Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

PESAWAT ATWOOD

DISUSUN OLEH:
NAMA : VIRAMITHA TUALEKA
STAMBUK : 09320220345

KELOMPOK VA/VIII
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan mempelajari ilmu fisika yaitu agar dapat mengetahui bagian dasar dari
benda dan mengerti interaksi antar bebda-benda, serta mampuuntuk menjelaskan
mengenai fenomena yang terjadi. Dalam ilmu fisika, kita mempelajari apa itu
Pesawat atwood ditemukan oleh saintis berkebangsaan inggris, George Atwood
(1746-1807). Pesawat Atwood terdiri atas dua buah beban dengan massa yang sama
dan dihubungkan dengan tali bermassa kecil. Tali dihubungkan dengan katrol
bermasa kecil dan hamper bebas gesekan. Alat ini awalnya digunakn untuk
mempelajari konsep gerak dan mengukur percepatan gravitasi bumi (g). Percobaan
fisika mengunakan Pesawat Atwood, gerak benda relattif lambat, kemudian gerak
benda dipercepat untuk memahami hukum Newton II tentang gerak.
Percepatan sistem pada Pesawat Atwood bergantung pada dua perubah (gaya
F dan massa M, dengan a = F/M). Satu perubah dijaga dengan besar tetapi
sementara nilai besaran lainnya diubah-ubah. Dengan membuat beragam berat
beban yang tidak seimbang, beban-beban akan bergerak dipercepat satu beban
bergera ke atas dan satu beban yang diberikan pemberat bergerak ke bawah.
Resultan percepatan diukur dari data percobaan dan hasilnnya dibandingkan dengan
perhitungan menggunakan hukum Newton II tentang gerak, pengukuran waktu
menggunakan stopwatch (Irdzan, 2018)
Pada percobaan ini, kami mencoba untuk membuktikan apakah
hukum Newton tersebut dapat diaplikasikan terhadap pesawat atwood. Alat peraga
yang terdiri dari tiang berskala R yang pada ujung atasnya terdapat katrol, tali
penggantung yang massanya dapat diabaikan, dua beban M1, M2 dan M3 berbentuk
lempengan dengan massa yang sama masing-masing M diikatkan pada ujung tali
penggantung, dua beban tambahan dengan massa masing-masing m1 dan m2, dan
yang terakhir genggaman dengan pada pegas. Hal ini dapat diterapkan danjuga
berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari. Jasanya telah membawa peradaban
yang luar biasa, akibatnya banyak sekali manfaat dari hukum Newton tersebut
(Saras Dian Pramudita, 2012).

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Intruksi umum (TIU)


1. Mahasiswa dapat memahami penggunaan Pesawat Atwood dalam
penentuan tetapan gravitasi
1.2.2 Tujuan Intruksi Khusus (TIK)
1. Menjelaskan peristiwa Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak
Lurus Beraturan (GLB)
2. Menetukan percepatan
3. Menentukan nilai gravitasi

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesawat Atwood

Pesawat atwood adalah alat experimental yang sering di gunakan untuk


mengamati hukum-hukum mekanik tentang gerak akselerasi secara teratur. Dalam
percobaan bidang atwood terdapat gerakan lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB). Gerak Lurus Beraturan (GLB) merupakan gerakan
garis lurus dengan kecepatan tetap, sehingga jarak yang di tempuh dalam geraak
lurus dengan kecepatan tetap, sehingga jarak beraturan adalah kelajuan kali waktu.
Sedangkan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerakan lurus ke arah
horizontal dengan kecepatan yang berubah setiap saat karena akselerasi yang tetap.
Tidak hanya gerakan garis dan gerakan lurus berubah secara teratur, tetapi prinsip
kerja katrol juga di terapkan. Momen inersia sebuah katrol ini dapat di tentukan
dengan menggunakan pendekatan matematika.
Pesawat Atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2
pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Pada
pengoperasian alat ini, yang dihitung adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu
beban yang bergerak dengan kecepatan awalnya sama dengan nol sampai beban
tersebut berhenti bergerak. Jika sistem yang terdiri dari suatu benda yang bermassa
m1, dan m2 pada percobaan pesawat atwood akibat suatu gaya baik bumi yang
menurut hukum II newton yang berbunyi apabila ada gaya yang dapat bekerja pada
suatu benda yang akan mengalami sesuatu pada percepatan yang arahnya sama
dengan arah gaya, maka benda akan mengalami suatu percepatan.
(Arsy,widya,2013)
Penggunaan suatu alat secara manual dinilai sudah umum, sangat sederhana,
dan hasil yang diperoleh kurang akurat. Demikian juga pada pengoperasian pesawat
Atwood data yang diperoleh secara manual mempunyai perbedaan persentase yang
tinggi terhadap teori Alat ini mulai dikembangkan sekitar abad ke delapan belas
untuk mengukur percepatan gravitasi. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali
yang dihubungkan dengan sebuah katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
beban m1 dan m2. Jika massa benda m1 dan m2 sama (m1 = m2), maka keduanya
akan diam. Akan tetapi jika massa benda m2 lebih besar dari pada massa benda m1
(m2 > m1), maka massa m1 akan tertarik oleh benda m2.
Secara matematis dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

(𝑀2 + 𝑀1 )𝑔 − 𝑓𝑔
𝑎 ………..….……………………...….................................................(2.2.1)
=
1
𝑀1 + 𝑀2 + 2
𝑟
Keterangan :
I = Momen inersia katrol, R = Jari-jari katrol, g= Percepatan gravitasi,
fg = Kerugian gaya gesek

Gambar 2.2.1 Pesawat Atwood (Sumber. Academia.edu)

2.2 Hukum Newton

Hukum newton adalah tiga rumusan dasar dalam fisika yang menjelaskan dan
memberikan gambaran tentang kaitan gaya yang bekerja dengan gerak yang terjadi
pada suatu benda. Kata Newton berasal dari ilmuan yang menemukan dan
memperkenalkannya yaitu Sir Isaac Newton, Ketiga hukum tersebut dirangkum
dalam karyanya Philosophiae Naturalis Principia Mathematica. Hukum Newton
dijelaskan untuk meneliti dan mengamati gerak dalam berbagai mekanisme maupun

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
sistem. Hukum juga dapat membuat kita paham mengenai hukum gaya yang
bekerja dengan gerakan yang terjadi pada benda yang berkaitan mengenai suatgaya
dan gerak pada permukaan benda. Hukum ini terdiri dari tiga macam atau jenis
yaitu hukum I Newton, hukum II Newton, serta hukum III Newton.
a. Hukum Newton I
Newton mengatakan bahwa “Jika resultan gaya pada suatu benda sama
dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan
tetap bergerak dengan kecepatan tetap”. Kesimpulan Newton tersebut dikenal
sebagai hukum I Newton.

∑F = 0
…….....……….....……….…...……..……….................... (2.2.2)

Keterangan :
∑ 𝐹 = Resultan gaya yang bekerja pada benda diam (v = 0)
Hukum Newton I jika suatu sistem sudah mendapat gaya luar sistem akan
tetap dalam keadaannya semula diam, atau bergerak berubah beraturan dengan
kecepatan konstan F= 0.
b. Hukum Newton II
Dalam Hukum Newton II ini dengan menjelaskan bahwa “Percepatan yang
dihasilkan oleh resultan yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan
resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”. Atau biasa juga
diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari
momentum linear benda tersebut terhadap waktu. Dapat dirumuskan sebagai
berikut:

∑ F = m. a …................………...............................……….…….(2.2.3)

Keterangan :
∑F= Gaya (N), m = Massa Benda (Kg), a= Percepatan (m/s2)
Hukum Newton dari sistem sebanding dengan gaya yang bekerja pada sistem
itu adalah F= m.a
Hukum Newton diatas memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
2. Besarnya percepatan sebanding dengan gaya yang bekerja.
3. Untuk yang tetap maka berlaku gerak persamaan tersebut.
c. Hukum Newton III
Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika suatu benda memberikan gaya
pada benda yang lain maka benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang
besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi arahnya
berlawanan.

Faksi = -Freaksi ...................….………...……...……………….…......(2.2.4)

Keterangan :
F = Gaya ( N )

2.3 Gaya

Gaya merupakan dorongan atau tarikan yang akan mempercepat atau


memperlambat gerak suatu benda.

𝐹 = 𝑚 × 𝑎 .......………...................................…..…………….....(2.2.5)

Keterangan :
F= Gaya (N), a= Percepatan (m/s), m= Massa Benda (kg)
a. Gaya Gesek
Gaya Gesek adalah gaya yang bekerja antara dua permukaan benda yang
saling bersentuhan.

𝑓𝑔 = 𝜇𝑔 × N
.........................…......…..…..…………..........…...........................…....(2.2.6)

Keterangan :
Fg = Gaya Gesek (N), µg= Kofisien Gesekan, N = Gravitasi Bumi
b. Gaya Berat
Gaya Berat adalah gaya tarik bumi yang bekerja pada suaru benda. Berat
suatu benda adalah didefinisikan sebagai suatu besarnya gaya tarik bumi yang
bekerja pada benda tersebut. Berat benda itu sangat dipengaruhi oleh besarnya kuat
medan dari grafitasi dimana benda itu tepat berada. Jadi ketika kita berbicara soal
tentang gaya berat yang di mana gaya berat adalah suatu yang didefiniskan sebagai

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda berat suatu benda adalah suatu
besarnya gaya tarik bumi yang bekerjapada suatu benda tersebut. Dapat di tuliskan
seperti rumus berikut yang di bawah ini:

𝑤 = 𝑚 × 𝑔 .................…..…...…………….……………...……(2.2.7)

Keterangan :
w = Gaya berat (N), m = Massa benda (kg), g = Gravitasi bumi (m/s2)

2.4 Percepatan

Percepatan adalah perubahan kecepatan dan atau arah dalam selang waktu
tertentu. Percepatan merupakan besaran vektor. Tiap benda yang mengalami
perubahan kecepatan, baik besarnya saja atau arahnya saja atau kedua-duanya, akan
mengalami percepatan. Percepatan rata-rata (𝑎) adalah hasil bagi antara perubahan
kecepatan (∆v) dengan selang waktu (∆t). Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut :

……..…...................................................(2.2.8)

Keterangan :
a = percepatan rata-rata (m/s2), ∆v = perubahan kecepatan (m/s),
∆t= selang waktu (s), V1 = kecepatan awal (m/s), V2= kecepatan akhir
(m/s), t1= waktu awal (s), t2 = waktu akhir (s).

2.5 Gerak Lurus

Gerak lurus adalah gerak suatu objek yang lintasannya berupa garis lurus.
Jenis gerak ini disebut juga suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama
terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus terbagi menjadi 2, yaitu Gerak
Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus berubah Beraturan (GLBB). Dinamika
gerak meliputi berbagai jenis gerak, beraturan pada rentang waktu yang sama
terjadi perpindahan yang besarnya sama.. Gerak adalah gerakan suatu obyek yang
itu lintasanya berupa garis lurus, dapat pula jenis gaya ini disebut suatu translasi
yang beraturan pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya
sama.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
a. Gerak Lurus Beraturan
Gerak adalah perubahan atau perpindahan posisi suatu objek atau suatu benda
yang diamati dari suatu titik acuan. Di dalam ilmu fisika, kita dapat mengenal
apakah yang dimaksud dengan pengertian Hukum I Newton, Hukum II Newton,
Hukum III Newton. Ketiga hukum tersebut diungkapkan oleh salahseorang ilmuan
besar dan terkenal dalam sejarah karena penemuannya, namabeliau bernama Sir
Isaac Newton. Suatu benda dikatakan dapat bergerak secara beraturan yaitu jika
benda tersebut percepatan atau kecepatannya dalam posisi tetap atau tidak ada
percepatan baik diperlambat maupun dipercepat Percepatan konstan adalah atau
berarti besar dan arah percepatan selalu konstan pada setiap saat (Muhammad Satrio
Bimasakti, 2011).

Gambar 2.2.2 Grafik kedudukan terhadap waktu dari gerak lurus beraturan
(Sumber. Kibrispdr.org)
Contoh dari gerak lurus adalah mobil yang dan bergerak pada jalan yang
lurus. Secara matematis gerak lurus beraturan dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑠 𝑠
𝑣= 𝑠 =𝑣×𝑡 ……….……....................................................(2.2.9)
𝑡=
𝑡 𝑣

Keterangan:
v = Kecepatan (m/s), s= Jarak atau Perpindahan (m), t= Waktu (s)
Hubungan dari antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau berupa
garis lurus dengan tangan (tan) sudut kemiringan grafik dan menunjukkan nilai
kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik, semakin besar pula nilai

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
kecepatannya.Dan begitupun dengan sebaliknya. Itulah hubungan antara ketiganya,
yang saling berkaitan dan tidak dapat dihilangkan dari hubungan tersebut.

Gambar 2.2.3 Grafik x terhadap t untuk benda yang bergerak lurus beraturan.
(Sumber. Fisikazone.com)
Selanjutnya untuk sebuah benda yang bergerak lurus berubah beraturan:

X = X 0 + V0 .t +
……...…....................................................................(2.2.10)
1
.a.t 2
2

Keterangan :
X0= Posisi awal (m), X= Posisi akhir (m), V0= Kecepatan awal (m/s),
V= Kecepatan akhir (m/s), A= Percepatan (m/s2),t = Waktu (s).
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak Lurus berubah beraturan adalah gerak benda pada lintasan lurus
dengan dan percepatan dan kecepatan yang berubah secara teratur contoh dari
percepatan GLBB dalam kehidupan sehari-hari adalah gerak pada buah yang jatuh
dari pohonnya dan kertas dilempar keatas pada umumnya GLBB didasari oleh
Hukum Newton II. (Serway, 2014).

𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑎𝑡

1 .....................................................................(2.2.11)
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡
2
𝑣𝑡 2 = 𝑣02 + 2𝑎𝑠
Keterangan :
S = Jarak atau perpindahan (m), v = Kelayakan atau kecepatan (m/s), t =
Waktu yang dibutuhkan (s), a= Percepatan benda (m/s2), V0= Kecepatan awal
(m/s)

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Suatu benda yaitu melakukan suatu gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
jika percepatannya itu selalu konstan. Percepatan adalah atau merupakan besaran
vektor yaitu (besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan adalah
atau berarti besar dan arah percepatan selalu konstan pada setiap saat. Dan
walaupun besar percepatan suatu benda itu selalu konstan tetapi jika arah
percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak akan konstan. Dan
demikian juga sebaliknya, jika arah percepatan suatu benda itu selalu konstan, dan
akan tetapi besar percepatannya selalu berubah maka dari itu percepatan benda
tidak konstan. Itulah sebabnya mengapa dikatakan Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB). Sebenarnya kedua tipe gerak benda yang dibahas di atas bukanlah jenis
gerak yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Gerak yang banyak
kita jumpai pada umumnya jauh lebih kompleks dan rumit.
Percepatan adalah besaran vektor yaitu (besaran yang mempunyai besar dan
arah). Percepatan konstan adalah atau berarti besar dan arah percepatan selalu
konstan pada setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda itu selalu konstan
tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak akan
konstan. Dan walaupun besar percepatan suatu benda itu selalu konstan tetapi jika
arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidakakan konstan. Arah
percepatan selalu konstan pada setiap saat dan demikian juga sebaliknya, jika arah
percepatan suatu benda itu .

Gambar 2.2.4 Grafik Kedudukan terhadap waktu dari gerak lurus.


(Sumber. Yustayurda.blogspot.com)
Jika benda bergerak lurus berubah beraturan tanpa kecepatan awal (v0 = 0),
maka menjadi :

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
…............…..........................................................................................(2.2.12)
1
X = X0 + 2at

Keterangan :
X0 = Posisi awal (m), X = Posisi akhir (m), a = Percepatan (m/s2),
t= Waktu (s)
Dari persamaan di atasakan diperoleh grafik linier jika diplot antara x
terhadap t2 dengan kemiringan grafik tan () = a/2. Gerak benda yang mengalami
percepatan disebut gerak lurus berubah beraturan dipercepat, sedangkan gerak yang
di perlambat.

Gambar 2.2.5 Grafik x terhadap t2 untuk GLBB


(Sumber. Kinematika.weebly.com)
c. Gerak Melingkar Beraturan
Gerak Melingkar adalah jika senuah benda dapat bergerak dengan cara
melingkar dilakukan pada benda maka akan berlaku persamaan gerak lingkar
sehingga dalam hal ini ada visis momen inersia (momen lembap) yang ekuivalen
pada besaran visis massa (m) pada gerak momen inersia (i) suatu benda pada pokok
harganya sama dengan sesuai porosnya. Arah dari kecepatan sudut pada GMB
searah dengan arah dari kecepatan linearnya.
Kecepatan sudut dari gerak melingkar beraturan memang tetap, tetapi arah
kecepatan sudutnya berbeda–beda karena gerak benda dipengaruhi oleh gaya yang
membelokkan benda tersebut, gaya ini disebut dengan gaya sentripetal. Karena arah
kecepatan yang berbeda ini, maka terdapat arah percepatan yang berubah-ubah pada
GMB. Percepatan yang dipengaruhi oleh gaya sentripetal ini disebut dengan

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
percepatan sentripetal, arah percepatan tersebut selalu menuju titik pusat lingkaran
tetapi besar percepatan sentripetal tetap sama karena tidak terjadi perubahan
kecepatan sudut benda. Dan walaupun besar percepatan suatu benda itu selalu
konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda
tidakakan konstan.

Gambar 2.2.6 Arah kecepatan terus berubah sementara benda bergerak


(Sumber Hogasaragih.wordpress.com)
Gerak Melingkar adalah jika senuah benda dapat bergerak dengan cara
melingkar dilakukan pada benda maka akan berlaku persamaan gerak lingkar
sehingga dalam hal ini ada visis momen inersia (momen lembap) yang ekuivalen
pada besaran visis massa (m) pada gerak momen inersia (i) suatu benda pada pokok
harganya sama dengan sesuai porosnya.

2.6 Hukum Newton Tentang Gravitasi

Contoh yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dalam bidang mekanika
klasik bahwa benda apapun di atas atmosfer akan ditarik oleh bumi, yang kemudian
banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh. Kecepatan sudut atau yang juga
sering disebut dengan kecepatan anguler adalah atau merupakan sudut yang
ditempuh oleh sebuah titik yang bergerak di suatu tepi lingkaran dalam satuan
waktu (t) tertentu. Besar gaya gravitasi ini sesuai dengan Hukum Newton tentang
gravitasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. “Setiap benda dialam akan
narik benda lain dengan gaya yang besarnya sebanding dengan hasil kali suatu
massa atau suatu partikel tersebut dan sebanding atau berbanding terbalik dengan
suatu kuadrat jaraknya”. Dan secara matematis Hukum Newton tentang suatu

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Gravitasi tersebut dapat pula dirumuskan sebagai berikut (Haridan Subbangi,
2007).

𝑀𝑚
F = ……………...................................................(2.2.13)
𝑅
𝑀𝑚
Atau F = G 𝑅2

Keterangan :
F = Gaya Gravitasi (W), M = Massa kedua benda (kg),
R = Jarak antara benda (M), G = Konstanta Gravitasi (6,67.10-4 Nm/kg).

2.7 Percepatan Gravitasi

Percepatan gravitasi adalah atau disebut juga sebagai kuat medan gravitasi
yang menyatakan suatu besarnya gaya gravitasi yang dirasakan oleh suatu benda
dengan persatuan massa. Kecepatan sudut atau yang juga sering disebut dengan
kecepatan anguler adalah atau merupakan sudut yang ditempuh oleh sebuah titik
yang bergerak di suatu tepi lingkaran dalam satuan waktu (t) tertentu dan
merupakan suatu objek yang ekivalen dengan 1 g, dengan nilai sebesar 9,80665
m/s. nilai tersebut merupakan ketetapan yang di ukur dari atas permukaan laut. Dari
pengertian ini maka kita dapat membuat suatu rumus yang secara matematisnya
adalah sebagai berikut :

𝑀 ………...…...……......………..........................……..(2.2.14)
𝑔 =𝐺
𝑅2

Keterangan :
g = Percepatan grafitasi (m/s2), M = Massa Benda (kg), R = Jarak antara
benda (M), G = Konstanta Grafitasi (6,67.10-4 Nm2kg)

2.8 Gerak Lurus

Dinamika gerak meliputi berbagai jenis gerak, ada gerak lurus, gerak lurus
beraturan, dan gerak lurus berubah berturan. Gerak adalah gerakan suatu obyek
yang itu lintasanya berupa garis lurus, dapat pula jenis gaya ini disebut suatu
translasi yang beraturan pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang
besarnya sama.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
a. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus suatu obyek dimana gerakan yang sama ini memiliki kecepatan
tetap atas konstan maka sehingga jarak yang di tempuh dalam gerak lurus
beraturan adalah kelajuan kali waktu.

S = v .t
….........................................................................................(2.2.15)
...........
Keterangan :
S = Jarak tempuh (m), v = Kecepatan (m/s), t = waktu (s)
Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau berupa
garis lurus dengan tangan (tan) sudut kemiringan grafik dan menunjukkan nilai
kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik. semakin besar pula nilai
kecepatannya. Dan secara matematis Hukum Newton tentang suatu Grafitasi
tersebut dapat pula diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua kegiatan yang
kita lakukan mempunyai gaya yang berhubungan dengan hukum Newton tersebut.
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus suatu objek dimana kecepatan benda terhadap waktu, akibat
adanya percepatan jumlah jarak yang di dasari oleh tdika lagi linear melainkan
kuadratik.Gerak lurus berubah adalah gerak benda pada lintasannya lurus yang
kecepatannya berubah secara beraturan, baik semakin cepat ataupun lambat. GLBB
dibagi menjadi dua macam, yaitu : GLBB dipercepat, dan diperlambat.

Vt2 = vo2 + 2as …............................................................................(2.2.16)

s = Vot2 + ½ ...................................................................................(2.2.17)
t2
Keterangan :
Vo = Kecepatan Awal (m/s), Vt= Kecepatan Akhir (m/s), a= Percepatan,
t = waktu (s), s = Jarak yang ditempuh (m).
Benda di katakan bergerak ketika ada gaya yang di berikan sehingga gaya
dapat di katakan sebagai sesuatu yang menyebabkan sebuah benda bergerak
lebihcepat, gerak itu sendiri dibagi atas dua yaitu gerak linear dan gerak rotasi.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Gerak linear adalah gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus,
sedangkan gerak rotasi adalah itu gerak yang bergerak secara menggelinding.
Galileo melakukan pengamatan pada atau mengenai benda-bendanya jatuh bebas.

1
X = X0 + 2at ...................................................................................(2.2.18)

Keterangan :
Xo = Posisi awal (m), X = Posisi Akhir (m), A = Percepatan (m/s2),
t = Waktu (s)
Dari persamaan di atas akan diperoleh grafik linier jika diplot antara x
terhadap t2 dengan kemiringan grafik tan () = a/2.
Sebenarnya kedua tipe gerak benda yang dibahas di atas bukanlah jenis gerak
yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. GLBB yang kecepatannya
makin lama makin kecil atau makin lambat.contohnya GLBB diperlambat adalah
gerak benda yang di lempar ke atas.

2.9 Gerak Transiasi

Gerak transiasi biasa juga disebut dengan gerak lurus adalah gerak suatu objek
yang lintasannya berupa garis lurus. Gerak transiasi dapat diartikan juga sebagai
gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan lintasan yang sama, sedangkan
gerak rotasi adalah gerak perputaran benda terhadap sumbu atau porosnya. Setiap
benda yang berputar pasti mengalami perpindahan sudut, suatu besaran aksi yang
dapat menyebabkan sebuah benda berputar disebut momen gaya sedangkan
perputaran benda tersebut disebut torsi. Torsi dapat dihitung dengan mengalihkan
gaya (F) dengan lengan gaya (d).
Secara prinsip pergeseran dapat dihubungkan dengan waktu oleh suatu
hubungan fungsional x = f (t). Jelas bahwa x boleh positif dan negative. Misalnya
pada saat t obyek berada pada posisi A dengn OA = x. Pada waktu yang lebih lanjut
(t), t berada pada B dengan OB = x, dengan menuliskan ∆x = x, - x sebagai
pergeseran partikel dan ∆t = t, - t sebagai selang waktu, jika percepatan rata-rata
selang waktu tertentu sama dengan pergeseran rata-rata persatuan waktu selama
selang waktu itu. Untuk menentukan kecepatan sesaat pada suatu titik A kita harus
membuat selang waktu ∆t sedemikian kecil.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
2.10 Momen Inersia

Momen inersia merupakan kecenderungan suatu benda untuk tetap diam atau
bergerak lurus beraturan (mempertahankan posisi atau keadaanya). Aplikasi dari
momen inersia dap at di lihat dari benda tegar, di mana benda tegar merupakan
keadaan suatu benda untuk mempertahankan posisinya ketika mendapat gaya atau
tekanan dari luar. Setiap benda tegar memiliki momen inersia yang berbeda karena
di sebabkan beberapa faktor yaitu pusat rotasi benda, massa benda dan jari -jari
benda tegar itu sendiri, untuk membuktikan teori tersebut perlu di lakukan
experimen yang membahas tentang momen kelembaman atau momen inersia pada
beberapa benda tegar, dengan mengetahui momen inersia suatu benda kita dapat
mengetahui ukuran kecenderungan suatu benda untuk tetap diam untuk
mempertahan kan posisi atau keadaannya. Momen inersia suatu benda bergantung
pada distribusi massa terhadap sumbu putarnya momen inersia sering juga di sebut
inersia rotasi, semakin besar momen inersia benda, semakin sulit benda itu
melakukan perputaran dari keadaan diam dan semakin sulit dia berhenti dari
keadaan berotasi, karena besar momen inersia sebanding dengan besar energi
kinetik benda yang berotasi dengan laju sudut tertentu.
Semakin besar momen inersia maka benda akan sulit bergerak. Sebaliknya,
momen inersia yang bernilai kecil menyebabkan benda akan mudah bergerak.

I = M x R2 ...................................................................................(2.2.19)

Keterangan :
M = Massa Benda, R = Jarak benda terhadap sumbu putar
Rumus momen inersia di atas dapat di gunakan jika besarnya momen inersia
(I) di dalam suatu benda bermassa yang mempunyai titik putar di dalam
sumbunya. Momen inersia tidak hanya bergantung pada massa dan jarak terhadap
titik putarnya. Melainkan juga sangat bergantung pada bentuk benda seperti
batang silinder, bola pejal cicin dan seterusnya, masing-masing memiliki nilai
momen inersia yang berbeda. Dengan mengetahui momen inersia suatu benda kita
dapat mengetahui ukuran kecenderungan suatu benda untuk tetap diam untuk
mempertahan kan posisi atau keadaannya.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

a. b.

c. d.

Gambar 2.3.1 Peralatan Praktikum Pesawat Atwood


(a) Alat Peraga Pesawat Atwood, (b) Stopwatch, (c) Roll Meter, (d) Beban
Pemberat.

3.2 Prosedur Kerja

Pertama-tama yang harus kami lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan,
kemudian memberikan nama dari macam-macam titik acuan pada alat peraga
pesawat atwood mulai titik paling atas dengan simbol C, tengah dengan B, dan yang
paling bawah dengan symbol A, setelah menentukan titik acuan kita mengukur jarak
antara titik acuan C ke B dan B ke A dengan menggunakan roll meter sebesar 1
meter sesuai dengan intruksi dari asisten. Kemudian memasang M1 dan M2 dan juga
dua buah pemberat, dengan aba-aba dari teman saya 123 dan biarkan hingga
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
bergerak melintasi titik C ke B dan hitung waktunya setelah alat pemberat
menyangkut di titik B, kemudian hitung waktu dari B ke A setelah alat pemberat
telah lepas. Menghitung waktunya mengunakan stopwatch. Ulangi prosedur di atas
beberapa kali hingga mendapatkan hasil waktu yang akurat sesuai intruksi asisten.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB IV
TABEL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Tabel pengamatan

Waktu (s) Keterangan


Jarak (m)
No. BC AB
XBC XAB 1 2 3 1 2 3

1. 0,6 0,4 0,92 0,96 0,97 1,20 1,22 1,24 Mb :0,157 kg


Ms : 0,011 kg
2. 0,4 0,6 0,40 0,48 0,56 1,32 1,35 1,36

Hari/Tanggal Praktikum : Minggu, 6 November 2022


Frekuensi/Kelompok : 8 / 5A
Nama Anggota :
1. Eggi Andaresta Iyanglerag 09320220341
2. Yunda Fitta 09320220342
3. Bagas Arum 09320220343
4. Muh. Agym Nastiar Amir 09320220344
5. Viramitha Tualeka 09320220345

Makassar, 12 November 2022


ASISTEN

(ADNAN FIRDAUS)

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB V
PENGOLAHAN DATA
𝑻𝒃𝒄
5.1 Menentukan ∑ 𝒏

𝑇𝑏𝑐 𝑇1+𝑇2+𝑇3
Tbc = ∑ =
𝑛 𝑛

𝑇𝑏𝑐1 0,92+0,96+0,97
Tbc 1 = ∑ =
𝑛 3

2,85
= = 0,95
3

𝑇𝑏𝑐2 0,40+0,48+0,56
Tbc 2 = ∑ =
𝑛 3

1,44
= = 0,48
3

𝐓𝐛𝐚
5.2 Menentukan ∑
𝐧
Tba T1+T2+T3
Tba = ∑ =
n n

Tba1 1,20+1,22+1,24
Tba 1 = ∑ =
n 3

3,66
= = 1,22
3

Tba2 1,32+1,35+1,36
Tba 2 = ∑ =
n 3

4,03
= = 1,34
3

5.3 Persamaan benda dan percepatan gravitasi

2 ( 𝑋𝑏𝑐 + 𝑋𝑏𝑎 )
𝑎𝑛 =
(𝑇𝑏𝑐 2 + 2 . 𝑇𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎)

2 ( 0,6+0,4 )
𝑎1 = (0,95)2 +2(0,95) (1,22)

2
= 3,22

= 0,61

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
2 ( 0,6+0,4 )
𝑎2 = (0,95)2 +2(0,48) (1,34)

2
= 2,188

= 0,914

(ms+mb)𝑎𝑛
gn =
mb

(0,011+0,157) 0,61
g1 = 0,157

0,106
= 0,157 = 0,675

(0,011+0,157) 0,914
g2 = 0,157

0,154
= = 0,980
0,157

5.4 Teori Ketidakpastian


Untuk Percepatan
𝑋𝑏𝑎2
𝑎=
2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2
0,42
= 2.0,6.1,222

0,16
= 1,78

= 0,089

δa 2 δa 2 δa 2
∆a = √(δXba) + (∆Xba)2 + (δXbc) + (∆Xbc)2 + (δTba) + (∆Tba)2

δa 2 Xba2
( ) =
δXba 2Xbc .Tba2

Dimana:
u= Xba2 u’ = 2
v= 2Xbc . Tba2 v’ = 0
𝛿𝑎 2 𝑢′ . 𝑣−𝑢 . 𝑣′
(𝛿𝑋𝑏𝑎) = 𝑣2
2𝑋𝑏𝑎 . 2𝑥𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 − 𝑥𝑏𝑎2 .0
= (2𝑥𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 )2

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
2 (0,4). 2 (0,6) . (1,22)2 −(0,4)2 .0
= (2 .0,6 .1,222 )2
1,428
= 3,189

= 0,447
1
∆𝑋𝑏𝑎 = 2 . skala terkecil
1
= 2 . 0,0001

= 0,0005
𝛿𝑎 2 𝑋𝑏𝑎2
(𝛿𝑋𝑏𝑐) = 2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2

Dimana :
u = xba2 u’= 0
v = 2xbc Tba2 v’= 2Tba2
𝛿𝑎 2 𝑢′ . 𝑣−𝑢 . 𝑣′
(𝛿𝑋𝑏𝑐) = 𝑣2
0 (2. 𝑋𝑏𝑐 𝑇𝑏𝑎2 )−𝑋𝑏𝑎2 .2 𝑇𝑏𝑎2
= (2 𝑥𝑏𝑐 𝑇𝑏𝑎2 )2

0 (2 .0,6 .1,222 )− 0,42 .2(1,22)2


= (2.0,6 .1,222 )2
−0,476
= 3,189

= -0,148
1
∆𝑋𝑏𝑐 = 2 . skala terkecil
1
= . 0,0001
2

= 0,0005
𝛿𝑎 2 𝑋𝑏𝑎2
(𝛿𝑇𝑏𝑎) = 2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2

Dimana :
u = xba2 u’= 0
v = 2xbc Tba2 v’= 2Tba2
𝛿𝑎 2 𝑢′ . 𝑣−𝑢 . 𝑣′
(𝛿𝑇𝑏𝑎) = 𝑣2
0.2 (0,6 .1,22)2 −0,42 . 2 .1,222
= (2 .0,6 .1,222 )2
−0,476
= 3,190

= - 0,148

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

(𝑇𝑏𝑎1−𝑇𝑏𝑎𝑛)2 + (𝑇𝑏𝑎2−𝑇𝑏𝑎𝑛)2 + (𝑇𝑏𝑎3−𝑇𝑏𝑎𝑛)2


∆𝑇𝑏𝑎 = √ 𝑛 (𝑛−1)

(1,20−1,22)2 + (1,22−1,22)2 +(1,24−1,22)2


=√ 3 (3−1)

0,0004+0+0,0004
=√ 6

0,0008
=√ 6

= 0,011
𝛿a 𝛿a 𝛿a
∆𝑎 = √(𝛿Xba )2 + (∆Xba)2 + (𝛿Xbc )2 + (∆Xbc)2 + (𝛿Tba)2 + (∆Tba )2

√0,4472 + 0,00052 + (−0,148)2 + 0,00052 + (− 0,148)2 + 0,0112

= √0,199 + 0,00000025 + 0,021 + 0,00000025 + 0,021 + 0,000121


= 0,491
∆𝑎
KR = . 100%
2(∆𝑎+𝑎)
0,491
=2 (0,491+0,089) . 100%
0,491
= 1,16
. 100%

= 0,423%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,423%
= 99,57%
Untuk Gravitasi
(𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
g = 𝑚𝑏
(0,011+0,157)0,089
= 0,157

= 0,014

𝛿g 𝛿g 𝛿g
∆𝑔 =√ ( 𝛿ms)2 + (∆m𝑠 )2 + (𝛿mb )2 + ( ∆mb)2 + (𝛿a )2 + (∆a)2

𝛿𝑔 2 (𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
(𝛿𝑚𝑠) = 𝑚𝑏

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Dimana :
u = (ms + mb) a u’ = a
v = mb v’ = 1
𝛿𝑔 2 u′ .v−u.v′
(𝛿𝑚𝑠) = v2
𝑎.𝑚𝑏−(𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎.1
= 𝑚𝑏 2
0,089 .0,157 −(0,011+0,157)0,089 .1
= 0,1572
− 0,0009
= 0,024

= - 0,037
1
∆ms = 2 x skala kecil

1
= 2 x 0,0001

= 0,0005

𝛿𝑔 (𝑚𝑠 + 𝑚𝑏)𝑎
( )=
𝛿mb 𝑚𝑏

Dimana:
u = (ms +mb) u’= a
v = mb v’= 1

δg u′ .v−u.𝑣′
(δmb)= 𝑣2

a.mb−(ms+mb).1
= mb2

0,089 .0,157−(0,011+0,157)1
= (0,157)2

0,159
= 0,024

= 6,625

1
∆ms = 2 x skala kecil

1
= 2 x 0,0001

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
= 0,00005

𝛿g 2 (ms + mb)a
( ) =
δmb mb
Dimana :

u = ( ms+ mb) a u’= (ms+ mb)

v = mb v’= 1
𝛿g u′ .v−u.v′
(𝛿a)2 = 𝑣2

(ms+mb)mb−( ms+mb)a .1
= mb2

(0,011+0,157)0,157−(0,011+0,157) 0,089 .1
= (0,157)2

0,038
=0,024

= 1,583

(𝑎1− 𝑎𝑛 )2 +(𝑎2− 𝑎𝑛 )2
∆a = √ 𝑛(𝑛−1)

(0,61−0,76)2 +(0,914−0,76)2
=√ 2(2−1)

0,025+0,023
=√ 2

0,048
=√ 2

= 0,154

𝛿g 𝛿g 𝛿g
∆𝑔 = √ ( 𝛿ms)2 + (∆m𝑠 )2 + (𝛿mb )2 + ( ∆mb)2 + (𝛿a )2 + (∆a)2

= √− 0,0372 + 0,00052 + 6,6252 + 0,00052 + 1,5832 + 0,1542

= √0,001 + 0,0000025 + 43,890 + 0,00000025 + 2,505 + 0,023

= 6,813
∆g
KR = 2(∆g+g) . 100%

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
6,813
= 2 (6,813+ 0,014) . 100%

6,813
= 13,654 . 100%

= 0,498%

KB = 100% - KR

= 100% - 0,498%

= 99,50%

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel hasil pengolahan data

No. XBc TBc XBa TBa A G Keterangan

1. 0,6 0,93 0,4 1,22 0,61 0,675 Mb =0,157 kg

2. 0,4 0,48 0,6 1,34 0,914 0,980 Ms =0,011 kg

6.2 Pembahasan hasil pengolahan data

Dari tabel yang hasil pengolahan data diatas dapat di buktikan bahwa semakin
besar jarak, maka semakin besar waktu tempuh yang dibutuhkan. Sedangkan
semakin kecil jarak, maka waktu tempuh yang dibutuhkan semakin sedikit. Sesuai
dengan hasil yang kami dapatkan pada percobaan dimana Xbc dengan jarak 0,6 m,
0,4 m, membutuhkan waktu selama 0,93 s, 0,48 s. Dimana Xab dengan jarak 0,4 m,
0,6 m, membutuhkan waktu selama 1,22 s, 1,34 s.
Pada percepatan benda diperoleh nilai 0,61 m/s², 0,914 m/s². Serta pada
percepatan gravitasi diperoleh nilai 0,675 m/s², 0,980 m/s².

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan maka kita dapat mengalami beberapa
kesimpulan yaitu, pada percobaan pesawat atwood, kami melakukan percobaan
sesuai prosedur kerja dan kami menemukan percepatan gravitasi dan percepatan
benda yang sesuai. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak benda
pada lintasannya lurus yang kecepatannya berubah secara berurutan, baik semakin
cepat atau semakin lambat.
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerakan benda yang lintasannya lurus
dan kecepatannya tetap. Berarti, sebuah benda yang bergerak lurus beraturan
menempuh jarak yang sama untuk selang waktu yang sama.

7.2 Saran

7.2.1 Asisten
Diharapkan agar asisten dapat lebih membantu praktikan dalam hal
perhitungan sesuai dengan percobaan yang bersangkutan.
7.2.2 Laboratorium
Diharapkan agar fasilitas laboratorium bisa lebih dilengkapi, misalnya
pendingin ruangan.Dan juga kebersihan ruangan bisa lebih ditingkatkan.
7.2.3 Praktikum
Saran saya adalah praktikum sebaiknya di jalankan secara offline sehingga
kami dapat mengetahui prosedur dan hukum yang terdapat dalam percobaan dengan
baik.

7.3 Ayat yang berhubungan

“(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-


rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan
bagi ketetapan Kami itu”.(QS. Al-Isra’ Ayat 77).

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
DAFTAR PUSTAKA

Arsy, Widya, 2013.“Fisdas Pesawat Atwood”, Bogor. Diakses pada tanggal 30


Maret 2018.
Halilday dan Resnick, 1996 .“Fisika Universitas”, Erlangga. Jakarta.
Halliday,Resnick,Walker. 2009. “dasar-dasar fisika jilid 1” , Erlangga. Jakarta
Nurachmandani, Setya, 2009 .“Fisika 1: Untuk SMA/MA kelas X” ,Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Satrio Bimasakti, Muhammad. 2011 . “Fisika Dasar I” . Bandung. Diakses pada
tanggal 29 Maret 2018.
Serway, Raymond A, 2014 .“Fisika untuk Sains dan Teknik” , Salemba Teknika.
Jakarta.
Sumarsono, Joko, 2009 .“Fisika untuk SMA/MA kelas X” , Pusat Perbukuan,
Dapertemen Pendidikan Nasional Jakarta

PESAWAT ATWOOD

Anda mungkin juga menyukai