Anda di halaman 1dari 14

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena fisika seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya adalah fenomena gerak jatuh bebas. Fenomena gerak jatuh bebas adalah
fenomena jatuhnya benda dari keadaan diam pada ketinggian tertentu. Galileo
menyatakan bahwa fenomena benda yang jatuh bebas akan memiliki percepatan
yang sama jika terdapat hambatan. Percepatan ini disebut percepatan gravitasi.
Pesawat Atwood adalah alat yang tersusun atas katrol dan tali yang terikat
dengan dua benda bermassa. Tali sebagai penghubung dari katrol cukup ringan
dan massanya dapat diabaikan.Tujuan dari pesawat Atwood adalah untuk
mengukur percepatan gravitasi yang bekerja berdasarkan prinsip Hukum Newton.
Penggunaan alat ini berupa pengukuran waktu tempuh beban secara manual
menggunakan stopwatch.
Seringkali percobaan gerak jatuh bebas yang dilakukan dengan alat yang
tradisional menghasilkan data yang kurang akurat. Dengan demikian pada
pengoperasian pesawat Atwood sederhana memiliki perbedaan persentase yang
tinggi terhadap teori yang ada. Faktor kesalahan berupa ketidakakuratan alat
tersebut akan menyebabkan kesalahan konsep di siswa yang menggunakan
pesawat Atwood terutama dalam konsep pada materi Hukum Newton tentang
gerak, menganalisis hubungan antara kecepatan pada GLB dan kecepatan pada
GLBB, dan menganalisis percepatan pada GLBB dengan Hukum II Newton
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas, penulis merumuskan
beberapa masalah yang masih berkaitan dengan latar belakang di atas yang
nantinya akan diteliti secara terperinci.
1. Bagaimana cara kerja pesawat Atwood?
2. Bagaimana menghitung hasil percepatan gravitasi yang bekerja?
3. Apa hubungan antara GLB, GLBB dan Hukum II Newton pada pesawat
Atwood?

1
2

1.3 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penulis dalam melakukan
penelitian karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan

a. Untuk bisa mengetahui cara pesawat Atwood


b. Untuk mengetahui cara hitung hasil percepatan gravitasi yang bekerja
c. Bisa mengetahui hubungan antara GLB, GLBB dan Hukum II Newton
pada pesawat Atwood
1.3.2 Manfaat

a. Agar kita bisa menentukan suatu nilai besaran fisis momen inersia.
b. Mengenal hukum newton dalam system katrol, mengamati gerak
dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap, memeriksa apakah Hukum
Newton berlaku baik terhadap sistem katrol.
c. Mampu menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi
diketahui.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesawat Atwood


Pesawat adwood adalah adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan,energi potensial dan energi kinetic. Pesawat Atwood
merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk mengamati hukum mekanika
gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai dikembangkan sekitar abad ke
delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi g. Sederhananya alat ini
tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah katrol, dimana pada
ujung tali dikaitkan massa beban m1 dan m2. Selain itu, Pesawat Atwood
merupakan alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan dua pemberat
(massa berbeda) yaitu m1 dan m2 dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol.
Pesawat atwood ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang konstan. Jika ditinjau
dari gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka
diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan
mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun, tak
selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui.
Pendekatan Newton memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada partikel.
Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui,
maka pendekatan Newton sulit diterapkan. Oleh sebab itu, ada cara lain untuk
merumuskan gerak mekanik dengan meninjau sistem tersebut dari energinya.
Jika gaya pada sistem gerak sulit untuk diketahui maka dapat ditinjau
pesawat atwood dengan persamaan Lagrange. Persamaan Lagrange ini meninjau
sistem dari segi energi total, yakni energi kinetik dan energi potensial. Persamaan
Lagrange ini dapat merumuskan sistem gerak pesawat atwood dengan jelas. Dari
latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menjelaskan penyelesaian masalah
gerak dengan persamaan eular-lagrange untuk merumuskan dinamika sistem
sebagai alternatif dari persamaan Newton. Mesin Atwood atau sering disebut
pesawat Atwood diciptakan pada tahun 1784 oleh matematikawan Inggris George

103
104

Atwood sebagai percobaan laboratorium untuk memverifikasi hukum mekanik


gerak dengan percepatan konstan. Mesin Atwood adalah demonstrasi kelas yang
umum digunakan untuk memahami hukum II Newton tentang gerak.[2]
Pesawat Atwood ini terdiri dari beban, yakni massa m1dan massa m2.
Kedua beban tersebut dihubungkan dengan tali yang bermassa kecil. Tali
dihubungkan dengan sebuah katrol dengan massa yang kecil dan hampir tidak
memiliki gaya gesekan. Pesawat Atwood bisa dilihat dibawah ini:

Gambar 2.1 Pesawat Atwood


Jika massa benda m1 dan massa benda m2 sama (m1 = m2) maka keduanya
akan diam. Jika massa benda m1 lebih besar daripada massa benda m2 (m1 >m2)
maka massa m2 akan tertarik oleh massa benda m1. Sebaliknya jika massa benda
m1 lebih kecil daripada massa benda m2.

2.2 Hukum Newton


Pada saat Galileo melakukan pengamatan terhadap benda-benda yang
jatuh bebas. Ia dapat menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang ia
lakukan bahwa benda-benda berat jatuh dengan cara yang sama dengan benda-
benda ringan. Lalu tiga puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan
eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa vakum barunya, menunjukan bahwa
pengamatan ini tepat dan benar untuk benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan
dari gesekan udara. Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada
gerak jatuh. Tetapi pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara, masih
cukup sesuai dengan hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan
yang dipercayai orangpada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu
kesimpulan Aristoteles yang menyatakan bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh
105

kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh waktu dari waktu benda yang
lebih ringan”. Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton menyatakan hukum pertamanya
tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton.
2.2.1 Hukum I Newton
Hukum I Newton berbunyi sebagai berikut “Sebuah benda akan berada
dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang
bekerja pada benda sama dengan nol” Secara matematis, Hukum I Newton dapat
dinyatakan dengan:
∑ F=0.................................................2.1

Hukum tersebut menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam


maka benda selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak apabila dalam
suatu benda itu diberi gaya luar. Sebaliknya, apabila suatu benda sedang bergerak
maka benda selamanya akan bergerak, kecuali saat ada gaya yang
menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa yang dijelaskan oleh Hukum Newton
yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang cenderung
mempertahankan keadaannya atau dengan kata lain sifat kemalasan benda untuk
mengubah keadaannya.
2.2.2 Hukum II Newton
Hukum II Newton berbunyi sebagai berikut “Setiap benda yang
dikenai gaya maka akan mengalami percepatanyang besarnya berbanding lurus
dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan besarnya massa benda”
2.2.3 Hukum III Newton
Hukum III Newton berbunyi “Apabila benda pertama mengerjakan gaya pada
benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada benda
pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama
(reaksi)”. Secara matematis dinyatakan dengan persamaan:

Faksi = Freaksi……………….2.2

Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat,syarat


tersebut adalah :
106

a. sama besar
b. berlawanan arah
c. bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
d. tidak saling meniadakan bekerja pada benda yang berbeda
2.3 Momen Inersia
Momen inersia merupakan kecenderungan suatu benda untuk tetap diam
atau bergerak lurus beraturan(mempertahankan posisi atau keadaannya). Aplikasi
dari momen inersia dapat dilihat dari benda tegar, dimana benda tegar merupakan
keadaan suatu benda untuk mempertahankan posisinya ketika mendapat gaya atau
tekanan dari luar. Setiap benda tegar memiliki momen inersia yang berbeda
karena disebabkan beberapa faktor yaitu pusat rotasi benda, massa benda dan jari-
jari benda tegar itu sendiri, untuk membuktikan teori tersebut perlu dilakukan
eksperimen yang membahas tentang momen kelembaman atau momen inersia
pada beberapa benda tegar, dengan mengetahui momen inersia suatu benda kita
dapat mengetahui ukuran kecenderungan suatu benda untuk tetap diam untuk
mempertahankan posisi atau keadaannya. Momen inersia suatu benda bergantung
pada distribusi massa terhadap sumbu putarnya Momen inersia sering juga disebut
inersia rotasi, semakin besar momen inersia benda, semakin sulit benda itu
melakukan perputaran dari keadaan diam dan semakin sulit dia berhenti dari
keadaan berotasi, karena besar momen inersia sebanding dengan besar energi
kinetik benda tegar yang berotasi dengan laju sudut ω tertentu.
Semakin besar momen inerssia maka benda akan sulit bergerak. Sebaliknya,
momen inerrsia yang bernilai kecil menyebabkan benda akan mudah bergerak.
I = M x R2.................................................2.3

Keterangan: M = Massa Benda

R = Jarak Benda Terhadap Sumbu Putar

Rumus Momen Inersia diatas dapat digunakan jika Besarnya Momen Inersia
(I) didalam Suatu Benda Bermassa yg mempunyai titik putar didalam
sumbunya[4]
2 2 2
I =m 1r 1 +m2 r 2 + ...+ mnR n
107

Gambar 2.2 Silinder Pejal

2.4 Gerak Lurus


Gerak lurus merupakan suatu gerak dari suatu obyek yang memiliki
lintasan berupa garis lurus. Jenis gerak ini biasa disebut juga sebagai suatu gerak
translasi beraturan. Dalam jangka waktu yang bersamaan terjadi perpindahan
dengan jumlah nilai besaran yang sama. Gerak lurus ini juga dapat
dikelompokkan menjadi dua yang pertama adalah gerak lurus beraturan dan yang
kedua adalah gerak lurus berubah beraturan yang dimana dibedakan dengan cara
mengetahui ada tidaknya nilai percepatan.

2.4.1 Gerak Lurus Beraturan

Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan suatu gerakan lurus dari suatu
obyek, yang dimana pada gerak lurus beraturan ini memiliki nilau kecepatan yang
tetap atau bisa di sebut juga dengan tidak memiliki nilai percepatan, sehingga
jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan memiliki rumus kelajuan yang
dikalikan dengan waktu.

s=v x t ...........................................................2.4

Yang dimana: s = Jarak waktu tempuh

v = Kecepatan

t = Waktu

2.4.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan


108

Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) merupakan suatu gerakan lurus


suatu obyek, di mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya
percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak
lagi linier melainkan kuadratik. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak
dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya
karena ada percepatan.[5]

Vt =Vo+at .................................................................2.5

Keterangan: Vo = Kecepatan Awal

Vt = Kecepatan akhir

a = Percepatan
2.5 Besaran Fisis
Besaran Fisis merupakan besaran yang memiliki nilai yang dapat diukur
dan memiliki nilai atau angka yang dapat dinyatakan dalam suatu satuan tertentu.
Berdasarkan definisi di atas, ada tiga kriteria yang harus dimiliki besaran agar
layak disebut sebagai besaran fisika, yaitu: Dapat diukur, Memiliki nilai atau
angka, Dinyatakan dengan satuan. Besaran fisika terdiri dari 4 jenis yang
dibedakan berdasarkan asal satuan dan arahnya. Berdasarkan asal satunnya,
besaran fisika terdiri dari besaran pokok dan besaran turunan.
2.5.1 Besaran Pokok

Tabel 2.1 Besaran Pokok


No Besaran Pokok Lambang Satuan Lambang
Besaran satuan
1 Panjang l Meter M

2 Massa m Kilogram Kg

3 Waktu t Sekon S

4 Kuat Arus i Ampere A


Listrik
109

Suhu T Kelvin K

Intensitas I Kandela Cd
Cahaya
Jumlah Zat n Mole Mol

2.5.2 Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih
besaran pokok dan satuannya diperoleh dari gabungan besaran pokok.

Tabel 2.2 Besaran Turunan


No Besaran Turunan Satuan (SI) Lambang
Satuan
1 Volume Meter kubik m3

2 Massa Jenis Kilogram per Kg/m3


meter kubik
3 Tekanan Kilogram per Kg/m. s2
sekon kuadrat
4 Gaya Kilogram Kg.m/ s2
meter per
sekon kuadrat
5 Usaha Kilogram Kg.m2/ s2
meter kuadrat
per sekon
kuadrat
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pesawat atwood ini
adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
1.Pesawat Atwood
Pesawat Atwood adalah alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan
dua pemberat [massa berbeda] yaitu m1 dan m2 dihubungkan dengan tali pada sebuah
katrol.

Gambar 3.1 Pesawat Atwood


2.Tali penggantung dengan bahan nilon
Tali penggantung atau nilon ini biasanya banyak digunakan pada
proses praktikum khusunya pada praktikum pesawat atwood ini dikarenakan
memiliki sifat yang kuat atau tidak mudah putus.

110
111

Gambar 3.2 tapi penggantung


111

3.Pemegang beban bercelah


Pemegang bebab pegas atau berdekah ini adalah alat yang digunakan
untuk menghubungkan antara tali dengan beban berdekah.

Gambar 3.3 Pemegang beban bercelah

4. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran durasi waktu yang dilakukan pada saat beban berayun dari atas
kebawah.

Gamabar 3.4 Stopwatc


5. Katrol
Katrol disini berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan beban dari
atas kebawah.
112

Gambar 3.5 Katrol.


6. Kayu/ stick
Kayu atau stick dalam praktikum pesawat atwood ini adalah
sebagai pembatas antara AB dan BC.

Gambar 3.6 kayu/stick.

3.1.2 Bahan
a. Beban bercelah.
Beban bercelah adalah alat yang digunakan pada praktikum pesawat
atwood ini untuk pemberat agar katrol bisa bergerak.
113

Gambar 3.7 beban bercelah.

3.2 Prosedur kerja


Berikut merupakan prosedur percobaan dari modul pesawat atwood.
Prosedur percobaan dari Pesawat Atwood yang dilakukan Sebagai berikut
1. Siapkan massa atau beban bercelah dengan berat 100 gr dan 140 gr.
2. Massa atau beban bercelah tersebut digabungkan dengan beban pada ujung
ujung tali.
3. Beban M1 dipasang pada bagian kanan unit pesawat dan beban M2 pada
bagian kiri.
4. Tambahkan pula beban pada M2, atur agar keduanya berada dalam posisi
sejajar. Waktu tempuh dari titik A ke B dan dari titk B ke C diukur dengan
menggunakan stopwatch saat pemegang penahan beban dilepas.
5. Tekan start pada stopwatch saat beban m2 bergerak dari titik A menuju
titik B kemudian tekan split setelah mencapai titik B dan apabila sudah
mencapai titik C tekan Stop
6. Pengamatan tersebut diulangi sebanyak tiga kali pada setiap jarak
a. Percobaan A: jarak A-B tetap, jarak B-C berubah
b. Percobaan B: Jarak A-B berubah, jarak dan B-C tetap.

Anda mungkin juga menyukai