bahwa nilai
percepatan gravitasi memiliki nilai 1,76 m/s².

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan pada pesawat Atwood kami dapat mengetahui


nilai percepatan suatu benda serta di tetapkan suatu gravitasi dari suatu benda.
Nilai dari percobaan di peroleh dari hasil pembagian dari gerak benda B. Jika
dikuadratkan dari percepatan diperoleh dari hasil pembagian antara penjumlahan
tiga kali massa silinder, massa benda dan massa katrol dikali dengan percepatan
suatu massa itu sendiri. Serta mampu menjalankan suatu peristiwa gerak lurus
berubah beraturan dan gerak lurus beraturan pada peristiwa katrol yang bergerak
pada massa benda.

7.2 Saran

7.2.1 Saran untuk laboratorium

Semoga kedepannya ruang laboratorium dan ruang asistensi dapat di


perluas dan menambahkan kipas atau ac agar semua praktikan dapat
asistensi dengan baik dan nyaman, dan sebaiknya laboratorium
menyediakan rak sepatu agar lebih rapi.

7.2.2 Saran Untuk Asisten

Semoga kedepannya tetap menjadi asisten yang lebih mengerti, dan


membantu kami dengan sabar.

7.3 Ayat yang berhubungan

‫ب َل يَ ْعلَم َها ا َِل ه َو ۗ َويَ ْع َلم َما فِى ْالبَ ِر َوا ْلبَ ْح ِر ۗ َو َما تَسْقط مِ ْن َو َرقَة ا َِل يَ ْعلَم َها َو َل‬
ِ ‫َو ِع ْندَه َمفَا تِح ْالغَ ْي‬
‫طب َو َل َيا ِبس ا َِل فِ ْي ِك ٰتب ُّم ِبيْن‬ ْ ‫ض َو َل َر‬ ِ ‫ال ْر‬ َْ ‫ت‬ ِ ٰ‫َحبَة فِ ْي ظلم‬

"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui
selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai
daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Al-An'am 6:59)
PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt.3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

DAFTAR PUSTAKA

Ainni, A. Q. (n.d.). Paper Momen Inersia.


Ariska, M. (2019). Penyelesaian Dinamika Pesawat Atwood Dengan Persamaan
Eular-Lagrange Sebagai Alternatif Persamaan Newton Pada Fisika Sma. Jurnal
Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 6(1), 62–69.
https://doi.org/10.36706/jipf.v6i1.7816
Dara, A. (2024). Makalah gaya. 2201031003.
Elias, G. F., Makahinda, T., & Lolowang, J. (2022). Rancang Bangun Alat Timer
Otomatis Pesawat Atwood Berbasis Arduino. Charm Sains: Jurnal Pendidikan
Fisika, 3(1), 19–23. https://doi.org/10.53682/charmsains.v3i1.146
Jefiza, A., & Novianas, H. (2020). Optimasi Pesawat Atwood Menggunakan Sensor
LDR (Light Dependent Resistor). Journal of Applied Sciences, Electrical
Engineering and Computer Technology, 1(2), 19–25.
https://doi.org/10.30871/aseect.v1i2.2361
Jonifan, Lidya, L., & Yasman. (2019). Hukum Newton Tentang gerak. 103–127.
Maftukhin, A., & Kurniawan, E. S. (n.d.). Pengembangan Pesawat Atwood Berbasis
Sensor LDR ( Light Dependent Resistor ) sebagai Alat Peraga GLB Dan GLBB
MS ID IS IK A – U IT SM LR. 3(2), 107–111.
Ridho, M. R., Ajidewantara, B., & Nurdiyanti. (2020). Analisis Korelasi Kecepatan
dan Percepatan Saat Gerak Lurus Menggunakan Pesawat Atwood Berbasis
Arduino dengan Sensor Logam. Prosiding Seminar Nasional Fisika (SNF), 4,
57–61.
https://fisika.fmipa.unesa.ac.id/proceedings/index.php/snf/article/view/135
Setyawan, H. (2019). Modul pembelajaran SMA Konsep Gerak. Direktorat
Pembinaan SMA - Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 465, 56–59.

PESAWAT ATWOOD
KLP.1B/FREK.2/TEKNIK INDUSTRI

Anda mungkin juga menyukai